You are on page 1of 23

UJIAN COMPOUNDING AND DISPENSING

RESEP NO. 18

MADE RIRIN SUTHARINI


1708611049

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. RESEP
Ny. Yuli (55 th) adalah pelanggan apotek Anda. Pasien mengalami Nyeri
pada pinggang sebenarnya sudah dialami pasien sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri
pada pinggang disertai rasa kaku pada saat menggerakan badan. Nyeri umumnya
timbul pada pagi hari dan apabila beraktivitas lama. Sejak 2 minggu pasien
mengonsumsi jamu pegel linu untuk mengatasi keluhannya. Keluhan nyeri
pinggang menghilang setelah mengonsumsi jamu pegel linu, namun sejak 1
minggu yang lalu mulai muncul rasa perih pada lambung setelah mengonsumsi
jamu pegel linu.

Dr. XXXX
SIP : 1234/XXXX/2010
Praktek : Rumah :
Jl. Bukit Jimbaran No. 123 Jl. Bukit Jimbaran No. 88
Badung Badung
Tlp. (0361) 87654321 Tlp. 08123456789
II. HASIL PEMBACAAN RESEP

Dr. XXXX
SIP : 1234/XXXX/2010
Praktek : Jl. Bukit Jimbaran No. 123, Badung
Tlp. (0361) 87654321

R/ Na diklofenak 50 mg No X
S 2 dd I

R/ Omeprazol tab No X
S 1 dd I

R/ Enzymfort tab No X
S 3 dd I

Pro: Ny. Yuli


Umur: 55 tahun
Alamat:

Dari resep yang diterima, maka dilakukan pembacaan skrining resep untuk
mengetahui apakah resep dapat dilayani atau tidak. Skrining resep meliputi tiga
bagian yaitu: skrining administrasi, skrining farmaetis, dan skrining klinis.

2.1 Skrining Administrasi


Kelengkapan Resep Ada Tidak Ada
Identitas dokter Nama √
SIP √
Alamat praktek √
No. Telepon √
Superscriptio Simbol R/ √
Nama kota √
Tanggal resep √
Inscriptio Nama obat √
Kekuatan/potensi obat √
Jumlah obat √
Bentuk sediaan obat √
Signatura Frekuensi pemberian √
Jumlah pemberian obat √
Waktu minum obat √
Informasi lain √
Penutup Paraf √
Tanda tangan √
Identitas pasien Nama √
Alamat √
Umur √
Jenis kelamin √
Berat Badan dan Tinggi √
Badan

Berdasarkan hasil skrining terhadap resep diatas, komponen resep yang


paling essensial sudah tercantum untuk itu maka resep layak secara administratif
dan bisa dilayani.

2.2 Skrining Farmasetis


Skrining Farmasetis meliputi bentuk sediaan, stabilitas, inkompaktibilitas
a. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang tertulis dalam resep yaitu tablet. Jika dilihat dari
umur pasien yang sudah berumur 55 tahun, di mana pasien dapat menelan
tablet, maka bentuk sediaan tersebut sudah sesuai
b. Stabilitas
Masing-masing sediaan tersebut cukup stabil pada suhu ruangan, yaitu
pada suhu 15-30oC, dan kering. Penyimpanan ketiga sediaan tersebut
sebaiknya dijauhkan dari sinar matahari langsung.
c. Inkompaktibilitas
Dalam resep yang diberikan tidak terdapat masalah inkompatibilitas
karena bentuk sediaan yang diberikan yaitu dalam bentuk tablet, dan tidak
dilakukan penggerusan.
2.3 Skrining Klinis
Skrining klinis yang dilakukan meliputi ketepatan dosis, kesesuaian indikasi
obat dengan gejala penyakit yang diderita, dan ada tidaknya DRP yang akan
dijelaskan dengan lebih rinci pada bagian Penegakan Anamnesa Kefarmasian
(Metode SOAP).

III. JAWABAN SOAL


3.1 Patient Assesment
Untuk memperoleh luaran terapi yang optimal, Apoteker harus
melakukan assessment yang bertujuan mengetahui kondisi klinis pasien.
Assessment yang dapat dilakukan dalam kasus ini yaitu penilaian pengobatan
yang rasional dan identifikasi Drug Related Problem. Dalam melakukan
kedua hal tersebut, apoteker sebelumnya harus melakukan anamnesa
kefarmasian kepada pasien yang dilakukan sesuai dengan SOP pada apotek.
(Pasien datang ke apotek sambil membawa resep)
Berikut merupakan contoh pasient assessment di apotek.
Apt : “Selamat pagi, Bu. Perkenalkan Saya Apoteker Ririn, apoteker
di Apotek ini. Ada yang bisa saya bantu?”
Ny. Yuli : “Selamat siang Mbak, saya bermaksud untuk menebus resep
ini.”
Apt :“Baik, Bu. Maaf Bu sebelumnya, jika boleh saya tahu, apakah
resep ini atas nama Ibu sendiri?”
Ny. Yuli : “Oh iya, resep ini untuk saya sendiri Mbak.”
Apt : Baik. Mohon tunggu sebentar ya Bu.”
Ny. Yuli : “Baik, terima kasih Mbak.”
(Apt kemudian mengecek stok obat yang tercantum dalam resep dan
memastikan bahwa obat yang diresepkan bagi pasien tersedia di Apotek)

Apt : “Bu Yuli, untuk obat yang diresepkan ini kami masih ada
stoknya, sehingga cukup untuk memenuhi permintaan dalam
resep. Namun sebelumnya apakah Ibu keberatan jika saya
menanyakan beberapa pertanyaan terkait pengobatan ini?”
Ny. Yuli : “Tentu tidak, Mbak, Silahkan, ada apa Mbak?”
Apt : “Saat tadi berkonsultasi dengan dokter, keluhan apa saja yang
Ibu sampaikan kepada beliau?”
Ny. Yuli : “Saya mengatakan bahwa lambung saya nyeri. Sehingga saya
sulit makan.
Apt : “Sudah berapa lama ibu merasakan keluhan-keluhan tersebut?”
Ny. Yuli : “Sudah sejak 1 minggu yang lalu setelah saya
mengkonsumsi jamu pegal linu. Karena 2 minggu yang lalu
saya nyeri pinggang dan terasa kaku, jadi saya minum jamu
pegal linu. Setelah 1 minggu minum jamu, nyeri
pingganggnya hilang, tapi sekarang saya merasa nyeri
lambung, Mbak”
Apt : “baik Ibu, apakah Ibu memiliki riwayat penyakit dan riwayat
pengobatan lain selain yang diresepkan?
Ny. Yuli : “Tidak Mbak hanya jamu itu tadi saja.”
Apt : “Oh begitu, baik Bu. Kemudian apa yang beliau sampaikan
mengenai pengobatan yang diberikan ini, Bu?”
Ny. Yuli : “Iya Mbak, Dokter tadi mengatakan bahwa saya menerima
3 macam obat. Satu obat untuk menghilangkan nyeri dan satu
obat untuk nyeri lambung dan satu obat untuk memperlancar
fungsi pencernaan saya.”
Apt : “Baik Bu. Kemudian apa yang dokter sampaikan mengenai
cara penggunaan obatnya?”
Ny. Yuli : “Tidak ada Mbak, beliau tadi tidak ada membahas tentang
cara penggunaan obatnya.
Apt : “Oh begitu, baik Ibu. Kemudian apakah beliau menyampaikan
hasil seperti apa yang diharapkan setelah pengobatan?”
Ny. Yuli : “Iya, beliau mengatakan pengobatan ini akan membuat nyeri
pinggang saya berkurang bahkan jika lebih baik tidak timbul
lagi, kemudian nyeri lambung saya juga teratasi.”
Apt : “Baik Bu. Mohon ditunggu ya Bu. Silahkan duduk dan
mengambil nomor tunggu pasien. Nanti jika obatnya telah siap
akan saya panggil nama dan nomor resep Ibu.”
Ny. Yuli : “ Baik Mbak, terima kasih banyak.”
Apt : “Sama-sama, Bu.”
(Pasien mengambil nomor tunggu resep, dan duduk di ruang tunggu. Apoteker
masuk ke dalam ruangan farmasi dan bersiap untuk menghubungi dokter terkait
masalah skrinning pada resep, kemudian menyiapkan obat).

3.2 Anamnesa Kefarmasian


Dari obat yang tertera dalam resep, dapat dilihat bahwa pasien memperoleh 3
macam obat yaitu Na diklofenak, omeprazole dan enzymfort. Dilihat dari indikasi
Na diklofenak maka diduga pasien mengalami nyeri, dari indikasi omeprazole maka
diduga pasien mengalami nyeri lambung dan enzymfort sebagai suplemen
perangsang sekresi empedu untuk memperbaiki penecrnaan pasien dalam
mengantisipasi adanya efek samping gangguan saluran pencernaan dari terapi yang
diberikan. Ditinjau pula dari keluhan dan riwayat pengobatan yang disampaikan
pasien bahwa nyeri di lambung timbul setelah 1 minggu mengkonsumsi jamu pegal
linu, maka nyeri lambung diduga disebabkan oleh jamu pegal linu tersebut. Jamu
pegal linu yang dikonsumsi pasien disampaikan telah berhasil menghilangkan
keluhan nyeri pinggang, namun menyebabkan nyeri lambung. Hal ini menimbulkan
dugaan bahwa mungkin jamu pegal linu yang dikonsumsi pasien mengandung
BKO seperti NSAID. NSAID dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien,
namun dapat menginduksi nyeri lambung karena kerjanya menghambat COX 1 dan
COX 2. Sehingga diduga bahwa terjadi NSAID induced gastritis.
3.3 Penegakan Anamnesa Kefarmasian dengan metode SOAP
1. Subjektif
Keluhan Utama: Nyeri pinggang dan kaku sejak 2 minggu lalu, namun setelah
konsumsi jamu pegal linu nyeri pinggang hilang. Nyeri lambung semenjak 1
minggu lalu.
2. Objektif
Riwayat pengobatan: jamu pegal linu 2 minggu yang lalu.
3. Penilaian Obat Rasional
Pengobatan yang rasional dapat dinilai dari tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,
tepat pasien dan waspada akan efek samping.
a. Tepat Indikasi
Ketepatan indikasi suatu obat dinilai dari kegunaan dari zat aktif obat dengan
kondisi klinis pasien yang dapat diketahui melalui hasil diagnose dokter, serta
keluhan yang disampaikan pasien (data subjektif) serta data objektif yang
mendukung.
Jenis Obat Indikasi / Use yang Analisa Subjektif Anamnese
DimungkinkanTerkait dan Objektif Kefarmasian
Kasus Sementara

Na NSAID yang berfungsi Subjektif : Natrium diklofenak


diklofenak untuk mengatasi inflamasi diduga diberikan untuk
dan nyeri Pasien mengalami mengatasi nyeri yang
nyeri pinggang dan dirasakan pasien.
kaku
menggerakkan
badan

Objektif :

Omeprazol Omeprazol berfungsi Subjektif : Omeprazol diduga


untuk menghambat sekresi untuk mengatasi nyeri
asam lambung yang dapat Pasien lambung yang dirasakan
menyebabkan nyeri mengeluh nyeri pasien, dimana nyeri
lambung pasien. lambung lambung tersebut diduga
Objektif : disebabkan oleh
- penggunaan jamu pegal
linu.
Enzymfort memperbaiki pencernaan Subjektif : Mencegah konstipasi
atau penguraian yang dimungkinkan
karbohidrat, protein dan Pasien mengeluh diakibatkan oleh
lemak nyeri lambung penggunaan omeprazole

Objektif :

b. Tepat Obat
- Nyeri yang dialami pasien terjadi sejak 2 minggu yang lalu, dan belum ada tanda
yang mengindikasikan terjadinya rheumatoid arthritis (nyeri simetris di bagian
kanan kiri). Maka dari itu, untuk penanganannya digunakan tata laksana terapi
nyeri secara umum. Berikut adalah algoritma penanganan nyeri, terkait dengan
keluhan nyeri pinggang pada pasien.

Dari keluhan yang disampaikan, nyeri pasien tergolong nyeri mild (mild pain),
maka pemilihan Na diklofenak (NSAID) sebagai terapi pilihan untuk pasien sudah
tepat.

- Untuk keluhan nyeri lambung pasien, diduga nyeri lambung disebabkan oleh
NSAID induced gastritis atau ulcer-like symptomps.
Penggunaan NSAID dapat menyebabkan peptic ulcer disease (PUD) karena obat
golongan NSAID dapat mengiritasi permukaan lambung karena pHnya yang
bersifat asam lemah. Efek sistemik dari NSAID merupakan merupakan penyebab
primer dari PUD. COX merupakan enzim dalam jalur sintesis prostaglandin.
Inhibisi produksi prostaglandin merupakan efek terapetik dari NSAID. Dimana
inhibisi isoenzim COX 1 mengurangi produksi prostaglandin. Prostaglandin,
melalui efek pada sekresi sel mucus, sekresi basal bikarbonat dan pertumbuhan
mukosa merupakan faktor penting penyembuhan dan perlindungan lambung.
Inhibisi produksi prostaglandin oleh NSAID mengganggu mekanisme
perlindungan penting ini (Chisholm-Burns et al, 2008).
Penatalaksanaannya dapat dilihat dari algoritma berikut:

Dari algortima diatas, terlihat bahwa nyeri lambung yang dialami pasien
karena NSAID dapat diterapi dengan:
- Diturunkan dosis NSAID dan diberikan PPI atau H2RA
- Penggantian NSAID dengan selective COX 2 inhibitor NSAID seperti
celecoxib
Dari pilihan terapi di algoritma, pemilihan obat di resep telah sesuai yaitu
memberikan PPI untuk mengatasi nyeri lambung, namun dosis NSAID yang
belum diturunkan.
c. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah jumlah obat atau dosis yang diresepkan kepada pasien
sesuai dengan kebutuhan individual dari pasien dan dosis yang diberikan
berada dalam rentang terapi. Pasien mengalami NSAID induced gastritis/ulcer
like symptomps. Maka sesuai algoritma terapi, dosis NSAID perlu diturunkan,
hal ini juga terkait informasi dari pasien bahwa keluhan nyeri pinggangnya kini
telah hilang karena mengkonsumsi jamu pegal linu.
Nama obat Dosis Pustaka Dosis Resep Keterangan

Na diklofenac® Dosis : natrium Dosis : 50 mg (sekali), Dosis sesuai,


diklofenak 25 mg dan 100 mg (sehari) namun dengan
50 mg Jumlah 10 tablet kondisi pasien
2 sampai 3 kali Durasi : ± 5 hari yg mengalami
perhari, maksimum NSAID
150 mg per hari induced
gastritis/ulcer
like symptomps,
maka dosis
perlu diturunkan
menjadi 25
mg (sekali), 50
mg (sehari)
Omeprazol® 20 mg per hari Dosis : 20 mg Dosis sesuai
Jumlah 10 kapsul Durasi :
± 10 hari
Enzymfort ® 3 kali sehari 1 tablet Dosis : 3 kali sehari 1 Dosis sesuai
tablet
Jumlah 10 tablet Durasi :
± 3 hari
d. Tepat Pasien
Obat yang diresepkan mempertimbangkan kondisi individu yang
bersangkutan dan tidak kontraindikasi dengan kondisi pasien yang menerima
resep dan sebaiknya menimbulkan efek samping yang paling minimal. Pada
resep, bentuk sediaan dan jumlah yang diberikan kepada pasien telah
sesuai dan tepat. Namun pemberian NSAID Na diklofenak kepada pasien
yang telah mengalami nyeri lambung kurang tepat, karena NSAID dapat
menginduksi keparahan nyeri lambung yang dialami pasien.
e. Waspada Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (KepmenKes
RI, 2011). Efek samping yang dapat muncul pada penggunaan obat adalah:
Obat Komposisi Efek samping
Na Na diklofenac 50 mg Edema, pusing, sakit kepala,
Diklofenac® pruritis, ras, retensi cairan,
gangguan saluran pencernaan
antara lain nyeri abdomen,
konstipasi, diare, dispepsia,
peptic ulcer, anemia,
pendarahan, abnormalitas
enzim hati, abnormalitas fungsi
ginjal (Lacy et al., 2008)

Omeprazol® Omeprazol 20 mg Diare, mual, muntah,


konstipasi.

Enzymfort ® Pancreatin triple strength -


150 mg, vit B 2 mg, vit B2 2
mg, vit B6 250 mg,
nikotinamid 7,5 mg,
bile extr 25 mg

3.2 Penentuan DRP

No. Drug Related Problem Ada/Tidak Pengatasan DRP


1. Unnecesary Drug Tidak -
Therapy
2. Wrong Drug Tidak -
3. Dose too high Dosis Na diklofenak 50 Dosis Na diklofenak
mg pada kondisi pasien diturunkan menjadi 25
yang nyeri mg (sekali), 50 mg
pingganggnya telah (sehari)
hilang terlalu tinggi
karena dapat
menyebabkan tambah
parahnya nyeri
lambung pada pasien
4. Dose too low Tidak -

5. Adverse Drug Reaction Penggunaan obat dalam Dosis Na diklofenak

resep memiliki resiko diturunkan menjadi 25


ADR. Adapun ADR mg, dan dimonitoring
yang seringkali terjadi adverse reaction dari
akibat penggunaan penggunaan NSAID
NSAID adalah tersebut. Jika nyeri
gangguan lambung masih terasa
gastrointestinal. Pasien setelah penurunan dosis,
telah mengalami nyeri maka Na diklofenak harus
lambung, dikhawatirkan diganti dengan NSAID
nyeri lambungakan selektif COX 2 inhibitor
bertambah parah seperti Celecoxib dengan
dengan adanya pemberian dosis terendah yaitu 50 mg.
NSAID Na diklofenak 50 Pemberian enzymfort
mg.Adverse effect dari untuk mengantisipasi
omeprazole salah gangguan fungsi saluran
satunya adalah cerna akibat terapi
konstipasi omeprazole
6. Drug Interaction Tidak

7. Innapropriate Tidak

Addherence
8. Need Additional Tidak

Therapy

Identifikasi Medication error


Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada
dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah. Adapun kemugkinan medication erorr yang mungkin terjadi
yaitu:

No. Tahap Med error Ada/Tidak Pengatasan


1 Prescribing error Kemungkinan error Sesuai algoritma
terjadi saat pemilihan terapi, NSAID induced
terapi oleh dokter gastritis/ulcer-like-
penulis resep. symptomp diatasi
Pemilihan obat dengan penurunan dosis
NSAID Na Na diklofenak, atau jika
diklofenak 50 mg masih tidak efektif
kurang sesuai untuk setelah
kondisi pasien yang penurunan dosis,
telah mengalami nyeri penggantian dengan
lambung. NSAID COX-2
selective yaitu
celecoxib.
2 Transcribing - -

3 Dispensing - -

Care plan yang dilakukan apoteker adalah dengan mengintervensi dokter penulis
resep mengenai adanya drug related problem yang telah dijabarkan di atas.
a. Melakukan intervensi kepada dokter penulis resep dengan mengkonsultasikan
dosis Na diklofenak yang perlu diturunkan, terkait kondisi pasien yang
mengalami nyeri lambung, sementara NSAID seperti Na diklofenak dapat
menginduksi nyeri lambung sehingga kondisi pasien akan bertambah parah.
b. Melakukan monitoring dan informasi kepada pasien, bahwa jika nyeri lambung
tetap dirasakan pasien setelah pemberian terapi ini, maka penggunaan NSAID
harus dihentikan dan diganti dengan NSAID selektif COX 2 yaitu celecoxib.
c. Pemberian enzymfort untuk mengantisipasi efek samping dari omeprazole
yaitu konstipasi, sehingga fungsi saluran pencernaan pasien tidak terganggu.
Enzymfort bekerja dengan merangsang sekresi atau pengeluaran empedu,
memperbaiki pencernaan atau penguraian karbohidrat, protein dan lemak.
Kesimpulan terapi
- Terapi farmakologi:
Na diklofenak 25 mg (2x1)
Omeprazole 20 mg (1x1)
Enzymfort (3x1)
3.4 Monitoring
- Monitoring keefektifan terapi dilihat dari keluhan pasien telah berkurang atau
bahkan hilang. Hal tersebut dilihat dari nyeri pinggang pada pasien yang tidak
timbul lagi, dan nyeri lambung pasien yang teratasi.
Monitoring efek samping obat dilihat dari efek samping yang mungkin timbul
akibat penggunaan obat-obat yang diberikan dalam terapi. Efek samping Na
diklofenak adalah edema, pusing, sakit kepala, pruritis, ras, retensi cairan,
gangguan saluran pencernaan antara lain nyeri abdomen, konstipasi, diare,
dispepsia, peptic ulcer, anemia, pendarahan, abnormalitas enzim hati,
abnormalitas fungsi ginjal (Lacy et al., 2008). Jika muncul efek samping
demikian pada pasien setelah terapi, atau selama terapi, maka penggunaan Na
diklofenak dianjurkan untuk diberhentikan. Sedangkan efek samping
omeprazole adalah diare, mual dan muntah. Jika kondisi pasien tidak membaik
setelah pemberian terapi, ppasien dianjurkan untuk kembali ke dokter untuk
mengkonsultasikan kondisinya lebih lanjut.

3.5 Compounding
A. Penyiapan Obat
Apabila resep dan penyesuaian dosis atrosan telah dikonsultasikan kepada dokter dan
pasien serta obat yang diperlukan tersedia pada apotek, maka selanjutnya dilakukan proses
penyiapan obat. Sediaan tablet yang tercantum pada resep masing-masing dimasukkan
kedalam klip obat dan diberikan pelabelan sesuai dengan etiket yang telah dibuat (etiket
putih), dengan keterangan yang dicantumkan pada etiket meliputi nomor resep, tanggal,
nama pasien, frekuensi penggunan obat dan waktu pemakaian obat.
B. Pelabelan
Etiket Natrium Diklofenak

Etiket Omeprazole

Etiket Enzymfort
3.6 Penyerahan Obat (Dispensing) dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
Penyerahan obat-obat dalam resep disertai dengan pemberian KIE kepada pasien.
Dalam hal ini diberikan edukasi kepada pasien untuk perbaikan kondisi secara
nonfarmakologi. Penyerahan obat dan KIE bertujuan untuk mengoptimalkan terapi pada
pasien. Pada penyerahan obat dan KIE informasi mengenai obat yang perlu disampaikan
antara lain: cara penggunaan obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, dan ADR
yang mungkin terjadi. Penyerahan obat dan KIE kepada pasien meliputi:

1. Terapi Farmakologi

 Natrium Diklofenak
 Indikasi : mengatasi nyeri
 Cara penggunaan : diminum dengan air putih
 Aturan pakai : dua kali sehari
 Waktu pemberian : setelah makan
 ADR : nyeri lambung
 Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
 Omeprazole
 Indikasi : Mengatasi nyeri perut
 Cara penggunaan : diminum dengan air putih
 Aturan pakai : satu kali sehari
 Waktu pemberian : 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan
 ADR : Konstipasi
 Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
 Enzymfort
 Indikasi : Membantu memperlancar pencernaan
 Cara penggunaan : diminum dengan air putih
 Aturan pakai : satu kali sehari
 Waktu pemberian : 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan
 Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari.
2. Terapi Non Farmakologi
Apoteker menyarankan untuk menghindari makanan yang dapat memicu timbulnya
nyeri pada perut yaitu pengonsumsian kopi, makanan pedas, makanan yang banyak
mengandung lemak, serta apoteker menyarankan untuk makan dengan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Penggunaan Obat


Rasional. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Lacy, C.F., L.L Amstrong, M.P. Goldman, and L.L. Lance. 2008. Drug
Information Handbook17th Edition. United States: Lexicomp’s.
PATIENT MEDICATION RECORD
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Yuli (55 th) Alamat :
Tempat/ Tgl Lahir : No. Telp :
Jenis Kelamin : Panggilan Darurat/ No.Telp : -
Berat / Tinggi Badan : Pekerjaan :-
Golongan Darah :- Kewarganegaraan / Agama : -
Nama Dokter yang menangani : dr. XXX
Nama Apoteker : Ririn Sutharini, S.Farm., Apt.
RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT PENGOBATAN
Riwayat Alergi Penyakit/kondisi lain yang menyertai Imunisasi
□ Obat  Gangguan Hati  BCG  Tetanus  Pneumonia
 Makanan  Gangguan Ginjal  DPT  Hepatitis  Influenza
 Debu/Serbuk sari □ Kondisi medis lain  Polio  Varicella  Lainnya
 Lainnya  Campak
Reaksi alergi ……………

PENGGUNAAN OBAT
Tgl Keluhan Data Lab. Nama Obat Dosis Cara dan waktu Tgl Catatan Penggunaan Obat ESO yang
Pasien atau Data Penggunaan Berhenti timbul
Klinis
15/12/17 Nyeri - Na diklofenak 25 mg 2 kali sehari setelah 20/12/17 Jika selama terapi, nyeri lambung tidak
pinggang dan makan. Pukul 08.00 membaik, dianjurkan untuk stop penggunaan
kaku, nnyeri dan 18.00 Na diklofenak dan kembali konsultasi ke
lambung dokter. Anjuran terapi dari apoteker adalah
penggantian dengan NSAID selective COX-2
yaitu celecoxib.
Omeprazole 20 mg 1 kali sehari , 30 25/12/17
menit sebelum
makan.
Enzymfort 3 kali sehari, setelah 20/12/17
makan. Puku 08.00,
13.00, 18.00

You might also like