You are on page 1of 14

Case Study

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 , anda diharapkan dapat memahami


tentang Case Study.

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 anda akan mencapai kemampuan


untuk :
1. Mahasiswa mampu mengetahui peran pembimbing Case Study.
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Case Study.
3. Mahasiswa mampu mengetahui kelemahan Case Study.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang keuntungan Case Study.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang hambatan dan proses Case Study.

1. Peran pembimbing Case Study.


2. Definisi Case Study.
3. Kelemahan Case Study.
4. Keuntungan Case Study.
5. Hambatan dan proses Case Study.

1
Case Study

Case Study

A. Definisi
Rangkuman pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis
oleh seorang dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman
tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru pada saat mereka melaksanakan pembelajaran (Bastable, S.B 2002).

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara


mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Studi
kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan
seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk
mencapai penyesuaian yang lebih baik (Bastable, S.B 2002).

B. Peran Pembimbing
1. Seorang pembimbing/dosen menceritakan/menulis pengalaman yang sukses
atau suatu permasalahan yang menarik, yang muncul saat pembelajaran
dengan pokok bahasan atau topic tertentu (Bastable, S.B 2002).

2
2. Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani
komentar-komentar pembimbing lain yang ikut mengamati proses
pembelajaran.
3. Seorang pembimbing/dosen menulis dalam bentuk cerita naratif yang sangat
rinci dan sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang pembimbing alami.
4. Seorang pembimbing/dosen harus memiliki judul yang dapat mewakili
keseluruhan isi pengalaman pembelajaran yang dituliskan.

C. Kelemahan
Dari kacamata penelitian kualitatif,studi kasus di persoalkan dari segi
validitas,reliabilitas dan generalilsasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan
kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif,yang bertujuan untuk mencari generalisasi (Bastable, S.B 2002).

D. Keuntungan (Dorothy & Marilyn. 2002)


1. Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik,unik dan hal-hal
yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi
kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa
adanya atau natural.
2. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual,tetapi juga memberi
nuansa,suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam
kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian
kuantitatif yang sangat ketat.
3. Sebagai evaluasi diri (self evalution) bagi pembimbing/dosen untuk dapat
memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran
mereka di kelas
4. Sebagai pembuka wawasan mahasiswa calon dosen terhadap
5. Pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran
itu berlangsung.
6. Pembimbing/dosen dan mahasiswa calon pembimbing dapat belajar dari
kegagalan orang lain (pembimbing/dosen penulis case study).
7. Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan
pengalaman penulis case study dan sebagainya.

3
E. Hambatan dan Proses (Dorothy & Marilyn. 2002)
Hambatan
Karena studi yang terlalu mendalam, maka kajiannya kurang luas.
Penemuan-penemuan dari studi kasus juga sulit untuk digeneralisasikan dengan
keadaan yang berlaku umum, karena hasil penemuan hanya diperoleh dari satu
keadaan tertentu saja.

Proses
1. Ada tim kolaborasi (beberapa orang pembimbing/dosen).
2. Ada persiapan persiapan prapembelajaran.
3. Praktik pembelajaran di kelas (ada yang berpraktik mengajar dan ada yang
mengamati).
4. Pengamat menuliskan komentarnya.
5. Komentar yang ditulis oleh pengarnat tidak berupa "potret pembelajaran",
tetapi mengarah pada proses pembelajaran dengan segala komponennya.
6. Komentar pengarnat ditulis pada saat proses pembelajaran berlangsung.
7. Pada akhir pembelajaran, komentar pengarnat diserahkan kepada.
pembimbing/dosen yang berpraktik mengajar.
8. Pembimbing/dosen yang berpraktik mengajar menuliskan pengalaman
pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran.
9. Narasi yang sudah ditulis, diberijudul yang sesuai.
10. Setelah menulis narasi, pembimbing/dosen juga menulis refleksi dengan
cara membaca kembali narasi yang ditulisnya, kemudian baru menuliskan
refleksi.
11. Narasi yang sudah ditulis dibaca oleh pengamat dan pengarnat menuliskan
komentarnya berdasarkan narasi dan hasil pengarnatan pembelajaran.
12. Case study dilengkapi dengan RPP dan hasil kerja siswa
13. Narasi mernuat sernua hal yang dialarni dan dirasakan pembimbing/dosen
dalarn pembelajaran, termasuk di dalarnnya perilaku siswa.

4
Pre dan Post Conference
2

Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, anda diharapkan dapat memahami


tentang Pre dan Post Conference.

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2, anda akan mencapai kemampuan


untuk :
1. Mahasiswa mampu mengetahui peran pembimbing Pre dan Post
Conference.
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi Pre dan Post Conference.
3. Mahasiswa mampu mengetahui kelemahan Pre dan Post Conference.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang keuntungan Pre dan Post Conference.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang hambatan dan proses Pre dan Post
Conference.

1. Peran pembimbing Pre dan Post Conference.


2. Definisi Pre dan Post Conference.
3. Kelemahan Pre dan Post Conference.
4. Keuntungan Pre dan Post Conference.
5. Hambatan dan proses Pre dan Post Conference.

5
Pre dan Post Conference

Pre dan Post Conference


Konferens adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh instruktur klinis dalam
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap mahasiswa. Dalam konferens
instruktur klinis memberikan pengarahan terhadap mahasiswa yang akan melakukan
pelayanan kesehatan. Sehingga para mahasiswa mendapatkan pengertian akan apa yang
akan dilakukan setelah berada di tempat pasien (Relly, D.E & Obermann,M.H 2002).

Conference adalah salah satu jalan yang ditempuh untuk membantu para calon
perawat dalam melakukan tindakan terhadap klien. Penyiapan mahasiswa untuk praktek
klinik telah menjadi bagian yang sangat penting dalam pendidikan. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam memasuki praktek
kebidanan secara nyata terhadap pasien langsung. Hal ini dimaksudkan untuk setiap
menjaga kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien (Relly, D.E &
Obermann,M.H 2002).

6
A. Peran Pembimbing (Nurachmah, E 2005)
1. Pembimbing bersama peserta didik mendiskusikan kegiatan belajar yang telah
dilakukan..
2. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi
dan memberi umpan balik.
3. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic.

B. Defenisi (Nurachmah, E 2005)


Pre conference
Pre-konferens adalah tahapan sebelum melakukan konferens yang akan
dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan
dilakukan oleh setiap mahasiswa sebelum melakukan tindakan. Sedangkan dalam
Pre-konferens para instruktur klinis harus sudah menyiapkan apa yang akan dibahas
dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang terbuang.

Post conference
Pos konferens adalah fase dimana dari hasil pembahasan di buat evaluasi.
Setiap mahasiswa harus mampu melakukan evaluasi dari setiap konferens yang
sudah dilaksanakan sehingga mahasiswa tahu apa yang harus dilakukan berikutnya.
Pembahasan yang sudah dibuat akan menjadi acuan untuk bisa berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dari setiap tindakan selama berpraktek.

C. Kelemahan (Relly, D.E & Obermann,M.H 2002)


Membutuhkan waktu yang relative singkat (10-15 menit).

D. Keuntungan (Relly, D.E & Obermann,M.H 2002)


Pre conference :
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.
4. Menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada setting klinik.
5. Menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik.

7
6. Menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik.

Post conference adalah:


Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.

E. Hambatan dan Proses (Relly, D.E & Obermann,M.H 2002)


Hambatan
1. Menurunkan tanggung gugatan dan tanggung jawab.
2. Pelayanan tidak professional
3. Pekerjaan monoton, kurang tantangan

Proses
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :


- Keluhan utama klien
- Keluhan klien
- TTV dan kesadaran
- Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
- Masalah keperawatan
- Rencana keperawatan hari ini.
- Perubahan keadaan terapi medis.
- Rencana medis.
4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
- Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
- Ketepatan pemberian infuse.

8
- Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
- Ketepatan pemberian obat / injeksi.
- Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
- Ketepatan dokumentasi.
5. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
6. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing –masing perawatan asosiet.
7. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.

9
Setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar
yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran untuk mendidik mahasiswa agar sanggup
memecahkan masalah-masalah dalam belajarnya. Sehingga tujuan pembelajaran
yang berbeda memerlukan metode yang berbeda juga.

10
Soal Formatif

11
12
KUNCI JAWABAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Bastable, S.B (2002). Bidan sebagai pendidik: prinsip – prinsip pengajaran dan
pembelajaran, alih bahasa Gerda W. Jakarta: EGC

Dorothy & Marilyn. 2002. Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan Edisi 2.
Alih bahasa: Enie Novietasari, Editor: Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC

Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan


keperawatan, alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC

Nurachmah, E( 2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah pelatihan


bimbingan klinik. Jakarta: EGC

Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan


keperawatan, alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC

14

You might also like