Professional Documents
Culture Documents
1, (2013) 1
Abstrak— Pengaruh tongkol jagung sebagai media hemiselulosa, dan 26,80% lignin [4]. Namun dewasa ini
pertumbuhan terhadap kualitas jamur tiram (Pleurotus ketersediaan limbah kayu sengon semakin sedikit sehingga
ostreatus) telah diteliti. Media tanam berupa tongkol diperlukan alternatif limbah lignoselulosa yang berperan
jagung dicampur dengan kayu sengon dengan beberapa sebagai media pertumbuhan jamur tiram, salah satunya adalah
komposisi yaitu 0:100 (kontrol), 25:75, 50:50, 75:25, dan tongkol jagung [5].
100:0. Jamur yang dipanen dari tiap komposisi dianalisa Tongkol jagung merupakan limbah lignoselulosa yang
kualitas fisiknya. Secara fisik jamur tiram yang ditanam sangat melimpah keberadaannya dimana selama ini hanya
pada komposisi 25:75 memiliki massa rata-rata panen dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan pemanfaatan
yang tinggi (159,67 gram), panjang tangkai terbaik (14,67 untuk bahan baku industri belum banyak dilakukan. Tongkol
cm), dan jumlah tudung paling banyak (18,67 buah). jagung mengandung 6% lignin, 41% selulosa, dan 36%
Sedangkan jamur yang ditanam pada komposisi 100:0 hemiselulosa [6]. Tingginya kandungan lignoselulosa pada
memiliki diameter tudung terlebar (13,20 cm) dan tongkol jagung ini menyebabkan adanya potensi tongkol
ketebalan tudung paling besar (0,83 cm). Penggunaan jagung bertindak sebagai media tanam alternatif dalam
komposisi media tanam yang berbeda mempengaruhi budidaya jamur tiram.
kualitas fisik dari jamur tiram yang dihasilkan. Tingkat keberhasilan budidaya jamur tiram ditentukan oleh
kecepatan pertumbuhan dan kualitas fisik jamur yang
Kata Kunci— Jamur tiram, kayu sengon, kualitas fisik, dan dihasilkan. Jamur dibudidayakan pada beberapa variasi
tongkol jagung. komposisi campuran antara tongkol jagung dan kayu sengon,
sehingga dapat diketahui bahwa masing-masing variasi
I. PENDAHULUAN menunjukkan perbedaan kecepatan pertumbuhan. Pada
penelitian sebelumnya, jamur yang ditanam pada media
I NDONESIA merupakan negara yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah namun ironisnya masih banyak
rakyat Indonesia yang menderita busung lapar terutama
komposisi 75:25 menunjukan waktu panen pertama tercepat
yakni hari ke-8 setelah inkubasi di kumbung jamur [7]. Hal
ini dikarenakan penggunaan beberapa jenis kayu yang
dikarenakan kurangnya konsumsi protein. Dari data BPS berbeda dapat mengakibatkan perbedaan kandungan
tahun 2011 menyatakan bahwa rata-rata konsumsi protein lignoselulosa pada media tanam sehingga berdampak pada
masyarakat Indonesia sebesar 56,25 gram perhari dimana asupan nutrisi yang digunakan untuk metabolisme
masih sangat minim. Oleh karena itu dibutuhkan sumber pertumbuhan jamur [8].
asupan yang tinggi protein namun cukup terjangkau, salah Kandungan lignoselulosa media tanam dari campuran
satunya jamur tiram. tongkol jagung dan kayu sengon pada beberapa variasi juga
Jamur tiram dapat dijadikan sebagai salah satu penyuplai berpotensi mempengaruhi kualitas jamur yang dipanen. Pada
kebutuhan protein alternatif karena mengandung 10,5-30,4% penelitian sebelumnya belum dijelaskan mengenai hubungan
protein yang terdiri dari 9 asam amino esensial, selain kaya perbedaan komposisi tongkol jagung dan kayu sengon sebagai
akan protein, jamur tiram juga mengandung nutrisi lain seperti media tanam terhadap kualitas jamur yang dihasilkan. Oleh
lemak sebesar 1,6-2,2%, karbohidrat sebesar 57,6-81,8%, dan karena itu pada penelitian ini dilakukan pengkajian ilmiah
serat kasar sebesar 7,5-8,7% [1]. Jamur tiram juga bermanfaat tentang kualitas jamur tiram yang dihasilkan dari media tanam
dalam bidang kesehatan antara lain bertindak sebagai agen yang terdiri dari beberapa variasi campuran tongkol jagung
antidiabetes, antioksidan [2], dan antitumor [3]. Harga jamur dan kayu sengon. Kualitas yang dianalisa yakni kualitas fisik
tiram yang relatif murah dibanding sumber nutrisi lain diikuti jamur tiram. Dari hasil analisa, didapatkan data mengenai
kelebihan di bidang kesehatan, membuat konsumsinya variasi perbandingan komposisi media tanam yang optimal
meningkat pesat sehingga kebutuhan akan jamur tiram dalam menghasilkan jamur dengan kualitas fisik yang baik
bertambah. yakni memiliki tubuh buah yang besar dengan indikasi massa
Kebutuhan jamur tiram dapat disuplai dengan budidaya jamur, panjang tangkai, diameter tudung, ketebalan tudung,
yang efektif dan efisien. Selama ini, jamur tiram dan jumlah tudung yang bernilai tinggi.
dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah lignoselulosa
seperti serbuk gergaji kayu sengon sebagai media
pertumbuhannya karena mengandung 49,9% selulosa, 24,59%
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 2
berpotensi menghasilkan jumlah tudung buah yang banyak anaknya dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
seperti pada Gambar 3.4. naskah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chang, S., & Miles. (1989). Edible Mushrooms and Their
Cultivation. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc.
[2] Khatun, K., Mahtab, H., Khanam, P., Sayeed, M., & Khan,
K. (2007). Oyster mushroom reduced blood glucose and
Gambar 3.4 Jamur dengan Tudung Buah Banyak cholesterol in diabetic subjects. Carbohydrate Research, 9-
94.
Pada Gambar 3.5 didapatkan data bahwa penambahan [3] Yoshioka, & Emori. (1975). Isolation, purification and
tongkol jagung terhadap media tanam tidak berpengaruh structure of component from acidic polysaccaharides of
langsung terhadap jumlah tudung jamur yang dipanen, jamur Pleurotus ostreatus (Fr) Quel. Carbohydrate Research
pada media 50% dan 100% memiliki jumlah tudung yang 43:305-20, 43:305-20.
lebih sedikit dibanding kontrol sehingga tongkol jagung tidak [4] Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y., Mandang, S., &
menentukan pembentukan tubuh buah jamur dengan rumpun Prawira. (1989). Atlas Kayu Indonesia, Jilid II. Badan
yang banyak. Jamur pada media tanam 25% yang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. (hal.
menghasilkan jumlah tudung banyak mengindikasikan media 12-23).
tanam ini memiliki kandungan media ideal untuk memacu [5] Wang, Sakoda, & M, S. (2000). Biological efficiency and
pembentukan pinhead yang banyak, yakni mengandung nutritional value of Pleurotus ostreatus cultivated on spent
68,71% kadar air, derajat keasaman sebesar 6,84; 4,18% kadar beer grain. Bioresource Technology,78, 293–300.
lignin; 38,13% kadar selulosa; 30,41% kadar hemiselulosa; [6] Lorentz, & Kulp, K. (1991). Handbook of Cereal Science
dan rasio C/N sebesar 2,81 [7]. and Technology. New York: Marcell Dekker, Inc.
[7] Khoirunnisa, U. (2013). Pemanfaatan Tongkol Jagung
sebagai Media Pertumbuhan Alternatif pada Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). POMITS, (hal. 57-59).
Surabaya.
[8] Badu, M. (2011). Effects of Lignocellulosic in Wood Used
as Substrate on the Quality and Yield of Mushrooms. Food
and Nutrition Sciences, Vol 27, 780-784.
[9] Djarijah, N., & Djarijah, A. (2001). Jamur Tiram
Pembibitan Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-
Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gambar 3.5 Grafik Komposisi Tongkol Jagung terhadap [10] Lubis, S. (2008). Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Jumlah Tudung Jamur Jenis Jamur Tiram (Pleurotus spp.) pada Berbagai Media
Tanam. Universitas Sumatera Utara Press.
IV. KESIMPULAN