You are on page 1of 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengembangan bahan ajar digunakan sebagai cara untuk
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi
pembelajaran. Pengembangan bahan ajar sebagai pemahaman tentang desain
pernbelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar mempertimbangkan sifat
materi ajar, jumlah peserta didik, dan ketersediaan materi. Pengembangan bahan
ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip luwes artinya dapat menerima hal-hal
baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat
pengimplementasiannya (Mbulu 2004:8). Prinsip luwes siswa mampu menerima
hal-hal baru dalam isi mata pelajaran yang belum tercakup pada bahan ajar yang
disampaikan oleh guru.
Pengembangan bahan ajar yang menyenangkan dan menanamkan nilai-
nilai moral untuk peserta didik sangat diperlukan. Hal ini untuk meningkatkan
kualitas peserta didik dalam ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
menjadi inti dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang berbasis teks,
dijadikan pendidik untuk mengembangkan dan menyusun bahan ajar yang
berkualitas, bervariasi, dan tetap mempertahankan aspek-aspek dasar dalam
kurikulum 2013. Berbasis teks, peserta didik dituntut untuk aktif mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Teks tersebut digunakan oleh pendidik untuk
mengembangkan bahan ajar yang berkualitas serta mampu menanamkan nilai-
nilai moral yang baik.
Bahan ajar sebagai komponen dalam kurikulum yang akan disampaikan
kepada siswa. Komponen yang berperan sebagai materi pembelajaran, ketika
proses pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam silabus untuk
mempermudah pelaksanaan pembelajaran. Materi pembelajaran terlebih duhulu
dikembangkan, sehingga lengkap dan siap digunakan sebagai bahan ajar.
Guru ketika menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu menguasai
tentang cara menyampaikan materi dengan baik. Supaya materi

1
pembelajarandipahami siswa, maka guru melakukan organisasi materi
pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Sebagai pendidik
yang profesional, guna bahan individu mempersiapkan metode, media, dan materi
pembelajaran difokuskan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Ketika
proses belajar mengajar, guru mengarahkan dan membimbing siswa supaya aktif,
sehingga tercipta interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa.
Manfaat arahan dan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada
siswa untuk menguasai materi, juga memberi pemahaman dan penguasaan kepada
siswa tentang tema. Manfaat bimbingan pembelajaran agar siswa mampu
menyelesaikan masalah. Masalah yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran, memilih bahan ajar, menentukan bahan ajar, dan materi
pembelajaran yang sesuai dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam mencapai kompetensi,
kurikulum atau silabus dan materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar
dalam bentuk materi pokok. Tugas guru untuk menjabarkan materi pokok
tersebut, sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran ditentukan oleh pendidik yang profesional, input yang baik, dan
fasilitas, fasilitas seperti gedung sekolah, alat-alat pengajaran, dan perpustakaan.
Pemilihan bahan ajar yang tepat dan berkualitas sangat penting. Sebagai seorang
pendidik memilih bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
2.3.1 Apakah yang dimaksud dengan bahan ajar dalam pembelajaran?
2.3.2 Apa saja prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar?
2.3.3 Langkah-langkah apa saja yang perlu ditempuh dalam memilih bahan ajar?
2.3.4 Bagaimana cakupan dan urutan bahan ajar?
2.3.5 Bagaimana cara mendapatkan sumber bahan ajar?
2.3.6 Apa saja manfaat dari bahan ajar dalam proses pembelajaran?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Ajar


Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis
materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinssip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai.

2.2 Prinsip-prinsip Menyusun Bahan Ajar


Untuk menyususn bahan ajar yang baik, kita harus memperlihatkan prinsip-
prinsip berikut:

2.2.1 Relevansi
Artinya materi pembelajaran yang disusun hendaknya memiliki
keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2.2.2 Konsistensi
Artinya adanya keajegan antara bahan ajar yang disusun dengan
kompetensi dasar harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan
juga harus meliputi empat macam.
2.2.3 Kecukupan
Artinya materi yang diajarkan cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang
membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga
yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

2.3 Langkah-langkah Memilih Bahan Ajar


Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu
diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau

3
materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini
berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu
pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau
bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau
merujuk pada standar kompetensi. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar,
sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar.

2.3.1 Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar


kompetensi dan kompetensi dasar

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu


diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
aspek standar dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi
tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda
untuk membantu pencapaiannya.

2.3.2 Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran

Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi


pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur

1. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama
orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda,
dan lain sebagainya.
2. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
3. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma,
teorema.

4
4. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara
urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau
cara-cara pembuatan bel listrik.
Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan
(apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik
terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.

2.3.3 Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek
yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi
yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang
berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah
dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),
sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”. Cara yang
paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui
apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur,

5
aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun
untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama
suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”. Contoh :
Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh
manusia.
b. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan
untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai
dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus
diajarkan adalah “konsep”.
Contoh :
Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa
diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang
termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang.
c. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau
melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu?
Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh :
Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat
demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara
membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan
komputer, dsb.
d. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan
hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara
berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran
yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh :
Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam
lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka

6
harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi
panjang adalah panjang dikalikan lebar.
e. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat
atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah
tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
Contoh :
Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk
sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.
f. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Contoh :
Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar
125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik
lompat tinggi.

2.3.4 Memilih sumber bahan ajar


Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan
sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari
berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media
audiovisual, dsb.

2.4 Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar


Dalam menentukan cakupan belajar dapat memperhatikan hal-hal sebgai
berikut :
2.4.1 Penentuan cakupan materi pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus
diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip,
prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, karena ketika sudah
diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka masing-masing jenis uraian
materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

7
Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-
prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran
yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi
berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke
dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi menyangkut seberapa detail
konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta
didik.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SMP dan SMA,
juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang
pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan
semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail
pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP aspek kimia disinggung sedikit
tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari
dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan.
Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat
membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan
kepada peserta didik di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup:
a. penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi;
b. rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan
penjualan;
c. penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui
apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah
memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI, salah satu
kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah " Menulis surat dagang
dan surat kuasa". Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk
mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara
garis besar cakupan materi yang harus dipelajari peserta didik agar mampu
membuat Surat Dagang sekurang-kurangnya meliputi: (1) Jenis surat Niaga, (2)

8
Jenis perjanjian jual beli dan surat kuasa, (3)Menulis surat perjanjian jual – beli
dan surat kuasa sesuai dengan keperluan , (4) surat perjanjian jual – beli dan
surat berdasarkan struktur kalimat dan EYD.
2.4.2 Urutan Materi Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran.
Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa
materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite)
akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya.
Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari
pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan
mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum
dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan
prosedural dan hierarkis.
a. Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-
langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu
tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah
mengoperasikan peralatan kamera video, cara menginstalasi program
computer dan sebagainya.
Contoh : Urutan Prosedural (tatacara)
Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), peserta
didik harus mencapai kompetensi dasar ”Melakukansetting
peripheral pada operating system (OS) komputer”. Agar peserta didik
berhasil mencapainya, harus melakukan langakah-langkah berurutan mulai
dari cara membaca gambar periferal sampai dengan mengetes
keberhasilannya.

9
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang
bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya
harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal cerita tentang Perhitungan Laba Rugi dalam Jual Beli
Agar peserta didik mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (Penerapan
rumus/dalil), peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian
laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (Penguasaan konsep). Setelah itu
peserta didik perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba dan rugi
(Penguasaan dalil). Selanjutnya peserta didik menerapkan dalil atau prinsip jual
beli (Penguasaan penerapan dalil).

2.5 Mendapatkan Sumber Bahan Ajar


Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh.
Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya,
sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat
kita gunkan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar
kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:

a. buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak


mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
b. Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh
para para peneliti, sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang
aktual dan muktahir.
c. Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut
berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli dibidangnya
masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
d. Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar
yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar,
ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
e. Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan
perbankan misalnya tentu ahli dalam bidang ekonomi dan keuangan.

10
f. Buku kurikulum penting untuk digunkana sebagai sumber bahan ajar. Karena
berdasarkan kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan
materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam
kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi.
g. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan yang banyak
berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu mata pelajaran.
h. Internet yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan
pelajaran harian untuk berbagai mata pelajaran dapat kita peroleh melalui
internet. Bahna tersebut dapat dicetak atau dikopi.
i. Berbagai jenis media audiovisual berisikan bahan ajar untuk berbagai jenis
mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut , di
hutan belantara melalui siaran televisi, dan
j. Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)

Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi,


buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya,
tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya
sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada
setiap pergantian semester baru atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau
buku teks yang ada perlu dipelajari untuk di[ilih dan digunkan sebagai sumber
yang relevan dengan materi yang telah telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar
bukanlah menyelesaikan satu buku, tetpai membantu siswa mencapai kompetensi.
Karena itu, hendaknya guru menggunkan banyak sumber materi. Bagi guru,
sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan
buku penunjang yang lain.

2.6 Materi Prasarat, Perbaikan dan Pengayaan


Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar terdapat beberpa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal
pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat mengusai
pembelajaran. Kemungkinna pertama siswa belum memiliki pengetahuan
prasyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan k diperlukan untuk
mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa

11
harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah
memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus melakukan tes prasyarat ( prequisite
test). Jika berdasarkan tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat,
maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan
pembekalan (martikulasi) dapat diambil dari materi atau modul yang dibawahnya.
Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulita atau
hambatan dalam mengusai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi
perbaikan (remidial). Materi pembelajaran remidial disusun lebih sederhana,
lebihrinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa.
Untuk keperluan remidial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi
kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai meteri
pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi
pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk
pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain
yang relevan atau disediaklan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu
dipertimbnagkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk
mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau
modul akselerasi.

2.7 Pemilihan Bahan Ajar dari Kompetensi yang Dipilih


KD yang kita ambil adalah menjelaskan system kearsipan. Untuk itu bahan
ajar yang kita pilih adalah sebagai berikut.
Dalam sistem pengarsipan ada 5 macam cara pengaturan atau teknik
penyimpanan arsip secara logis dan sistematis. Yaitu dengan memakai :
a. Sistem Abjad (Alphabetical Filling System)
b. Sistem Perihal (Pokok Isi Surat)
c. Sistem Nomor
d. Sistem Geografis / Wilayah
e. Sistem Tanggal (Chronologis)
Masing-masing sistem dapat digunakan sesuai dengan jenis arsip, atau surat
pada suatu organisasi atau perusahaan.Sistem pengarsipan adalah cara pengaturan
atau penyimpanan arsip secara logis dan sistematis dengan memakai abjad,

12
numerik / nomor, huruf ataupun kombinasi huruf dan nomor sebagai identitas
arsip yang terkait.
a. Sistem Abjad (Alphabetical Filling System)
Sistem Abjad adalah sistem penyimpanan arsip dengan memakai metode
penyusunan menurut abjad. Umumnya dipakai untuk arsip yang dasar
penyusunannya dilakukan terhadap nama orang, nama perusahaan / organisasi,
nama tempat, nama benda dan subjek masalah.
Nama-nama diambil dari nama si pengirim (surat masuk) dan nama alamat
yang dituju (surat keluar).
Cara menemukan dan menentukan ciri / tanda dari suatu dokumen yang
akan dijadikan petunjuk atau tanda pengenal (caption) untuk memudahkan
mengetahui tempat dokumen disimpan.
Adapun kata tangkap dapat berupa :
a. Nama orang
b. Nama perusahaan / organisasi
c. Nama tempat / daerah
d. Nama benda / barang
e. Istilah subyek atau angka (tergantung sistem pengarsipan yang dipakai)
Menentukan ciri / tanda dengan cara menentukan urutan unit-unit atau
bagian dari kata tangkap yang akan disusun menurut abjad.
Indeks adalah sarana untuk menemukan kembali dengan cara mengidentifikasi
surat tersebut melalui penunjukan suatu tanda pengenal yang dapat membedakan
surat satu dengan surat yang lainnya, atau bagian dari suatu nama yang dijadikan
tanda pengenal surat.
Unit adalah bagian kata dari kata tangkap yang memiliki pengertian sendiri,
atau bagian terkecil dari suatu nama. Sedangkan nama, merupakan judul / caption.
Jadi setiap judul memiliki bagian yang disebut unit.
Kode adalah suatu tanda atau simbol yang diberikan atau yang dibubuhkan pada
lembaran arsip yang dapat dipakai untuk tanda penyimpanan arsip.
Koding adalah suatu kegiatan memberikan tanda atau simbol pada arsip.Adapun
fungsi dari kode atau simbol adalah menunjukkan isi yang terkandung didalam
arsip yang bersangkutan.

13
Petunjuk silang adalah alat petunjuk dari indeks yang tidak dipakai kepada
indeks yang dipakai, atau petunjuk hubungan antara indeks yang dipakai dengan
indeks lain yang dipakai. Ada dua macam petunjuk silang.
a. Petunjuk silang langsung adalah petunjuk silang yang menunjukkan tentang
seseorang yang memiliki lebih dari satu nama atau satu dokumen yang berisi
lebih dari satu masalah.
b. Petunjuk silang tak langsung
Adalah petunjuk silang yang dipakai untuk menunjukkan hubungan antara
satu masalah dengan masalah lainnya yang saling menjelaskan atau saling
membantu.
Prosedur yang harus dilaksanakan untuk mengarsipkan surat adalah :
a. Membaca surat atau dokumen dengan teliti dan seksama
b. Periksa apakah surat sudah disertai dengan tanda siap untuk disimpan.
c. Menetapkan caption atau judul surat
d. Mengindeks tanda pengenal sesuai peraturan
e. Membuat petunjuk silang
f. Memberi kode surat
g. Menyortir, yaitu memilah-milah atau mengelompokkan arsip menjadi satu
kelompok menurut kode yang ada pada arsip.
h. Menyusun menurut susunan abjad.
i. Menyimpan arsip, yaitu mendapatkan arsip pada suatu tempat atau alat
penyimpanan.

Perlengkapan yang diperlukan untuk mengarsip sistem abjad adalah


a. Filling cabinet; adalah lemari arsip untuk menempatkan folder dan guide.
Yaitu untuk menyimpan dokumen, surat-surat kantor. Umumnya mempunyai
beberapa laci.
b. Folder; adalah tempat untuk menyimpan dokumen atau menempatkan arsip,
berbentuk segi empat, berlipat dua seperti map tetapi tanpa daun penutup.
c. Guide (petunjuk); merupakan petunjuk dan pemisah antar folder-folder.
Bentuk dari guide adalah segi empat dan berukuran sama dengan folder.
Terbuat dari karton tebal.

14
b. Sistem Perihal (Pokok Isi Surat)
Sistem perihal adalah cara penyimpanan dan penemuan kembali surat
berpedoman pada perihal surat atau pokok isi surat.
Yang perlu dipersiapkan untuk sistem perihal adalah.
1. Daftar Indeks; adalah daftar yang memuat seluruh kegiatan / masalah / hal-hal
yang dilakukan diseluruh kantor dimana sistem ini diterapkan.
Masalah-masalah tersebut kemudian diuraikan lagi. Masalah-masalah pokok
tersebut dalam pembagian utama, sedangkan uraian masalahnya disebut
dalam pembagian pembantu, apabila uraian masalah masih dibagi lagi
menjadi masalah yang lebih kecil, disebut sub pembagian pembantu.
2. Perlengkapan menyimpan surat
a) Filling Cabinet
b) Guide
c) Folder
d) Kartu kendali
3. Pemberian kode surat
4. Penyimpanan surat, dengan cara
a) Membaca surat untuk mengetahui isi surat
b) Memberi kode surat
c) Mencatat surat dalam kartu kendali
5. Menyimpan kartu kendali.

c. Sistem Nomor
Di dalam sistem nomor ada 4 macam yaitu :
1. Sistem nomor menurut Dewey (Sistem Desimal / Klasifikasi)
Sistem ini menetapkan kode surat berdasarkan nomor yang ditetapkan
untuk surat yang bersangkutan. Yang diperlukan dalam sistem ini adalah
a) Perlengkapan yang diperlukan adalah
 Filling cabinet
 Guide
 Folder
b) Daftar klasifikasi nomor

15
c) Kartu kendali
Dalam klasifikasi, nomor adalah daftar yang memuat semua kegiatan /
masalah yang terdapat dalam kantor. Setiap masalah diberi nomor tertentu.
Dalam daftar ini terdapat tiga pembagian yaitu
Pembagian utama, memuat kegiatan / masalah pokok dari kantor
 Pembagian pembantu, memuat uraian masalah yang terdapat pada
pembagian utama
 Pembagian kecil memuat uraian masalah yang terdapat pada pembagian
pembantu.
Guna daftar klasifikasi adalah
c. Sebagai pedoman pemberian kode surat
d. Sebagai pedoman untuk mempersiapkan dan menyusun tempat penyimpanan
surat
Uraian guide, folder, dan surat dalam filling cabinet
a. Dalam setiap laci filling cabinet diperlukan 10 guide
b. Dibelakang setiap guide ditempatkan 10 folder
c. Surat yang terbaru dalam setiap folder ditempatkan paling depan
Cara penyimpanan surat
a) Surat dibaca lebih dahulu untuk mengetahui permasalahannya
b) Memberi kode surat
c) Mencatat surat kedalam kartu kendali
d) Mencatat surat pada kartu indeks
e) Menyimpan surat
f) Penyusunan surat dalam folder setiap surat yang baru selalu ditempatkan di
urutan paling depan
g) Menyimpan kartu kendali

2. Sistem nomor menurut Terminal Digit


Didalam sistem ini kode penyimpanan dan kode penemuan kembali surat
memakai sistem penyimpanan menurut teminal digit, yaitu sistem penyimpanan
berdasarkan pada nomor urut dalam buku arsip.

16
Dalam sistem ini yang perlu dipersiapkan adalah
Perlengkapan untuk tempat penyimpanan surat yang terdiri atas; filling cabinet 10
laci, guide (setiap laci 10 guide), dan folder (setiap guide 10 folder), Kartu
kendali; yang digunakan dalam sistem ini sama dengan kartu kendali yang
digunakan dalam sistem lain.
Yang berbeda disini adalah mengindeks nomor kode untuk keperluan
penyimpanan dan penemuan kembali surat.Cara mengindeks nomor kode sebagai
berikut :
 Dua angka dari belakang sebagai unit 1, yaitu menunjukkan nomor laci dan
nomor guide
 Satu angka setelah unit 1 sebagai unit 2 yaitu menunjukkan nomor folder
 Sisa seluruh angka sesudah unit 2 sebagai unit 3 yaitu menunjukkan surat
yang kesekian dalam folder
 Cara penyimpanan surat; surat dengan nomor kode 55317, berarti surat
tersebut disimpan dalam laci 10-19, dibelakang guide 17, didalam folder
nomor 3, surat yang ke 55.

3. Sistem Nomor Middle Digit


Sistem ini merupakan kombinasi dari Sistem Nomor Decimal Dewey dan
Sistem Nomor Terminal Digit. Yang dijadikan kode laci dan guide adalah dua
angka yang berada di tengah, sedangkan dua angka yang berada di depannya
menunjukkan kode map, kemudian dua angka yang berada dibelakangnya
menunjukkan urutan surat yang kesekian didalam map.
Dalam sistem ini kode angka harus berjumlah enam, sehingga terdapat dua angka
ditengah, dua angka di depan dan dua angka dibelakang. Seandainya angka kode
kurang dari enam maka harus ditambahkan angka nol di depannya sampai
berjumlah enam angkla. Cara penyimpanannya sama dengan Sistem Nomor
Terminal Digit.

4. Sistem nomor Soundex (phonetic system)


Sistem Soundex adalah sistem penyimpanan warkat berdasarkan
pengelompokan nama dan tulisannya atau bunyi pengucapannya hampir

17
bersamaan. Dalam sistem ini nama-nama diganti dengan kode (notasi) yang terdiri
dari 1 huruf dan 3 angka. Susunan penyimpanannya adalah menurut abjad yang
diikuti urutan nomor.

d. Sistem Geografis / Wilayah


Sistem geografis atau wilayah adalah suatu sistem penyimpanan arsip
berdasarkan pembagian wilayah atau daerah yang menjadi alamat suatu surat.
Surat disimpan dan diketemukan kembali menurut kelompok atau tempat
penyimpanan berdasarkan geografi / wilayah / kota dari surat berasal dan tujuan
surat dikirim.
Dalam hubungan ini surat masuk dan surat keluar disimpan dan ditempatkan
dalam folder yang sama, tidak dipisah-pisahkan. Dalam penyimpanannya menurut
sistem ini harus dibantu dengan sistem abjad atau sistem tanggal.
Yang perlu dipersiapkan dalam menerapkan sistem ini
 Perlengkapan yang diperlukan dalam menerapkan sistem ini adalah; filling
cabinet, guide, folder, dan kartu kendali.
 Penyimpanan surat melalui prosedur
a) Melihat tanda pembebas dalam surat, yaitu tanda yang menyatakan
bahwa surat tersebut telah selesai diproses dan boleh disimpan.
b) Membaca surat
c) Memberi kode surat
d) Mencatat surat pada kartu kendali
e) Menggolongkan surat menurut wilayahnya masing-masing
f) Menyimpan surat
g) Menyimpan kartu kendali
 Penemuan kembali; cara menemukan kembali adalah sama seperti sistem-
sistem lainnya.

e. Sistem Tanggal (Chronologis)


Sistem tanggal adalah sistem penyimpanan surat yang didasarkan kepada
tanggal surat diterima (untuk surat masuk) dan tanggal surat dikirim (untuk surat
keluar).

18
Yang diperlukan untuk sistem ini adalah
 Perlengkapan yang diperlukan; filling cabinet, didepan laci dicantumkan
judul “tahun”, guide sebanyak 12 buah, masing-masing untuk satu bulan,
folder, dan kartu kendali.
 Pembagian sistem tanggal
a) Pembagian utama menggambarkan tahun (judul laci)
b) Pembagian pembantu menggambarkan bulan (judul guide)
c) Pembagian kecil menggambarkan tanggal (judul folder)
Susunan guide dan folder dalam filling cabinet
a) Laci menggambarkan tahun
b) Guide menggambarkan bulan
c) Folder menggambarkan tanggal

Penyimpanan surat, langkah-langkah dalam penyimpanan surat


a) Menetapkan kode surat sebelum disimpan
b) Mencatat surat pada kartu kendali
c) Menyimpan surat.

19
BAB II
SIMPULAN

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah


pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Prinsip-prinsip menyusun
bahan ajar adalah relevansi, konsistensi dan kecukupan

Sedangkan langkah-langkah memilih bahan ajar meliputi mengidentifikasi


aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar,
identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, memilih jenis materi yang sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan memilih sumber bahan ajar
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan
prosedural dan hierarkis.
Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk
mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai
sumber dapat kita gunkan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap
standar kompetensi dasar.

20

You might also like