You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN

SIROSIS HEPATIS
KELOMPOK I
1. ADIANTO W. SHANDY NIM 10087 B-S1
2. APRIADI NIM 10090 B-S1
3. LAILA RASANTY NIM 10113 B-S1
4. M.SUBEHAN NIM 10121 B-S1
5. RIA ROSIANA NIM 10156 B-S1
6. SURIANSYAH NIM 10165 B-S1
7. YULIA NIM 10168 B-S1
DEFENISI
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun
yang ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan
jaringan ikat dan nodul tersebut
Etiologi :
• Virus hepatitis (B,C,dan D)
• Alkohol
• Kelainan metabolic
• Kolestasis
• Sumbatan saluran vena hepatica
• Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
• Toksin dan obat-obatan
• Operasi pintas usus pada obesitas
• Kriptogenik (tidak diketahui penyebabnya)
• Malnutrisi
• Indian Childhood Cirrhosis
GAMBARAN KLINIS

– Mual-mual, nafsu makan menurun


– Cepat lelah
– Kelemahan otot
– Penurunan berat badan
– Air kencing berwarna gelap
– Kadang-kadang hati teraba keras
– Ikterus, spider naevi, erytema palmaris
– Asites
– Hematemesis, melena
– Ensefalopat
PATOFISIOLOGI

Sirosis adalah tahap akhir pada beberapa tipe


gangguan hepar. Hepar sirosis biasanya mempunyai
konsistensi nodular, dengan pita-pita fibrosis
(jaringan parut) dan area kecil regenerasi. Disisni
terjadi keruakan las hepatosit. Perubahan pada
arsitektur hepar ini mengubah aliran pada sistem
vaskuler dan limpatik serta saluran duktus empedu.
Eksaserbasi periodik ditandai dengan statis
empedu, mencetuskan ikterik.
Hipertensi portal terjadi pada sirosis hepar.
Mengingat bahwa vena portal menerima darah
dari usus dan limpa. Jadi, peningkatan tekanan
pada vena portal menyebabkan :
1. Peningkatan retrogat pada tahanan tekanan
dan pembesaran esofagus, umbilikus dan vena
rektus superior., yang dapat menyebabkan
perdarahan varises.
2. Asites (akibat perpindahan osmotik atau
hidrostatik yang menimbulkan akumulasi cairan
pada peritonium)
3. Pembersihan tidak lengkap sisa-sisa metabolik
protein, menimbulkan peningkatan amonia,
sehingga menimbulkan ensefalopati hepatik.
Pemeriksaan Penunjang
• HB
• Enzim transaminase - SGOT, SGPT
• Albumin
• Pemeriksaan CHE (kolinesterase)
• Kadar elektrolit
• Pemanjangan masa protrombin
• Kadar gula darah
• Pemeriksaan marker serologi
Pengkajian (Fokus)
– Data Subyektif
» Keluhan perut tidak enak, mual dan nafsu makan
menurun.
» Mengeluh cepat lelah.
» Mengeluh sesak nafas
– Data Obyektif
» Penurunan berat badan
» Ikterus.
» Spider naevi.
» Anemia.Air kencing berwarna gelap.
» Kadang-kadang hati teraba keras.
» Kadar cholesterol rendah, albumin rendah.
» Hematemesis dan melena.
Masalah Keperawatan
• Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan
otot dan penurunan berat badan.
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan
edema.
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d hipertensi
portal.
• Gangguan perfusi jaringan b/d hematemesis dan melena.
• Cemas b/d hematemesis dan melena.
• Gangguan pola nafas b/d asites.
• Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan persarafan bicara.
• Resiko tinggi cedera b/d gerakan yang tidak terkontrol.
• Kerusakan mobilitas fisik b/d efek kekakuan otot.
• Defisit perawatan diri b/d keadaan koma.
Intervensi Dx A
• Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu
• Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
• Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi)
• Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.
• Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-
makanan lunak
• Berikan bahan penganti garam pengganti garam yang tidak
mengandung amonium
• Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan
tinggi karbohidrat
• Berikan obat sesuai dengan indikasi
• Kolaborasi pemberian antiemetik
Intervensi Dx B
• Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP)
• Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
• Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi
istirahat
• Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan
dengan periode waktu yang ditingkatkan secara
bertahap
Intervensi Dx C
• Batasi natrium seperti yang diresepkan
• Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada
kulit
• Ubah posisi tidur pasien dengan sering
• Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran
cairan setiap hari.
• Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan
ekstremitas edematus
• Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit,
maleolus dan tonjolan tulang lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ester, Monica, S.Kp. 2002. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan
Sistem Gastrointestinal. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Fatofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Soeparman. 1997. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI
Sutadi, Maryani Sri. Sirosis Hepatis. 2003. USU Digital Library (diakses
tanggal 11 Juli 2009)
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G, Bare. 2001. Keperawatan Medical
Bedah 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
TERIMAKASIH
KELOMPOK I

You might also like