Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
ELI ETRI HUTAJULU
DEVI MULIA SAPUTRI
ILSA SAFITRI
RIYAH UKUR
DANRO
JUHRI
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisma tubuh.
Penakajian keperawatan pada system perkemihan adalah salah satu dari komponen
dari proses keperawatan yang merupakan suatau usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data, membuktikan data tentang
status kesehatan seorang klien. Keahlian dalam melakukan observasi komunikasi, wawancara,
dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor prostat
dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasonografi abdomen sebagai
salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di klinik-klinik rawat jalan, makin banyak
diketemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam stadium awal.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang
dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-
anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus
terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25%
nya terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90%
pasien bertahan hidup hingga 5 tahun.
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan rata-rata
kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi
dapat terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10% keganasan pada
anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi bilateral.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang konsep
dasar tumor ginjal dan assuhan keperawatan tumor ginjal sehingga perawat mampu melakuakan :
a. Perawat mampu menjelaskan tentang pengertian tumor ginjal.
b. Perawat mampu menjelaskan tentang etiologi dari tumor ginjal.
c. Perawat mampu menjelaskan tentang fatofisiologi tumor ginjal
d. Perawat mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala tumor ginjal
e. Perawat mampu menjelaskan tentang pemriksaan penunjang tumor ginjal
f. Perawat mampu menjelaskan tentang komplikasi tumor ginjal
g. Perawat mampu melakukan penatalaksanaan medik tumor ginjal
h. Perawat tahu cara pencegahan tumor ginjal
i. Perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan
BAB II
Penyebaran :
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya
dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen
melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%)
dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral (Basuki, 2003).
Stadium
NWTS (National Wilm’s Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah
dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:
1. Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis limfogen
(N0).
2. Tumor meluas keluar simpai ginjal dan dapat dieksisi sempurna mungkin telah
mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau ke vasa
renalis (N0).
3. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari: biopsi atau ruptur yang
terjadi sebelum atau selama operasi (N+).
4. Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
5. Tumor bilateral (Basuki, 2003).
Gambaran Klinis :
Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh orang tuanya karena diketahui perutnya
membuncit, ada benjolan di perut sebelah atas atau diketahui kencing berdarah. Pada
pemeriksaan kadang-kadang didapatkan hipertensi, massa padat pada perut sebelah atas yang
kadang-kadang telah melewati garis tengah dan sulit digerakkan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi abdomen terdapat massa padat pada perut (retroperitonial) sebelah atas yang
dalam hal ini harus dibedakan dengan neuroblastoma atau teratoma (Basuki, 2003). Presentasi
klinis yang sering adalah adanya massa dalam abdomen. Gambaran klinis awalnya dapat sebagai
hematuria. Nyeri abdomen dan obstruksi intestinal (Underwood, 2000).
Pemeriksaan PIV, tumor Wilm menunjukkan adanya distorsi sistem pelvikalis atau
mungkin didapatkan ginjal non visualized, sedangkan pada neuroblastoma terjadi pendesakan
sistem kaliks ginjal ke kaudo-lateral (Basuki, 2003).
Pemeriksaan :
Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan tumor
padat pada ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms. Pielogram intravena
juga dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus
memberi kesan mengenai faal ginjal. CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan
sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar.
Pemeriksaan untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak (De Jong,
2000).
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms. Pemeriksaan
penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor sangat besar sehingga
diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk
mendapatkan sediaan patologik untuk kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi
sitostatika prabedah untuk mengecilkan tumor (De Jong, 2000).
Diagnosis Banding :
Benjolan pada perut sebe lah atas yang terdapat pada anak-anak dapat disebabkan oleh
karena: (1) hidronefrosis/ kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang mempunyai
konsistensi kistus, (2) neuroblastoma intrarenal biasanya keadaan pasien lebiih buruk dan pada
pemeriksaan laboratorium kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam urin mengalami
peningkatan dan (3) teratoma retroperitonium (Basuki, 2003).
Penatalaksanaan :
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala diawali dengan
pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
1. Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan
beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari Actinomisin D dengan Vincristine.
2. Radiasi Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik terhadap
radioterapi (bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau setelah operasi dan
kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai terapi sandwich (Basuki,
2003).
3. Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati garis
tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limf retroperitoneal
total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta
sebaiknya dilakukan.
Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral
cukup tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava, tumor tersebut
harus diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus diusahakan agar tidak terjadi
penyebaran untuk mencegah kenaikan tingkat keganasan klinis. Pada awal pembedahan v.
Renalis dan v. Kava sebaiknya ditutup dengan klem, sebelum memanipulasi ginjal yang kena
tumor. Pada tumor bilateral harus dilakukan pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum untuk
menentukan diagnosa dan perangai histologik. Apabila termasuk golongan prognosis baik, dapat
diberikan kemoterapi disusul dengan nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis
buruk harus dilakukan nefrektomi bilateral, kmoterapi dan radiotrapi kemudian dialisis atau
transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, paru dan hati. Oleh karena
itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi
prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi (De Jong, 2000).
Tumor Wilms merupakan tumor yang kemosensitif terhadap beberapa obat anti tumor,
seperti aktinomisin D, vinkristin, doksorubisin, siklofosfamid dan sisplatin. Biasanya kemoterapi
diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Dengan terapi kombinasi seperti di atas dapat dicapai
kelanjutan hidup lebih dari 90% dan bebas penyakit 85%. Pada tumor bilateral, kelanjutan hidup
3 tahun adalah 80% (De Jong, 2000).
Prognosis :
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah ditemukan
penyebaran dalam paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi, khemoterapi dan pembedahan
meningkatkan secara nyata prognosis penyakit ini. Prognosis buruk menunjukkan gambaran
histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi
kompleks (De Jong, 2000).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor ini
dibedakan dalam dua jenis yaitu :
(1) karsinoma sel transitional.
(2) karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan
uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai
kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya
merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada
pelvis renalis (Basuki, 2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana
sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal dari urotelium pelvis
renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan
ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis
(Underwood, 2000)
Etiologi :
Ditemukan hubungan antara tumor ini dengan penyalahgunaan pemakaian obat analgesik,
dan terkena zat warna anilin yang digunakan pada pewarnaan, karet, plastik dan industri gas.
Beberapa penderita dilaporkan mendapat karsinoma sel transisional beberapa tahun setelah
menggunakan thorotrast, suatu α-emiter, yang digunakan pada pielografi retrograde
(Underwood, 2000)
Gambaran Klinis :
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah kencing darah (80%), kadang-kadang
disertai dengan nyeri pinggang dan teraba massa pada pinggang. Keadaan tersebut disebabkan
oleh massa tumor atau akibat obstruksi oleh tumor yang menimbulkan hidronefrosis (Basuki,
2003).
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu
radiolusen, tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan ultrasonografi
atau CT scan dapat membedakannya (Basuki, 2003).
Pemeriksaan sitologi urin dengan mengambil contoh urin langsung ke dalam pielum
melalui kateter ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung keadaan pielum. Jika
dicurigai ada massa pada pielum diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi
(Basuki, 2003).
Tumor sel transisional tumbuh berpapil-papil, serupa dengan tumor ureter dan vesika
urinaria. Sering ditemukan karsinoma sel transisional pada seluruh traktus urinarius, yang
sugestif adanya perubahan dari daerah urothelial. Bentuk papil tumor memudahkan terjadinya
kerusakan pada massa tumor bagian ujungnya, yang dapat terlepaskan. Hal ini menyebabkan sel
tumor yang atipik dapat dideteksi dalam urin penderita, sehingga memungkinkan tumor ini
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan sitologi urin dan dilakukan screening (Underwood, 2000)
Dengan adanya batu pelvis, urothelium dapat mengalami metaplasia squamosa. Telah
diketahui bahwa terjadinya karsinoma skuamosa ada hubungannya dengan terdapatnya batu dan
infeksi kronis, tetapi dapat pula timbul langsung dari epitel transisional. Secara makroskopik
biasanya tumor ini berbentuk datar dan infiltaratif dengan prognosisnya yang buruk (Underwood,
2000).
Terapi :
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika
maupun radiasi eksterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah
nefroureterektomi dengan mengambil cuff dari buli-buli (Basuki, 2003).
Prognosis :
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor
yang berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika urinaria.
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap
darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium
ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan
klsifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan
pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran
arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-
paru.
E. Penatalaksanaan medik
1. Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu
mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang sudah dalam stadium
lanjut tetapi masih mungkin unutk dilakukan operasi, masih dianjurkan untuk dilakukan
nefrektomi paliatif. Pada beberapa tumor yang telah mengalami metastasis, setelah
tindakan nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan
untuk memudahkan operasi(Basuki, 2003).
2. Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya. Preparat yang
dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa pemberian
preparat hormon tidak banyak memberi manfaat (Basuki, 2003).
3. Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau dikombinasikan
dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju. Karena harganya sangat
mahal dan hasil terapi dengan obat-obatan imunoterapi masih belum jelas, maka
pemakaian obat ini masih sangat terbatas (Basuki, 2003).
4. Radiasi Eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma
ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki, 2003).
5. Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan manfaat pada
tumor ginjal (Basuki, 2003).
F. Pencegahaan
Pencegahan terhadap ancaman penyakit ini adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Mengkonsumsi makanan yang sehat , yang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit tumor
ginjal ini. Tidak merokok, karena merokok salah satu yang dapat mengakibatkan terjadinya
tumor ginjal.
BAB III
A. Pengkajian
Identitas Klien
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntahdan diare. Badan
panas hanya sutu hari pertama sakit.
Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.
Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah
dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan
sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria, proteinuri,
hematuria.
3. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung
dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasiduduk dimulai bila tekanan
ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien
mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga
disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapatmenyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala
penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari
pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan
yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang
baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
C. Rencana Keperawatan
Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan yang
ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar
2. Kaji perubahan edema penentuan tindakan
dan Pembesaran abdomensetiap hari Indikator akumulasi cairan dijaringan dan dirung
3. Timbang BB tiap hari dalam skala ketiga
yang sama BJ Urine dan albuminnuria menjadi indikator
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin regimen terapi
5. Atur masukan cairan dengan cermat Sehingga anak tidak mendapatkan lebih dari
6. Berikan diuretik sesuai order dari tim jumlah yang ditentukan
medis Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat
diperlukan dalam mengurangi oedema
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein
dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan pasien
minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam Bukti fisik defisit cairan.
2. Laporkan adanya penyimpangan dari Sehingga pengobatan segra dilakukan
normal Meningkatkan tekanan osmotik koloid sehingga
3. Berikan albumin bergaram rendah mempertahangkan cairan dalam vaskuler
sesui indikasi
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri Sebagai analgesik tambahan
nonfarmakologis Mengurangi rasa sakit
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan Untuk mencegah kambuhnya nyeri
4. berikan obat dengan jadwal preventif Karena aspirin meningkatkan kecenderungan
5. hindari aspirin atau senyawanya pendarahan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang
mengancam kehidupan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah organ
berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih seseorang. Ini membantu
untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran darah, membuat urin, yang pindah ke
kandung kemih dan keluar dari tubuh. Manusia dilahirkan dengan dua ginjal.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan
B. Saran
Biasakan untuk gaya hidup sehat, karena dengan ini membuat kita terhindar dari berbagai
macam penyakit. Kita bisa hidup sehat sehingga kitapun tidak mudah untuk terkena tumor ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Surharyanto. toto Toto dan Abdul Madjid, 2009 . Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
gangguan system perkemihan, Jakarta : TIM
Dr. Nursalam, M.Nurs. ( Hons ), 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika
http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-kemih/trauma-
saluran-kemih.html
http://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-Klien-Dengban-Trauma-Sistem-
Perkemihan