You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA (HM)

DI RUANG 25

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh:

VIVI DWI ANDRANI

176410056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Hematemesis


Melena (HM) Di Ruang 25 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah disetujui dan
diterima untuk memenuhi tugas praktik Keperawatan Medikal Bedah Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.

Hari :

Tanggal :

Malang, Mei 2018

Mahasiswa

Vivi Dwi Andriani

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA (HM)

A. DEFINISI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yaitu perdarahan yang berasal
dari dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari
jejunum proksimal, duodenum, gaster, dan esophagus. Hal tersebut mengakibatkan
muntah darah (hematemesis) dan berak darah berwarna hitam seperti aspal
(melena)
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).
Melena adalah tinjau hitam atau muntah hitam karena darah dalam saluran
cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu
dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat Askep Pasien dengan
Masalah Pencernaan Makanan, 2000).
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah
darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai
di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi
karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum.
B. ETIOLOGI
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan
dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lain-lain
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap
macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises
esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas
(Hilmy 1971: 58 %)

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme perdarahan pada hematemesis dan melena sebagai berikut :
1. Perdarahan tersamar intermiten (hanya terdeteksi dalam feces atau adanya anemia
defisiensi Fe+)
2. Perdarahan masif dengan renjatan
Untuk mencari penyebab perdarahan saluran cerna dapat dikembalikan pada
faktor-faktor penyebab perdarahan, yaitu pertama faktor pembuluh darah
(vasculopathy) seperti pada tukak peptik, pecahnya varises esophagus, kedua yaitu
faktor trombosit (trombopathy) seperti pada Idiopathic Thrombocytopenia Purpura
(ITP) dan faktor kekurangan zat pembekuan darah (coagulopathy) seperti pada
hemophilia, sirosis hati, dan lain-lain
Pada sirosis kemungkinan terjadi ketiga hal di atas : vasculopathy (pecahnya
varises esophagus); trombopathy (pengurangan trombosit di tekanan perifer akibat
hipersplenisme); coagulopathy (kegagalan sel-sel hati).
Khusus pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori :
1. Teori erosi : pecahnya pembuluh darah karena erosi dari makanan kasar
(berserat tinggi dan kasar) atau konsumsi NSAID
2. Teori erupsi : karena tekanan vena porta terlalu tinggi, atau peningkatan tekanan
intraabdomen yang tiba-tiba karena mengedan, mengangkat barang berat, dan
lain-lain
PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai
berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah
dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edemo.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam
bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif.
Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
o Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.
o Amenore, hiperpigmentasi areola mamae
o Spider nevi dan eritema
o Hiperpigmentasi
8. Jari tabuh

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun /rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel
yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai kemampuan sel
hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB,
HBeAg, dll
2. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal

F. PENATALAKSANAAN
a. Istirahat cukup di tempat tidur
b. Diet rendah protein, rendah garam, diit tinggi kalori
c. Antibiotik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial
berantai cabang dan glukosa.
e. Robansia vitamin B kompleks

G. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Aspirasi pneumonia
3. Gagal ginjal akut
4. Sindrom hepatorenal koma hepatikum
5. Anemia karena perdarahan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

HEMATEMESIS MELENA

A. Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-
laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat,
Tanggal MRS, dan Diagnosa medis
2. Keluhan utama
biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang
datang secara tiba-tiba.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba .
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis
hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian
atas, riwayat penyakit darah (misal : DM), riwayat penggunaan
obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup /
kebiasaan makan).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan
makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat
ulserogenik
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah,
kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus daam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicerna
c) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien
berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari
termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
d) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BAB
terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti
petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan
konsistensi pekat.
e) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus,
perut membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak
kehitaman.
f) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula.
g) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan
libido dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan
pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja
mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami dan istri.
h) Pola penaggulangan stres
Biasanya klien dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi
masalahnya namun sebaliknya bagi klien yang tidak bagus kopingnya
maka klien dapat destruktif lingkungan sekitarnya.
i) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak
seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak
dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
b) Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
c) Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
d) Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
e) Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat tak jelas.
f) Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites),
penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin
gelap pekat, diare / konstipasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
dilambung
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memproses (mencerna) makanan.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
pennyakitnya.
5. Intoleransi aktivitas berhubugnan dengan kelemahan
C. Rencana keperawatan
1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan dilambung

Dx kep Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Faktor resiko: Setelah dilakukan NIC: shock management
 Hipotensi askep selama ........... 1. Monitor TTV, tekanan darah ortostatik, status mental
 Hipovolemia diharapkan shock dan urine output
 Hipoksemia tidak terjadi atau 2. Monitor nilai laboratorium sebagai bukti terjadinya
 Hipoksia dapat di control. perfusi jaringan yang inadekuat (misalnya peningkatan
 Infeksi Dengan criteria hasil: kadar asam laktat, penurunan pH arteri)
 Sepsis 3. Berikan cairan IV kristaloid sesuai dengan kebutuhan
NOC: (NaCl 0,9%; RL; D5%W)
 Systemic
Syok prevention 4. Berikan medikasi vasoaktif
inflammatory
5. Berikan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
syndrome
1. Tekanan darah 6. Monitor trend hemodinamik
sistolik dbn 7. Monitor frekuensi jantung fetal (bradikardia bila HR
2. Tekanan darah <110 kali/menit) atau (takikardia bila HR >160 kali
diastolic dbn per menit) berlangsung lebih lama dari 10 menit
3. Nadi perifer teraba 8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan AGD dan
dan dbn monitor oksigenasi jaringan
4. Irama jantung 9. Dapatkan patensi akses vena
normal 10. Berikan cairan untuk mempertahankan tekanan daarah
5. Frekuensi nafas atau cardiac output
dbn 11. Monitor penentu pengiriman oksigen ke jaringan
6. Irama pernafasan (SaPO2, level Hb, cardiac output)
normal 12. Catat bila terjadi bradicardia atau penurunan tekanan
7. Output urine dbn darah, atau abnormalitas tekanan arteri sistemik yang
8. Saturasi oksigen rendah misalnya pucat, cyanosis atau diaphoresis
dalam batas 13. Monitor tanda dan gejala gagal nafas (rendahnya
normal (>90%) PaO2, peningkatan PCO2, kelumpuhan otot
9. Tidak terjadi pucat pernafasan)
10. Tidak terjadi 14. Monitor kadar glukosa darah dan tangani bila ada
distensi vena abnormalitas
leher 15. Monitor koagulasi dan complete blood count dengan
11. Tidak ada pursed WBC differential
lips breathing 16. Monitor status cairan meliputi intake dan output
12. Tidak ada edema 17. Monitor fungsi ginjal (nilai BUN dan creatinin)
perifer 18. Lakukan pemasangan kateter urinaria
13. Tidak ada edema 19. Lakukan pemasangan NGT dan monitor residu
paru lambung
14. Tidak ada sesak 20. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan perfusi
nafas pada saat 21. Berikan dukungan emosional kepada keluarga
istirhat 22. Berikan harapan yang realistic kepada keluarga
15. Tidak terjadi
restlessness Management Shock : Volume
(gelisah) 1. Monitor tanda dan gejala adanya perdarahan yang
16. Tidak terjadi persisten
diaphoresis 2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah kehilangan
17. Tidak terjadi darah
somnolen 3. Berikan produk darah sesuai instruksi (platelet or fresh
frozen plasma)
4. Cegah kehilangan darah dengan menekan sisi
perdarahan

Shock Prevention
1. Catat adanya memar, petekia dan kondisi membrane
mukosa
2. Catat warna, jumlah, dan frekuensi bab, muntah dan
residu lambung
3. Tes urine untuk menentukan adanya glukosa, darah
atau protein
4. Monitor adanya nyeri abdomen dan girth
5. Monitor tanda dan gejala asites
6. Monitor response awal kehilangan cairan: peningkatan
HR, penurunan TD, hipotensi ortostatik, penurunan
urine output, tekanan nadi yang sempit, penurunan
capillary refill, kulit pucat dan dingin dan diaphoresis
7. Monitor tanda awal dari shock cardiogenik: jumlah
urine output dan cardiac output yang semakin
berkurang, peningkatan SVR dan PCWP, crackles di
paru, suara jantung S3 dan S4, takikardia
8. Monitor tanda awal reaksi alergi: wheezing, hoarseness
(suara nafas kasar dan terengah-engah), dyspnea, gatal,
angiodema, merasa tidak enak pada saluran
pencernaan, kecemasan dan gelisah
9. Monitor tanda awal shock septic: kulit hangat, kering,
mengkilat, peningkatan kardiak output dan suhu
10. Pertahankan patensi jalan nafas
11. Berikan agent antiaritmia
12. Berikan diuretic sesuai instruksi
13. Berikan bronchodilator bila perlu
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak
K NOC: NIC:
efektif berhubungan
o
dengan : Respiratory status : Ventilation 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
l
ventilasi
a Setelah dilakukan tindakan
- Hiperventilasi 2. Pasang mayo bila perlu
b keperawatan selama 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Penurunano ………..pasien menunjukkan 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
r
energi/kelelahan keefektifan pola nafas,
a 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dibuktikan dengan kriteria tambahan
si
-Perusakan/pelemahan hasil: 6. Berikan bronkodilator :
muskulo- skeletal 7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
1. Mendemonstrasikan Lembab
- Kelelahan otot batuk efektif dan suara 8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pernafasan nafas yang bersih, tidak keseimbangan.
ada sianosis dan dyspneu 9. Monitor respirasi dan status O2
- Hipoventilasi sindrom (mampu mengeluarkan 10. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
sputum, mampu bernafas 11. Pertahankan jalan nafas yang paten
- Nyeri dg mudah, tidakada 12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
pursed lips) 13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
- Kecemasan
2. Menunjukkan jalan oksigenasi
- Disfungsi nafas yang paten (klien 14. Monitor vital sign
Neuromuskuler tidak merasa tercekik, 15. Informasikan pada pasien dan keluarga
irama nafas, frekuensi tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki
- Obesitas pernafasan dalam pola nafas.
rentang normal, tidak 16. Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Injuri tulang belakang ada suara nafas 17. Monitor pola nafas
abnormal)
DS: 3. Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
- Dyspnea (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
- Nafas pendek

DO:

- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi

- Penurunan pertukaran
udara per menit

- Menggunakan
otot pernafasan
tambahan

- Orthopnea

- Pernafasan pursed-lip

- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama

- Penurunan kapasitas
vital

- Respirasi: < 11 – 24 x
/mnt
3. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk memproses (mencerna) makanan.

Diagnosa Keperawata Rencana


Tujuan dan keperawatan Inte
Kriteria Hasil rve
Ketidakseimbangan NOC: 1. Kaji adanya nsi
alergi makanan
nutrisi kurang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food menentukan jumlah kalori dan
and Fluid Intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
Berhubungan dengan : 3. Yakinkan diet yang dimakan
Ketidakmampuan untuk Setelah dilakukan
tindakan keperawatan mengandung tinggi serat untuk
memasukkan atau mencegah konstipasi
mencerna nutrisi oleh selama….nutrisi
kurang teratasi 4. Ajarkan pasien bagaimana
karena faktor biologis, membuat catatan makanan
psikologis atau ekonomi. dengan indikator:
harian.
DS: 1. Albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB
2. Pre albumin serum dan gula darah
- Nyeri abdomen 3. Hematokri 6. Monitor lingkungan selama makan
4. Hemoglobin 7. Jadwalkan pengobatan dan
- Muntah 5. Total iron binding tindakan tidak selama jam makan
capacity 8. Monitor turgor kulit
- Kejang perut
6. Jumlah limfosit 9. Monitor kekeringan, rambut
- Rasa penuh tiba-tiba kusam, total protein, Hb dan
setelah makan kadar Ht
10. Monitor mual dan muntah
DO: 11. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Diare
12. Monitor intake nuntrisi
- Rontok rambut yang 13. Informasikan pada klien dan
berlebih keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
- Kurang nafsu makan tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
- Bising usus berlebih
sehingga intake cairan yang
- Konjungtiva pucat adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
- Denyut nadi lemah fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
DAFTAR PUSTAKA

H. M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam,FKUI, Jakarta, 1996.

Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. 2000.

Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.

Arif Mansjoer. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta, 2000.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Tidak Dipublikasikan, Surabaya, 2000,

You might also like