Professional Documents
Culture Documents
OLEH
C. LANDASAN TEORI
(KMnO4), sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan asam
H. ANALISA DATA
1) Reaksi
a. Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam :
2KMnO4 + 3H2SO4 → 2MnO4 + K2SO4 + 5O
b. Reaksi titrasi :
2MnO4- + 16 H+ + 5C2O42- → 2Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
2) Standarisasi larutan KMnO4 0,01 N
Dik : V1 = 14,2 mL
V2 = 14,3 mL
Vrata-rata = 14,25 mL
Dit : N KMnO4 ......?
Penye :
V as.oks x N as.oks
N 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = V titran
10 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑁 0,1
= = = 0,007 𝑁
14,25 mL 14,25 mL
3) Penentuan nilai permanganat
Dik : V1 = 6,2 mL
V2 = 6,3 mL
Vrata-rata = 6,25 mL
Penye :
= 4,345 mg/L
I. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan
kalium permanganat, yang merupakan oksidator kucit sebagai titran. Titran ini
didasarkan atas reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah
digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia
ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila
digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.
Dalam percobaan ini, proses yang kami laukan ialah melakukan proses
standarisasi yang mana sampel aquades dipipet 100 ml kedalam erlenmeyer
yang kemudian dipanaskan dengan suhu 700C dimana proses pemanasan
diharapkan agar reaksi berlangsung lebih cepat. Kemudian ditambahkan 5 ml
larutan H2SO4 dimana fungsi diberikan larutan ini sebagai pengasam,dimana
alasannya yaitu digunakan larutan H2SO4 encer. Karena ion MnO4- akan
tereduksi menjadi Mn2+dalam suasana asam oleh reaksi dengan atom H. Selain
itu, asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat. Dalam
titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi
warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat
melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini
menunjukan titik kestabilan, dan kemudian ditambahkan dengan 10 ml larutan
baku asam oksalat 0,01 N dan dilakukannya proses titrasi menggunakan larutan
KMnO4 0,01 N yang kemudian percobaan tersebut dilakukan kembali (duplo).
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari
bening menjadi ungu pada larutan yang permanen dan tidak hilang selama
beberapa menit. Perubahan warna ini terjadi karena Mn2+ ( larutan bening) dan
MnO4- (KMnO4) tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (ungu). Titik ekuivalen
terjadi karena mol titran volum KMnO4.
Dari hasil standarisasi larutan KMnO4 pada praktikum kali ini yang
didapatkan adalah volume titrasi I sebesar 14,2 mL dan volume titrasi II sebesar
14,3 mL serta volume rata-rata dari titrasi tersebut adalah 14,25 mL. Sehingga
didapatkan konsentrasi KMnO4 sebesar 0,007 N.
Setelah dilakukan standardisasi, proses selanjutnya ialah penentuan
nilai permanganat yaitu dengan memipet 100 mL sampel dan dimasukan ke
dalam erlenmeyer 250 mL lalu ditambah beberapa tetes KMnO4 0,01 N juga
ditambah kedalam erlenmeyer hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda. Setelah itu, asam sulfat 8 N dicampur juga kedalam larutan, lalu
dihomogenkan. Larutan dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 105oC.
pemanasian ini berfungsi untuk mempercepat proses reaksi. Lalu dipipet 10 mL
larutan baku KMnO4 0,01 N selanjutnya larutan dipanaskan hingga mendidih.
Setelah mendidih, tambah 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N ke dalam
larutan, penambahan KMnO4 0,01 N ini berfungsi untuk mengoksidasi zat
organik yang terdapat dalam air sedangkan fungsi dari penambahan asam
oksalat adalah untuk mereduksi sisa KMnO4 0,01 N yang sebelumnya telah
digunakan untuk mereduksi zat organik. Kemudian dititrasi dengan KMnO4
0,01 N hingga warna merah muda. KMnO4 0,01 N ini menitrasi kelebihan asam
oksalat. Sebelum dilakukan titrasi, titrat tidak perlu ditambahkan dengan
indikator (auto indikator).
Dari hasil perhitungan kemudian didapatkan kadar zat organik pada
sampel air bersih sebesar 4,345 mg/L. Oleh karena zat organik KMnO4
merupakan bahan kimia organik yang dalam air minum sehingga kadarnya
hanya diperbolehkan sebanyak 10 mg/L (peraturan mentri kesehatan RI no :
416/MENKES/PER/IX/1990). Karena kadar zat organik yang diperoleh dari
praktikum ini lebih rendah dari yang telah ditetapkan maka sampel air tersebut
masih layak untuk digunakan.
Adapun sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri yang
lain antara lain larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO2. penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4, penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan.
J. KESIMPULAN DAN SARAN
a) Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang kami dapatkan bahwa
pada proses standarisasi larutan KMnO4 0,01, diperoleh hasil sebesar
0,007 N. Sedangkan dalam penentuan kadar permanganate diperoleh hasil
yaitu 4,345 mg/L. Karena kadar zat organik yang diperoleh dari
praktikum (sampel air keran) ini lebih rendah dari 10 mg/L yang telah
ditetapkan maka sampel air tersebut masih layak untuk digunakan.
b) Saran
Sebaiknya dalam praktikum dilakukan dengan teliti,
pengamatan titik ekuivalen harus tepat. Jarak waktu antar pemanasan
sampai penitrasian jangan terlalu lama, pemeliharaan kemurnian bahan
yang digunakan dan selalu menjaga suhu larutan konstan pada saat
melakukan standarisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. Etc.2008. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Dirjen POM. 2011. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.