You are on page 1of 7

Jambura Geoscience Review (2021) Vol.

1 (1): 10-19

Jambura Geoscience Review


P-ISSN: 2623-0682, E-ISSN: 2656-0380
Journal homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev

ANALISIS STRATIGRAFI DAN PETROGRAFI DAERAH SARIPI,


KECAMATAN PAGUYAMAN, KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI
GORONTALO
Infithar Hi. Rusdia, Yayu Indriati Arifin b, Noviar Akasec
a, b, c
Universitas Negeri Gorontalo, Jln Jenderal Sudirman, Kota Gorontalo and Kode pos 96128, Negara Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Status artikel: Administratively, the research area is located in Paguyaman


Diterima: sub-district, Boalemo district, Gorontalo province. Based on
Disetujui: the physiographic map, the regional geology of Gorontalo is
Tersedia online:
included in the Southern Mountain Zone of Bone-Tilamuta-
Kata kunci: Modello. Regionally, the study area consists of four rock
Boalemo, Paguyaman, Petrografi, formations consisting of the Boliohuto Diorite formation, the
Gorontalo. Tinombo formation, the Dolokapa formation, and the Lake
Penulis korespondensi: Sediment. Meanwhile, the purpose of this geological research
Infithar Hi. Rusdi is to determine the geological order that developed in the Saripi
Teknik Geologi, Universitas Negeri area and its surroundings. The results of the research, such as
Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
petrographic analysis in the Saripi area, Paguyaman District,
Email : infithar12345@gmail.com
Boalemo Regency, are in the form of igneous rocks and
sedimentary rocks. Where in petrography igneous rocks consist
of granodiorite and andesite while in sedimentary rocks consist
of sandstone and tuff. Based on the results of petrographic
analysis, most of the rock incisions have been changed,
characterized by the results or the production of several
minerals such as sericite, silicate clay, and chlorite minerals.
The research method is carried out by mapping the surface
geology such as collecting geological data, geological
structures, and geomorphology and taking samples for
petrographic analysis.
Copyright © 2019 JGeosREV-UNG
This open access article is distributed under a
Creative Commons Attribution (CC-BY) 4.0 International license

1. Pendahuluan (Calisto MT, 11pt)


Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan lempeng besar yaitu
pergerakan lempeng Hindia-Australia dari selatan dengan kecepatan rata – rata 7 cm/tahun, lempeng
Pasifik dari arah timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relative pasif
ke tenggara ± 3 cm/tahun (Kaharuddin et al., 2011). Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang
kompleks karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu; lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke arah utara, lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia yang
bergerak ke arah selatan-tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina (Shompotan,
2012). Pengaruh pergerakan tiga lempeng membuat Pulau Sulawesi membentuk huruf K, Bukti
pengaruh tektonik pengangkatan di utara Cekungan Limboto yang saat ini tersingkap di permukaan
dengan kecepatan pengangkatan 0,0699-0,0724 mm/tahun (Permana et al., 2021). Cekungan atau

10
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Depresi Limboto terbentuk dimulai dari adanya Ekstensi Neogen yang menyebabkan tumbukan serta
penyebaran zona sesar yang besar dan pembalikan subduksi (subduction roll back) di Busur Banda sekitar
awal hingga pertengahan Miosen (Amin et al., 2019). Daerah penelitian yang berada di Kecamatan
Paguyaman kabupaten Boalemo termasuk ke dalam bagian dari rangkaian vulkano-plutonik Sulawesi
Utara yang dikuasai oleh batuan gunungapi yang berumur Eosen sampai Pliosen. Serta batuan sedimen
yang umumnya materialnya berasal dari gunungapi yang merupakan satuan batuan tertua (Bachri,
2006). Berdasarkan latar belakang, secara regional daerah penelitian merupakan produk akitivitas
plutonik dan aktivitas magmatisme pada masa lalu. Stratigrafi daerah penelitian dianalisis dari hasil
pengamatan lapangan dan analisis laboratorium yaitu analisis petrologi dan analisis petrografi sehingga
didapatkan urutan satuan batuan daerah penelitian (Rahman et. al., 2019).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya karakteristik variasi tekstur dan komposisi
penyusun mineral yang berada pada batuan di daerah penelitian. Serta untuk memperoleh informasi
tentang proses-proses sekunder yang dialami pada setiap batuan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei geologi permukaan.Survei geologi permukaan berupa pengambilan data lapangan
dan analisis laboratorium. Data lapangan berupa data litologi dan analisis laboratorium berupa analisis
petrologi dan petrografi.

2. Metodologi
2.1. Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian terletak di Desa Saripi, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten
Boalemo, Provinsi Gorontalo. Berdasarkan letak Geografisnya, lokasi penelitian berada pada koordinat
000 23” 55’ - 000 55” 38’ Lintang Utara dan 1220 01”12’ - 1220 39” 17’ Bujur Timur. Dengan luas daerah
penelitian mencapai 50,45 Km2, namun daerah atau lokasi yang dipetakan kurang lebih 25 Km 2, serta
sisanya merupakan alluvial.
2.2. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data lapangan berupa litolohi,
dan pengambilan sampel batuan petrografi. Kemudian untuk tahap analisis data dilakukan dengan
pekerjaan laboratorium seperti pembuatan sayatan tipis, analisis sayatan tipis, dan penamaan batuan
berdasarkan klasifikasi petrografi. Analisis sayatan pada sampel batuan ini dilakukan untuk
penyelidikan mengetahui deskripsi mikroskopis batuan meliputi ciri mineral, tekstur, dan lainnya.
Berdasarkan kenampakan mikroskopisnya dengan pembuatan sayatan tipis yang telah dipreparasi dan
dianggap telah mewakili masing-masing satuan batuan, tekstur, dan komposisi mineral.

11
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Stratigrafi dan petrografi daerah Penelitian
Stratigrafi daerah penelitian dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium
yaitu analisis petrologi dan analisis petrografi sehingga didapatkan urutan satuan batuan daerah
penelitian. Jika diurutkan dari umur yang tertua hingga yang termuda maka diperoleh satuan andesit,
satuan granodiorit, satuan batupasir dan satuan tuff.
1. Satuan Andesit
Penyusun satuan andesit terdiri dari batuan andesit berwarna abu-abu gelap, afanitik, masif.
Mineralnya berupa plagioklas, dan kuarsa. Kondisi singkapan masih segar dan terdapat struktur
geologi berupa kekar gerus.
Hasil pengamatan secara petrografi, pada stasiun FR 5.10 sayatan batuan memiliki warna abu-abu
kehitaman, dengan struktur masif, tekstur afanitik, ukuran mineral sedang-halus, merupakan batuan
ubahan proses alterasi, seperti mineral klorit. Komposisi mineral plagioklas 20%, kuarsa 2%, klorit
35%, massa dasar 42%. Dari hasil petrografi tersebut maka nama batuan adalah andesit. Massa dasar
pada hasil pengamatan petrografi yang memiliki jumlah kelimpahan sebesar 42%. Dimana massa dasar
pada sampel andesit ini terdiri dari mikrolit kuarsa, mikrolit feldspar dan gelas vulkanik. Massa dasar
ini memiliki ciri warna abu-abu terang hingga coklat.

Gambar 2. Peta geologi regional daerah telitian

Gambar 3. Singkapan andesit dan kenampakan sampel batuan andesit.

12
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

Gambar 4. Sayatan tipis batuan andesit.


Satuan andesit ini dapat disamakan dengan formasi Tinombo, maka umur satuan ini terbentuk dari
Miosen Tengah-Miosen Akhir. Kemudian merupakan batuan beku ekstrusi yang terbentuk dari adanya
aktivitas gunungapi yang lebih cepat.
2. Satuan Granodiorit
Penyusun satuan granodiorit berupa batuan granodiorit berwarna abu-abu putih, holokristalin,
eqigranular, anhedral, kompak, dan komposisi mineral terdiri dari kuarsa, biotit, hornblende, dan
ortoklas.

Gambar 5. Kenampakan singkapan batuan granodiorit dan sampel batuan andesit serta
keterdapatan xenolith andesit pada batuan granodiorit.

Hasil pengamatan petrografi, sayatan batuan pada sampel batuan granodiorit ini yang terdapat pada
stasiun FR 10.8 dengan warna abu-abu cerah, struktur masif, tekstur fanerik, dan ukuran mineral kasar-
sedang. Serta memiliki komposisi mineral plagiokas 47%, microclin 10%, kuarsa 20%, klinopiroksin
20%, dan mineral opak 3%. Sehingga dilihat dari hasil petrografi tersebut maka nama batuannya
adalah granodiorit. Mineral klinopiroksin yang juga merupakan mineral ubahan atau alterasi pada
daerah penelitian memiliki persen sebesar 20%. Mineral ini memiliki bentuk mineral prismatik, dan
memiliki bentuk kristal euhedral-subheral dimana mineral ini terbentuk pada suhu dan temperatur yang
tinggi.

13
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

Gambar 6. Sayatan tipis batuan granodiorit


Satuan granodiorit yang berada pada lokasi penelitian ini maka satuan ini dapat kita setarakan yang
termasuk ke dalam kelompok satuan batuan terobosan dengan umur pada satuan ini yaitu miosen
tengah-miosen akhir. Serta jika dilihat juga pada hasil litologinya maka satuan ini juga dapat kita
samakan pada formasi Tmbo yang diperkirakan terbentuk pada miosen.
3. Satuan Batupasir
Penyusun satuan ini berupa satuan batupasir dengan warna coklat terang, karbonatan, pemilahan
baik, sub-rounded, kemas terbuka, porositas buruk, kompak, pasir sangat halus, mineral kuarsa,
plagioklas.

Gambar 7. Singkapan batupasir dan sampel batupasir


Hasil pengamatan petrografi pada stasiun pengamatan FR 12.11 sayatan batupasir dengan warna
interfensi abu-abu kehitaman, struktur masif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256-1/5 mm, sortasi
baik, kemas tertutup. Komposisi mineral kuarsa 30%, feldspar 15%, ortopiroksin 1%, lempung silika
53%, dan mineral opak 1%. Berdasarkan hasil dari pengamatan petrografi maka nama batuan ini
adalah feldspathic wacke.

Gambar 8. Sayatan tipis batupasir

14
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

Satuan batupasir yang terdapat di lokasi penelitian dapat dikelompokkan ke dalam batuan
gunungapi. Sehingga satuan ini dapat disetarakan dengan formasi Tinombo sesuai dengan geologi
regional pada lembar tilamuta. Serta umur pada satuan ini meliputi miosen tengah-miosen akhir.
4. Satuan Tuff
Penyusun satuan ini terdiri dari batuan tuff dengan warna coklat keabu-abuan, pemilahan buruk,
matrix lanau, silika, rounded sampai sub-rounded, porositas baik, agak kompak, besar butir pasir halus,
komposisi mineral terdiri dari kuarsa, plagioklas, dan biotit.

Gambar 9. Kenampakan singkapan batupasir dan sampel batupasir yang berada di daerah telitian
Dari pengamatan petrografi yang dilakukan pada pengamatan sayatan batuan pada stasiun FR 12.4
maka diketahui memiliki warna interfensi coklat gelap, dengan struktur masif, ukuran butir <1/256-
1/2mm, sortasi sedang, kemas terbuka, komposisi mineral terdiri dari kuarsa 25%, feldspar 1%,
ortopiroksin 1%, lempung tufan 72%, dan mineral opak 1%. Dari hasil deskripsi petrografi maka nama
batuannya yaitu Tuffaceous Quartz Wake.

Gambar 10. Sayatan tipis satuan batuan tuff

4. Kesimpulan
Stratigrafi daerah penelitian yang disusun berdasarkan umur yang dimulai dari yang paling muda
hingga yang paling tua. Terdiri dari 4 satuan batuan yaitu satuan batuan tuff yang memiliki umur dari
miosen tengah hingga miosen akhir, kemudian pada satuan batupasir yang berumur dari miosen tengah
hingga miosen akhir, lalu satuan batuan granodiorite yang memiliki umur pada miosen tengah, dan
satuan andesit yang berumur eosen.
Analisis stratigrafi dan petrografi daerah penelitian dari batuan beku dan sedimen bahwa daerah
penelitian dengan terdapatnya mineral ubahan atau alterasi seperti klorit dan serisit, maka daerah
penelitian merupakan daerah yang memiliki batuan yang telah terubah atau alterasi. Dengan adanya
mineral alterasi tersebut maka lokasi penelitian dapat diindikasikan bahwa daerah tersebut diperkirakan
berhubungan dengan adanya aktivitas vulkanik gunung api yang pernah ada sebelumnya. Kemudian
pada daerah penelitian terdiri dari 4 formasi satuan batuan daerah penelitian dibagi menjadi satuan
batuan dari tua ke muda yaitu, satuan andesit, satuan granodiorit, satuan batupasir, dan satuan tuff.

15
Rusdi 1 et al. / Jambura Geoscience Review (2021) Vol. 1 (1): 10-19

5. Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Boalemo untuk izin yang telah
diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di daerah saripi dan sekitarnya Terwujudnya
penelitian ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus kepada Camat
Paguyaman, Kepala Desa Saripi, dan Kepala Desa Mutiara yang telah memberikan izin hingga
penelitian initerlaksana. Terima kasih juga kepada Laboratorium Petrolab Yogyakarta yang telah
menyediakan keperluan sayatan dan analisis petrografi.

6. Referensi

Amin, A. K. M. A., Arifin, Y. I., and Akase, N. 2019. Studi Fasies Formasi Endapan Danau untuk
Menentukan Lingkungan Pengendapan Danau Limboto. Jambura Geoscience Review,
Vol.1,No.2.pp.50-67. https://doi.org/10.34312/jgeosrev.v1i2.2056

Bachri, S. (2006). Stratigrafi Lajur Vulkano-Plutonik Daerah Gorontalo, Sulawesi. JDSG Vol XVI (2).

Kaharuddin, M.S., Hutagalung, R., and Nurhamdan, N. 2011. Perkembangan Tektonik dan
Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami di Kawasan Pulau Sulawsi. Proceeding The
36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition, September 26-29, Makassar.

Permana, A.P., Kasim, M., and Mamonto, F.K., 2021. Analisis Lingkungan Purba Batugamping
Daerah Danau Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Jurnal Geosapta. 7(2), 97 – 102.

Rahman, M.R., Zainuri, A., Manyoe, I.N., 2019. Analisis Stratigrafi dan Rumusan Sejarah Geologi
Daerah Limbato, Gorontalo Utara. Jurnal Azimut. Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71).

Shompotan, A, F. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian Institut Teknologi
Bandung. ITB. Bandung.

16

You might also like