You are on page 1of 4

Bioteknologi 11 (1): 1-4, Mei 2014, ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658, DOI: 10.

13057/biotek/c110101

Produksi bioethanol dari jerami padi (Oryza


sativa) melalui hidrolisis asan dan fermentasi
dengan Saccharomyces cerevisiae

SRI KUSUMASTUTI HAYUNINGTYAS, SUNARTO,


SITI LUSI ARUM SARI♥

Hayuningtyas SK, Sunarto, Sari SLA. 2013. The production of bioethanol


from rice straw (Oryza sativa) by acid hydrolysis and fermentation with
Saccharomyces cerevisiae. Bioteknologi 11: 1-4. Bioethanol is one of the
alternative fuels that are considered more environmentally friendly.
Bioethanol can be obtained from material that contains cellulose, such as
♥ Alamat korespondensi: rice straw. This study aimed to determine the optimum fermentation time
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika to product bioethanol from rice straw hydrolysis and measured of
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
bioethanol product from rice straw by acid hydrolysis and Saccharomyces
Universitan Sebelas Maret. . Jl. Ir.
Sutami 36A Surakarta 57126, Central
cerevisiae fermentation. The results showed that rice straw hydrolysis by
Java, Indonesia. Tel./Fax.. +62-271- sulfuric acid catalyst produced higher reducing sugar: 21.7 g/100 g rice
663375, email: straw. The optimum fermentation time was 5 days which produced of
arumprasojo@gmail.com 8.96% bioethanol.
Manuskrip diterima: 28 Januari 2014.
Revisi disetujui: 4 April 2014. Keywords: Bioethanol, rice straw, sulfuric acid, Saccharomyces cerevisiae

Hayuningtyas SK, Sunarto, Sari SLA. 2013. Produksi bioethanol dari jerami
padi (Oryza sativa) melalui hidrolisis asan dan fermentasi dengan
Saccharomyces cerevisiae. Bioteknologi 11: 1-4. Bioetanol merupakan salah
satu bahan bakar alternatif yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Bioetanol dapat diperoleh dari bahan yang mengandung selulosa, seperti
jerami padi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu fermentasi
optimal untuk bioetanol produk dari jerami padi hidrolisis dan diukur dari
produk bioetanol dari jerami padi dengan hidrolisis asam dan fermentasi
Saccharomyces cerevisiae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami
padi hidrolisis oleh katalis asam sulfat diproduksi gula pereduksi yang
lebih tinggi: 21,7 g / 100 g jerami padi. Waktu fermentasi optimum adalah 5
hari yang dihasilkan dari 8,96% bioethanol.

Kata kunci: Bioetanol, jerami padi, asam sulfat, Saccharomyces cerevisiae

PENDAHULUAN hemiselulosa (27%), lignin (18%), dan abu (11%)


(Lee et al. 2007). Kandungan selulosa dalam
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar jerami padi tinggi sehingga jerami padi sangat
alternatif yang mempunyai kelebihan potensial dikembangkan sebagai substrat dalam
dibandingkan bahan bakar minyak. Bioetanol produksi bioetanol.
mengandung emisi gas CO lebih rendah bila Selulosa merupakan suatu karbohidrat yang
dibandingkan dengan bahan bakar minyak yaitu tersusun atas unit-unit glukosa yang
sekitar 19-25% (Syam et al. 2009). Bioetanol dapat dihubungkan dengan ikatan β-1,4-glikosidik.
diproduksi dari bahan yang banyak Melalui proses hidrolisis, selulosa diubah
mengandung selulosa. Selulosa terdapat pada menjadi glukosa yang mempunyai nilai ekonomi
limbah pertanian maupun perkebunan yang tinggi. Perubahan selulosa menjadi glukosa
selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. merupakan tahap yang strategis karena glukosa
Jerami padi merupakan bahan lignoselulosa dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Glukosa
yang tersedia dalam jumlah besar dan belum dapat difermentasi lebih lanjut menjadi asam
dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. organik dan etanol (Shofiyanto 2008).
Biasanya jerami padi hanya ditumpuk atau Tahapan yang harus dilalui antara lain
dibakar di ladang selepas panen. Jerami padi perlakuan pendahuluan (pretreatment), hidrolisis
umumnya mengandung selulosa (39%), dan fermentasi. Proses produksi bioetanol dari
2 Bioteknologi 11 (1): 1-4, Mei 2014

bahan lignoselulosa, diperlukan proses dibiarkan selama 30 menit, selanjutnya


pretreatment, yaitu proses perlakuan awal dipanaskan pada suhu 115˚C, 1 atm selama 60
sebelum substrat difermentasi (Murni 2008). menit. Setelah larutan dingin disaring
Hidrolisis asam adalah hidrolisis dengan menggunakan kertas saring dan dicuci akuades
mengunakan asam yang dapat mengubah hingga pH netral dan dikeringkan pada suhu
polisakarida (pati, selulosa) menjadi gula. Asam 70oC sampai kering.
sulfat berfungsi sebagai katalisator yaitu dapat
membantu dalam proses pemecahan karbohidrat Hidrolisis jerami padi
menjadi gula, kemudian pada waktu fermentasi Sebanyak 5 g serbuk jerami padi yang sudah
gula tersebut akan diuraikan oleh ragi/ dipretreatment dimasukkan ke dalam100 ml
mikroorganisme sehingga terbentuk alkohol akuades kemudian pH diatur hingga mencapai
(Purwanti 2008). pH 2 dengan menambahkan H2SO4 7% (v/v).
Salah satu mikroorganisme yang berperan Untuk kontrol tanpa diberi H2SO4. Larutan
dalam pembuatan bioetanol adalah Saccharomyces dipanaskan dalam autoklaf selama 1 jam pada
cerevisiae. Khamir uniseluler ini bersifat suhu 120˚C.
nonpatogenik dan nontoksik, sehingga sejak
dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses Fermentasi
fermentasi seperti pada pembuatan roti, asam Substrat fermentasi sebanyak 100 ml dimasuk-
laktat, dan alkohol (Thontowi et al. 2007). Selain kan dalam fermentor. Sejumlah 10% starter
itu, S. cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam diinokulasikan ke dalam substrat fermentasi
jumlah besar dan mempunyai toleransi terhadap dalam keadaan aseptis. Fermentasi berlangsung
alkohol yang tinggi (Elevri & Putra 2006). pada kondisi anaerob. Proses fermentasi
Tujuan dari penelitian ini adalah adalah dilakukan selama 3, 5 dan 7 hari pada suhu 30 ˚C.
mengetahui waktu fermentasi optimum untuk
produksi bioetanol dari hasil hidrolisis jerami Pengukuran gula reduksi
padi dan mengetahui banyaknya bioetanol yang Gula reduksi dianalisis dengan mengguna-
dihasilkan dari jerami padi melalui proses kan metode DNS (dinitrosalycilic acid). Gula
hidrolisis asam dan fermentasi dengan reduksi diukur pada spektrofotometer pada
Saccharomyces cerevisiae. panjang gelombang 540 nm (Miller 1959).

Pengukuran kadar bioetanol


BAHAN DAN METODE Pengukuran etanol menggunakan metode
destilasi. Persentase etanol dihitung
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tabel AOAC (Analysis of the
antara lain adalah jerami padi yang masih basah Association of Official Analitical Chemists) (Horwits
(baru saja dipanen) diperoleh dari daerah and Franklin 1975).
Kartasura Kabupaten Sukoharjo, reagen DNS,
garam rochelle (KNa-tartat), akuades, larutan Perhitungan jumlah sel khamir
H2SO4, alkohol, glukosa anhidrat, aquades Jumlah sel khamir media fermentasi dihitung
destilasi, Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari menggunakan hemasitometer (Hadioetomo
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia 1990).
Budi Surakarta.
Analisis data
Preparasi jerami padi (Oryza sativa L.) Analisis menggunakan metode statistik
Jerami padi dikecilkan secara manual sampai analisis variansi (ANAVA), dilanjutkan dengan
panjangnya sekitar ±1 cm. Potongan jerami uji DMRT taraf signifikansi 5%.
disortasi kemudian dicuci dan dikeringkan
dibawah sinar matahari. Setelah kadar air
berkurang, pengeringan dilanjutkan di dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
oven bersuhu 50oC kemudian diblender sehingga
menjadi serbuk jerami. Serbuk jerami padi di Kadar gula reduksi substrat jerami padi
ayak hingga semua sampel lolos ayakan 40 mesh. menggunakan asam sulfat (H2SO4) pada proses
hidrolisis
Perlakuan pendahuluan Penelitian ini diawali dengan proses
Serbuk jerami padi sebanyak 100 g di pretreatment jerami padi menggunakan larutan
masukkan dalam 1 L larutan NaOH 10% (v/v), NaOH 10% (v/v). Proses selanjutnya dilanjutkan
WIDIASTUTI et al. – Keragaman genetik 3

dengan hidrolisis menggunakan asam sulfat Tabel 1. Kadar bioetanol dengan variasi waktu
(H2SO4). fermentasi
Hidrolisis jerami padi tanpa penambahan
Waktu fermentasi Kadar etanol
asam (kontrol) selama 1 jam pada suhu 120˚C (hari) (%)
tekanan 1 atm menghasilkan gula reduksi 3 4,55a
sebesar 5,16 g/100 g serbuk jerami padi. 5 8,96 c
Hidrolisis jerami padi dengan menggunakan 7 7,27 b
katalisator asam sulfat selama 1 jam pada suhu Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan nyata untuk waktu
120˚C tekanan 1 atm menghasilkan gula reduksi fermentasi terhadap kadar etanol (α=0,05)
21,7 g/100 g serbuk jerami padi.
Hasil analisis glukosa menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi asam yang dipakai
dalam hidrolisis maka semakin besar perolehan 3
yield glukosa. Yield gula hasil hidrolisis jerami 2,5

( x 107 sel/ml)
padi dengan menggunakan asam sulfat lebih

Jumlah yeast
2
tinggi dibandingkan dengan hidrolisis jerami
1,5
padi tanpa penambahan asam (kontrol). Hasil
hidrolisis dengan kadar gula reduksi tertinggi 1
digunakan pada tahap fermentasi. 0,5
0
Kadar etanol hasil fermentasi menggunakan
0 2 4 6 8
Saccharomyces cerevisiae
Gula hasil hidrolisis jerami padi diubah oleh
Waktu fermentasi (hari)
Saccharomyces cereviceae menjadi bioetanol.
Gambar 1. Jumlah yeast selama fermentasi bioetanol
Fermentasi dilakukan selama 3 hari, 5 hari dan 7
jerami padi
hari. S. cereviseae menghasilkan enzim invertase
dan zimase (Azizah et al. 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu Waktu fermentasi yang optimum adalah 5
fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar hari. Kadar bioetanol paling tinggi dihasilkan
etanol yang dihasilkan (Tabel 1). Fermentasi dari hidrolisis jerami padi melalui proses
selama 5 hari menghasilkan kadar etanol hidrolisis asam dan fermentasi dengan
tertinggi yaitu 8,96% (b/v). Pada waktu Saccharomyces cerevisiae sebanyak 8,96% (b/v).
fermentasi 7 hari kadar etanol mulai menurun
yaitu sebanyak 7,27% (b/v).
DAFTAR PUSTAKA
Kadar bioetanol pada hari ke 7 mulai
menurun. Penurunan kadar bioetanol diduga Azizah, N., Al-Baarri, N., Mulyani, S. 2012. Pengaruh Lama
terkait dengan ketersediaan substrat yang Fermentasi terhadap Kadar Alkohol, pH dan Produksi
semakin lama semakin berkurang, karena telah Gas pada proses fermentasi Bioetanol dari Whey dengan
direaksikan oleh mikroba menjadi bioetanol. Substitusi Kulit Nanas. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):
72-77.
Saccharomyces cerevisiae yang berperan dalam Elevri P.A & Putra S.R. 2006. Produksi Etanol Menggunakan
proses fermentasi dapat bermetabolisme secara Saccharomyces cerevisiae yang Diamobilisasi dengan Agar
maksimal tetapi masa keaktifannya berkurang Batang. Akta Kimindo: 1(2): 105-114.
seiring dengan tersedianya substrat yang telah Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik
dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia.
direaksikan menjadi bioetanol. Horwits, W., and Franklin. 1975. Analysis of the Association of
Pada penelitian ini, proses fermentasi Official Analitical Chemist. Washington: Second edition.
dilakukan selama 3, 5 dan 7 hari. Kadar bioetanol Lee, D.K., Owens, S.N., Boe, A. dan Jeranyama, P. 1992.
tertinggi pada waktu fermentasi 5 hari. Composition of Herbaceous Biomass Feedstocks. Sun Grant
Initiative, Noerth Central Center, South Dakota State
Sedangkan pertumbuhan khamir untuk University. Brookings.
mencapai puncak fase eksponensial pada hari ke Miller, G.L. 1959. Use of dinitro salicylic acid reagen for reagen
3 dengan jumlah sel khamir 2,8 x 107 sel/ml for determination of reducing sugar.Anal. Chem 31:426-
(Gambar 1). Pada hari ke 5 jumlah sel khamir 428.
Murni, Suparjo, dan Akmal. 2008. Buku Ajar Teknologi
sudah mulai menurun namun kadar bioetanol Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Jambi: Laboratorium
mencapai maksimum (8,96%). Hal ini diduga Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
disebabkan karena sudah terbentuknya produk Purwanti, A. 2008. Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low
yang bisa menjadi inhibitor. Density Poliethyeline (LDPE) . Jurnal Teknik. 1: 135-140.
Shofiyanto, M.E. 2008. Hidrolisis Tongkol Jagung oleh Bakteri
4 Bioteknologi 11 (1): 1-4, Mei 2014

Selulolitik untuk Produksi Bioetanol dalam Kultur Thontowi, A.K., dan Nuswatara, S. 2007. Produksi β-Glukan
Campuran. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Saccharomyces cerevisiae dalam Media dengan Sumber
Syam, K.L., Farikha, J., dan Fitriana, D.N. 2009. Pemanfaatan Nitrogen Berbeda pada Air-Lift Fermentor. Biodiversitas.
Limbah Pod Kakao Untuk Menghasilkan Bioetanol Sebagai 8(4): 253-256.
Sumber Energi Terbarukan. Kreativitas Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

You might also like