You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (CO2, CH4, CFC,
HFC, N2O), terutama peningkatan konsentrasi CO2, di atmosfir menyebabkan terjadinya
global warming (peningkatan suhu udara secara global) yang memicu terjadinya global
climate change (perubahan iklim secara global). Fenomena ini memberikan berbagai
dampak yang berpengaruh penting terhadap keberlanjutan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya di planet bumi ini, di antaranya adalah pergeseran musim dan perubahan
pola/distribusi hujan yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor pada musim
penghujan dan kekeringan pada musim kemarau, naiknya muka air laut yang berpotensi
menenggelamkan pulau-pulau kecil dan banjir rob, dan bencana badai/gelombang yang
sering meluluhlantakan sarana-prasarana penopang kehidupan di kawasan pesisir.
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah
mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan
permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah
kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas rumah kaca yang
meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang
panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali
ke permukaan bumi.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC
antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan
terus meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain
dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.
Dengan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang perubahan iklim
global di Indonesia, termasuk di dalamnya akan dibahas tentang penyebab, dampak di
beberapa bidang, serta penaggulangan atau pencegahannya.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perubahan iklim global
2. Mengetahui perubahan iklim global Indonesia
3. Mengetahui penyebab perubahan iklim global
4. Mengetahui dampak perubahan iklim global
5. Mengetahui dampak perubahan iklim global terhadap Indonesia
6. Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan
7. Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap mangrove di Indonesia
8. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim global ?
2. Bagaimana perubahan iklim global Indonesia ?
3. Apa saja penyebab perubahan iklim global ?
4. Bagaimana dampak perubahan iklim global ?
5. Bagaimana dampak perubahan iklim global terhadap Indonesia ?
6. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan perikanan
7. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap mangrove di Indonesia
8. Apa saja cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global ?

BAB II
ISI

A. Pengertian Perubahan Iklim Global


Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang
secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Sedangkan
menurut Paulus Winarso (2007) iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada
kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang
diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan,
angin, dan sebagainya). Menurut Hidayati (2007) studi tentang iklim mencakup kajian
tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya saling
mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan fluktuasi iklim
berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang dan
waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu,
baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang
berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan,
baik dalam skala global maupun skala lokal. Menurut Kolaborasi Bali Climate Change
(2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu
tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Sedangkan menurut Agus Winarso
(2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan,
kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya..
Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan
iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara
yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup
perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan.

B. Perubahan Iklim Global Indonesia


Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia. Namun
beberapa data menunjukkan bahwa:
1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,3 derajat Celcius sejak tahun 1990.
2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga
meningkatkan risiko banjir. Pada 2080 diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan
menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering.
3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan,
terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (CIFOR 2004).
4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan berdampak pada sektor
pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim akan menurunkan kesuburan tanah sekitar
2% sampai dengan 8%, diperkirakan akan mengurangi panen padi sekitar 4% per tahun,
kacang kedelai sekitar 10%, dan jagung sekitar 50%.
5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai
contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari Kota
Jakarta akan terendam air, termasuk Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol
(Susandi, Jakarta Post, 7 Maret 2007). Di Bali kerusakan lingkungan pada 140 titik abrasi
dari panjang pantai sekitar 430 km. Laju kerusakan pantai di Bali diperkirakan 3,7 km per
tahun dengan erosi ke daratan 50-100 meter per tahun (Bali Membangun, 2004). Kerusakan
ini ditambah potensi dampak dari perubahan iklim diduga akan menyebabkan muka air laut
naik 6 meter pada 2030, sehingga Kuta dan Sanur akan tergenang (Bali Post, 16 Agustus
2007). Hal ini mengancam keberlangsungan pendapatan dari pariwisata yang mengandalkan
kekayaan dan keindahan pantai dan laut di Bali. Daerah yang lebih ‘aman’ adalah pantai
berkarang yang bersifat terjal, seperti Uluwatu dan Nusa Penida serta daerah perbukitan dan
pegunungan yang saat ini mempunyai ketinggian di atas 50 meter.
6. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko kehilangan banyak
pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir akibat kenaikan permukaan air laut.
Wilayah Indonesia akan berkurang dan akan ada pengungsi dalam negeri.
7. Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan pertanian dan perikanan yang pada
akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan rata-rata masyarakat petani dan nelayan.
Kerusakan pesisir dan bencana yang terkait dengan hal itu akan mengurangi pendapatan
negara dan masyarakat dari sektor pariwisata. Sementara itu, negara harus menaikkan
anggaran untuk menanggulangi bencana yang meningkat, mengelola dampak kesehatan, dan
menyediakan sarana bagi pengungsi yang meningkat akibat bencana. Industri di kawasan
pesisir juga kemungkinan besar akan menghadapi dampak ekonomi akibat permukaan air laut
naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan beban anggaran pembangunan nasional dan daerah.
Dampak-dampak ini memang sering dikatakan sebagai ”diperkirakan”, tetapi
perubahan pola cuaca, intensitas hujan dan musim kering, serta peningkatan bencana
sudah mulai kita rasakan sekarang, tidak perlu menunggu 2030 atau 2050. Kalau
peningkatan suhu rata-rata bumi tidak dibatasi pada 2oC maka dampaknya akan sulit
dikelola manusia maupun alam

C. Penyebab Perubahan Iklim Global


Penyebab perubahan iklim global seharusnya dibiarkan terjadi secara alami.
Namun, campur tangan manusia terhadap alam semesta telah mempercepat perubahan
tersebut secara signifikan.
Pemanasan Global
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah wadah diskusi
Internasional yang khusus menyoroti tentang perubahan iklim dunia, pada 2007 lalu telah
menyatakan secara eksplisit apa yang terjadi muka bumi ini.
Di antaranya isu pemanasan global yang telah dan sedang terjadi saat ini,
temperatur bumi yang makin meningkat sebagai dampak dari tangan-tangan manusia,
dilihat dari gejala yang sedang terjadi sekarang seperti suhu yang ekstrem, gelombang
panas bumi, dan hujan lebat yang turun tidak sesuai dengan siklusnya dalam frekuensi
yang terus meningkat. Dapat dipastikan, hal-hal tersebut akan terus meningkat pada
tahun-tahun selanjutnya.
Pada 2009 akhir, kondisi kaki Gunung Mount Everest terlihat cukup
memprihatinkan. Es dan salju yang membentuk gletser pada puncak Mount Everest telah
mencair hingga membentuk danau es. Kejadian ini mencemaskan para penduduk Nepal
yang ada di sekitar kaki gunung. Untuk membicarakan hal tersebut kepala pemerintah
Nepal bersama para perdana menterinya berdiskusi dengan cara berkumpul di kaki
Gunung Everest. Tindakan ini merupakan inisiatif pemerintah terhadap perubahan iklim
yang ternyata bukan hanya mempengaruhi kondisi geografis Nepal, namun juga kondisi
bumi secara keseluruhan.
Hasil pembahasan ini dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB di Dalam
konferensi itu disepakati beberapa hal untuk menghentikan perubahan iklim global. Di
antaranya pengakuan mendesak bahwa suhu bumi tidak boleh naik 2 derajat Celcius,
bantuan finansial untuk negara berkembang dalam bentuk dana iklim senilai 100 miliar
dolar mulai tahun 2020, dan pengawasan terhadap janji mengurangi emisi CO2 namun
prosentase kadar emisinya tidak ditentukan sampai batas tertentu.
Untuk bisa melakukan semua ide tersebut dibutuhkan kerja keras seluruh pihak
baik pemerintah maupun warga masyarakat tanpa terkecuali sebagai penduduk
bumi. Memulai sesuatu memang tidak mudah, tapi dengan tekad yang kuat dan konsep
yang tepat dan terarah, panas bumi dapat diturunkan hingga batas normal.
Efek Rumah Kaca
Perlu diketahui bahwa faktor utama penyebab terjadinya perubahan iklim global
adalah adanya efek rumah kaca yang banyak digunakan untuk kegiatan industri yang
dimulai sejak Revolusi Industri sejak abad 19. Lahan hijau banyak yang diratakan
dengan tanah untuk dijadikan kawasan industri dengan dibangunnya bangunan-bangunan
untuk kegiatan produksi dan pemukiman penduduk. Hal ini membuat penduduk dunia di
berbagai belahan bumi berbondong-bondong melakukan migrasi dari desa ke kota untuk
ambil bagian dalam kegiatan industri tersebut. Radiasi sinar matahari leluasa
dipancarkan ke bumi dan terperangkap dalam rumah-rumah kaca. Hal ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Atmosfer pun mengalami
peningkatan suhu. Penggunaan aerosol dan emisi gas nuangan yang tidak sesuai semakin
menambah jumlah emisi yang terperangkap dalam rumah kaca.

D. Dampak Perubahan Iklim Global


Menurut laporan IPCC tahun 2001, bahwa suhu udara global sejak 1861 telah
meningkat 0.6oC, dan pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia
yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi pada tahun 2100
akan terjadi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.4 – 5.8 oC (2.5 – 10.4
oF). Dilaporkan pula bahwa suhu bumi akan terus meningkat walaupun konsentrasi GRK
di atmosfer tidak bertambah lagi di tahun 2100, karena GRK yang telah dilepaskan
sebelumnya sudah cukup besar dan masa tinggal nya (life time) cukup lama bisa sampa
seratus tahun. Bila emisi GRK masih terus meningkat, para ahli memprediksi konsentrasi
CO2 akan meningkat hingga 3x lipat pada awal abad ke 22 bila dibandingkan dengan
kondisi pra-industri. Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan,
dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu (Gambar 1). Bila
suhu bumi meningkat hingga 3oC diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam,
karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub, misalnya
Bangladesh akan tenggelam. Bencana tzunami akan terjadi lagi di beberapa tempat,
kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana-mana. Akibatnya
banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat
lain. Peningkatan jumlah pengungsi di suatu tempat akan berdampak terhadap stabilitas
sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska
bencana.
Perubahan yang lain adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim,
serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Perubahan-perubahan tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil pertanian, berkurangnya salju di puncak gunung, hilangnya
gletser dan punahnya berbagai jenis flora dan fauna. Akibat perubahan global tersebut
akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam perencanaan dan pengembangan
wilayah, pengembangan pendidikan dan sebagainya. Guna menghindari terjadinya
bencana besar yang memakan banyak korban, para ilmuan telah membuat beberapa
prakiraan mengenai dampak pemanasan global.

1. Tinggi muka laut


Peningkatan suhu atmosfer akan diikuti oleh peningkatan suhu di permukaan air laut,
sehingga volume air laut meningkat maka tinggi permukaan air laut juga akan meningkat.
Pemanasan atmosfer akan mencairkan es di daerah kutub terutama di sekitar pulau Greenland
(di sebelah utara Kanada), sehingga akan meningkatkan volume air laut. Kejadian tersebut
menyebabkan tinggi muka air laut di seluruh dunia meningkat antara 10 - 25 cm selama abad
ke-20. Para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut akan terjadi pada abad ke-21
sekitar 9 - 88 cm (Gambar 2).

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 % daerah Belanda, 17.5%
daerah Bangladesh dan banyak pulau-pulau. Dengan meningkatnya permukaan air
laut, peluang terjadi erosi tebing, pantai, dan bukit pasir juga akan meningkat. Bila
tinggi lautan mencapai muara sungai, maka banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Bahkan dengan sedikit peningkatan tinggi muka laut sudah cukup
mempengaruhi ekosistem pantai, dan menenggelamkan sebagian dari rawa-rawa
pantai. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negaranegara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi penduduk dari daerah pantai.
2. Mencairnya es di kutub utara
Para ilmuan juga memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil, akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara sehingga populasi flora dan fauna semakin
terbatas. Pada daerahdaerah pegunungan subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin
sedikit serta akan lebih cepat mencair dan musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.

3. Jumlah curah hujan


Meningkatnya suhu di atmosfer akan berpengaruh terhadap kelembaban udara. Pada daerah-
daerah beriklim hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan, sehingga akan meningkatkan curah hujan, rata-rata, sekitar 1 % untuk setiap 1oC
F pemanasan. Dalam seratus tahun terakhir ini curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 %. Intensitas curah hujan telah meningkat akhir-akhir ini bila dibandingkan dengan
waktu 1950 -1999. Para ahli telah memperkirakan perubahan curah hujan yang akan terjadi di
Asia Tenggara (Lal et al., 2001 dalam Santoso dan Forner, 2006) bahwa presipitasi di Asia
Tenggara akan meningkat 3.6% di tahun 2020-an dan 7.1% di tahun 2050, serta 11.3% di
tahun 2080-an. Dengan menggunakan model simulasi (IS92a pakai dan tanpa aerosol)
diperkirakan iklim di Asia Tenggara akan menjadi lebih panas dan lebih basah dari pada
kondisi yang kita miliki saat ini (Gambar 3). Dengan berpeluang besar untuk terjadi banjir
dan longsor di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.
E. Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Indonesia
Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi
Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua
samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan,
populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia dengan tingkat kesadaran lingkungan
yang rendah, degenerasi kearifan budaya lokal, pendidikan yang tidak memadai,
keterampilan rendah, keterbelakangan iptek, kepedulian sosial minim, dibelit kemiskinan
dan kesulitan ekonomi, kelemahan pemerintahan, korupsi, kurangnya kepemimpinan,
serta kelakuan yang buruk dari pengusaha dan institusi internasional. Posisi geografis
Indonesia menyebabkan bahwa pada setiap saat di dalam wilayah negara ini ada musim-
musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan
dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi banjir.
Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan
rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan
temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74oC
antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan
terus meningkat sekitar 1.8-4.0oC di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain
dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4oC.

Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisis atmosfer kian tak


stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang
berlangsung lama. Dalam jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut
akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim tersebut diantaranya adalah :

1. Semakin banyak penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll.)


2. Meningkatnya frekuensi bencana alam/cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir,
kekeringan, badai tropis, dll.)
3. Mengancam ketersediaan air
4. Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
5. Menurunkan produktivitas pertanian
6. Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
7. Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
8. Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di
daerah pantai
Terdapat dua dampak yang menjadi isu utama berkenaan dengan perubahan
iklim, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut yang
menyebabkan tergenangnya air di wilayah daratan dekat pantai. Dampak lain yang
diakibatkan oleh naiknya muka laut adalah erosi pantai, berkurangnya salinitas air laut,
menurunnya kualitas air permukaan, dan meningkatnya resiko banjir.
Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit
diprediksi jauh-jauh. Produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi semakin
sulit dan menimbulkan kerawanan pangan. Hubungan transportasi dan komunikasi antar
pulau akan semakin sulit dan berbahaya. Semuanya akan bermuara pada disintegrasi
negara kesatuan RI. Panjang garis pantai akan berkurang dengan naiknya permukaan
laut, ratusan ribu kilometer persegi daratan di pesisir pantai akan hilang ditelan laut dan
bersamanya akan ikut tenggelam pula kota -kota dan desa pesisir yang menjadi
permukiman dari lebih seratus juta orang yang sebagian besar miskin serta asset dan
infrastruktur bernilai trilyunan Euro. Pesatnya peningkatan permukaan laut ini tidak akan
mampu diimbangi dengan kecepatan untuk memindahkan penduduk dan menggantikan
infrastruktur yang hilang. Belum lagi tiadanya modal untuk melaksanakannya. Bencana
besar itu akan datang dalam hitungan beberapa dekade saja apabila upaya antisipasi tidak
dilakukan, baik secara regional maupun global.
Kepedulian terhadap lingkungan sangat minim. Kearifan budaya lokal untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dikalahkan oleh kebutuhan ekonomi, keserakahan,
serta inefisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya. Erosi hutan alam terjadi dengan
kecepatan tinggi menyebabkan banjir, tanah longsor dan kekeringan. Erosi hutan bakau
menyebabkan abrasi pantai. Penduduk yang di pantai tenggelam, yang di gunung
tertimbun, yang di tengah kehausan. Kebakaran dan pembakaran hutan menimbulkan
asap yang menyesakkan bagi penduduk sendiri maupun penduduk negara tetangga.
Belum lagi dampak ke penduduk dunia lain karena menurunnya kemampuan hutan untuk
menghasilkan oksigen dan menyerap gas-gas polutan lainnya yang berpengaruh besar
pada perubahan iklim dunia. Indonesia adalah pemilik wilayah hutan tropis terluas kedua
di dunia.
Kemampuan pemerintah untuk menata ruang dan membuat peraturan kurang
mempertimbangkan lingkungan. Itupun masih ditambah lagi dengan kelemahan
penegakan hukum dan disiplin kepemimpinan. Korupsi dan ketidakpedulian membuat
upaya menjaga dan memperbaiki ekosistem makin parah. Hal yang paling merisaukan
adalah perbuatan dari pengusaha dan institusi internasional yang mempunyai
kepentingan politik, ekonomi dan lainnya. Mereka memberikan iming-iming dan arahan
yang menyesatkan ditengah keluguan, kerakusan, serta kebodohan pejabat pemerintah
pusat, daerah dan pengusaha lokal. Mereka inilah yang menjadi penadah dari penggalian
sumberdaya alam yang tidak bertanggungjawab ini. Barulah setelah dampak perubahan
iklim global mulai mengancam kehidupan mereka juga maka Indonesia ditekan untuk
memperhatikan lingkungan. Sayangnya, mereka sendiri enggan mengurangi polusi yang
dihasilkan oleh industri di negara masing-masing. Padahal, mereka justru pencemar
lingkungan yang paling besar yang selama ini menjadi sumber utama perubahan iklim
global.
Kegagalan Indonesia untuk menyelamatkan diri dari perubahan iklim dapat
dipastikan akan menyeret juga negara-negara lain di dunia ke dalam permasalahan yang
sama, hanya waktunya saja yang berbeda. Kiamat akan datang dari Indonesia dan
menyebar ke seluruh dunia.
Grup pemerhati pemanasan global telah merangkum dan menyusun informasi di
internet tentang akibat dari pemanasan global di Indonesia baik ditinjau dari aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, kesehatan dan budaya.

1. Ketahanan Pangan Terancam


Produksi Pertanian Tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan,
pemanasan dan tekanan air, serangan hama dan penyakit, kenaikan air laut, serta angin yang
kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi waktu tanam dan waktu panen, di beberapa
tempat masa tanam lebih panjang tetapi di lain tempat justru menjadi lebih singkat.
Peningkatan suhu 1oC diperkirakan akan menurunkan panen padi di negara tropis sebanyak
10%. Dengan demikian bahaya kelaparan akan mengancam penduduk di mana-mana.
2. Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan
penyakit lama yang sudah jarang ditemukan saat ini. Badan Kesehatan PBB memperkirakan
bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan
kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah
(dengee) diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
3. Air
Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropika kering.
Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau
berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan. Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai
akan sangat menderita.
4. Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan
risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana
menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan
berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya
mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap
perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa
dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-
20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim.

5. Dampak sosial, budaya dan politik


Bencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di dalam suatu negara
maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin dan terpisah dari
akar sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah leluhur dan kearifan budaya
mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan sumberdaya terus meningkat, sehingga akan
menimbulkan konflik horizontal dan akhirnya bisa memicu konflik politik di dalam negara
maupun antar negara.
6. Dampak Lingkungan – kepunahan.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
global karena sebagian besar lahan akan dihuni manusia. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan gangguan
pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem), misalnya terumbu karang
akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu
tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi
punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20%
muka bumi.

F. Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian dan Perikanan


Berdasarkan data dan keterangan dari beberapa lembaga dan peneliti iklim dan
cuaca, perubahan iklim global telah mempengaruhi pertanian dan perikanan dunia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika juga menerangkan bahwa telah terjadi
penyimpangan cuaca di Indonesia sebagai akibat dari anomali suhu permukaan laut yang
cenderung hangat. Anomali ini juga terjadi di beberapa negara diantaranya Pakistan,
Cina dan Rusia.
Di Kabupaten Sumbawa sendiri dampak dari global climate change ini tidak
hanya dirasakan oleh para nelayan yang fokus usahanya mencari dan menangkap ikan di
laut, namun juga seluruh kalangan masyarakat terutama petani yang mana profesi ini
digeluti oleh sebagian besar masyarakat Pulau Sumbawa dan Indonesia umumnya.
Setahun terakhir banyak sekali petani yang mengalami gagal panen dan nelayan
tidak melaut akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Jadwal dan pola
tanampun mengalami perubahan, kondisi ini diperparah karena sebagian besar petani dan
nelayan kita khususnya di Kabupaten Sumbawa merupakan bertani dan nelayan
tradisional yang mana iklim dan cuaca merupakan faktor penentu sekaligus pembatas
keberhasilan usaha mereka.
Jane Lubchenco Kepala Badan Nasional Kelautan dan Atmosfir (NOAA)
Amerika Serikat dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu menerangkan
bahwa perubahan iklim telah menimbulkan sirkulasi arus laut dunia atau yang selama ini
dikenal dengan sebutan Great Ocean Conveyor Belt telah berubah. Hal ini menimbulkan
dampak yang signifikan terhadap laut dan mengakibatkan kondisi yang ekstrem. Air laut
bisa menjadi sangat panas atau sebaliknya sangat dingin sekali.
Sementara itu Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Dr. Gellwynn
Yusuf dalam salah satu media masa nasional mengatakan, dengan berubahnya sirkulasi
arus laut dunia, akan membawa dampak yang sangat besar khususnya di bidang
perikanan. Hasil kajian ilmiah yang dilakukan oleh K.E.Trenberth membuktikan bahwa
selama 50 tahun terakhir, suhu atmosfir bumi dan konsentrasi karbon dioksida (CO2)
terus meningkat, yang secara langsung kondisi ini juga menaikkan suhu bumi termasuk
komponen akuatik, yaitu sungai, danau dan laut. Dalam salah satu tulisannya “Effects of
Global Climate Change on Marine and Estuarine Fishes and Fisheries”, J.M. Roessig
menyebutkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, paras laut meningkat setinggi 0,1-0,3 m
dan kemungkinan menutupi area seluas 1 juta km2. Armi Susandi, pakar perubahan iklim
dari Institut Teknologi Bandung juga sepakan akan hal ini, dia mengatakan bahwa jika
permukaan air laut naik setinggi 1 meter, diperkirakan lahan persawahan seluas 346.808
hektar dan juga 700 buah pulau di Indonesia akan terancam tenggelam yang mana 5%
diantaranya pulau yang berpenghuni.
Jika tidak segera ditangani dan berupaya mencari solusi yang tepat, perubahan
iklim global (global climate change) dikhawatirkan akan mengancam sistem ketahanan
pangan kita. Bahkan saat ini disadari atau tidak global climate change telah memberikan
dampak pada sektor industri pertanian dan perikanan di Indonesia dan dunia baik yang
bersekala besar maupun tradisional, pada akhirnya kondisi ini berimbas pada menurunya
pendapatan sekaligus menghambat perputaran roda perekonomian masyarakat.
Karena dampak dari global climate change ini dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung serta muncul dalam variasi waktu yang berbeda, maka
dibutuhkan kesigapan, strategi dan perencanaan yang matang dari pemerintah dan
pmerintah daerah dengan memanfaatkan inovasi teknologi, melakukan kajian yang
konfrehansif dan multidisipliner serta menjalin kerja sama dengan semua pihak untuk
dapat menduga sekaligus mengantisipasi dampak yang lebih luas dari fenomena
perubahan iklim global (global climate change) ini.

G. Dampak Perubahan Iklim terhadap Mangrove di Indonesia


Perubahan iklim memiliki dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Dampak
tersebut diantaranya adalah perubahan pola dan distribusi curah hujan, bencana banjir
dan tanah longsor, dan naiknya permukaan air laut. Sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, Indonesia menghadapi resiko kehilangan banyak pulau-pulau kecil dan
menyempitnya kawasan pesisir akibat naiknya permukaan air laut. Gregory dan
Oerlemans (1998) memprediksi suhu udara meningkat sekitar 0,30C dan peningkatan
muka air laut global sekitar 6 cm setiap 10 tahun. Susandi et al. (2008) memprediksi
kenaikan muka air laut untuk wilayah Indonesia hingga tahun 2100 sekitar 1,1 m yang
berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2 atau
tenggelamnya sekitar 115 buah pulau. Selain itu para ahli telah memperkirakan
presipitasi di Asia Tenggara yang akan meningkat sekitar 3,6% di tahun 2020-an, 7,1%
di tahun 2050, dan 11,3% di tahun 2080-an. Nampaknya iklim di Asia Tenggara di masa
yang akan datang akan menjadi lebih panas dan lebih basah daripada kondisi saat ini
yang memicu terjadinya banjir dan longsor di musim penghujan, dan kekeringan di
musim kemarau. Berdasarkan fenomena di atas, maka perubahan iklim global akan
menyebabkan hilangnya hutan mangrove yang tumbuh di pulau-pulau kecil seiring
dengan tenggelamnya pulau-pulau tersebut. Disamping itu, akan terjadi penyempitan
lebar hutan mangrove yang tumbuh di pantai-pantai pulau yang tidak tenggelam tetapi
lahan di kawasan pesisir di belakang mangrove banyak diokupasi oleh penduduk.
Namun, bagi mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir yang tidak banyak diokupasi
oleh penduduk, diperkirakan lebar mangrove akan meluas ke pedalaman.

H. Pencegahan dan Penanggulangan Perubahan Iklim Global


Perubahan iklim ini harus diatasi bersama-sama dan tidak ditunda-tunda. Setiap
negara harus memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam
negerinya sendiri sesuai kemampuan masing-masing. Negara maju harus membantu
negara miskin. Bentuk bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan ekonomi, namun
dibutuhkan juga tekanan politik yang positif untuk menanamkan urgensi masalah ini dan
mendapatkan komitmen dari para pemimpin untuk bertindak.
Apabila negara-negara maju mau memperlambat laju pertumbuhan
kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang miskin untuk
meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggungjawab terhadap
lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu ekuilibrium yang membuat
perbuatan manusia semakin berimbang dan perubahan iklim global pun akan cenderung
kembali ke arah yang positif.
Mengingat begitu seriusnya dampak pemanasan global dan perubahan iklim
kiranya sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama dimulai dari
hal-hal kecil yang dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti di bawah ini
1. Hemat penggunaan listrik
a. Gunakan lampu hemat energi
b. Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumahtangga kita,
misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari;
c. Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya
dikumpulkan dahulu hingga sesuai dg kapasitas mesin cuci kita;
d. Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan;
e. Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada
penggunaan Air Condition (AC);
f. Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada
siang hari tidak perlu menggunakan lampu.
2. Hemat penggunaan kertas dan tinta
a. Untuk keperluan menulis konsep/corat-coret sebaiknya menggunakan kertas
bekas, misalnya bekas print yang baliknya masih kosong
b. Batasi penggunaan produk disposable/sekali pakai misalnya: tissue,
diaper/pamper, dsb
c. Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
3. Hemat penggunaan air
Berikut ini tips-tips hemat air:
a. Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur,
menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan
lebih dari 6000 L air perminggu;
b. Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar
menyiram tanaman, merendam lap-lap kotor dll.;
c. Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran
air;
d. Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat
menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.
4. Hemat penggunaan bahan bakar
a. Lakukan perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda;
b. Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang akurat dapat menghemat
BBM;
c. Hindari penggunaan kendaraan yang sistem pembakaran pada mesinnya sudah
tidak efisien;
d. Gunakan kendaraan sesuai kebutuhan, misalnya jika hanya bepergian sendiri
lebih baik gunakan sepeda motor daripada mobil;
5. Pengelolaan sampah/limbah yang baik
a. Pisahkan sampah organik dan non organik, sampah organik. Dapat dibuat
kompos;
b. Sampah organik dapat dibuat bahan isian untuk biopori;
c. Hindari membakar sampah;
d. Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga menghindari penggunaan
tas plastik.
BAB III
KESIMPULAN
1. Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu
tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Perubahan Iklim Global ini merupakan
perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya)
secara global terhadap normalnya
2. Perubahan iklim global Indonesia dirasakan sebagai kenaikan suhu rata-rata tiap tahun,
musim hujan datang lebih lambat, variasi musiman dan cuaca ekstrim , kenaikan
permukaan air laut, dan lainnya
3. Penyebab perubahan iklim global antara lain adalah efek dari pemanasan global dan efek
rumah kaca
4. Dampak perubahan iklim global antara lain perubahan jumlah curah hujan, mencairnya
es di kutub utara, naiknya permukaan laut, dan lain-lain.
5. Di Indonesia dampak perubahan iklim global anatara lain kerusakan pesisir pantai
termasuk mangrove, turunnya produksi pertanian dan perikanan, tingginya variasi
penyakit seperti malaria, dan lain-lain
6. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global antara lain
dapat dengan menghemat listrik, menghemat bahan bakar, menghematpenggunaan kertas
dan tinta, hemat penggunaan air, serta pengelolaan sampah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Perubahan Iklim Global. Diambil dari http://climatechange.menlh.go.id pada


hari Rabu, 18 Mei 2011 pada pukul 21.15 wib
Armi Susandi, dkk.2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di
Wilayah Banjarmasin. Bandung: Program Studi Meteorologi - Institut Teknologi
Bandung
Cecep Kusmana. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek Biologi
Dan Ekologi Mangrove. Bandung: Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB
Dedi Syafikri. 2010. Dampak Perubahan Iklim Global Terhadap Dunia Pertanian dan
Perikanan. Semarang: Bidang Perencanaan & Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Universitas Diponegoro Semarang.
Kurniatun Hairiah. 2007. Perubahan Iklim Global: Dampak dan Bahayanya. Malang:
Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah
Susandi, A. 2004. The impact of international greenhouse gas emissions reduction on
Indonesia. Jerman: Report on Earth System Science, Max Planck Institute for
Meteorology.
Tony Kristianto Juwono. Dampak Perubahan Iklim Global Terhadap Indonesia. Diambil dari
www.google.com pada hari Rabu, 18 Mei 2011 pada pukul 21.15 wib

You might also like