Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dalam rangka mempersiapkan tenaga profesi Apoteker yang profesional maka perlu
dilakukan praktek kerja di apotek sebagai sarana pelatihan untuk menerapkan ilmu
yang telah didapatkan di masa kuliah serta dapat mempelajari segala kegiatan dan
permasalahan yang ada di suatu apotek. Berdasarkan hal tersebut, maka Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mempelajari kegiatan apoteker di apotek dengan
mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma.
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
PT. Kimia Farma Apotek dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD),
namun sejak bulan Juli tahun 2004 orientasinya dibuat menjadi Bisnis Manajer (BM)
dan Apotek Pelayanan. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung, melayani
resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, dan
pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Visi dari PT. Kimia
Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang
terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sedangkan misi dari PT. Kimia farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan
nilai perusahaan melalui :
4
5
oleh masyarakat dengan menggunakan kendaraan umum maupun yang berjalan kaki.
Apotek Kimia Farma 10 Braga memiliki luas bangunan yang sangat memadai dan
dilengkapi dengan sarana penunjang, seperti tempat parkir dan praktik dokter
diantaranya dokter umum, dokter kandungan dan dokter THT. Bangunan apotek
Kimia Farma 10 Braga terdiri dari ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang swalayan,
ruang tunggu, ruang praktek dokter, mushola dan toilet.
kesehatan Republik Indonesia No.9 tahun 2017 tentang Apotek menyatakan Apoteker
pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh Apoteker lain,
tenaga teknis kefarmasian/tenaga administrasi. Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 1332 /Menkes/
SK/X/2002, Personil Apotek terdiri dari:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki surat
izin apotek (SIA)
2. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek
3. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain
4. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai tenaga teknis kefarmasian.
1. Persediaan barang terjaga sehingga tidak terjadi stock out maupun over stock.
2. Terhindar dari pembelian kecil-kecilan sehingga pemesanan ekonomis.
3. Resiko barang rusak, hilang, ataupun kadaluarsa rendah.
1. Pareto A, 15-20% dari jumlah jenis barang terjual memiliki konstribusi paling
tinggi terhadap omset apotek dengan nilai sebesar 80%. Barang klasifikasi A
ini wajib dipesan dan tidak boleh datang terlambat.
2. Pareto B, 20 – 25% dari total barang terjual memiliki kontribusi 15% terhadap
omset dari nilai persediaan.
3. Pareto C, 50-60% dari total barang terjual memiliki konstribusi 5% terhadap
omset apotek.
- Apotek hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah
memiliki izin edar atau nomor registrasi.
- Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang terjamin
- Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan jalur resmi, yaitu
Pedagang Besar Farmasi, Industri, atau apotek lain.
Pengadaan atau permintaan barang di Apotek Kimia Farma 10 Bandung dilakukan
melalui pembelian rutin dan pengadaan nonrutin.
1.Pengadaan rutin
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 10 dilakukan dengan sistem MinMax.
MinMax merupakan sistem pengadaan barang dengan melihat jumlah maksimum dan
minimum barang yang akan dipesan. Penentuan pemesanan barang dengan sistem
MinMax dilakukan dengan menentukan ROP (titik pemesanan barang),
memperhitungkan waktu tunggu obat (lead time) dan buffer stock. Pengadaan barang
juga perlu disesuaikan dengan frekuensi permintaan pelanggan, terdiri dari barang-
barang fast moving, slow moving. Pengadaan sistem minmax dilakukan dengan
mengirimkan bon permintaan barang apotek (BPBA) secara online melalui program
Kimia Farma Information Sistem (KIS), yang berisi daftar permintaan barang Apotek
Kimia Farma 10 dan jumlah jenis yang diinginkan kepada unit Business Manager
Bandung. Unit Business Manager Bandung, kemudian akan membuat rekap BPBA
dari semua apotek pelayanan, dan menuangkannya ke dalam surat pesanan (SP).
Surat pesanan inilah yang akan diteruskan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) terpilih.
Terdapat dua jenis surat pesanan (SP) terdiri dari surat pesanan umum (OTC, alkes
dan BMHP) dan surat pesanan khusus (narkotika, psikotropika, precursor dan obat-
obat tertentu). Semua surat pesanan ditandatangani oleh Apoteker. Semua barang atau
obat yang diperlukan dapat dipesan melalui BPBA, kecuali untuk pemesanan obat-
obat narkotika dan psikotropika.
2. Pengadaan non rutin
Pengadaan non rutin merupakan pengadaan barang yang bersifat mendesak dan
tidak terduga, yaitu pengadaan dropping antar apotek kimia farma, pembelian
mendesak, cito.
10
kondisi fisik barang, expired date, no batch serta penyimpanan (misalnya untuk
vaksin atau insulin menggunakan es atau tidak). Kegiatan penerimaan ini untuk
menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Untuk barang
dengan tanggal kadaluarsa dekat tidak diterima agar mengurangi resiko barang
kadaluarsa sebelum terjual. Jika barang tidak sesuai dengan SP atau ada kerusakan
fisik, maka bagian pembelian akan membuat nota pengembalian barang atau retur dan
mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan
barang yang sesuai.
2.3.5 Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi meliputi sediaan yang rusak dan sudah kadaluarsa harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa
atau rusak harus disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
perwakilan dari BPOM, Apoteker Penanggung Jawab Apotek dan petugas/karyawan
dari apotek Kimia Farma 10 Bandung dan dibuat berita acara pemusnahannya. Berita
acara pemusnahan dibuat oleh Apoteker Penanggung Jawab. Berita acara sekurang-
kurangnya memuat:
- Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
- Nama pemegang izin khusus atau APA
- Nama saksi dari pemerintah dan saksi dari apotek tersebut
- Nama dan jumlah obat yang dimusnahkan
- Cara pemusnahan
- Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan
Selain pemusnahan resep yang rusak atau kadaluarsa, pemusnahan dilakukan juga
untuk resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun. Sebelum
pemusnahan, dibuat surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan
setempat bahwa akan dilakukan pemusnahan resep, serta tembusan kepada Bisnis
Manajer Apotek setempat. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan resep dan
dilakukan pemusnahan dengan cara membakar arsip resep. Setelah itu dibuat berita
acara pemusnahan dengan data: periode tahun transaksi resep, jumlah dus,
tempat/lokasi pemusnahan dan dibuat laporan atas pelaksanaan pemusnahan kepada
Kepala kantor Dinas Kesehatan setempat dari Bisnis Manajer Apotek setempat.
2.3.6 Pengendalian
Pengendalian atau pengontrolan persediaan barang di Kimia Farma 10 Bandung
dilakukan dengan membuat kartu stok kecuali untuk barang yang berada di swalayan
farmasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan dan
13
stok obat sesuai secara fisik dengan komputer. Pengendalian lainnya yang dilakukan
adalah uji petik (random sampling) dan stock opname. Uji petik yaitu
membandingkan kesesuaian jumlah fisik barang, jumlah di kartu stok dan data
computer, uji petik dapat dilakukan setiap hari. Stock opname merupakan kegiatan
membandingkan kesesuaian jumlah fisik barang, jumlah di kartu stok dan data
computer yang dilakukan dalam 1 periode tertentu untuk seluruh item barang. Jika
berdasarkan uji petik dan stock opname yang dilakukan masih terdapat selisih antara
jumlah fisik barang, jumlah di kartu stok dan data komputer, ini dapat disebabkan
karena adanya kehilangan barang, terjadi kesalahan pencatatan pada kartu stok, atau
kesalahan saat mengentry barang.
BAB III
TUGAS KHUSUS
Dunia farmasi, khususnya apotek merupakan lahan bisnis yang amat menggiurkan
dan membuat orang tertarik untuk melakukan investasi didalamnya. Hal ini wajar,
mengingat dunia kesehatan sepertinya tidak pernah mati karena merupakan salah satu
kebutuhan masyarakat yang penting. Hal tersebut juga ditunjang dengan adanya
kenyataan bahwa permintaan obat dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Realitas ini kemudian membuat
banyak investor menanamkan modalnya ke apotek. Akan tetapi tidak sedikit diantara
mereka yang kemudian gulung tikar lantaran menajemennya buruk, oleh karena itu
manajemen pengelolan apotek harus benar – benar diperhatikan mulai dari
perencanaan sampai dengan pengadaan (Bogadenta, 2013).
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam
rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
18
19
kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Kendala yang sering
terjadi pada tahapan perencanaan adalah merencanakan obat lebih banyak dan
memilih jenis item obat yang kurang tepat, sehingga sering terjadi duplikasi. Selain
itu juga pemilihan obat-obat yang harganya mahal, padahal tersedia obat-obat yang
lebih murah. Hal ini menyebabkan beberapa obat terlalu banyak direncanakan
pembeliannya dan beberapa obat terlalu sedikit direncanakan pembeliannya (Quick,
1997). Obat yang sering keluar (fast moving) harus selalu disediakan di Apotek, dan
obat yang jarang keluar (slow moving) perlu dipertimbangkan untuk perencanaan
pengadaannya supaya tidak terjadi pemborosan obat rusak atau obat ED karena
terlalu lama disimpan di gudang. Selain itu tim perencanaan pengadaan obat juga
harus menyeimbangkan antara dana apotek dengan pembelian. Supaya apotek tidak
merugi karena pembelian lebih besar dari pada dana yang dipunyai apotek
(Permatasari, 2013). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisa
perencanaan obat yaitu dengan menggunakan metode Analisa ABC. Analisa ABC
dapat digunakan untuk mengevaluasi aspek ekonomi dari perencanaan pengadaan
obat. Dengan Analisa ABC dapat diidentifikasi obat-obat yang memakan biaya besar
karena penggunaannya banyak atau harganya mahal, untuk selanjutnya dievaluasi
lebih lanjut. Dengan menggunakan Analisa ABC, manajemen pengadaan obat dapat
berkonsentrasi mengadakan obat yang fast moving (pengeluarannya cepat) dan
disesuaikan dengan anggaran dana yang dimiliki supaya semua berjalan dengan
efektif dan efisien (Quick, 1997).
Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto dari nama ekonom Itali
Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki
presentase terekcil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%) karena
itu disebut juga 80/20 rule. (Mohanta, 2005).
Dalam analisis ABC, obat diklasifikasikan menurut presentasenya dari biaya total
dalam penggunaan obat, yaitu : (Pudjaningsih, 2006)
A : obat dengan presentase tertinggi dari biaya total
B : obat dengan presentase medium dari biaya total
C : obat dengan presentase terendah dari biaya total
Analisis ABC adalah metode popular dan efektif yang digunakan untuk
mengklasifikasikan jenis persediaan ke dalam kategori tertentu yang dapat dikelola
dan dikontrol secara terpisah. Analisis ABC konvensional yaitu A,B, dan C
berdasarkan atas pemakaian dana anggaran obat. (Clevert, 2007) .Klasifikasi ABC
adalah salah satu teknik yang umum digunakan dimana item dibagi menjadi 3 kelas
berdasarkan prinsip pareto, yaitu kelas A (sangat penting), B (sedang), C (tidak
terlalu penting). Dengan analisis ABC dapat diidentifikasi jenis–jenis obat yang
dimulai dari golongan obat yang membutuhkan biaya terbanyak .
3.3 Tujuan
Untuk menganalisis barang pareto A, B, C dn Non pareto serta menghitung efektifitas
persediaan yang ada diapotek Kimia Farma No 10 Bandung.
Persentase item yang memberikan kontribusi 80% dari total omset selama bulan
Februari (Pareto A) mendekati teori pareto, yaitu 20,53%. Persentase item yang
memberikan kontribusi 15% (Pareto B) lebih kecil dari nilai teoretisnya, yaitu
34,52%. Persentase item yang memberikan kontribusi 5% (Pareto C) lebih besar dari
nilai teoretisnya.Hasil pengelompokkan ini selanjutnya dijadikan acuan untuk
perencanaan dan pengadaan barang pada periode selanjutnya.Oleh karena itu, kualitas
stok pada 1 Maret dianalisis berdasarkan hasil penjualan periode sebelumnya, yaitu
Februari.Berikut adalah hasil analisisnya. Idealnya, nilai stok untuk pareto A
disediakan sebanyak 60% dari total nilai stok yang ada di apotek; pareto B 25%;
pareto C 10%; dan non pareto 5%.
Stok pada tanggal 1 Maret untuk pareto A dan B disediakan masih sangat kurang,
padahal kontribusi dua kelompok ini paling besar terhadap omset apotek. Dampak
stok yang kurang adalah terjadinya lost sales, ada uang yang ‘hilang’ karena barang
tersebut tidak disediakan. Omset yang seharusnya bisa didapatkan, menjadi terlewat.
Selain itu, jika hal itu terus terjadi pada konsumen yang sama, kepercayaan konsumen
terhadap apotek dapat menurun. Konsumen dapat berpindah kepada kompetitor yang
selalu mampu memenuhi permintaannya.
Sebaliknya, stok pareto C dan stok pasif (non pareto) disediakan terlalu banyak,
padahal kontribusinya paling kecil. Pada stok pasif, tidak ada perputaran uang.Dan
23
jika produk tersebut kadaluarsa sebelum terjual, maka itu bernilai kerugian
juga.Walaupun begitu stok pasif tetap harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien, terutama pasien khusus dan pelanggan tetap. Namun, jumlahnya lebih kecil
dibandingkan stok pareto lain. Idealnya untuk stok pasif disediakan 5% saja.
apotek. Pemilihan PBF selain dari segi kelengkapan produk juga harus legal, cepat,
bisa dibayar kredit, memiliki banyak diskon dan layanan purna jual.
Suatu penolakan dapat terjadi karena ketiadaan item atau stok yang tersedia atau
memang item tersebut tidak dijual di apotek yang bersangkutan. Berdasarkan
persentase jumlah item yang ditolak dan persentase rupiah, item yang termasuk
kelompok non pareto memiliki nilai persentase terbesar selanjutnya pareto A lalu
pareto B. Apabila dijumlahkan nilai atau total rupiah penolakan yang terjadi pada
bulan Maret 2018 adalah Rp 20.379.597 dan total omset penjualan yang didapat
25
Menurut Kinsella & Taeuber (1993), populasi lanjut usia Indonesia diperkirakan akan
meningkat dengan pesat 414 % dari tahun 1990-2025 suatu angka tertinggi didunia.
Umur harapan hidup orang Indonesia mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015
– 2020. Peningkatan umur harapan hidup akan berdampak bertambahnya kelompok
lanjut usia dan meningkatnya masalah kesehatan, antara lain masih tingginya infeksi
penyakit kronis dan peningkatan penyakit degeneratif. Kondisi ini menyebabkan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jangka panjang dan
berkesinambungan menjadi meningkat. Salah satu pelayanan kesehatan yang sesuai
26
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
2. Identifikasi kepatuhan pasien.
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya
cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin.
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum.
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien.
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah.
I. Tujuan
Tujuan Umum:
Tercapainya keberhasilan terapi obat.
Tujuan Khusus:
a. Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung
efektifitas, keamanan dan kesinambungan pengobatan.
b. Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga
dalam penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat.
c. Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga
27
II.Manfaat
1. Bagi Pasien
Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan.
Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat
dan/atau alat kesehatan.
Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/atau alat kesehatan dalam
situasi tertentu.
2. Bagi Apoteker
Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
rumah.
Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan, masyarakat umum
dan pemerintah.
Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan.
III. Hasil
a. Target
Nama Pasien : Anton Suranto
Umur Pasien : 59 Tahun
Alamat Pasien : Kompleks PLN Cigarelac no.26
Penyakit Pasien : Kolesterol dan Diabetes tipe 2
Nama dokter : Dr. Dewi A
28
b. Tindak Lanjut
Tabel 1: Keterangan Obat Yang Sedang Digunakan Pasien
Efek
Obat Komposisi Indikasi Dosis
Samping
Forxiga Dapagliflozin Tambahan 10 mg 1 x/h Hipoglikemia,vulvov
terhadap diet untuk terapi aginitis,balanitis,dan
dan olahraga kombinasi inksi gnital
untuk mem - untuk
perbaiki kontrol gangguan hati
glukosa darah awal 5 mg
pada pasien DM ,dapat
tipe 2 ditingkatkan 10
mg jika dapat
ditoleransi
dengan baik
Trajenta Metformin Memperbaiki Dosis bersifat Nasofaringitis,hipers
duo dan kontrol glikemik individual ensivitas,
linaglipitin pada pasien dosis anjuran :1 batuk,penurunan
diabets melitus tab 2 x nafsu
tipe 2 /hr.Dosis makan,diare,mual,pa
harian maks : nkrearitis,
Linaglipitin 5 muntah,pruritus
mg ,metformin
2000 mg
29
penyakitnya
10. Bagaimana jadwal Sesuai dengan yang Jadwal minum obat pasien
minum obat bapak dokter dan apoteker sudah teratur.
saat ini? sarankan.
14 Apa boleh kami Tentu saja, saya sangat Pasien merasa senang
melakuakan senang dikunjungi, agar dengan program home
program ini silaturahmi tetap terjaga. pharmacy care.
kembali?
IV. Kesimpulan
Pasien telah memahami pentingnya dan cara menjalankan terapi, patuh menjalankan
terapi, dan memahami batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam menjalankan
terapi. Dan pasien juga mengetahui gejala yang dirasakan dari penyakitnya, sehingga
dapat langsung terkontrol.
34
BAB VI
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di
Apotek Kimia Farma 10 Braga Bandung, dapat disimpulkan :
1. PKPA merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat karena mendapatkan
pemahaman tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker, dalam
pelayanan kefarmasian di apotek dan kegiatan lain yang berupa pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, serta kegiatan administrasi.
Seorang apoteker harus mampu menerapkan pengetahuan dan keahliannya
dalam pengelolaan apotek, baik dalam bidang kefarmasian maupun bidang
manajemen apotek.
2. Mendapatkan pengetahuan serta keterampilan dalam pelayanan di apotek
mengenai kefarmasian dan berkomunikasi dengan pasien, serta untuk
meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam praktik
kefarmasian secara profesional dan sesuai dengan standar praktik kefarmasian.
4.2 Saran
34
35
DAFTAR PUSTAKA
4. PT. Kimia Farma. 1999. Profil Perusahaan PT. Kimia Farma. Jakarta.
11. Quick, J.D., 1997, Managing Drug Suplly, Jonathan. D., (Eds), Second Edition,
Reursod and Expanded, Kumarin Press, US
35
36
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA 10 BRAGA
Apoteker Pendamping
(Aping)
Supervisor
LAMPIRAN 2
DENAH KIMIA FARMA 10 – BRAGA
38
LAMPIRAN 3
ALUR PENGADAAN PERBEKALAN APOTEK
39
LAMPIRAN 4
ALUR PENERIMAAN BARANG
40
LAMPIRAN 5
BON PERMINTAAN BARANG APOTEK
PJ PENERIMA PJ PJ
BARANG
GUDANG PEMBELIAN PELAYANAN
41
LAMPIRAN 6
KARTU STOK
42
LAMPIRAN 7
CONTOH ETIKET dan Kemasan
43
LAMPIRAN 8
CONTOH COPY RESEP DAN KUITANSI
44
LAMPIRAN 9
45
LAMPIRAN 10
46
LAMPIRAN 11
LAPORAN PENGGUNAAN NARKOTIKA
No Penerimaan Pengeluaran
Kode NamaBahanSediaan Satuan StokAwal StokAkhir
Urut Kode Sarana Jumlah Untuk Jumlah
(…….…………………….)
47
LAMPIRAN 12
LAPORAN PENGGUNAA PSIKOTROPIKA
No Penerimaan Pengeluaran
Kode NamaBahanSediaan Satuan StokAwal StokAkhir
Urut Kode Sarana Jumlah Untuk Jumlah
(…….…………………….)
48
LAMPIRAN 13
Alur Pelayanan Resep Tunai
Resep
Penerimaan :
1. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep : nama, alamat, nomor SIP dan paraf dokter penulis
resep; nama, dosis, jumlah dan aturan pakai obat; serta nama, alamat dan nomor telepon pasien
2. Pemeriksaan ketersediaan obat
3. Pemberian nomor resep dan penetapan harga
Peracikan :
1. Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan
2. Peracikan obat : perhitungan dosis, penimbangan, pencampuran dan pengemasan
3. Penyajian hasil akhir peracikan
Pemeriksaan akhir :
1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep : nomor resep serta nama, nama obat, jumlah, bentuk
sediaan, jenis sediaan, dosis dan aturan pakai.
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
3. Kebenaran kuitansi LAMPIRAN 14
Dokumentasi resep disertai pemeriksaan ulang seluruh resep pada hari itu, pelayanan purna
jual berupa komunikasi dan informasi obat setiap waktu, serta penggantian obat bila
ALUR
diperlukan atas PELAYANAN
permintaan dokter RESEP KREDIT
49
LAMPIRAN 14
Alur Pelayanan Resep Kredit
Resep
Penerimaan :
1. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep : nama, alamat, nomor SIP dan paraf dokter penulis
resep; nama, dosis, jumlah dan aturan pakai obat; serta nama, alamat dan nomor telepon pasien
2. Pemberian nomor resep dan penetapan harga
3. Pemeriksaan ketersediaan obat
Peracikan :
1. Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan
2. Peracikan obat : perhitungan dosis, penimbangan, pencampuran dan pengemasan
3. Penyajian hasil akhir peracikan
Pemeriksaan akhir :
1. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep : nomor resep serta nama, jumlah, bentuk sediaan, jenis
sediaan, dosis dan aturan pakai
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
Dokumentasi resep disertai pemeriksaan ulang seluruh resep pada hari itu, pelayanan purna jual berupa
komunikasi dan informasi obat setiap waktu, serta penggantian obat bila diperlukan atas permintaan
dokter
50
LAMPIRAN 15
Dokumentasi Home Care