Professional Documents
Culture Documents
13057/biotek/c110101
Hayuningtyas SK, Sunarto, Sari SLA. 2013. Produksi bioethanol dari jerami
padi (Oryza sativa) melalui hidrolisis asan dan fermentasi dengan
Saccharomyces cerevisiae. Bioteknologi 11: 1-4. Bioetanol merupakan salah
satu bahan bakar alternatif yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Bioetanol dapat diperoleh dari bahan yang mengandung selulosa, seperti
jerami padi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu fermentasi
optimal untuk bioetanol produk dari jerami padi hidrolisis dan diukur dari
produk bioetanol dari jerami padi dengan hidrolisis asam dan fermentasi
Saccharomyces cerevisiae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami
padi hidrolisis oleh katalis asam sulfat diproduksi gula pereduksi yang
lebih tinggi: 21,7 g / 100 g jerami padi. Waktu fermentasi optimum adalah 5
hari yang dihasilkan dari 8,96% bioethanol.
dengan hidrolisis menggunakan asam sulfat Tabel 1. Kadar bioetanol dengan variasi waktu
(H2SO4). fermentasi
Hidrolisis jerami padi tanpa penambahan
Waktu fermentasi Kadar etanol
asam (kontrol) selama 1 jam pada suhu 120˚C (hari) (%)
tekanan 1 atm menghasilkan gula reduksi 3 4,55a
sebesar 5,16 g/100 g serbuk jerami padi. 5 8,96 c
Hidrolisis jerami padi dengan menggunakan 7 7,27 b
katalisator asam sulfat selama 1 jam pada suhu Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan nyata untuk waktu
120˚C tekanan 1 atm menghasilkan gula reduksi fermentasi terhadap kadar etanol (α=0,05)
21,7 g/100 g serbuk jerami padi.
Hasil analisis glukosa menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi asam yang dipakai
dalam hidrolisis maka semakin besar perolehan 3
yield glukosa. Yield gula hasil hidrolisis jerami 2,5
( x 107 sel/ml)
padi dengan menggunakan asam sulfat lebih
Jumlah yeast
2
tinggi dibandingkan dengan hidrolisis jerami
1,5
padi tanpa penambahan asam (kontrol). Hasil
hidrolisis dengan kadar gula reduksi tertinggi 1
digunakan pada tahap fermentasi. 0,5
0
Kadar etanol hasil fermentasi menggunakan
0 2 4 6 8
Saccharomyces cerevisiae
Gula hasil hidrolisis jerami padi diubah oleh
Waktu fermentasi (hari)
Saccharomyces cereviceae menjadi bioetanol.
Gambar 1. Jumlah yeast selama fermentasi bioetanol
Fermentasi dilakukan selama 3 hari, 5 hari dan 7
jerami padi
hari. S. cereviseae menghasilkan enzim invertase
dan zimase (Azizah et al. 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu Waktu fermentasi yang optimum adalah 5
fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar hari. Kadar bioetanol paling tinggi dihasilkan
etanol yang dihasilkan (Tabel 1). Fermentasi dari hidrolisis jerami padi melalui proses
selama 5 hari menghasilkan kadar etanol hidrolisis asam dan fermentasi dengan
tertinggi yaitu 8,96% (b/v). Pada waktu Saccharomyces cerevisiae sebanyak 8,96% (b/v).
fermentasi 7 hari kadar etanol mulai menurun
yaitu sebanyak 7,27% (b/v).
DAFTAR PUSTAKA
Kadar bioetanol pada hari ke 7 mulai
menurun. Penurunan kadar bioetanol diduga Azizah, N., Al-Baarri, N., Mulyani, S. 2012. Pengaruh Lama
terkait dengan ketersediaan substrat yang Fermentasi terhadap Kadar Alkohol, pH dan Produksi
semakin lama semakin berkurang, karena telah Gas pada proses fermentasi Bioetanol dari Whey dengan
direaksikan oleh mikroba menjadi bioetanol. Substitusi Kulit Nanas. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):
72-77.
Saccharomyces cerevisiae yang berperan dalam Elevri P.A & Putra S.R. 2006. Produksi Etanol Menggunakan
proses fermentasi dapat bermetabolisme secara Saccharomyces cerevisiae yang Diamobilisasi dengan Agar
maksimal tetapi masa keaktifannya berkurang Batang. Akta Kimindo: 1(2): 105-114.
seiring dengan tersedianya substrat yang telah Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik
dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia.
direaksikan menjadi bioetanol. Horwits, W., and Franklin. 1975. Analysis of the Association of
Pada penelitian ini, proses fermentasi Official Analitical Chemist. Washington: Second edition.
dilakukan selama 3, 5 dan 7 hari. Kadar bioetanol Lee, D.K., Owens, S.N., Boe, A. dan Jeranyama, P. 1992.
tertinggi pada waktu fermentasi 5 hari. Composition of Herbaceous Biomass Feedstocks. Sun Grant
Initiative, Noerth Central Center, South Dakota State
Sedangkan pertumbuhan khamir untuk University. Brookings.
mencapai puncak fase eksponensial pada hari ke Miller, G.L. 1959. Use of dinitro salicylic acid reagen for reagen
3 dengan jumlah sel khamir 2,8 x 107 sel/ml for determination of reducing sugar.Anal. Chem 31:426-
(Gambar 1). Pada hari ke 5 jumlah sel khamir 428.
Murni, Suparjo, dan Akmal. 2008. Buku Ajar Teknologi
sudah mulai menurun namun kadar bioetanol Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Jambi: Laboratorium
mencapai maksimum (8,96%). Hal ini diduga Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
disebabkan karena sudah terbentuknya produk Purwanti, A. 2008. Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low
yang bisa menjadi inhibitor. Density Poliethyeline (LDPE) . Jurnal Teknik. 1: 135-140.
Shofiyanto, M.E. 2008. Hidrolisis Tongkol Jagung oleh Bakteri
4 Bioteknologi 11 (1): 1-4, Mei 2014
Selulolitik untuk Produksi Bioetanol dalam Kultur Thontowi, A.K., dan Nuswatara, S. 2007. Produksi β-Glukan
Campuran. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Saccharomyces cerevisiae dalam Media dengan Sumber
Syam, K.L., Farikha, J., dan Fitriana, D.N. 2009. Pemanfaatan Nitrogen Berbeda pada Air-Lift Fermentor. Biodiversitas.
Limbah Pod Kakao Untuk Menghasilkan Bioetanol Sebagai 8(4): 253-256.
Sumber Energi Terbarukan. Kreativitas Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor. Bogor.