You are on page 1of 4

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1

PENGARUH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI MEDIA


PERTUMBUHAN TERHADAP KUALITAS JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus)
Aqida Hakiki, Adi Setyo Purnomo, dan Sukesi
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6011 Indonesia
e-mail: adi_setyo@chem.its.ac.id

Abstrak— Pengaruh tongkol jagung sebagai media hemiselulosa, dan 26,80% lignin [4]. Namun dewasa ini
pertumbuhan terhadap kualitas jamur tiram (Pleurotus ketersediaan limbah kayu sengon semakin sedikit sehingga
ostreatus) telah diteliti. Media tanam berupa tongkol diperlukan alternatif limbah lignoselulosa yang berperan
jagung dicampur dengan kayu sengon dengan beberapa sebagai media pertumbuhan jamur tiram, salah satunya adalah
komposisi yaitu 0:100 (kontrol), 25:75, 50:50, 75:25, dan tongkol jagung [5].
100:0. Jamur yang dipanen dari tiap komposisi dianalisa Tongkol jagung merupakan limbah lignoselulosa yang
kualitas fisiknya. Secara fisik jamur tiram yang ditanam sangat melimpah keberadaannya dimana selama ini hanya
pada komposisi 25:75 memiliki massa rata-rata panen dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan pemanfaatan
yang tinggi (159,67 gram), panjang tangkai terbaik (14,67 untuk bahan baku industri belum banyak dilakukan. Tongkol
cm), dan jumlah tudung paling banyak (18,67 buah). jagung mengandung 6% lignin, 41% selulosa, dan 36%
Sedangkan jamur yang ditanam pada komposisi 100:0 hemiselulosa [6]. Tingginya kandungan lignoselulosa pada
memiliki diameter tudung terlebar (13,20 cm) dan tongkol jagung ini menyebabkan adanya potensi tongkol
ketebalan tudung paling besar (0,83 cm). Penggunaan jagung bertindak sebagai media tanam alternatif dalam
komposisi media tanam yang berbeda mempengaruhi budidaya jamur tiram.
kualitas fisik dari jamur tiram yang dihasilkan. Tingkat keberhasilan budidaya jamur tiram ditentukan oleh
kecepatan pertumbuhan dan kualitas fisik jamur yang
Kata Kunci— Jamur tiram, kayu sengon, kualitas fisik, dan dihasilkan. Jamur dibudidayakan pada beberapa variasi
tongkol jagung. komposisi campuran antara tongkol jagung dan kayu sengon,
sehingga dapat diketahui bahwa masing-masing variasi
I. PENDAHULUAN menunjukkan perbedaan kecepatan pertumbuhan. Pada
penelitian sebelumnya, jamur yang ditanam pada media
I NDONESIA merupakan negara yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah namun ironisnya masih banyak
rakyat Indonesia yang menderita busung lapar terutama
komposisi 75:25 menunjukan waktu panen pertama tercepat
yakni hari ke-8 setelah inkubasi di kumbung jamur [7]. Hal
ini dikarenakan penggunaan beberapa jenis kayu yang
dikarenakan kurangnya konsumsi protein. Dari data BPS berbeda dapat mengakibatkan perbedaan kandungan
tahun 2011 menyatakan bahwa rata-rata konsumsi protein lignoselulosa pada media tanam sehingga berdampak pada
masyarakat Indonesia sebesar 56,25 gram perhari dimana asupan nutrisi yang digunakan untuk metabolisme
masih sangat minim. Oleh karena itu dibutuhkan sumber pertumbuhan jamur [8].
asupan yang tinggi protein namun cukup terjangkau, salah Kandungan lignoselulosa media tanam dari campuran
satunya jamur tiram. tongkol jagung dan kayu sengon pada beberapa variasi juga
Jamur tiram dapat dijadikan sebagai salah satu penyuplai berpotensi mempengaruhi kualitas jamur yang dipanen. Pada
kebutuhan protein alternatif karena mengandung 10,5-30,4% penelitian sebelumnya belum dijelaskan mengenai hubungan
protein yang terdiri dari 9 asam amino esensial, selain kaya perbedaan komposisi tongkol jagung dan kayu sengon sebagai
akan protein, jamur tiram juga mengandung nutrisi lain seperti media tanam terhadap kualitas jamur yang dihasilkan. Oleh
lemak sebesar 1,6-2,2%, karbohidrat sebesar 57,6-81,8%, dan karena itu pada penelitian ini dilakukan pengkajian ilmiah
serat kasar sebesar 7,5-8,7% [1]. Jamur tiram juga bermanfaat tentang kualitas jamur tiram yang dihasilkan dari media tanam
dalam bidang kesehatan antara lain bertindak sebagai agen yang terdiri dari beberapa variasi campuran tongkol jagung
antidiabetes, antioksidan [2], dan antitumor [3]. Harga jamur dan kayu sengon. Kualitas yang dianalisa yakni kualitas fisik
tiram yang relatif murah dibanding sumber nutrisi lain diikuti jamur tiram. Dari hasil analisa, didapatkan data mengenai
kelebihan di bidang kesehatan, membuat konsumsinya variasi perbandingan komposisi media tanam yang optimal
meningkat pesat sehingga kebutuhan akan jamur tiram dalam menghasilkan jamur dengan kualitas fisik yang baik
bertambah. yakni memiliki tubuh buah yang besar dengan indikasi massa
Kebutuhan jamur tiram dapat disuplai dengan budidaya jamur, panjang tangkai, diameter tudung, ketebalan tudung,
yang efektif dan efisien. Selama ini, jamur tiram dan jumlah tudung yang bernilai tinggi.
dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah lignoselulosa
seperti serbuk gergaji kayu sengon sebagai media
pertumbuhannya karena mengandung 49,9% selulosa, 24,59%
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 2

II. METODOLOGI PENELITIAN III. HASIL DAN DISKUSI


A. Pemanenan Jamur Tiram A. Massa Jamur Tiram Hasil Panen
Jamur tiram yang dibudidayakan pada penelitian Jamur tiram yang telah memasuki masa panen lalu dipetik
sebelumnya terdiri dari beberapa variasi komposisi media dan segera diukur beratnya dengan menggunakan neraca. Pada
tanam antara tongkol jagung dan kayu sengon seperti pada penelitian ini, media tanam dengan variasi komposisi tongkol
Tabel 2.1 dibawah ini. jagung 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% menunjukan massa
hasil panen yang berbeda dan massa yang dihasilkan
Tabel 2.1 Komposisi Media Tanam Jamur mengalami penurunan dari setiap panen. Pada umumnya
memasuki akhir masa panen yakni kurang lebih 1 bulan
Formula Komposisi Tongko l Komposisi Kayu setelah pembukaan tutup baglog, aktivitas panen jamur akan
Baglog Jagung (%) Sengon (%) berkurang sebanding dengan berkurangnya nutrisi yang
F1 0 100 tersimpan dalam media tanam dan akibat dari kondisi
F10 25 75 lingkungan sehingga mengakibatkan massa jamur semakin
F7 50 50 berkurang [1].
F13 75 25 Media yang mengandung nutrisi akan dirombak menjadi
F4 100 0 molekul yang lebih kecil sehingga dapat dikonsumsi jamur
Jamur dari setiap variasi media tanam dipanen ketika untuk pertumbuhan yang optimal, pertumbuhan yang optimal
pertumbuhan tubuh buah telah maksimal yang ditandai oleh mengindikasikan massa jamur yang maksimal karena jamur
ukuran dan bentuk tubuh buah sempurna. Waktu paling tepat dapat tumbuh besar dengan baik. Namun semakin mendekati
adalah umur 4-5 hari terhitung sejak pembentukan calon tubuh masa akhir panen, berat jamur berkurang karena asupan nutrisi
buah (pinhead) dan panjangnya telah maksimal atau beratnya yang dirombak mulai habis sehingga hasil tiap panen tidak
telah mencapai 50-70 gram [9] sehingga dapat dianalisa konstan dan fluktuatif [1]. Oleh karena itu pada penelitian ini,
kualitas fisiknya. dari setiap komposisi media tanam diambil tiga hasil panen
terbaik yang memiliki massa terbesar yang kemudian
B. Penentuan Massa Jamur Tiram dijadikan parameter untuk uji fisik selanjutnya. Data massa
Jamur segar yang diperoleh dari hasil panen tiap komposisi rata-rata panen dari tiap komposisi dijelaskan pada Tabel 3.1.
media tanam segera ditimbang menggunakan neraca analitik
untuk menentukan massanya, lalu dari tiap komposisi media Tabel 3.1 Data Uji Fisik Jamur Tiram
tanam diambil tiga sampel dengan massa terbesar untuk
menentukan analisa selanjutnya [10]. Kompo Massa Panjang Diameter Tebal Jumlah
sisi (g) Tangkai Tudung Tudung Tudung
Tongkol (cm) (cm) (cm) (buah)
C. Penentuan Panjang Tangkai Jamur Tiram Jagung
Panjang tangkai tudung jamur diukur dengan mengguna (%)
kan penggaris bersatuan sentimeter dimana diukur dari posisi 0 100,50 12,13 8,30 0,57 15,67
vertikal yakni mulai dari pangkal tangkai hingga ujung tudung 25 159,67 14,67 9,50 0,37 18,67
buah yang paling besar (jamur utama) dari tiga sampel jamur 50 151,40 14,53 11,40 0,67 15,33
yang memiliki massa paling besar pada tiap komposisi media 75 152,47 14,47 11,10 0,53 17,67
tanam [10]. 100 123,10 12,77 13,20 0,83 14,33
Tabel 3.1 menunjukkan data rata-rata massa jamur yang
D. Penentuan Diameter Tudung Buah Jamur Tiram
didapat dari hasil panen dimana dari tiap komposisi media
Diameter tudung buah jamur diukur dengan menggunakan tanam diambil 3 jamur dengan massa tebesar lalu dirata-rata
penggaris bersatuan sentimeter dari lebar tubuh buah (posisi
nilainya. Pada tabel tersebut terlihat bahwa jamur yang
horizontal). Diameter diukur dari tudung tubuh buah yang ditanam pada komposisi tongkol jagung 25% memiliki massa
paling besar (jamur utama) dari tiga sampel jamur yang
rata-rata yang paling tinggi yakni 159,67 gram sedangkan
memiliki massa paling besar pada tiap komposisi media tanam jamur pada media tanam 0% menunjukan massa yang paling
[10].
rendah yakni 100,50 gram. Hal ini menunjukan bahwa
perbedaan komposisi media tanam dapat mempengaruhi
E. Penentuan Ketebalan Tudung Buah Jamur Tiram
massa jamur yang dihasilkan dimana secara umum
Ketebalan tudung buah jamur diukur dengan mengguna penambahan tongkol jagung dapat meningkatkan massa jamur
kan penggaris bersatuan sentimeter dari tebalnya tudung jamur
hasil panen.
yang paling besar (jamur utama) yang berasal dari tiga sampel
Massa dengan nilai tertinggi terdapat pada jamur dengan
jamur yang memiliki massa paling besar pada tiap komposisi
komposisi tongkol jagung 25% dengan demikian media tanam
media tanam [10].
ini memiliki kondisi yang optimal untuk menunjang
pembentukan tubuh buah jamur yang maksimal sehingga
F. Penentuan Jumlah Tudung Buah Jamur Tiram
bermassa tinggi. Media tanam komposisi 25% memiliki
Jumlah tudung yang dihitung berdasarkan banyaknya
68,71% kadar air, derajat keasaman sebesar 6,84; 4,18% kadar
rumpun pada tiga sampel jamur yang memiliki massa paling
lignin; 38,13% kadar selulosa; 30,41% kadar hemiselulosa;
besar pada tiap komposisi media tanam [10].
dan rasio C/N sebesar 2,81 dimana kandungan media tanam
ini menunjang pertumbuhan jamur yang optimal [7].
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 3

B. Panjang Tangkai Jamur Tiram Hasil Panen


Panjang tangkai tudung jamur diukur dengan mengguna
kan penggaris bersatuan sentimeter. Panjang tubuh buah jamur
diukur dari posisi vertikal yakni mulai dari pangkal tangkai
hingga ujung tudung.Tabel 3.1 menunjukan data bahwa jamur
yang ditanam pada media tanam komposisi tongkol jagung
25% memiliki panjang tangkai jamur tiram terbaik yakni .
14,67 cm sedangkan pada media tanam komposisi 0% Gambar 3.2 Jamur dengan Diameter lebar
menunjukan panjang tangkai jamur terendah yakni 12,13 cm.
Hal ini menunjukan bahwa media tanam 25% memiliki
kondisi yang optimal untuk menunjang pembentukan tangkai D. Ketebalan Tudung Jamur Tiram Hasil Panen
jamur yang memanjang sehingga dihasilkan tubuh buah yang
besar secara vertikal. Pada Gambar 3.1 didapatkan informasi Ketebalan tudung buah jamur diukur dengan mengguna
kan penggaris bersatuan sentimeter dari tebalnya tudung jamur
bahwa secara umum penambahan tongkol jagung dapat
menambah panjang tangkai jamur yang dihasilkan sehingga yang paling besar (jamur utama). Pada Tabel 3.1 didapatkan
data bahwa jamur yang ditanam pada media komposisi 100%
tongkol jagung berperan dalam memacu pembentukan tubuh
buah dengan tangkai yang besar. memiliki ketebalan yang paling tinggi yakni 0,83 cm dimana
ketebalan berhubungan dengan diameter tudung buah sebab
jamur yang berukuran besar memiliki diameter dan ketebalan
daging tudung yang besar. Pada jamur media 25%
menunjukan ketebalan yang paling rendah yakni 0,37 cm,
sehingga pada media tanam komposisi 25% kurang baik
digunakan untuk menghasilkan jamur dengan tekstur tubuh
buah tebal.
Grafik yang terdapat pada Gambar 3.3 menunjukan data
bahwa penambahan tongkol jagung pada media tanam tidak
mempengaruhi pembentukan tubuh buah jamur yang memiliki
ketebalan tinggi seperti jamur pada media 25% dan 75% yang
Gambar 3.1 Grafik Komposisi Tongkol Jagung terhadap nilai ketebalan tudungnya lebih rendah dari kontrol (0%)
Panjang Tangkai Jamur Tiram sehingga tongkol jagung tidak berpengaruh secara langsung
terhadap ketebalan jamur yang dihasilkan. Pada penelitian ini
jamur dengan ketebalan tudung terbesar adalah jamur yang
C. Diameter Tudung Buah Jamur Tiram Hasil Panen ditanam pada komposisi tongkol jagung 100% sehingga pada
komposisi ini terdapat kandungan media yang optimal untuk
Diameter tudung buah jamur diukur dengan menggunakan mendukung pembentukan tubuh buah dengan ukuran besar
penggaris bersatuan sentimeter dari lebar tubuh buah (posisi dan tebal.
horizontal). Tabel 3.1 menunjukan data tudung jamur tiram
yang dihasilkan dari tiap komposisi media tanam dimana
jamur yang ditumbuhkan pada media tanam komposisi 100%
memiliki diameter tudung terbesar yakni 13,20cm dimana
mengindikasikan bahwa tubuh buah jamur yang dihasilkan
tumbuh menyamping (horizontal). Diameter tudung buah
terendah dimiliki oleh jamur yang ditanam pada komposisi 0%
yakni 8,30 cm. Secara umum penambahan tongkol jagung
pada media tanam dapat meningkatkan diameter tudung jamur
yang dihasilkan serta ada hubungan berbanding lurus antara
diameter dan komposisi tongkol jagung sehingga penambahan
tongkol jagung memperbaiki kualitas diameter tudung jamur Gambar 3.3 Grafik Komposisi Tongkol Jagung terhadap
yang dihasilkan. Ketebalan Tudung Jamur
Media dengan komposisi tongkol jagung 100%
menghasilkan jamur dengan diameter terlebar sehingga
tongkol jagung mendukung pembentukan tubuh buah yang E. Jumlah Tudung Jamur Tiram Hasil Panen
besar dan berdiameter lebar sebab terdapat kondisi optimal Jumlah tudung dihitung berdasarkan banyaknya rumpun
yang dihasilkan melalui kandungan yang dimiliki media tanam pada tiga sampel jamur yang memiliki massa paling besar
100% dimana mengandung 69,56% kadar air; derajat pada tiap komposisi media tanam. Pada Tabel 3.1 didapatkan
keasaman sebesar 6; 0,52% kadar lignin; 29,63% kadar data bahwa media tanam dengan komposisi tongkol jagung
selulosa; 34,66% kadar hemiselulosa; dan rasio C/N sebesar 25% memiliki jumlah rata-rata tudung yang paling banyak
4,44% [7]. Kandungan pada media 100% memiliki kondisi yakni 18,67 buah sedangkan jamur pada media tanam 100%
ideal untuk menunjang diameter tudung buah jamur yang memiliki jumlah tudung buah paling sedikit yakni 14,33 buah
dipanen seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 sehingga media dengan komposisi tongkol jagung 25%
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 4

berpotensi menghasilkan jumlah tudung buah yang banyak anaknya dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
seperti pada Gambar 3.4. naskah ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Chang, S., & Miles. (1989). Edible Mushrooms and Their
Cultivation. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc.
[2] Khatun, K., Mahtab, H., Khanam, P., Sayeed, M., & Khan,
K. (2007). Oyster mushroom reduced blood glucose and
Gambar 3.4 Jamur dengan Tudung Buah Banyak cholesterol in diabetic subjects. Carbohydrate Research, 9-
94.
Pada Gambar 3.5 didapatkan data bahwa penambahan [3] Yoshioka, & Emori. (1975). Isolation, purification and
tongkol jagung terhadap media tanam tidak berpengaruh structure of component from acidic polysaccaharides of
langsung terhadap jumlah tudung jamur yang dipanen, jamur Pleurotus ostreatus (Fr) Quel. Carbohydrate Research
pada media 50% dan 100% memiliki jumlah tudung yang 43:305-20, 43:305-20.
lebih sedikit dibanding kontrol sehingga tongkol jagung tidak [4] Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y., Mandang, S., &
menentukan pembentukan tubuh buah jamur dengan rumpun Prawira. (1989). Atlas Kayu Indonesia, Jilid II. Badan
yang banyak. Jamur pada media tanam 25% yang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. (hal.
menghasilkan jumlah tudung banyak mengindikasikan media 12-23).
tanam ini memiliki kandungan media ideal untuk memacu [5] Wang, Sakoda, & M, S. (2000). Biological efficiency and
pembentukan pinhead yang banyak, yakni mengandung nutritional value of Pleurotus ostreatus cultivated on spent
68,71% kadar air, derajat keasaman sebesar 6,84; 4,18% kadar beer grain. Bioresource Technology,78, 293–300.
lignin; 38,13% kadar selulosa; 30,41% kadar hemiselulosa; [6] Lorentz, & Kulp, K. (1991). Handbook of Cereal Science
dan rasio C/N sebesar 2,81 [7]. and Technology. New York: Marcell Dekker, Inc.
[7] Khoirunnisa, U. (2013). Pemanfaatan Tongkol Jagung
sebagai Media Pertumbuhan Alternatif pada Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). POMITS, (hal. 57-59).
Surabaya.
[8] Badu, M. (2011). Effects of Lignocellulosic in Wood Used
as Substrate on the Quality and Yield of Mushrooms. Food
and Nutrition Sciences, Vol 27, 780-784.
[9] Djarijah, N., & Djarijah, A. (2001). Jamur Tiram
Pembibitan Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-
Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gambar 3.5 Grafik Komposisi Tongkol Jagung terhadap [10] Lubis, S. (2008). Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Jumlah Tudung Jamur Jenis Jamur Tiram (Pleurotus spp.) pada Berbagai Media
Tanam. Universitas Sumatera Utara Press.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yakni


tongkol jagung memiliki pengaruh terhadap kualitas fisik
jamur yang lebih baik dari kontrol (kayu sengon) sebagai
media tanam jamur tiram bila dicampur dengan kayu sengon
menggunakan perbandingan 25:75. Komposisi 25:75 tumbuh
paling lambat dari kontrol dan semua formula lainnya namun
menunjukan kualitas fisik yang lebih unggul dimana memiliki
massa rata-rata 159,67 gram, panjang tangkai jamur 14,67 cm,
diameter tudung 9,5 cm, ketebalan tudung 0,37 cm dan jumlah
tudung sebanyak 18,67 buah sehingga komposisi 25:75 dapat
dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan alternatif pada
budidaya jamur tiram yang bertujuan mendapatkan kualitas
fisik jamur yang baik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adi
Setyo Purnomo, S.Si, M.Sc., Ph.D dan Ibu Dra. Sukesi, M.Si
atas bimbingannya sampai terselesaikannya penelitian ini.
Orang tua yang tiada henti mendukung dan mendoakan anak-

You might also like