Judul Microbial Fermentation Biotechnology of Cooked Chicken Bone Novel Substrate for L-asparaginase Production Jurnal Karbala International Journal of Modern Science 3 (2017) 202-211 D.O.I https://doi.org/10.1016/j.kijoms.2017.08.007 Author Essam A. Makky dan Muna Jalal Ali Reviewer Nika Lutfiana (4311415064) Pendahuluan L- asparaginase merupakan enzim yang efisien sebagai anti-kanker karena properti yang luar biasa dalam menghidrolisis asam amino esensial kanker kanker leukemia limfoblastik akut ( L-asparagin) menjadi asam aspartat dan amonia. Berbagai sumber L- asparaginase telah diidentifikasi termasuk ekstraksi dari hewan atau tumbuhan serta melalui fermentasi mikroba. Umumnya, para peneliti lebih suka untuk menghasilkan L- asparaginase dengan melibatkan mikroba sebagai penghasil L-asparaginase karena jumlah berlimpah L- asparaginase dapat dipanen dengan cara yang mudah. Penelitian ini bertujuan untuk screening, optimasi, dan pemurnian produksi mikroba L- asparaginase di hadapan dimasak limbah tulang ayam sebagai substrat Hasil dan 1. Penyaringan L-asparaaginase yang paling ampuh Pembahasan Dari 31 bakteri dan 4 isolat jamur disaring untuk aktivitas L- asparaginase. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Escherichia coli ATCC 10536 merupakan bakteri terbaik untuk mengisolasi karena jumlah yang dihasilkan adalah yang paling signifikant yakni L- asparaginase yang diproduksi mencapai 0.376 IU/ml. Oleh karena itu Escherichia coli ini dipilih untuk proses optimasi dan juga pemurnian. 2. Optimasi Parameter Pengendalian Produksi L-asparaginase. a. Pengaruh masa inkubasi E. coli ATCC 10.536 diinkubasi selama 5 hari berturut-turut dan menunjukkan aktivitas enzim tertinggi dicapai pada hari kedua yakni 0,921 IU / ml sedangkan pada hari ke-3 sampai ke-5 mengalami penurunan. Penurunan aktivitas enzim terjadi pada saat fermentasi diinkubasi di luar kondisi optimal karena aglomerasi produk akhir beracun, kehilangan kelembaban serta perubahan pH dalam medium. b. Pengaruh suhu inkubasi Suhu inkubasi yang berbeda juga diamati dan terlihat bahwa aktivitas enzim yang tertinggi adalah pada suhu 40oC (0,986 IU / ml). Sedangkan yang terendah adalah pada suhu 4oC (0,209 IU / ml). Suhu inkubasi optimum ini tidak hanya untuk bakteri tetapi juga jamur dalam produksi L-asparaginase. c. Pengaruh pH awal Pengaruh pH awal ini perlu dipelajari untuk mengidentifikasi nilai pH awal yang terbaik untuk E. coli ATCC 10536. Aktivitas enzim terendah (0,322 IU / ml) ditampilkan saat media produksi yang disesuaikan dengan pH 3,0. Namun, hasil L- asparaginase meningkat dua kali lipat ketika pH media produksi menjadi meningkat pada pH 4.0 dengan aktivitas enzim (0,795 IU / ml). Umumnya, aktivitas enzim terus meningkat sebagai nilai pH meningkat dari pH 4,0-6,0 tapi ada penurunan kecil pada pH 7,0 (0,721 IU / ml). Setelah aktivitas enzim mulai meningkat dari pH 8,0 dan mencapai puncaknya pada pH 9,0 dengan aktivitas enzimnya adalah 0,969 IU / ml, di atas nilai ini aktivitas enzim secara bertahap berkurang. d. Pengaruh jumlah substrat Aktivitas L-asparaginase tertinggi pada saat E. coli ATCC 10.536 ketika ditambah dengan 0,5 g (1,0% (b/v)) dari CBB sebagai substrat yakni 0,997 IU/ml. e. Pengaruh sumber karbon Digunakan 7 karbon yang berbeda yakni sukrosa, laktosa, maltosa, pati, karboksimetil selulosa (CMC), selulosa dan glukosa pada 1% (b/v). Hasil yang diperoleh adalah sumber karbon terbaik adalah pati (0,860 IU / ml). f. Pengaruh Sumber Nitrogen Sumber nitrogen merupakan parameter gizi yang penting untuk pertumbuhan mikroba. Nitrogen yang digunakan adalah ekstrak malt, amonium sulfat, amonium klorida, ekstrak ragi dan natrium nitrat dengan konsentrasi 0,2% (b / v). Untuk ekstrak malt dan natrium nitrat tidak cocok digunakan menjadi sumber nitrogen untuk E. coli karena aktivitas enzimnya lebih rendah dibanding kontrol (0,848 IU / ml) yakni masing-masing adalah 0,454 IU / ml dan 0,291 IU / ml. g. Pengaruh ukuran inokulum Puncak aktivitas enzim tercapai saat 6ml (12% v / v) dari E. coli ATCC 10.536 diinokulasi. Di luar 6 ml, pembacaan aktivitas enzim mulai turun sedikit karena adanya inokulum ekstra. Jumlah berlebihan membuat E. coli ATCC 10.536 akan menguras nutrisi penting yang dibutuhkan selama produksi L- asparaginase. h. Pemurnian dan Karakterisasi L-Asparaginase Parsial Na+ merupakan satu-satunya ion logam yang berhasil meningkatkan produksi L-Asparaginase. Sedangkan K+, Mg2+ dan EDTA menghambat produktivitas enzim. Persentase inhibisinya masing-masing adalah 18,64% dan 23,57%. . Kesimpulan Penelitian ini melaporkan bahwa parameter optimal untuk setiap 50 ml media produksi dicapai ketika 6 ml (12% v / v) dari E. coli ATCC 10.536 diinkubasi pada pH 9 selama 2 hari pada 40oC dengan adanya 0,5 g (1,0% b / v) dari CCB, 1,0% (w / v) dari pati dan 0,2% (b / v) amonium klorida masing-masing sebagai substrat, karbon dan sumber nitrogen. Selain itu, didialisis L- asparaginase yang disukai pada 40oC dan pH 8 masing-masing sebagai suhu inkubasi dan pH. Inti dari ion logam ditemukan positif ketika enzim didialisis diinkubasi dengan natrium klorida sedangkan kalium klorida, magnesium klorida, dan EDTA menghambat produksi L- asparaginase.