Professional Documents
Culture Documents
1 (1): 10-19
10
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
Depresi Limboto terbentuk dimulai dari adanya Ekstensi Neogen yang menyebabkan tumbukan serta
penyebaran zona sesar yang besar dan pembalikan subduksi (subduction roll back) di Busur Banda sekitar
awal hingga pertengahan Miosen (Amin et al., 2019). Daerah penelitian yang berada di Kecamatan
Paguyaman kabupaten Boalemo termasuk ke dalam bagian dari rangkaian vulkano-plutonik Sulawesi
Utara yang dikuasai oleh batuan gunungapi yang berumur Eosen sampai Pliosen. Serta batuan sedimen
yang umumnya materialnya berasal dari gunungapi yang merupakan satuan batuan tertua (Bachri,
2006). Berdasarkan latar belakang, secara regional daerah penelitian merupakan produk akitivitas
plutonik dan aktivitas magmatisme pada masa lalu. Stratigrafi daerah penelitian dianalisis dari hasil
pengamatan lapangan dan analisis laboratorium yaitu analisis petrologi dan analisis petrografi sehingga
didapatkan urutan satuan batuan daerah penelitian (Rahman et. al., 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya karakteristik variasi tekstur dan komposisi
penyusun mineral yang berada pada batuan di daerah penelitian. Serta untuk memperoleh informasi
tentang proses-proses sekunder yang dialami pada setiap batuan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei geologi permukaan.Survei geologi permukaan berupa pengambilan data lapangan
dan analisis laboratorium. Data lapangan berupa data litologi dan analisis laboratorium berupa analisis
petrologi dan petrografi.
2. Metodologi
2.1. Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian terletak di Desa Saripi, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten
Boalemo, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan letak Geografisnya, lokasi penelitian berada pada koordinat
000 23” 55’ - 000 55” 38’ Lintang Utara dan 1220 01”12’ - 1220 39” 17’ Bujur Timur. Dengan luas daerah
penelitian mencapai 50,45 Km2, namun daerah atau lokasi yang dipetakan kurang lebih 25 Km 2, serta
sisanya merupakan alluvial.
2.2. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data lapangan berupa litolohi,
dan pengambilan sampel batuan petrografi. Kemudian untuk tahap analisis data dilakukan dengan
pekerjaan laboratorium seperti pembuatan sayatan tipis, analisis sayatan tipis, dan penamaan batuan
berdasarkan klasifikasi petrografi. Analisis sayatan pada sampel batuan ini dilakukan untuk
penyelidikan mengetahui deskripsi mikroskopis batuan meliputi ciri mineral, tekstur, dan lainnya.
Berdasarkan kenampakan mikroskopisnya dengan pembuatan sayatan tipis yang telah dipreparasi dan
dianggap telah mewakili masing-masing satuan batuan, tekstur, dan komposisi mineral.
11
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
12
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
Gambar 5. Kenampakan singkapan batuan granodiorit dan sampel batuan andesit serta
keterdapatan xenolith andesit pada batuan granodiorit.
Hasil pengamatan petrografi, sayatan batuan pada sampel batuan granodiorit ini yang terdapat pada
stasiun FR 10.8 dengan warna abu-abu cerah, struktur masif, tekstur fanerik, dan ukuran mineral kasar-
sedang. Serta memiliki komposisi mineral plagiokas 47%, microclin 10%, kuarsa 20%, klinopiroksin
20%, dan mineral opak 3%. Sehingga dilihat dari hasil petrografi tersebut maka nama batuannya
adalah granodiorit. Mineral klinopiroksin yang juga merupakan mineral ubahan atau alterasi pada
daerah penelitian memiliki persen sebesar 20%. Mineral ini memiliki bentuk mineral prismatik, dan
memiliki bentuk kristal euhedral-subheral dimana mineral ini terbentuk pada suhu dan temperatur yang
tinggi.
13
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
14
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
Satuan batupasir yang terdapat di lokasi penelitian dapat dikelompokkan ke dalam batuan
gunungapi. Sehingga satuan ini dapat disetarakan dengan formasi Tinombo sesuai dengan geologi
regional pada lembar tilamuta. Serta umur pada satuan ini meliputi miosen tengah-miosen akhir.
4. Satuan Tuff
Penyusun satuan ini terdiri dari batuan tuff dengan warna coklat keabu-abuan, pemilahan buruk,
matrix lanau, silika, rounded sampai sub-rounded, porositas baik, agak kompak, besar butir pasir halus,
komposisi mineral terdiri dari kuarsa, plagioklas, dan biotit.
Gambar 9. Kenampakan singkapan batupasir dan sampel batupasir yang berada di daerah telitian
Dari pengamatan petrografi yang dilakukan pada pengamatan sayatan batuan pada stasiun FR 12.4
maka diketahui memiliki warna interfensi coklat gelap, dengan struktur masif, ukuran butir <1/256-
1/2mm, sortasi sedang, kemas terbuka, komposisi mineral terdiri dari kuarsa 25%, feldspar 1%,
ortopiroksin 1%, lempung tufan 72%, dan mineral opak 1%. Dari hasil deskripsi petrografi maka nama
batuannya yaitu Tuffaceous Quartz Wake.
4. Kesimpulan
Stratigrafi daerah penelitian yang disusun berdasarkan umur yang dimulai dari yang paling muda
hingga yang paling tua. Terdiri dari 4 satuan batuan yaitu satuan batuan tuff yang memiliki umur dari
miosen tengah hingga miosen akhir, kemudian pada satuan batupasir yang berumur dari miosen tengah
hingga miosen akhir, lalu satuan batuan granodiorite yang memiliki umur pada miosen tengah, dan
satuan andesit yang berumur eosen.
Analisis stratigrafi dan petrografi daerah penelitian dari batuan beku dan sedimen bahwa daerah
penelitian dengan terdapatnya mineral ubahan atau alterasi seperti klorit dan serisit, maka daerah
penelitian merupakan daerah yang memiliki batuan yang telah terubah atau alterasi. Dengan adanya
mineral alterasi tersebut maka lokasi penelitian dapat diindikasikan bahwa daerah tersebut diperkirakan
berhubungan dengan adanya aktivitas vulkanik gunung api yang pernah ada sebelumnya. Kemudian
pada daerah penelitian terdiri dari 4 formasi satuan batuan daerah penelitian dibagi menjadi satuan
batuan dari tua ke muda yaitu, satuan andesit, satuan granodiorit, satuan batupasir, dan satuan tuff.
15
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19
6. Referensi
Amin, A. K. M. A., Arifin, Y. I., and Akase, N. 2019. Studi Fasies Formasi Endapan Danau untuk
Menentukan Lingkungan Pengendapan Danau Limboto. Jambura Geoscience Review,
Vol.1,No.2.pp.50-67. https://doi.org/10.34312/jgeosrev.v1i2.2056
Bachri, S. (2006). Stratigrafi Lajur Vulkano-Plutonik Daerah Gorontalo, Sulawesi. JDSG Vol XVI (2).
Kaharuddin, M.S., Hutagalung, R., and Nurhamdan, N. 2011. Perkembangan Tektonik dan
Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami di Kawasan Pulau Sulawsi. Proceeding The
36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition, September 26-29, Makassar.
Permana, A.P., Kasim, M., and Mamonto, F.K., 2021. Analisis Lingkungan Purba Batugamping
Daerah Danau Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Jurnal Geosapta. 7(2), 97 – 102.
Rahman, M.R., Zainuri, A., Manyoe, I.N., 2019. Analisis Stratigrafi dan Rumusan Sejarah Geologi
Daerah Limbato, Gorontalo Utara. Jurnal Azimut. Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71).
Shompotan, A, F. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian Institut Teknologi
Bandung. ITB. Bandung.
16