Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
I. ANATOMI FISIOLOGI
Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas, dan
keduanya dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai
duktus biliaris (saluran empedu).
Meskipun memiliki saluran penghubung dan keduanya berperan
dalam fungsi yang sama, tetapi hati dan kandung sangat berbeda
satu sama lain.
Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh
manusia. Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan
berbagai fungsi vital, mulai dari mengatur kadar bahan kimia dalam
tubuh sampai menghasilkan zat-zat pembekuan darah.
HATI
Hati merupakan organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks.
Salah satu fungsi utamanya adalah menghancurkan zat-zat yang
II. DEFENISI
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan kronik pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi, sehingga timbul kerusakan dalam
susunan parenkim hati.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan
makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan
nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
III. ETIOLOGI
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan
parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan
oleh alkoholis kronis.
V. PATOFISIOLOGI
Sirosis adalah tahap akhir pada beberapa tipe gangguan hepar.
Hepar sirosis biasanya mempunyai konsistensi nodular, dengan pita-
pita fibrosis (jaringan parut) dan area kecil regenerasi. Disisni terjadi
Pengguna Alkohol
Riwayat pengguna Transplantasi liver
Virus hepatitis
alkohol
Terpapar toksin
Kerusakan hepatocyt
- Peningkatan SDP Nyeri
Nutrisi - Fatigue
<< dari - Nausea, Vomitus
Kebut. Inflamasi liver
- Anoreksia
Demam Hipertermi
Nekrosis
Kelebihan
Penurunan metabolisme Penurunan plasma Asites, Edema Volume
protein, karbohidrat dan Cairan
lemakprotein
Hipoglikemi
Penurunan absorbsi
Vit K Perdarahan Penurunan COP
Penurunan fungsi
empedu Warna feses
berubah
Penurunan sekresi
urin Urin pekat
Penurunan
metabolisme Hiperbilirubin Jaundice
bilirubin
VI. PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer,
hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari
akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia,
kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang
kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan
merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati,
kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel
yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT
tidak meningkat pada sirosis inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang
berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya
tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar
CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal /
tambah turun akan menunjukan prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan
pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun
dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom
hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya
penurunan fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai
kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi
maupun epistaksis.
g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk
glikogen, bila terus meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb,
HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi
sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah
keganasan.
Pemeriksaan Fisik
· Kesadaran dan keadaan umum pasien
perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar
(composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi dari hepar salah
satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap
penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia
menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada
otak.
· Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik
Intervensi
Diagnosa Keperawatan A :
Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia,
nausea, vomitus)
Tujuan : Status nutrisi baik
Intervensi :
· Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiapminggu.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gejala uremik (mual,
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemaham
otot dan penurunan berat badan.
Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
· Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi
proses penyembuhan.
· Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
Rasional : Memberikan nutrien tambahan.
· Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi
istirahat
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan
edema.
Tujuan : Integritas kulit baik
Intervensi :
· Batasi natrium seperti yang diresepkan.
Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.
· Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu
suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta
trauma.
· Ubah posisi tidur pasien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan
meningkatkan mobilisasi edema.
· Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran
cairan setiap hari.
Rasional : Memungkinkan perkiraan status cairan dan
pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan
cairan dengan cara yang paling baik.
· Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas
edematus.
Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.
· Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus
dan tonjolan tulang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutadi, Maryani Sri. Sirosis Hepatis. 2003. USU Digital Library (diakses
tanggal 11 Juli 2009)