You are on page 1of 17

A.

Pengertian
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit
infeksi akut yang di sebabkan oleh virus, yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty (Whalley dan Wong, 2003)
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
Derajat I (ringan) : Demam mendadak dan sampai 7 hari
di sertai dengan adanya gejala yang
tidak khas dan uji turniquet (+).
Derajat II ( sedang ) : Lebih berat dari derajat I oleh karena
di temukan pendarahan spontan pada
kulit misal di temukan adanya
petekie, ekimosis, pendarahan
Derajat III (berat ) : Adanya gagal sirkulasi di tandai
dengan laju cepat lembut kulit dngin
gelisah tensi menurun manifestasi
pendarahan lebih berat( epistaksis,
melena)
Derajat IV (DIC) : Gagal sirkulasi yang berat pasien
mengalami syok berat tensi nadi tak
teraba.
B. Etiologi
Demam berdarah merupakan suatu penyakit demam berat
yang di sebabkan oleh virus sekurang – kurangnya ada 4 tipe virus
dengue yang berbeda yaitu tipe I, II, III, IV. Virus dengue serotipe
1,2,3 dan 4 di tularkan melalui perantara nyamuk aides aigepty
dan aides albopiktuc ( Whalley dan Wong, 2003).

1
C. Patofsiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pembuluh darah ( viremia) sehingga tubuh membentuk antigen
antibody, sehingga dapat meningkatkan permeabilitas dinding
kapiler yang mengakibatkan terjadinya trombosit plasma keruang
eksra seluler
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam
tubuh penderita adalah pirexia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal pegal
seluruh tubuh ruam atau bintik – bintik merah ( petekie ).
Hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati dan
pembesaran limpa (Price, 1995).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoprotinemia serta efusi dan renjatan
( syok)
Jika renjatan ( syok) hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoreksia jaringan metabolik asidosis dan kematian apabila
tidak di atasi dengan segera.
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut tiga faktor
yaitu :
1. Perubahan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan koagulasi
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan
derajat DHF dengan masa inkubasi 13 - 15 hari. Penderita
biasanya mengalami demam akut, sering disertai menggigil , saat
pasien komposmetis. Gejala klinis yang timbul dan sangat

2
menonjol adalah terjadinya pendarahan pada saat demam,
pendarahan yang terjadi dapat berupa:
1. Pendarahan pada kulit ( petekie, ekimosis )
2. Pendarahan lain seperti : epitaksis, hematemesis, hematuri,
melena
Selain demam dan pendarahan , gejala klinis bisa dijumpai
pada penderita DHF adaslah
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti : pilek dan sakit
waktu menelan
2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti ; mual muntah tidak
nafsu makan, diare atau konstipasi
3. Keluhan system tubuh yang lain seperti : nyeri atau sakit
kepala, nyeri pada otot abdomen, pegal – pegal pada seluruh
tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka,
pembengkakan sekitar mata lakrimasi otot- otot sekitar mata
sakit bila di sentuh, dan pergerakan pada bola mata terasa
pegal
Pada penderia DHF sering juga di jumpai pembesaran hati
dan limpa dan kelenjar getah bening yang akan kembali normal
pada masa penyembuhan.
Pada penderita yang menalami renjatan akan mengalami
sianosis perifer ( terutama tampak pada ujung ujung jari dan
bibir ) kulit terasa lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah (FKUI, 2000).

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat

3
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hiponatremia dan hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia,
netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit
dan basofil
a. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
b. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
c. Waktu pendarahan memanjang
d. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan
asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran
literantibodi pasien dengan cara haemaglutination nibitron test
(HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu
pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan ( 104
minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan
serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak
mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG
hepatomegali dan splenomegali

4
KONSEP KEBUTUHAN DASAR
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
B. Review Anatomi dan Fisiologi
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman dan cairan intravena dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh keseimbangan cairan elektrolit berarti adanya
distribusi yg normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu
maka demikian pula yang lainnya.
Karena cairan dan elektrolit yg menciptakan cairan
lingkungan intra seluler dan extra seluler bagi semua sel dan
jaringan dalam tubuh maka keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat terjadi pada semua golongan penyakit. Ganguan cairan dan
elektrolit di hubungkan baik dengan penyakit sistemik mayor
maupun minor.
Dalam tubuh faal sel tergantung pada keseimbangan cairan
dan elektrolit. Keseimbangan ini di atur oleh banyak mekanisme
fisiologis yg terdapat dalam tubuh sehubungan dengan
keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diketahui (Guyton, 2000).
1) Aspek fisiolagis
a. Cairan tubuh
Prosentase yang besar dari BB terdiri dari air yg
mengandung partikel –partikel bahan organis dan
anorganis yang vital untuk hidup. Jumlah air dalam tubuh

5
harus di pertahankan dalam batas-batas tertentu untuk
berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik
b. Komposisi cairan
c. Kandungan normal elektrolit
d. Jumlah cairan dan elektrolit
e. Homeostabis
tubuh seseorang berusaha mempertahankan
susunannya dalam batas-batas normal.
f. Cara memperthankan PH cairan tubuh.
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luias permukaan tubuh
metabolisme.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat sehingga
dapat kehilangan cairan dan elektrolit NaCl
3. Diet
Pada saat kekurangan nutrisi, tubuh memecah cadangan energi
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial
ke ekxtra vaskuler
4. Stres
Stres dapat meningkatkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan menggangu keseimbangan cairan
(Tarwoto dan Wartonah, 2003).

6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. keluhan utama
b. riwayat penyakit sekarang
c. riwayat penyakit dahulu
2. Pola kesehatan fungsional
a. pola nutrisi dan metabolic
1. pola makan
2. keadaan sakit terhadap pola makan dan
minum
3. makanan yang di sukai
b. pola elimnasi
1. eliminasi feses
2. eliminasi urine
3. Pengukuran klinik
a. berat badan
b. keadaan umum
c. pengukuran masukan cairan
d. pengukuran keluaran cairan
e. ukur keseimbangan cairan
4. Pemeriksaan fisik
a. integumen
b. kardiovaskuler
c. mata
d. neurology
e. gastrointestinal
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah, elektrolit, BJ urin, dan AGD.

7
B. Diagnosa keperawatan
Devisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kekurangan cairan atau dehidrasi
C. Intervensi dan rasional
1. Ukur dan catat setiap 4 jam
a. intake dan out put cairan
b. warna muntahan, urine dan feses
c. monitor turgor kulit
d. tanda vital
e. CVP
f. Elektrolit, BUN, hemotakrit dan hemoglobin
g. Setatus mental
h. Berat badan
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan
2. Berikan makanan dan cairan
Rasional : memenuhi kebutuhan makan dan minum
3. Berikan pengobatan seperti anti muntah
Rasional :menurunkan pergerakan usus dan muntah
4. Berikan support verbal dalam pemberian cairan
Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
Rasional : meningkatkan nafsu makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam
Rasional : meningkatkan sirkulasi
7. Berikan pendidikan kesehatan tentang:
a. tanda dan gejala dehidrasi
b. intake dan output cairan
c. therapi
Rasional : meningkatkan inforamasi dan kerja sama
(Tarwoto dan Wartonah, 2003)

8
BAB III
RESUME KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Data personal
tanggal pengkajian : 11 Juli 2006
nama pasien : An D
tanggal lahir / umur : 5 tahun
alamat : Purwosari barat RT 02 / 2
agama : Islam
suku / bangsa : Indonesia
diagnosa medis : DHF
2. Riwayat kesehatan
a. keluhan utama
1). mual, mutah
2). panas
3). gelisah
4). nafsu makan menurun
b. riwayat penyakit sekarang
1). 5 hari yang lalu pasien panas dengan suhu 38 o C dan
panasnya tidak turun – turun
2). pasien muntah 5 kali sehari
c. riwayat penyakit dahulu
3. pola kesehatan fungsional
a. pola nutrisi dan metabolic
1. makan 3 kali sehari, setengah porsi
2. jenis makana yang biasa di makan :
a). nasi, sayur, lauk pauk
b). pada saat sakit pasien mengalami pengurangan
nafsu makan, rewel dan mual muntah

9
3. anak sulit untuk minum karena efek hospitalisasi dan
pasien terpasang infus 16 tetes / menit
b. pola eliminasi
1. pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek,
warna kuning
2. pasien BAB 4-6 x sehari dengan warna kuning pucat.
4. pengukuran klinik
a. berat badan : 15 Kg
b. keadaan umum
TTV :
S : 36
TD : 90/60
N : 96 X / menit
RR : 32 X /menit
c. tingkat kesadaran : comphos methis
d. pengukuran keluaran
urine : 4 – 5 kali sehari
feses : 1 kali sehari
muntah : 5 kali sehari
berkeringat
5. pemeriksaan fisik
a. integumen :
turgor kulit jelek
b. kardiovaskuler :
TD 90 / 60 Hb :10,7
c. mata : cekung
d. neurology
:compos metis, kurang aktif
e. gastrointestinal
o keadaan mukosa mulut kering
o muntah – muntah

10
6. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah :
Hb : 10,7
Ht : 31,2
Leukosit : 7,270
Trombosit : 83000 (N :200000 – 500000 cm)

Analisis data
DS : Pasien mengeluh mual muntah, tidak bisa minum.
DS : Pasien mengeluh lemah dan lemas
DS : Pasien mengatakan bahwa kepalanya terasa pusing
DO : TTV : suhu 380 C, , Nadi : 96x/menit, RR : 32
x/mnt TD 90/60
DO : Trombosit nya 83.000, TD 90/60
DO : Pasien tampak gelisah, mata cekung, mukosa
kering
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan out put yang berlebihan
2. Resiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopeni
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh
C. INTERVENSI
1. Ukur dan catat setiap 4 jam
a. Intake dan output cairan
b. Warna muntahan, urine dan feses
c. Monitor turgor kulit
d. Tanda vital

11
e. CVP
f. Elektrolit, BUN, hematokrit dan hemoglobin
g. Status mental
h. Berat badan
2. Berikan makanan dan cairan
3. Berikan pengobatan anti muntah
4. Berikan support verbal dalam pemberian cairan
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam
7. Berikan pendidikan kesehatan tentang
 tanda dan gejala dehidrasi
 intake dan out put cairan
 therapy
8. Kolaborasi : berikan Infus RL

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan di bahas perbandingan antara teori


yang terdapat dalam tinjauan pustaka dengan kenyataan yang
di jumpai di lapangan.pada saat pemberian asuhan keperawatan
penyakit DHF pada anak D di ruang Melati RSUD Tugu Rejo
Semarang. Dari perbandingan antara teori dan kenyataan yang
dapat di ketahui kesenjangan yang ada, kemusian di tentukan
cara penyelasaiannya. Untuk mempermudah dalam
pembahasan ini di bagi menjadi 5 tahap yaitu pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
masing – masing tahap saling berkesinambungan.
Dalam tinjuan teoritis di nyatakan bahwa indikasi
penyakit DHF adalah demam berkepanjangan di sertai gigilan,
adanya Petekcy,dan adanya perdarahan seperti epistaksis dan
hematemesis.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengaplikasikan ilmu keperawatan yang diperoleh selama
mengikuti pendidikan S1 keperawatan khususnya dalam
memberikan asuhan keperawatan klien DHF di ruang melati
RSUD Tugu rejo Semarang dengan secara langsung dengan
mengidentifikasi permasalahan, hambatan dan kendala yang
ada.
Proses keperawatan adalah suatu tindakan yang berurutan
yang dilakukan secara sistematis untuk menetukan masalah
pasien, membuat perencanaan untuk mengatasi masalah,

13
melaksanakan perencanaan tersebut untuk mengatasi masalah
yang ada.

1. Pengkajian
pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data kemudian di analisis sehingga dapat di
ketahui masalah atau kebutuhan perawatan pasien baik secara
bio-psiko-sosial-kultur dan spiritual. Data di peroleh langsung
dari pasien melalui wawancara atau anamnesadan observasi
langsung terhadap pasien. Pengkajian yang di peroleh dari
wawancara bisa dengan perawat ruangan, keluarga pasien,
dokter, tim kesehatan lain yang mengetahui keadaan pasien serta
dari catatan medis, catatan keperawatan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian pada pasien DHF pada anak D di lakukan
hanya pada salah satu aspek saja yaitu hanya pada aspek biologis
sedangkan pada aspek yang lain tidak dilakukan pengkajian pada
anak Dhanya disertai oleh pemeriksaan fisik yangberupa TTV
dan pemeriksaan penunjang yang berasal dari laboratorium.
Dalam pengkajian pada anak D penulis menemukan
masalah yaitu dalam melakukan pengkajian tidak di kaji pada
seluruh aspek yaitu bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural
sehingga kebutuhan pada anak D tidak terpenuhi sehingga sangat
merugikan pada anak D tersebut.
2. Diagnosa
Dari pengkajian pada anak D di peroleh data fokus
kemudian di analisis penulis dan di rumuskan dalam diagnosa
keperawatan. Pada anak D dengan penyakitDHF di dapatkan
diagnosa keperawatan aktual yaitu defisit volume cairan dan
elektrolit.

14
3. Perencanaan
Asuhan keperawatan pasien pada anak DHF tidak sesuai
dengan perencanaan yang terdapat dalam teori karena hanya
terdiri dari masalah yang ada dan intervensinya, sedangkan pada
teori perencanaan terdiri dari prioritas masalah, tujuan, kriteria
hasil dan intervensi.
Dalam menentukan prioritas masalah di susun berdasarkan
konsep Gordon. Menurut Gordon dalam menentukan priritas
masalah harus berdasarkan 11 kebutuhan dasar kebutuhan dasar
manusia.
Tahap akhir dari tahap perencanaan adalah menentukan
rencana tindakan keperawatan yang di sesuaikan dengan kondisi
pasien, sarana dan prasarana dan peraturan rumah sakit. Penulis
menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa yang muncul
satu sama lain yang saling berkesinambungan, rencana tindakan
keperawatan yang di susun harus sesuai dengan teori yang ada.
4. Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah di
susun kemudian di laksanakan sesuai dengan tahap – tahap yang
ada di teori. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan harus
bekerja sama dengan perawat ruangan, pasien, dan keluarga
pasien. Pada dasarnya rencana tindakan keperawatan yang di
laksanakan hanya tertuju pada diagnosa aktual saja sehingga
diagnosa – diagnosa yang lain yang mempunyai resiko tinggi
tidak di laksanakan sehingga pasien mempunyai resiko tinggi
terjadinya komplikasi. Pada dasarnya rencana keperawatan yang
dilaksanakan sudah mendekati dengan prosedur yang ada pada
teori, tapi ada salah satu tahap – tahap dalam prosedur tidak di
laksanakan, hal ini di karenakan bahwa perawat mencari
kepraktisannya dan mudah untuk di laksanakan tapi tindakan
tersaebut sangat merugikan pasien, misalnya perawat tidak

15
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan sehingga pasien mempunyai resiko tinggi infeksi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhirdari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi di bagi
dalam dua tahap yaitu evaluasi proses yang merupakan respon
langsung pasien dan evaluasi hasil yang di lakukan sesuai dengan
batas waktu yang telah di tentukan dalam perencanaan
keperawatan.
Pada dasarnya diagnosa keperawatan yang di tulis pada
anak D di ruang melati hanya terdiri dari satu diagnosa aktual
saja yaitu devisitvolume cairan dan elektrolit, sedangkan
diagnosa – diagnosa yang lain ( potensial atau resiko tinggi )
tidak di tulis sehngga penangan permasalahan pada anak D tidak
bisa teratasi semua sehingga merugikan anak D dan cenderung
untuk terjadinya komplikasi.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. DHF adalah penyakit nfeksi akut yang di sebabkan oleh virus,
yang di tularkan melalui gigitan vektor aides aigepti
2. asuhan keperawatan yang di laksanakan di ruang melati
RSUD Tugu Rejo semarang tidak di lakukan dengan
sungguh – sungguh, asuhan keperawatan hanya di isi jika
perawat memiliki weaktu luanmg saja sehingga dalam hal ini
kebutuhan dasar pasien tidak terpenuhi semua sehingga
sangat merugikan pasien
B. Saran
Bahwa asuhan keperawatan sangat penting untuk di
lakukan daslam memenuhi kebutuhan pasien, namun kenyataanya
asuhan keperawatan di ruang melat tidak di laksanakan dsehingga
sangat merugikan pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Untuk itu kami menyarankan asuhan keperawatan di seluruh
ruangan RSUD tgurejo semarang khususnya di ruang melati di
laksanakan dengan sungguh – sungguh tidak hanya di isi
sembarangan saja. Dalam hal ini untuk membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan dasar yang sesuai di inginkan pasien.

17

You might also like