Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester
asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril.
Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik.[1]
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat
hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester
(Anonima, 2009).[1]
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama
alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam
sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida, tetapi
katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester
yang mengandung sebuah cincin benzen).[1]
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup
penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari
pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik.[1]
Ester dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam dan
dapat juga diperoleh dari alkoholisis asam klorida, asam anhidrida dan
nitril. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya asam sulfat atau
asam lewis dan asam hidroklorida.[1]
Jika ditambahkan sejumlah besar katalis asam, katalis mengubah
lingkungan dalam system dan sebagian dihilangkan melalui hidrasi air
terbentuk dalam reaksi ini. Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil
etanoat, anda bias memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara
asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan
memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Ini dapat
mencegah terjadinya reaksi balik.[1]
Variabel yang berpengaruh adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat
mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi
4
dengan komponen aktif aspirin, yang mungkin paling dikenal untuk itu
adalah digunakan dalam perawatan anti-jerawat. Garam dan ester dari
asam salisilat dikenal sebagai salisilat.[8]
Asam salisilat membentuk jarum tak berwarna. Memiliki titik leleh
sebesar 1550°C. Selain itu, asam lebih larut dalam air panas. Zat ini mudah
larut dalam lakohol dan ater.[3]
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat)merupakan asam yang
bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara tropikal. Terdapat
berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2
kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di
samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling
dikenal adalah asam asetil salisilat.Asam salisilat mendapatkan namanya
dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki kandungan asam
tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya.[9]
Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan
oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee.
Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat
aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal
tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain
sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.[8]
Asam salisilat merupakan senyawa kimia yang penting bagi
kehidupan sehari-hari begitu juga metil salisilat. Asam salisilat bermanfaat
sebagai analgesik serta pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi.[4]
Tahap 1
H2SO4 dalam larutan methanol akan terurai menjadi ion 2H+ dan SO42-
Tahap 2
8
A B
H+ yang telah didapatkan dari tahap 1 akan menyerang atom O gugus
karbonil, sehingga atom O menjadi tidak stabil karena satu tangannya telah
berikatan dengan H.
Tahap 3
C D E F
Karena atom O tidak stabil, maka ikatan rangkap antara C dan O akan menjadi
ikatan tunggal. Setelah itu senyawa C akan bereaksi dengan methanol sehingga
menjadi senyawa D. Atom O pada senyawa D juga tidak stabil karena memiliki
tiga tangan. Lalu terjadi deprotonasi yaitu penghilangan atom H+ sehingga
menjadi senyawa E. Lalu molekul air akan memisah. Dengan terpisahnya
molekul air, maka tangan C hanya ada tiga, maka dari itu atom C berikatan
rangkap dengan OH.
G H
Pada senyawa G atom O masih belum stabil karena memiliki tiga tangan. Oleh
karena itu atom H akan dilepas untuk menuju kestabilan sehingga membentuk
metil salisisal
2.4 Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian – bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen
– komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi
balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alcohol dengan
penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman
suling.[11]
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan
pada teori bahwa pada suatu larutan, masing – masing komponen akan menguap
pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton. Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahasdisini, yaitu
destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, dan destilasi vakum.[11]
Jenis-jenis Destilasi
2.4.1 Destilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen
bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini
dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
2.4.2 Destilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen –
komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk
campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industry minyak
mentah, untuk memisahkan komponen – komponen dalam minyak
mentah. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana
adalah adanya kolom fraksionasi.
10
2.5 Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang
memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
11
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam
kekuatan intra molekuler dalam larutan. Azeotrop dapat didistilasi dengan
menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzene
atau toluene untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh
penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan
pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran
azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.[11]