You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Klien yang mengalami gangguan kesehatan akut maupun kronis
menyembuhkan dan mempertahankan kesehatan mereka dengan berbagai
strategi.obat adalah substansi yang digunakan dalam
diagnosis,pengobatan,penyembuhan,perbaikan,maupun pencegahan terhadap
gangguan kesehatan.obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan
penyembuhan penyakit.tidak peduli dimanapun klien menerima pelayanan
kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di rumah,perawat memegang peranan penting
dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan cara menggunakan obat dan
mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan akut dan penyembuhan,perawat memegang peranan
penting dalam memberikan obat secara tepat waktu kepada klien,serta
memastikan klien atau keluarganya telah mengerti dan siap memberikan obat jika
klien dipulangkan ke rumah.jika klien tidak dapat menggunakan obat sendiri di
rumah,keluarga atau petugas perawat di rumah memegang tanggung jawab dalam
pemberian obat.di setiap tatanan pelayanan kesehatan,perawat bertanggung jawab
mengevaluasi efek obat terhadap kesehatan klien,mangajari klien tentang obat dan
efek sampingnya,memastikan kepatuhan terhadap regimen obat,serta
mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri.pada beberapa
kasus,perawat secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga
klien yang mampu memberikan obat.
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting
perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati
klien yang memiliki masalah ksehatan. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius

1
atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami
masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk menentukan apakah obat
tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan perawatt penting dalam pemberian
obat yang tepat dan aman.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian pengelolaan obat?
2. Apa tujuan pengelolaan obat?
3. Bagaimana tindakan operasional pengelolaan obat?

1.3 Tujuan
1. Ingin mengetahui tentang pengelolaan obat
2. Ingin mengetahui tentang tujuan pengelolaan obat
3. Ingin mengetahui tindakan operasional pengelolaan obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pengelolaan obat

Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek


perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan obat. (Totok
Sudjianto, 2009)

2.2 Tujuan pengelolaan obat

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan. (dep kes ri, 2004).

secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :


a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di apotek
b. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g. Digunakannya obat secara rasional

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelolaan obat mempunyai empat kegiatan
yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)

3
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / pelayanan obat (use)
masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi
manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Ini berarti untuk
kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen
penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan organisasi
b. Pengelolaan keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung
pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan
perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian
masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
 seleksi meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan,
keadaan sosial ekonimi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan
jenis obat apa yang harus tersedia.
 pengadaan meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan
pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan
dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
 distribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan
penyimpanan
 penggunaan pelayanan farmasi.

4
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini
pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan
dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau
keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera
dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

2.3 Tindakan operasional pengelolaan obat

1. Perencanaan kebutuhan obat

Perencanaan kebutuhan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat


dan menentukan jumlah dan jenis obat dalam rangka pengadaan.

Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan :

a. Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan


b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
d. Meningkatkan efesiensi penggunaan obat

Perencanaan obat di puskesmas dilakukan setiap triwulan agar


memudahkan petugas kesehatan dalam menganalisa obat yang masih banyak
dan sedikit.

Kegiatan pokok dalam perencanaan kebutuhan obat adalah sebagai berikut :

a. Seleksi atau perkiraan kebutuhan terdiri dari :


 Memilih jenis obat yang dibutuhkan

5
Jenis obat yang dibutuhkan disusun berdasarkan usulan
dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mengacu kepada
kepres no. 80 tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang
dan jasa pemerintah dan kep. Menkes ri no.
676/menkes/sk/v/2005 tentang pedoman umum pengadaan
obat esensial pelayanan kesehatan dasar (depkes ri, 2005).
Kriteria pemilihan obat idealnya dilakukan setelah
mengetahui gambaran pola penyakit diwilayah kerja masing-
masing dan karakteristik pasien yang dilayani. Selanjutnya
informasi yang perlu diperhatikan dalam memilih obat antara
lain : 1) obat atau daftar obat yang tersedia, 2) masalah
logistik, 3) harga obat, 4) pola penggunaan obat.
Proses memilih jenis obat, ada yang dilakukan oleh
petugas, ada yang dilakukan oleh suatu komite yang khusus
dibentuk untuk melaksanakan pemilihan obat.
 Menentukan jumlah obat yang dibutuhkan
Menentukan jumlah obat yang diperlukan data dan
informasi lengkap, akurat dan dapat dipercaya. Metode untuk
penyusunan perkiraan kebutuhan obat ditiap unit pelayanan
kesehatan lazimnya menggunakan metode konsumsi dan
metode epidemiologi.
 Metode konsumsi
Metode konsumsi yaitu metode perencanaan
yang didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan
farmasi pada tahun sebelumnya. Langkah pelaksanaan
metode ini adalah : (1) pengumpulan dan pengolahan
data, yang diabil dari pencatatan dan pelaporan
informasi baik kartu stok, buku penerimaan dan
pengeluaran serta catatan harian penggunaan obat
maupun sumber data obat kadaluarsa, hilang

6
penerimaan dan pengeluaran obat selama satu tahun
dan lead time (jangka waktu tunggu) (2) analisa data
untuk informasi dan evaluasi yaitu untuk melihat lebih
mendalam pola penggunaan perbekalan farmasi yang
dapat dilakukan dengan menganalisa data konsumsi
tahun sebelumnya. Hasil analisa inilah yang dapat
digunakan sebagai panduan perencaan perbekalan obat
tahun berikutnya. (3) perhitungan perkiraan kebutuhan
obat yaitu (a) pemakaian nyata pertahun ; jumah obat
yang dikeluarkan dengan kecukupan untuk jangka
waktu 1 tahun, (b) pemakaian rata-rata perbulan ;
jumlah obat dikeluarkan dengan kecukupan untuk
jangka waktu 1 bulan (c) kekurangan jumlah obat ;
jumlah obat sesungguhnya dibutuhkan selama satu
tahun. (d) menghitung obat yang akan datang.

Kelebihan metode konsumsi adalah metode


yang paling mudah, tidak memerlukan data
epidemiologi maupun standar pengobatan, bila data
konsumsi lengkap dan kebutuhan dan kebutuhan relatif
konstan maka kemungkinan kekurangan dan obat
sangat kecil.

Kekurangan metode konsumsi adalah data obat


dan data jumlah kunjungan pasien yang dapat
diandalkan mungkin sulit diperoleh, tidak dapat
dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan
tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat
lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya
kehilangan (depkes ri, 2009)

7
 Metode epidemiologi

Metode epidemiologi yaitu metode perencanaan


berdasarkan pada data kunjungan, frekuensi penyakit
dan standar pengobatan yang ada langkah-langkah
pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut : (1)
pengumpulan dan pengolahan data yaitu menentukan
jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan
jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit. (2) menyediakan pedoman standar
pengobatan yang digunakan untuk perencanaan, (3)
menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan obat, (4)
penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Kelebihan metode epidemiologi adalah


perkiraan kebutuhan obat yang mendekati kebenaran,
dapat digunakan pada program-program yang baru,
standar pengobatan dapat mendukung usaha perbaikan
pola penggunaan obat.

Kekurangan metode epidemiologi adalah


membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data
penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan
terdapat penyakit yang termasuk dalam daftar tidak
melapor, memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan
dan variasi obat terlalu luas.

2. Pengadaan obat

Pengadaan obat adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang


dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah tersedianya obat

8
dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu yang tinggi dan dapat
diperoleh pada jangka waktu yang tepat.

Pengadaan adalah suatu siklus yang memerlukan langkah-langkah yaitu :

a. Memilih metode pengadaan obat


b. Memilih pemasok dan dokumen kontrak
c. Pemantauan status pesanan
d. Penerimaan dan pemeriksaan obat
3. Penyimpanan obat

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaman dengan cara


menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:

a. Memelihara mutu obat, dengan memperhatikan.


 Penataan ruang gudang
 Ruangan kering (tidak lembab)
 Ada ventilasi
 Lantai dari legel atau semen dan apabila tidak ada lemari atau rak
untuk obat atau tempat obat tidak cukup maka obat diletakkan
dilantai yang diberi alas papan.
 Pemindahan harus hati-hati
 Golongan antibiotic harus dalam wadah tertutup dan terhidar dari
cahaya matahari
 Vaksin dan serum dalam wadah tertutup terhindar cahaya matahari
dan disimpan dalam lemari es.
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
 Mempunyai ruang khusus atau gudang obat dan pelayanan obat
 Mempunyai pintu yang lengkap dengan kunci
 Khusus untuk narkotika

9
c. Memudahkan pencarian dan pengawasan
 Pengaturan obat dikelompokkan bentuk sediaan, disusun menurut
abjad dengan nama generic
 Penyusunan obat dengan memperhatikan kadaluarsa atau cara
penyusunan first in first out (fifo) (dep kes ri, 2009).
4. Pendistribusian obat

Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran


dan peneriamaan obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata
dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Tujuannya adalah
terjaminnya mutu dan keabsahan obat serta ketepatan, kerasionalan dan
efisiensi penggunaan obat.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian adalah ketepatan,


kecepatan, keamanan, sarana fasilitas. Puskesmas mendistribusikan kebutuhan
obat untuk puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan
kesehatan lainnya (dep kes ri, 2009).

Pendistribusian obat berguna untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit


pelayanan kesehatan antara lain: (1) sub unit pelayanan lingkungan puskesmas
seperti kamar obat, laboratorium. (2) puskesmas pembantu. (3) puskesmas
keliling. (4) posyandu.

Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara: (1) gudang obat


menyerahkan obat dan diterima di unit pelayanan, (2) obat diserahkan
bersama-sama dengan formulir lplpo (dep kes ri, 2004).

5. Pengawasan obat

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen yang berkaitan


erat dengan fungsi perencanaan, melalui pengawasan standar keberhasilan

10
program yang dituangkan dalam bentuk, target, prosedur kerja dan sebagainya
harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai (hasibuan, 2003)

Sedangkan pengawasan obat adalah untuk menjamin keadaan obat yang


ada, baik pencatatan dan pelaporannya dari dank e unit-unit yang ada. Adapun
tujuan pengawasan adalah untuk menjamin agar kebijaksanaan organisasi
yang telah ditetepkan dapat terlaksana dengan baik.

Langkah-langkah pengawasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Pengawasan langsung dilakukan berdasarkan pertimbangan dan


laporan yang diterima, yang berisi masalah-masalah untuk mengamati
perkembangan rencana sebelum untuk menguji kebenaran laporan.
 Pengawasan tidak langsung dilaksanakan berdasarkan pemeriksaan
laporan tenteng perkembangan pelaksanaan rencana.
6. Pelayanan dan pencatatan obat
a. Sasaran pokok pencatatan obat di puskesmas :
 Terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan obat
 Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu
 Tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
oleh unit yang lebih tinggi
b. Macam – macam format pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas
dan sub unit pelayanan kesehatan :
 Kartu stock obat
 Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat ( lplpo )
 Buku catatan harian penerimaan dan pemakaian obat
 Buku catatan harian penerimaan resep
 Laporan obat rusak / daluarsa
 Surat pernyataan obat hilang (anonim, 2011).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Jadi dapat disimpulkan pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan obat.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik. Serta
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelolaan obat mempunyai empat kegiatan
yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / pelayanan obat (use)

Adapun Tindakan operasional pengelolaan obat

1. Perencanaan kebutuhan obat


2. Pengadaan obat
3. Penyimpanan obat
4. Pendistribusian obat
5. Pengawasan obat
6. Pelayanan dan pencatatan obat

3.2 Saran

Adapun saran kami yaitu agar system pengelolaan obat dapat lebih
dimaksimalkan agar tidak lagi ada salah dalam system pengelolaan obat.

12

You might also like