You are on page 1of 41

BAB III

PROSES PERANCANGAN, PEMBUATAN, dan PENGUJUIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Untuk mencapai tujuan tugas akhir sepeda motor listrik roda tiga terdiri
dari beberapa langkah proses, berikut adalah diagram alir penelitian sepeda
motor listrik tiga roda :

Mulai

 Studi Literatur Drive Train


 Studi Literatur Motor Listrik
 Studi Literatur Baterai
 Studi Literatur Controller
 Studi Literatur Control

 Memiliki kecepatan max 30 km/h


 Memiliki kekuatan baterai 1 jam
 Mampu membawa 2 orang
 Nyaman dikendarai

Perancangan dan perhitungan sistem drive train

Penentuan komponen elektronik yang digunakan

Perancangan dan pembuatan swing arm baru

Pemasangan tiap komponen

Pengujian alat

Prototype
sepeda motor
listrik roda tiga

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penelitian

31
 Penjelasan Diagram Alir
Studi literatur dilakukan dengan mengetahui dan memahami apa
yang dimaksud drive train, mempelajari konsep dasar sepeda motor
listrik dengan sumber daya listrik dari baterai atau accumulator,
menentukan motor listrik yang akan digunakan, menghitung
perbandingan final gear yang nantinya akan dipakai dalam sistem drive
train ini. Serta melakukan pembuatan rangka baru untuk memasan
komponen-komponen yang telah dirancang, sehingga menjadi sebuah
prototype sepeda motor listrik roda tiga. Setelah melakukan studi
literatur, kemudian dilakukan penentuan target perancangan yang ingin
dicapai dalam perancangan drive train sepeda motor listrik roda tiga.
Kemudian perancangan dan perhitungan sistem drive train dilakukan
dengan menghitung, memilih, dan merangkai komponen yang akan
digunakan. Setelah mendapatkan rancangan sistem drive train,
kemudian dilakukan penentuan komponen elektronik yang digunakan.
Perancangan dan pembuatan rangka baru sebagai tempat
komponen drive train sepeda motor. Karena mesin awal yang secara
langsung menjadi penyangga roda belakang diganti dengan swing arm
baru, nantinya menjadi penyangga roda belakang. Lalu pemasangan
tiap komponen dilakukan untuk perakitan tiap komponen yang sudah
disediakan, agar alat bisa digunakan untuk alat transportasi sehari-hari.
Tahap akhir pengujian alat dilakukan untuk menetahui kesesuaan antara
hasil rancangan dan performa alat saat digunakan, apakah sesuai atau
tidak. Hasil akhir dari perancangan dan pembuatan berupa prototype
sepeda motor listrik roda tiga.
3.2 Tinjauan Sepeda Motor Roda Tiga Sebelumnya

Sepeda motor basic Yamaha mio (matic) yang sudah dimodifikasi


menjadi roda tiga pada penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini akan
dimodifikasi pada bagian mesin yang dirubah menjadi motor listrik.

Berikut adalah penjelasan spesifikasi sepeda motor Yamaha Mio yang


belum dimodifikasi :

32
 Nama Produk : Yamaha Mio
 Tipe Produk : Automatic
 Mesin
o Tipe Mesin : 4 langkah SOHC 2-Klep pendingin
udara
o Diameter x Langkah : 50.0 x 57.9 mm
o Volume Silinder : 113.7 CC
o Perbandingan Kompresi : 8.8 : 1
o Kopling : Kering, Sentrifugal Otomatis
o Susunan Silinder : Tunggal
o Karburator : NCV24x1 (Keihin)
o Sistem Pengapian : DC-CDI
o Pelumas : Wet Sump
o Kapasitas Oli Mesin : 0.9 Liter
o Transmisi : V-Belt Otomatis
o Rasio Gigi : 2.399 - 0.829
o Caster atau Trail : 26.5 derajat/ 100 mm
o Sistem Rem Depan : Hydraulic Single Disc
o Sistem Rem Belakang : Drum
o Berat kosong : 87 Kg
 Chasis
o Tipe Rangka : Steel Tube
o Kapasitas Tangki : 3,7 Liter
o Jarak Sumbu Roda : 1,240 mm
o Jarak ke Tanah : 130 mm
o Tinggi Tempat Duduk : 745 mm
 Suspensi dan Ban
o Suspensi Depan : Teleskopik
o Suspensi Belakang : Teleskopik
o Ukuran Ban Depan : 70/90-14MC 34P
o Ukuran Ban Belakang : 80/90-14MC 34P
o Sistem Starter : Kick & Electric

33
 Performa (klaim pabrik)
o Daya Maksimum : 6.54 Km (8.9 ps) / 12,000 rpm
o Torsi Maksimum : 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

Gambar 3.2 Sepeda Motor Yamaha Mio


https://mybikeshop.wordpress.com/2008/06/18/yamaha-mio/

Sepeda motor Yamaha mio tersebut kemudian dimodifikasi dengan


menggunakan front arm sehingga motor tersebut memiliki roda tiga yang
bertujuan untuk meningkatkan kestabilan, berikut adalah gambar sepeda
motor Yamaha Mio yang sudah dimodifikasi :

Gambar 3.3 Sepeda Motor Yamaha Mio yang


Sudah Dimodifkasi Menjadi Roda Tiga

34
Berikut adalah penjelasan spesifkasi sepeda motor roda tiga setelah
dimodifikasi :

 Lebar antar sumbu roda depan : 72 cm


 Panjang sumbu roda depan belakang : 186 cm
 Berat kosong setelah dimodifkasi : 157 Kg

Gambar 3.4 Sepeda Motor Roda Tiga Setelah di Modifikasi

3.3 Proses Perancangan Sepeda Motor Listrik Roda Tiga

3.3.1 Spesifikasi Teknis Perancangan

Sebagai landasan untuk memenuhi kebutuhan konsumen kedepannya,


tentu saja diperlukan spesifikasi khusus sepeda motor listrik roda tiga agar
diminati konsumen dan layak dipakai sebagai sarana transportasi sehari-hari,
maka dari itu penulis merancang spesifikasi agar sepeda motor listrik roda
tiga menjadi alat transportasi yang layak dan mampu bersaing dipasaran
dengan produk yang sudah ada.
Kendaraan ramah lingkungan yang sudah ada masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis merancang sepeda motor listrik roda tiga
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Berikut adalah
contoh sepeda motor listrik dan sepeda motor roda tiga yang sudah ada
dipasaran.

35
Sepeda motor listrik yang banyak di pasaran masih mempunyai
kekurangan, yaitu :
 Harga unit mahal
 Sparepart sulit didapatkan
 Perawatan harus memiliki kemampuan khusus
Hal tersebut menjadi pertimbangan penulis, sehingga penulis
merancang dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Harga unit yang bisa dijangkau kalangan menengah kebawah
 Sparepart mudah didapatkan karena menggunakan komponen sepeda
motor yang tersedia di pasaran
 Perawatan mudah
 Memiliki roda tiga agar lebih stabil

3.3.2 Perancangan Konsep Sepeda Motor Roda Tiga

 Perancangan Konsep Drive Train


Pada tahap perancangan konsep drive train ini perancang akan memilih konsep
dari beberapa sistem drive train, yaitu :

1. CONTROLLER THROTTLE

MOTOR
BATERAI TRANSMISI RODA BELAKANG
LISTRIK

2. CONTROLLER THROTTLE

MOTOR LISTRIK
BATERAI RODA BELAKANG
BLDC

36
3. CONTROLLER THROTTLE

BATERAI INVERTER MOTOR TRANSMISI


LISTRK AC

RODA BELAKANG

4.

CONTROLLER THROTTLE

BATERAI INVERTER MOTOR RODA BELAKANG


LISTRK AC

Dari ke empat tipe sistem drive train yang akan dipilih dan
menggantikan mesin motor Yamaha mio yang tidak akan dipakai, digantikan
mengunakan motor listrik BLDC (brushless DC) tipe hub, karena motor
listrik ini memenuhi kriteria untuk perancangan motor listrik yang akan
dibuat. Berikut adalah ulasan kelebihan dan kekurangan dari motor listrik
BLDC :

Keunggulan motor BLDC :


- Torsi yang bagus.
- Efisiensi yang tinggi.
- Memiliki ketahanan yang bagus dalam pemakaian lama.
- Dapat bekerja optimal pada semua rentang putaran rpm.
- Motor BLDC adalah yang terbaik dalam kerja putaran rendah.
- Harga terjangkau.
Kelemahan motor BLDC :
- Membutuhkan controller, yang harus dikontroll secara PWM control dan
derajat phase hall sensor.
- Top speed yang terbatas
- Power ratio yang rendah

37
- Tidak ideal dalam daya yang besar, daya maksimum 30 kW
- Tidak ideal dalam tegangan yang tinggi, voltase maksimum 200 V

Kekurangan diatas masih dapat diminimalisir karena pada penelitian ini


motor listrik tidak perlu memenuhi persyaratan :

- Controller pasti dibutuhkan dan disesuaikan dengan motor listrik


- Top speed perlu dibatasi karena untuk faktor keamanan
- Rentang power ratio yang rendah karena diperuntukan untuk daerah
perkotaan
- Daya yang diperlukan 750 Watt – 1500 Watt
- Tegangan yang diperlukan 48 Volt
 Perancangan Konsep Swing Arm

Penulis memiliki konsep perancangan swing arm pada penelitian ini,


menggunakan basic sepeda motor roda tiga yang sudah ada dan dimodifikasi,
yaitu sepeda motor Yamaha Mio.

Dimulai dari pemilihan konsep swing arm belakang untuk penyangga


utama roda belakang karena mesin bawaan pabriknya tidak dipakai dan
digantikan dengan motor listrik, karena penyangga roda belakang satu
kesatuan dengan mesin.

Ada beberapa pilihan untuk swing arm baru untuk menggantikan posisi
mesin bawaannya yaitu :

 Single arm

Gambar 3.5 Single Arm

38
Single arm adalah swing arm yang memiliki penampang roda belakang
satu saja, menggunakan monoshock untuk peredam kejut bagian belakang,
biasanya tipe arm ini digunakan untuk motor besar. Kelebihan dari jenis
swing arm ini adalah memiliki kesan lebih gagah dan sangat cocok untuk
motor besar, untuk penggunaan dan tujuan dari swing arm jenis ini sama saja
dengan tipe double arm karena sama-sama untuk menyangga roda belakang.
Sedangkan kekurangan dari tipe swing arm ini adalah harga yang cukup
mahal dengan produk yang sulit ditemukan dipasaran.

 Double arm

Gambar 3.6 Double Arm

Double arm merupakan salah satu komponen sepeda motor yang


banyak digunakan di pasaran, untuk komponen utama sistem suspensi
belakang sebagai penyangga utama roda belakang. Tipe swing arm ini sangat
khas yaitu berbentuk huruf H, pada kedua sisinya terdapat shockbreaker
untuk menahan guncangan. Kelebihan dari tipe swing arm ini adalah mudah
didapatkan di pasaran, harga lebih terjangkau dan lebih kuat untuk menahan
beban, sedangkan kekurangan dari tipe swing arm ini adalah dari segi bentuk
yang biasa -biasa saja.

Maka dari itu penulis memilih konsep double arm, dikarenakan :

 Pengaplikasian tidak rumit


 Produk yang tersedia di pasaran lebih banyak pilihan

39
 Harga terjangkau

Perancang menggunakan basic swing arm motor Honda Tiger 2000,


karena ukuran swing arm ini sesuai dengan ukuran yang diharapkan.

Gambar 3.7 Swing Arm Honda Tiger 2000

Swing arm ini kemudian dicocokan ke rangka sepeda motor listrik roda
tiga yang akan dibuat, dasar rangka sepeda motor listrik ini adalah sepeda
motor Yamaha mio yang dimodifkasi. Semua bagian mesin tidak dipakai dan
digantikan dengan swing arm baru (swing arm Honda Tiger 2000).

Gambar 3.8 Pengukuran Swing Arm

40
Berikut adalah gambar penempatan swing arm di rangka Yamaha mio :

Gambar 3.9 Penempatan Double Arm

Gambar 3.10 Penempatan Swing Arm

 Komponen – Komponen Pemasangan Swing Arm


a. Mounting swing arm kiri

41
Gambar 3.11 Mounting Arm Kiri

Fungsi dari mounting swing arm kiri adalah untuk dudukan utama swing
arm terhadap rangka utama sepeda motor listrik.
b. Mounting swing arm kanan

Gambar 3.12 Mounting Arm Kanan

Fungsi dari mounting swing arm kanan adalah untuk dudukan utama
swing arm terhadap rangka utama sepeda motor listrik.
c. Mounting shockbreaker kiri

42
Gambar 3.13 Mounting Shockbreaker Kiri

Fungsi dari mounting shockbreaker kiri adalah untuk dudukan utama


shockbreaker terhadap rangka utama sepeda motor listrik.
d. Mounting shockbreaker kanan

Gambar 3.14 Mounting Shockbreaker Kanan

Fungsi dari mounting shockbreaker kanan adalah untuk dudukan utama


shockbreaker terhadap rangka utama sepeda motor listrik.

43
e. Swing arm

Gambar 3.15 Swing Arm Honda Tiger 2000

Fungsi dari swing arm adalah sebagai salah satu sistem suspensi belakang
dan sebagai penyangga utama roda belakang.

 Penempatan Tiap Komponen

Gambar 3.16 Penempatan Komponen

44
3.3.3 Penentuan Target Perancangan Sistem Drive Train

Sebelum melakukan perancangan detail, penulis melakukan penentuan


target perancangan yang ingin dicapai dalam perancangan drive train sepeda
motor listrik roda tiga, yaitu :
 Memiliki kecepatan max 50 km/h
 Memiliki kekuatan baterai 1 jam
 Mampu membawa 2 orang
 Nyaman dikendarai

3.3.4 Perancangan Detail Sepeda Motor Listrik Roda Tiga

 Gaya Traksi Pada Roda Belakang

FTotal = FRO + FAE + FCL[5}

Dimana : FRO = Tahanan Gelinding pada roda

FRO = f x m x g

µ = 0.013

m = 200 Kg

g = 9.81 𝑚⁄𝑠 2

FAE = Tahanan udara (diabaikan) karena kecepatan tidak terlalu


tinggi dan luas penampang relatif kecil, maka gaya yang dihasilkan
oleh angin diabaikan.
FAE = 0.5 x 𝜌 x Cd x A x (V + Vh )
𝜌 = Massa jenis udara = 1.3 𝐾𝑔⁄𝑚3
Cd = Koefisien gesek ; µ = 0.3
Vh = Kecepatan Angin ; 6 𝑚⁄𝑠
V = Kecepatan Kendaraan = 30 𝐾𝑚⁄𝑗𝑎𝑚
A = Luas Penampang bodi (Luas bodi bagian depan)
= L x T = 𝑚2
FCL = Kemampuan di tanjakan ; m x g x sin β

45
sin β = Besar sudut kemiringan untuk tanjakan

 FRO = f x m x g
= 0.013 ×150 Kg × 9.81 𝑚⁄𝑠 2
= 19,12 N

Mencari FCL (Kemampuan di tanjakan)

 FCL = m x g x sin β
=150 Kg × 9.81 𝑚⁄𝑠 2 × sin 10 o
= 255,52 N
 FCL = m x g x sin β
=150 Kg × 9.81 𝑚⁄𝑠 2 × sin 5 o
= 128,24 N
 FCL = m x g x sin β
=150 Kg × 9.81 𝑚⁄𝑠 2 × sin 3 o
= 77,01 N

Mencari FTotal dari setiap sudut tanjakan

 FTotal = FRO + FCL sin 10o

= 19,12 N + 255,52 N

= 274,64 N

 FTotal = FRO + FCL sin 5o

= 19,12 N + 128,24 N

= 147,36 N

 FTotal = FRO + FCL sin 3o

= 19,12 N + 77,01 N

= 96,13 N

46
 Torsi pada Roda Belakang

Rolling Radius ; Ø= 420 mm

r = 210 mm

Torsi pada Roda = FTotal× Rolling Radius

 T sin 10o = 274,64N × 210 mm

= 274,64N × 0,21 m

= 57,67 Nm (asumsi kemiringan 10o)

 T sin 5o = 147,36 N × 210 mm

= 147,36 N × 0,21 m

= 30,94 Nm (asumsi kemiringan 5o)

 T sin 3o = 96,13 N × 210 mm

= 96,13 N × 0,21 m

= 20,18 Nm (asumsi kemiringan 3o)

 Daya Motor Listrik

Untuk kecepatan maksimum 30 Km/jam

𝑟𝑎𝑑
𝜔 = 39,6
𝑠

N=T×𝜔

 N = T sin 10o × 𝜔
= 57,67 Nm × 39,60 rad/s
= 2283,73 W 2,2 kW
 N = T sin 5o × 𝜔
= 30,94 Nm × 39,60 rad/s
= 1225,224 W 1,2 kW

47
 N = T sin 3o × 𝜔
= 20,18 Nm × 39,60 rad/s
= 799,128 W 0,7 kW
 Waktu Penggunaan Baterai

NBaterai = V × I

Dimana : NBaterai = NMotor = 2,2 kW

2,2 𝑘𝑊 = 48 𝑉. 𝐼

2,2 𝑘𝑊
𝐼= = 0,04 𝐴
48 𝑉

Pemakaian baterai maksimum satu jam

 Pada kemiringan 10o

2,2 .103 Watt = 2,2 .103 V.I x 1 h

2,2 .103 .V .I
= x1h
48 𝑉

2,2 .103 x o,o4 A


= xIh
48

= 1,83 h

 Pada kemiringan 5o

1,2. 103 Watt = 1,2 .103 V.I x 1 h

1,2 .103 .V .I
= x1h
48 𝑉

1,2 .103 x o,o4 A


= x1h
48

=1h

 Pada kemiringan 3o

0,7. 103 Watt = 0,7 .103 V.I x 1 h

0,7 .103 .V .I
= 48 𝑉
x1h

48
0,7 .103 x o,o4 A
= x1h
48

= 0,58 h

Voltase baterai yang dibutuhkan pada setiap sudut tanjakan

NBaterai = V × I
NBaterai
Maka : V =
𝐼
 Pada kemiringan 10o
2,2 kW
V= = 55 V
0,04 𝐴
 Pada kemiringan 5o
1,2 kW
V= = 48 V
0,025 𝐴
 Pada kemiringan 3o
0,7 kW
V= = 46 V
0,015 𝐴

Kapasitas baterai yang dibutuhkan pada setiap sudut tanjakan


berdasarkan waktu pengendaraan

NMotor = V × I

waktu pengendaraan = 0,5 hours

NMotor
Maka : I = × 0,5 hours
𝑉

 Pada kemiringan 10o


2.200 W
I= × 0,5 hours
55 𝑉
= 20 Ah
 Pada kemiringan 5o
1.200 W
I= × 0,5 hours
48 𝑉
= 12,5 Ah
 Pada kemiringan 3o
700 W
I= × 0,5 hours = 7,7 Ah
46 𝑉

49
3.4 Proses Pembuatan Drive Train Sepeda Motor Listrik Roda Tiga

Pembuatan sistem drive train sepeda motor listrik roda tiga ini terdiri
dari beberapa tahapan, mulai dari proses plan yang meliputi pemilihan
peralatan dan mesin apa saja yang akan digunakan, proses apa saja yang akan
dilakukan, kemudian setelah itu proses pembuatan komponen-komponen
yang sesuai dengan proses perancangan. Kemudian dilakukan perakitan dari
tiap – tiap komponen yang telah dibuat maupun yang sudah tersedia
dipasaran, dalam pembuatan mounting swing arm menggunakan metode
pengelasan, sedangkan untuk perakitan komponen menggunakan mur dan
baut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tahap-tahap pembuatan dan
perakitan komponen sistem drive train sepeda motor roda tiga :

3.4.1 Tahap-Tahap Pembuatan

Tahap – tahap pembuatan drive train sepeda motor listrik roda tiga :

a. Hasil rancangan berupa gambar teknik dan pemilihan sistem drive train
yang sudah dirancang pada pembahasan sebelumnya.
b. Setelah mendapakan hasil rancangan berupa gambar teknik dan pemilihan
sistem drive train lalu dibuat proses plan yang meliputi pemilihan peralatan,
dan mesin apa saja yang digunakan dan proses apa saja yang akan
dilakukan.
c. Setelah itu pembuatan dudukan swing arm baru dan pemasangan komponen
– komponen terhadap swing arm yang sudah direncanakan.
d. Setelah pembuatan dan penyediaan komponen selesai lalu dilakukan
perakitan dari tiap komponen sepeda motor listrik roda tiga.
e. Tahap selanjutnya adalah merakit komponen sistem drive train yang terdiri
dari : motor listrik, baterai, controller dan throttle.
f. Kemudian dilakukan running, apakah sistem tersebut sudah berjalan atau
belum.
g. Sesudah semua sistem berjalan dengan baik, tahap akhir yaitu melakukan
pengujian terhadap performa sepeda motor listrik roda tiga

50
Adapun komponen – komponen dari sistem drive train yang akan dibuat dan
yang sudah tersedia dipasaran yaitu sebagai berikut :

1. Komponen yang sudah tersedia di pasaran


 Motor listrik BLDC tipe hub 750 Watt
 Controller
 Throttle
 Baterai 48 Volt
 Swing arm Honda Tiger 2000
 Rem set belakang Honda Tiger 2000
 Shockbreaker belakang panjang 34 cm
2. Komponen yang akan dibuat
 Mounting swing arm kiri
 Mounting swing arm kanan
 Mounting shockbreaker kiri
 Mounting shockbreaker kanan
3.4.2 Proses Plan

Pada tahap ini pembuat merencanakan untuk pembuatan dan perakitan


komponen yang terdapat pada sistem drive train tersebut, dalam pemilihan proses
menentukan parameter proses pemesinan dan jenis mesin apa saja yang digunakan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut :

1. Desain dan dimensi benda kerja yang akan dibentuk


2. Ketebalan material
3. Waktu produksi
4. Biaya produksi
5. Kepresisian dimensi hasil produksi

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pembuat merencanakan untuk


setiap pembuatan komponen sistem kontrol dengan jenis proses yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan mounting swing arm menggunakan plat baja komersil setebal


3mm yang sudah banyak tersedia di pasaran, kemudian pemotongan plat

51
menggunakan las asetilen, untuk membuat lubangnya menggunakan mesin
gurdi dan finishing menggunakan gerinda.
2. Pembuatan mounting shockbreaker menggunakan plat baja komersil setebal
3mm yang sudah banyak tersedia di pasaran, kemudian pemotongan plat
menggunakan las asetilen, untuk membuat lubangnya menggunakan mesin
gurdi dan finishing menggunakan gerinda.
Selanjutnya dibuat lembar kerja proses untuk setiap komponen yang dibuat,
tetapi sebelumnya diperlukan perhitungan parameter proses untuk komponen
mounting swing arm dan mounting shockbreaker.

3.4.3 Lembar Kerja Proses

Lembar kerja proses ini yang nantinya digunakan sebagai prosedur urutan
pengerjaan untuk setiap part yang akan dibuat, serta gambar teknik yang telah
dibuat oleh perancang. Dalam lembar kerja proses ini terdiri dari nama komponen
yang akan dibuat kemudian urutan proses pembuatan, jenis mesin dan perkaka
yang digunakan serta parameter proses pemesinan untuk komponen yang dibuat
dengan proses pemesinan. Berikut lembar kerja proses yang dibuat berdasarkan
part yaitu :

52
 Mounting Swing Arm

LEMBAR KERJA PROSES

NAMA PART : MOUNTING SWING ARM NO PART : 01 NO GAMBAR : 1

MATERIAL : BAJA KOMSERSIL UKURAN MATERIAL : 50 mm x 20 mm TANGGAL : 5-01-2016

JUMLAH PART : 2 HAL 1 DARI 1 HAL PERENCANA : REZA NUGRAHA

WAKTU
PARAMETER PEMESINAN
MESIN OPERASI
NO PROSES PERKAKAS
PERKAKAS Vc Vf Tc z
(mm/min) (mm/min) (min) (cm3/min)

1 PEMOTONGAN PLAT LAS ASETILEN - - - - - 10 MENIT

2 DRILLING MESIN GURDI DRILL ∅14 16,48 141 0,12 13,27 10 MENIT

53
 Mounting Shockbreaker

LEMBAR KERJA PROSES

NAMA PART : MOUNTING SHOCKBREAKER NO PART : 02 NO GAMBAR : 2

MATERIAL : BAJA KOMSERSIL UKURAN MATERIAL : 50 mm x 20 mm TANGGAL : 5-01-2016

JUMLAH PART : 2 HAL 1 DARI 1 HAL PERENCANA : REZA NUGRAHA

WAKTU
PARAMETER PEMESINAN
OPERASI
MESIN
NO PROSES PERKAKAS Vc
PERKAKAS Vf Tc z
(mm/mi
(mm/min) (min) (cm3/min)
n)

1 PEMOTONGAN PLAT LAS ASETILEN - - - - - 10 MENIT

2 DRILLING MESIN GURDI DRILL ∅10 11,77 141 0,09 8,85 10 MENIT

54
3.4.4 Pembuatan Komponen
Pembuatan komponen sistem drive train dilakukan berdasarkan
perencanaan produksi yang telah dibuat sebelumnya yang meliputi penentuan
parameter proses pemesinan untuk komponen mounting swing arm dan
shockbreaker, kemudian lembar kerja proses sebagai prosedur urutan proses
pengerjaannya. Rangkaian urutan proses pengerjaan berdasarkan part yang
akan dibuat.
 Pembuatan Mounting Swing Arm

Mounting swing arm merupakan komponen penyangga untuk swing


arm, sebagai dudukan antara swing arm dengan rangka sepeda motor listrik.
Tahapan proses pembuatan mounting swing arm sebagai berikut :

1. Material plat dengan ukuran 200 mm x 100 mm.


2. Kemudian plat tersebut dipotong mengikuti ukuran yang sudah
dicantumkan pada lembar kerja proses.
3. Plat yang sudah dipotong kemudian dilubangi dengan diameter
16mm.
4. Setelah plat tersebut sesuai ukuran 70 mm x 30 mm untuk yang
kanan dan 100 mm x 55 mm untuk bagian kiri, maka dilakukan
penyambungan dengan menggunakan las listrik (las SMAW).

Gambar 3.17 Proses Pengelasan Mounting Swing Arm

58
Gambar 3.18 Mounting Swing Arm Kanan Setelah Proses
Pengelasan

Gambar 3.19 Mounting Swing Arm Kiri Setelah Proses


Pengelasan

 Pembuatan Mounting Shockbreaker

Mounting shockbreaker merupakan komponen penyangga untuk


shockbreaker, sebagai dudukan antara shockbreaker dengan rangka sepeda

59
motor listrik. Tahapan proses pembuatan mounting shockbreaker sebagai
berikut :

1. Material plat dengan ukuran 200 mm x 100 mm.


2. Kemudian plat tersebut dipotong mengikuti ukuran yang sudah
dicantumkan pada lembar kerja proses.
3. Plat yang sudah dipotong kemudian dilubangi dengan diameter 10
mm.
4. Setelah plat tersebut sesuai ukuran 50 mm x 26 mm x 65 mm untuk
yang kanan dan 55 mm x 26 mm x 40 mm untuk bagian kiri, maka
dilakukan penyambungan dengan menggunakan las listrik (las
SMAW).

Gambar 3.20 Proses Pengelasan Mounting Shockbreaker

60
Gambar 3.21 Hasil Mounting Shockbreaker Kanan
Setelah Proses Pengelasan

Gambar 3.22 Hasil Mounting Shockbreaker Kiri Setelah


Proses Pengelasan

61
3.3.5 Penentuan Komponen Elektronik yang digunakan

Setelah melakukan perhitungan maka komponen elektronik yang


diperlukan adalah motor listrik, baterai, controller. Berikut adalah uraian
spesifikasinya :

 Motor brushless DC
Motor DC dibagi menjadi dua jenis, yaitu motor DC brushed dan
motor DC brushless. Motor DC brushed merupakan jenis motor
konvensional yang memiliki beberapa kerugian yaitu:
1. Perlunya penggantian secara rutin pada bagian sikat karbon.
2. Rugi gesekan pada pertemuan sikat karbon.
3. Gesekan sikat karbon menyebabkan keterbatasan kecepatan.
Sedangkan kelebihan motor DC brushless yaitu:
1. Dapat bekerja pada rpm rendah dengan torsi yang relatif besar.
2. Lebih efisien.
3. Relatif tidak bising, putaran lebih halus, dan umur pakai lebih
awet karena tidak adanya gesekan dengan komutator karbon.
4. Tidak ada percikan api pada komutator.
5. Lebih mudah dalam pendinginan karena kumparan yang diam
dan menempel pada rumah motor, tidak perlunya aliran udara
pendinginan didalam rumah motor.
6. Konstruksi yang sederhana.
Maka dari itu pada sistem drive train sepeda motor listrik roda tiga ini
menggunakan motor brushless DC (BLDC) untuk menggerakan sepeda
motor ini, pemilihan motor listrik BLDC pada sistem drive train ini karena
pergerakan yang lebih halus, dimensi yang kompak, serta konstruksinya lebih
simpel dibandingkan dengan motor listrik jenis series wound.

62
Gambar 3.23 Motor Listrik BLDC 750 Watt

SPESIFIKASI
Daya : 750 Watt
Type : Brusless DC hub motor
Dudukan rem : Disk Brake
Voltase : 48V
Amper : Tahan hingga > 60A
Amper ideal : 25-35A
Torsi : 30-50Nm
Ring roda : 10"
Opensize as : 20 cm doubel shaft
Ukuran as roda : M16
Hall sensor : F41
Top speed : 50 km/jam
Socket : pin 6 isi 5 untuk hall, socket O ring for phase motor

63
 Controller

Controller untuk motor listrik BLDC 750 Watt banyak jenis dan variasi
ukuran karena saat ini berbagai macam controller banyak tersedia di pasaran.
Jenisnya antara lain controller paketan atau controller yang dirakit dari awal,
dengan harga bervariasi dan ukuran yang kompak. Controller yang dipilih
adalah controller BLDC 48V 750W, 35-40A

Gambar 3.24 Controller 750W 48V, 35-40A

Spesifikasi Controller yang digunakan :

Power : 500W
Tegangan : 48V
Under Voltage : 41V
Jumlah FET : 15 MOSFET
Amper : 35-40A
Input throttle : 1,2V – 4,2V
Derajat motor : 120 derajat.
 Baterai

Pemilihan baterai disesuaikan dengan kebutuan motor listrik dan


controller, menggunakan baterai jenis lithium dengan spesifikasi sebagai
berikut :

 Kapasitas : 48 V, 19-20 A
 Arus maksimum : 40 A

64
 Under voltage : 45 V
 Berat : 8,5 Kg
 Tegangan maksimal : 58 V

Gambar 3.25 Baterai yang digunakan

3.3.6 Assembly
Komponen mounting swing arm dan shockbreaker yang sudah
terpasang pada rangka sepeda motor listrik roda tiga selanjutnya dipasang
swing arm dan shockbreaker. Tahapan selanjutnya yaitu pemasangan motor
listrik yang kemudian merangkai kabel-kabel dari baterai, controller, throttle,
dan motor listrik. Berikut adalah tahapan proses perakitan sistem drive train
dan komponen pendukungnya :
1. Sebelum pemasangan tiap komponen yaitu memeriksa terlebih dahulu
dimensi dari mounting swing arm dan shockbreaker apakah sudah
sesuai dengan gambar atau tidak, jika tidak sesuai dengan yang
diharapkan maka perlu dicari alternatif lain untuk memodifikasi pada
komponen tersebut agar hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Tahap awal yaitu pemasangan swing arm Honda Tiger 2000 terhadap
rangka, kemudian memasang shockbreaker yang menjadi link antara
rangka sepeda motor dengan swing arm, kedua komponen ini
dikencangkan dengan mur dan baut.

65
3. Sebelum pemasangan motor lisrik terlebih dahulu melakukan
pemasangan rem set belakang, berikut adalah tahapan-tahapannya :
 Pasang piringan cakram ke hub motot listrik yang sudah tersedia
pada hub motor listrik.
 Pasang master rem dengan baut terhadap rangka.
 Pasang kaliper rem pada bracket.
 Sesudah semua terpasang kencangkan kembali baut-bautnya.
4. Selanjutnya memasang motor listrik pada swing arm, karena motor
listrik tersebut sudah memiliki poros lalu dikencangkan menggunakan
mur.
5. Pasang baterai pada dek tengah pada dudukannya, kemudian
kencangkan menggunakan baut.
6. Pasang throttle pada stang motor, pemasangan cukup mengencangkan
baut yang sudah tersedia pada throttle.
7. Penyimpanan controller pada bagasi bawaan sepeda motor Yamaha
Mio yang sekaligus menjadi dudukan jok, controller tersebut disimpan
dan bagasinya.
8. Pada tahap ini akan dijelaskan penyambungan kabel-kabel dari baterai,
controller, throttle, dan motor listrik. Berikut adalah wiring diagram
nya :

Gambar 3.26 Wiring Diagram Drive Train Sepeda Motor Listrik Roda Tiga

66
Berikut adalah tahapan-tahapan cara pemasangan kabel :
1. Socket tunggal besar, socket power dan motor phase, socket O ring.
 kabel merah besar terhubung ke positf baterai.
 kabel hitam besar terhubung ke negatif.
 kabel biru muda, hijau, kuning terhubung ke motor phase.
(kabel-kabel ini tidak boleh short atau konslet).
2. Kabel tunggal orange, socket lonjong adalah power kunci kontak tersambung
ke kunci kontak lalu ke positif baterai.
3. Kabel hall (socket 6 isi 5).
 Merah (+5V), hitam (-), kuning, biru, hijau dihubungkan dengan 5
kabel hall yang dari motor listrik.
4. Throttle atau handle gas socket isi 3.
 Warna merah-hitam-hijau-merah (+5V), hitam (-), hijau (signal data)
(pemasangan yang terbalik atau tidak sesuai menyebabkan controller
mematikan diri).

67
3.4 Pengujian Sepeda Motor Listrik Roda Tiga
3.4.1 Prosedur Pengujian
Pengujian drive train sepeda motor listrik roda tiga dilakukan untuk
mengukur kemampuan dari motor listrik apakah sesuai dengan perancangan
atau tidak, dalam pengujian terdiri dari beberapa parameter yang akan diuji
dan cara pengujian.
Dalam pengujian sistem drive train di perlukan beberapa alat ukur yang
dapat digunakan yaitu diantaranya :
1. Speedometer sepeda motor .
2. Stopwatch.
3. Tachometer.
4. Avometer.
Adapun prosedur pengujian performa sepeda motor lisrik roda tiga
adalah :
1. Pastikan semua kabel-kabel sistem drive train sudah tersambung dengan
baik sesuai dengan wiring diagramnya.
2. Cek kembali tekanan udara semua ban.
3. Cek rem depan belakang.
4. Tekan tombol on untuk mulai menyalakan motor.
5. Tarik handel gas atau throttle untuk mulai menjalankan sepeda motor
listrik roda tiga.
3.4.2 Parameter Pengujian
Adapun beberapa parameter yang perlu di ujii pada sistem drive train
terbagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Pengujian tanpa beban.
 Mencari kecepatan maksimum
 Mencari voltase
 Mencari arus
2. Pengujian beban 1 orang (beban 60 Kg)
 Mencari kecepatan maksimum
 Mencari voltase
 Mencari arus

68
3. Pengujian beban 2 orang (beban 120 Kg)
 Mencari kecepatan maksimum
 Mencari voltase
 Mencari arus
3.4.3 Hasil Pengujian
1. Pengujian tanpa beban.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui voltase dan kecepatan dalam


kondisi tanpa beban, yakni ban belakang tidak menyentuh permukaan aspal.
Kecepatan maksimum yang didapat sebesar 64 Km/jam, kemudian Voltase
terhadap kecepatan dapat dilihat pada tabel 3.1 :

voltase kecepatan
59.56 10 Km/jam
60.69 20 Km/jam
60.86 30 Km/jam
Tabel 3.1 Tabel Voltase Terhadap Kecepatan
Setelah melakukan pengujian hasil yang didapatkan dapat dilihat pada
table 3.1, yakni pada kecepatan 10 Km/jam voltase yang didapat sebesar
59.56 Volt dan Voltase semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni
sebesar 60,86 Volt.

Beban 0 orang
Voltase vs Kecepatan
61
60.8
60.6
60.4
Voltase

60.2
60
59.8
59.6
59.4
0 5 10 15 20 25 30 35
Kecepatan

Grafik 3.1 Voltase Vs Kecepatan (Beban Kosong)

69
Data hasil pengujian pada tabel 3.1 dapat disajikan pada grafik 3.1, pada
kecepatan 10 Km/jam voltase yang didapat sebesar 59.56 Volt dan grafik
semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 60,86 Volt.

 Mencari arus

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui arus atau Ampere terhadap


kecepatan dalam kondisi tanpa beban, yakni ban belakang tidak menyentuh
permukaan aspal. Kecepatan maksimum yang didapat sebesar 64 Km/jam,
kemudian ampere terhadap kecepatan dapat dilihat pada tabel 3.2 :

Ampere Kecepatan
0.8789 10 Km/jam
1.7169 20 Km/jam
1.9614 30 Km/jam

Tabel 3.2 Tabel Arus terhadap Kecepatan

Beban 0 orang
Ampere vs Keceptan
2.5
2
Ampere

1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Kecepatan

Grafik 3.2 Ampere Vs Kecepatan (Beban Kosong)

Data hasil pengujian pada tabel 3.2 dapat disajikan pada grafik 3.2, pada
kecepatan 10 Km/jam arus yang didapat sebesar 0,8789 Ampere dan grafik
semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 1,9614 Ampere.

70
2. Pengujian beban 1 orang (beban 60 Kg)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui Voltase dan kecepatan
dalam kondisi beban beban satu orang, yakni sepeda motor listrik dikendarai
oleh satu orang pengemudi. Kecepatan maksimum yang didapat sebesar 40
Km/jam, kemudian Voltase terhadap kecepatan dapat dilihat pada tabel 3.3 :
 Mencari Voltase

Voltase kecepatan
71.29 10 Km/jam
64.922 20 Km/jam
68.31 30 Km/jam

Tabel 3.3 Tabel Voltase terhadap Kecepatan

Setelah melakukan pengujian hasil yang didapatkan dapat dilihat pada


tabel 3.3, yakni pada kecepatan 10 Km/jam Voltase yang didapat sebesar
71,29 Volt dan Voltase semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni
sebesar 68,31 Volt.

beban 1 orang
Voltase vs Kecepatan
72
71
70
69
Voltase

68
67
66
65
64
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Kecepatan

Grafik 3.3 Voltase Vs Kecepatan (Beban 1 Orang)

Data hasil pengujian pada tabel 3.3 dapat disajikan pada grafik 3.3, pada
pada kecepatan 10 Km/jam Voltase yang didapat sebesar 71,29 Volt dan

71
Voltase semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 68,31
Volt.

 Mencari arus
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui arus atau Ampere terhadap
kecepatan dalam kondisi beban beban satu orang, yakni sepeda motor listrik
dikendarai oleh satu orang pengemudi, kemudian Ampere terhadap kecepatan
dapat dilihat pada tabel 3.4 :

Ampere Kecepatan
0.6498 10 Km/jam
1.4346 20 Km/jam
1.937 30 Km/jam

Tabel 3.4 Tabel Ampere terhadap Kecepatan

beban 1 orang
Ampere vs Kecepatan
2.5
2
Ampere

1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
keceatan

Grafik 3.4 Ampere Vs Kecepatan (Beban 1 Orang)

Data hasil pengujian pada tabel 3.4 dapat disajikan pada grafik 3.4, pada
kecepatan 10 Km/jam arus yang didapat sebesar 0,6498 Ampere dan grafik
semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 1,937 Ampere.

3. Pengujian beban 2 orang (beban 120 Kg)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui Voltase dan kecepatan


dalam kondisi beban beban dua orang, yakni sepeda motor listrik dikendarai
oleh satu orang pengemudi dan satu orang penumpang. Kecepatan maksimum

72
yang didapat sebesar 35 Km/jam, kemudian Voltase terhadap kecepatan dapat
dilihat pada tabel 3.5 :

 Mencari Voltase

Voltase Kecepatan
66.53 10 Km/jam
68.67 20 Km/jam
68.86 30 Km/jam

Tabel 3.5 Tabel Voltase terhadap Kecepatan

Setelah melakukan pengujian hasil yang didapatkan dapat dilihat pada


tabel 3.5, yakni pada kecepatan 10 Km/jam Voltase yang didapat sebesar
66,53 Volt dan Voltase semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni
sebesar 68,86 Volt.

Beban 2 orang
Voltase vs Kecepatan
69.5
69
68.5
Voltase

68
67.5
67
66.5
66
0 5 10 15 20 25 30 35
Kecepatan

Grafik 3.5 Voltase Vs Kecepatan (Beban 2 Orang)

Data hasil pengujian pada tabel 3.5 dapat disajikan pada grafik 3.5, pada
pada kecepatan 10 Km/jam Voltase yang didapat sebesar 66,53 Volt dan
Voltase semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 68,86
Volt.

 Mencari arus
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui arus atau Ampere terhadap
kecepatan dalam kondisi beban beban dua orang, yakni sepeda motor listrik

73
dikendarai oleh satu orang pengemudi dan satu orang penumpang. Kecepatan
maksimum yang didapat sebesar 35 Km/jam, kemudian Ampere terhadap
kecepatan dapat dilihat pada tabel 3.6 :

Ampere Kecepatan
0.7957 10 Km/jam
1.6127 20 Km/jam
1.6156 30 Km/jam
Tabel 3.6 Tabel Ampere terhadap Kecepatan

Setelah melakukan pengujian hasil yang didapatkan dapat dilihat pada


tabel 3.6, yakni pada kecepatan 10 Km/jam arus yang didapat sebesar 0,7957
Ampere dan arus semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni
sebesar 1,6156 Ampere.

Beban 2 orang
Ampere vs Kecepatan
2

1.5
Ampere

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Kecepatan

Grafik 3.6 Ampere Vs Kecepatan (Beban 2 Orang)

Data hasil pengujian pada tabel 3.6 dapat disajikan pada grafik 3.6, pada
pada kecepatan 10 Km/jam arus yang didapat sebesar 0,7957 Ampere dan
arus semakin meningkat pada kecepatan 30 km/jam yakni sebesar 1,6156
Ampere.

74

You might also like