You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-
lain. Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena laringitis.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Laringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan
awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi
saluran pernafasan akut pada tahun 1998 dan sekitar 25 juta pasien biasanya disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan (Somro, 2011). Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus
laringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat jalan dengan presentase
jumlah penderita 1,5 % atau sebanyak 214.781 orang (Departemen Kesehatan, 2004). Penyakit
laringitis akut menurut data dinas kesehatan Kota Bandar Lampung adalah penyakit yang masuk
ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak dari seluruh puskesmas di Bandar Lampung yang
termasuk pasien lama dan pasien baru dalam periode Januari−Mei 2014 (Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, 2014). Menurut data dari Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung laringitis
akut juga memasuki urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan menduduki urutan kelima
pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013.

Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. (Rusmarjono dan hermani,
2007).

Dalam pengobatan Laringitis sangat penting untuk memastikan penyebab dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan Laringitis yang disebabkan
oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang tepat dalam pengobatan
Laringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi (Wierzbanowska, 2009). Ketidaktepatan
peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya
kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui
injeksi yang tidak steril dan pemborosan sumber daya kesehatan yang langka (World Health
Organization, 2009). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007 mengeluarkan
standar pelayanan di fasilitas kesehatan yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai
beberapa macam penyakit termasuk penyakit laringitis akut. Standar tersebut meliputi definisi,
etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, penegakan diagnostik, komplikasi serta penatalaksanaan
Laringitis akut. Dari latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian untuk melihat
kesesuaian peresepan obat Laringitis akut t erhadap standar pengobatan Laringitis akut di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian laringitis ?
2. Jelaskan anatomi laring !
3. Jelaskan fisiologi laring !
4. Apakah penyebab (etiologi) laringitis ?
5. Jelaskan laryngitis akut dan kronis !
6. Jelaskan patofiologi laringitis !
7. Apakah manifestasi klinis laringitis ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada laringitis ?
9. Bagaimana asuhan keperwatan pada laringitis !
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui :
A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang anatomi fisiologi laring, serta memahami
definisi dari laryngitis beserta asuhan keperawatan yang bisa di lakukan.
B. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian larngitis
2. Menjelaskan anatomi laring
3. Menjelaskan fisiologi laring
4. Menjelaskan penyebab (etiologi) laringitis
5. Menjelaskan laryngitis Akut dan Kronis
6. Menjelaskan patofiologi laringitis
7. Menjelaskan manifestasi klinis laringitis
8. Menjelaskan apa saja pemeriksaan penunjang pada laringitis
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pada laringitis
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Penyakit

Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan). Laringitis adalah


peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan,karena iritasi atau
karena adanya iritasi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan,otot dan
membran mukosa membentuk pintu masuk dari badang tenggorokan”(trakea). Didalam kotak
suara terdapat pita suara – dua buah membran mukosa yang terlipat 2 mmembungkus otot dan
tulang rawan biasanya pita suara akan membukan dan menutup dengan lancar, membentuk suara
melalui pergerakkan dan getaran yang terbentuk.

Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau iritasi pada pita suara. Pita suara
tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh
udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak.pada
beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah dan tidak terdengar. Laringitis dapat
terjadi dalam waktu singkat (akut) atau berlangsung (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun
laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradangan akibat virus, suara serak
yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

2.2 Anatomi Laring

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan
laring anatomi.
Gambar 1.1 Anatomi laring

Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung
dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas antara laring adalah aditus laring
sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os
hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada
struktur laring katilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap/alae kartilago tiroid. Sementara itu
kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat
kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak
pasangan kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosesus vokalis anterior
dan prosessus muskularis lateralis. Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang
dari korda vokalis sedangkan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian
pita suara yang dapat bergetar.

Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago
epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang
berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga
terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis.

Gambar 1.2 Anatomi laring


Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik
bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus,
m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik
infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan
antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk
tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis, otot
krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf
motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus
superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.

2.3 Fisiologi Laring

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan,
emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara
bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga
dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar
kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga
mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan
mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus,
serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis
dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada. (Cohen JL 2010,369-76)
2.4 Etiologi

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari
infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya
mengenai pita suara. Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau
regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih
serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari
beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza,
pertusis, campak dan difteri. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2010,190 – 200)

2.5 Laringitis Akut dan Kronik

Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti
difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga
terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti
selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

a. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca


b. Pemakaian suara yang berlebihan
c. Trauma
d. Bahan kimia
e. Merokok dan minum-minum alcohol
f. Alergi

Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi
karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang
mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut
gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas
atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3
minggu. Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar
debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular.
Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2010,13-20)

2.6 Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk
memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.

Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi
pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan
menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2010 , 432)

2.7 Manifestasi Klinis


1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa /
normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti
yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan
nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air
hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat
mengancam jiwa anak.
2.8 Pemeriksaan Penunjang pada Laringitis
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS

Kasus :
Seorang pasien RS.M.Jamil Padang bernama Nn.M berusia 35 tahun mengeluh suaranya
hilang Nn.M ini sehari-hari bekerja sebagai penyanyi di klub dan perokok. Awalnya Nn.M
merasa tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk kering yang lama
kelamaan batuknya berdahak kental, disertai demam yang sudah berlangsung sekitar 3 minggu.
Nn.M terus mengeluh tidak nafsu makan karena sakit ketika menelan dan mengalami penurunan
berat badan 2kg. Nn.M susah tidur karena rasa gatal ditenggorokan disertai batuk dan tampak
gelisah. Nn. M hanya tidur 5 jam pada malam hari, dan siang hari tidak dapat tidur siang.

Pengkajian :

Nama : Nn. M
Usia : 35 th.
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Penyanyi
Status : Belum Menikah

Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengeluh tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk
kering yang lama-kelamaan batuknya berdahak kental serta klien mengeluh suaranya hilang
disertai demam.

Riwayat kesehatan keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya.

Pemeriksaan penunjang :
Hasil pemeriksaan laringoskopi menunjukan pita suara yang meradang merah dan
bengkak. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama
dibagian atas dan bawah glottis.
Kedaan umum : Compos Mentis (sadar penuh)
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Frekuensi Nadi : 84x/menit
Frekuensi nafas : 35x/menit
Suhu : 38,0C
Berat badan : 45kg
Tinggi Badan : 160 cm

NO DATA DASAR DIAGNOSA NANDA


1 Ds :
- Klien mengatakan suaranya
hilang
- Klien mengatakan teggorokannya
kering
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
- Klien mengatakan batuk disertai
dahak yang kental Kelas 2. Cidera Fisik
- Klien mengatakan merokok
00031 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Do :
- Klien tampak gelisah
- Pernapasan cuping hidung
- RR= 35/mnt
2 Ds :
- Klien mangatakan nyeri ketika
Domain 2. Nutrisi
menelan
- Klien mengeluh tidak nafsu Kelas 1. Makan
makan
00002 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
Do :
- Klien mengalami penerunan berat dari kebutuhan tubuh
badan 2kg
- Dar BB=47kg dan sekarang
menjadi 45kg
3 Ds :
- Klien mengatakan demam sudah
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
3 minggu
Do : Kelas 6. Termoregulasi
- Klien tampak gelisah
00007 Hipertermia
- Suhu 380C
- RR=35x/mnt
4 Ds :
- Klien mengatakan susah tidur
Domain 12. Kenyamanan
karna rasa gatal di
tenggorokannya
Do : Kelas 1. Kenyamanan Fisik
- Klien tampak gelisah
00214 Gangguan rasa nyaman
- Klien hanya tidur 5 jam sehari
- Suhu=380C
- RR=35x/mnt

DX NANDA NOC NIC


Domain 2. Kesehatan fisiologi Domain 2. Fisiologi :
Kelas E. jantung Paru Kompleks (lanjutan)
0410 Status Pernapasan : Kelas K. Manajemen
Kepatenan Jalan Nafas Pernafasan
Domain 11. Setelah dilakukan tindakan 3140 Manajemen Jalan Nafas
Keamanan/Perlindungan keperawatan dengan waktu 15 - Buka jalan nafas
menit, diharapkan masalah dengan tehnik chin lift
Kelas 2. Cidera Fisik keperawatan dapat teratasi atau thrust,
00031 Ketidakefektifan dengan kriteria hasil : sebagaimana mestinya,
041004 frekuensi pernafasan - Buang secret dengan
bersihan jalan nafas (1-5) memotivasi pasien
041012 kemampuan untuk untuk melakukan batuk
mengeluarkan secret (1-5) atau menyedot lendir
- Lakukan fisioterapi
041019 batuk (1-5)
dada sebagaimana
mestinya
Domain 2. Kesehatan Domain 1. Fisiologi : Dasar
Fisiologi Kelas D. Dukungan Nutrisi
Kelas K. Pencernaan & 1160 Monitor Nutrisi
Domain 2. Nutrisi Nutrisi - Monitor pertumbuhan
1004 Status Nutrisi dan perkembangan
Kelas 1. Makan
Setelah dilakukan tindakan - Monitor kecendrungan
00002 Ketidakseimbangan keperawatan dengan waktu 15 turun dan naiknya
menit atau kurang, diharapkan berat badan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
masalah keperawatan dapat - Tentukan pola makan
tubuh teratasi dengan kriteria hasil : (msl; makanan yang
100402 Asupan makanan (1- disukai dan tidak
5) disukai, konsumsi
100408 Asupan cairan (1-5) yang berlebih terhadap
100403 Energi (1-5) makanan siap saji)
Domain 11. Domain 2. Kesehatan Domain 2. Fisiologis :
Fisiologi Kompleks (lanjutan)
Keamanan/Perlindungan
Kelas I. pengaturan Regulasi Kelas M. Termoregulasi
Kelas 6. Termoregulasi 0800 Termoregulasi 3786 Perawatan Hipertermi
Setelah dilakukan tindakan - Pastikan kepatenan
00007 Hipertermia keperawatan dengan waktu jalan nafas
lebih dari 1 jam, diharapkan - Monitor tanda-tanda
masalah keperawatan dapat vital
teratasi dengan kriteria hasil : - Berikan metode
080013 Tingkat pernapaan (1- pendinginan eksternal
5) (msl; kompres dingin
080015 Melaporkan pada leher, abdomen,
kenyamanan suhu (1-5) ketiak)
080001 Peningkatan suhu
kulit (1-5)
Domain 5. Kondisi Kesehatan Domain 1. Fisiologi : Dasar
yang Dirasakan Kelas E. Meningkatan
Kelas U. kesehatan dan Kenyaman Fisik
Kualitas Hidup 1400 Manajemen Nyeri
2010 Status Keyamanan : fisik - Tentukan kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan frekuensi untuk
keperawatan dengan waktu melakukan pengkajian
Domain 12. Kenyamanan lebih dari 1 jam, diharapkan ketidaknyamanan
Kelas 1. Kenyamanan Fisik masalah keperawatan dapat pasien dan
teratasi dengan kriteria hasil : mengiplemantasikan
00214 Gangguan rasa nyaman 201004. Posisi yang rencana monitor
nyaman(3-5) - Kendalikan factor
lingkungan yang dapat
201010. Suhu tubuh ( 3-5)
memperngaruhi respon
201011. Kepatenan jalan nafas pasien terhadap
(2-5) ketidaknyamanan
- Dukung istirahat atau
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri

Hari/Tgl Dx.kep Implementasi Evaluasi Paraf


-Membuka jalan nafas S : Klien
Senin,20 dengan teknik chin lift mengatakan
September atau just thrust nafasnya masih
2017 sebagaimana mestinya sesak

O : Klien tampak
Ketidakefektifan gelisah
bersihan jalan nafas RR:

A:
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
tidak adekuat

P : lanjutkan
intervensi
-
-
-
- monitor tanda-tanda S : klien
Senin,20 vital mengatakan
September TD : 120/80 badannya masih
2017 RR : 35x/mnt sedikit panas
Suhu : 380C
-kompres dingin pada O : Klien tampak
Hipertermi dahi sudah tidak gelisah
SUHU

A : masalah
hipertermi tidak
adekuat

P : lanjutkan
intervensi
- memonitor S : Klien
Senin,20 pertumbuhan dan mangatakan masih
September perkembangan nyeri ketika
2017 menelan

Ketidakseimbangan O : BB masuk
nutrisi : kurang dari rumah sakit = 45kg
kebutuhan tubuh belum ada
penambahan
IMT

A : masalah
keseimbangan
nutrisi tidak
adekuat

P : lanjutkan
intervensi
-menentukan S : klien
Senin, 20 kebutuhan frekuensi mengatakan sudah
September untuk melakukan tidak susah tidur
2017 pengkajian namun
ketidaknyamanan tenggorokannya
pasien dan masih terasa nyeri
mengiplemantasikan
rencana monitor O : klien tampak
lemas
Gangguan rasa
nyaman A : masalah
gangguan rasa
nyaman tidak
adekuat

P : lanjutkan
intervensi

Hari/Tgl Dx.kep Implementasi Evaluasi Paraf


Selasa, 21 - Membuka jalan S : klien
September nafas dengan teknik mengatakan
2017 Ketidakefektifan chin lift atau thrust batuknya kering
bersihan jalan nafas sebagaimana mestinya dan tidak ada
- membuang secret dahaknya lagi
dengan memotivasi O : klien tampak
pasien untuk tenang
melakukan batuk atau A : masalah
menyedot lendir keidakefektifan
jalan nafas idak
adekuat
P : lanjutkan
intervensi
Selasa, 21 - memonitor S : klien
September pertumbuhan dan mengatakan bisa
2017 perkembangan makan walau hanya
Ketidakseimbangan - memonitor sedikit
nutrisi : kurang dari kecendrungan turun O : berat badan
kebutuhan tubuh dan naiknya berat klien bertambah,
badan awal masuk RS
45kg sekarang
46kg
A : masalah nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
tidak adekuat
P : lanjutkan
intervensi
Selasa, 21 - monitor TTV S : klien
September Hipertermi TD : 120/80 mmHg mengatakan
2017 Suhu 380C panasnya sudah
-kompres pada dahi turun
O : klien tampak
tenang
A : masalah
hipertermi adekuat
P : intervensi
dilanjutkan
Selasa, 21 - menentukan S : klien
September kebutuhan frekuensi mengatakan masih
2017 untuk melakukan merasakan nyeri di
pengkajian tenggorokannya
ketidaknyamanan O : klien tampak
pasien dan memegang
Gangguan rasa mengiplemantasikan tenggorokannya
nyaman rencana monitor A : masalah
-mengendalikan factor gangguan rasa
lingkungan yang dapat nyaman tidak
memperngaruhi adekuat
respon pasien P : intervensi
terhadap dilanjutkan
ketidaknyamanan.

Hari/Tgl Dx.kep Implementasi Evaluasi Paraf


Rabu, 22 Ketidakefektifan - Membuka jalan S : klien
September bersihan jalan nafas nafas dengan teknik mengatakan
2017 chin lift atau thrust nafasnya sudah
sebagaimana mulai teratur
mestinya O : klien tampak
- membuang secret tenang
dengan memotivasi A : masalah
pasien untuk ketidakefektifan
melakukan batuk atau bersihan jalan nafas
menyedot lendir adekuat
-melakukan P : intervensi di
fisioterapi dada hentikan
Rabu, 22 Ketidakseimbangan - memonitor S : klien sudah mau
September nutrisi : kurang dari pertumbuhan dan makan
2017 kebutuhan tubuh perkembangan O : berat badan
- memonitor klien bertambah,
kecendrungan turun awal 45kg sekarang
dan naiknya berat 48kg
badan A : masalah nutrisi
- menentukan pola kurang dari tubuh
makan adekuat
P : intervensi
dihentikan
Rabu, 22 - memastikan S : klien
September kepatenan jalan nafas mengatakan
2017 - memonitor tanda- badannya sudah
Hipertensi tanda vital tidak panas lagi
-memberikan metode O : klien lebih
pendinginan eksternal tenang
(msl; kompres dingin A : masalah
pada leher, abdomen, hipertermi adekuat
ketiak) P : intervensi
dihentikan
Rabu, Gangguan rasa - menentukan S : klien
September nyaman kebutuhan frekuensi mengatakan
2017 untuk melakukan tidurnya mulai
pengkajian nyenyak
ketidaknyamanan O : klien lebih
pasien dan terlihat segar
mengiplemantasikan A : masalah
rencana monitor gangguan rasa
-mengendalikan nyama adekuat
factor lingkungan P : intervensi
yang dapat dihentikan
memperngaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
-mendukung istirahat
atau tidur yang
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada Nn. M dengan
diRS.M.Jamil Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik yang
mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan.

Tujuan pambahasan ini adalah : untuk menemukan antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus yang sebenarnya dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan pada Nn. M selama tahap pengkajian penulis
tidak mendapatkan kesulitan karena klien dan keluarga bersedia memberikan informasi yang
diperlukan penulis dan klien bersedia kooperatif kepada penulis.
 Makanan atau Cairan
Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teoritis juga ditemukan pada
kasus yaitu : Hilang nafsu makan (anoraksial), penurunan berat badan.
 Pernafasan
Pada teori ditemukan adanya :
Minat merokok (perokok). Sedangkan pada kasus ditemukan.
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas kurang dari kebutuhan sekresi berlebihan sekunder akibat proses
inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi bakteri.
4. perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ditandai dengan
kurang nafsu makan atau kurang minat makan, nyeri tenggorokan, penurunan berat badan.
4.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan kelanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi
masalah yang timbul. Adapun intervensi pada tinjauan kasus disesuaikan dengan fasilitas yang
ada diRS.M Jamil Padang, secara umum intervensi yang diberikan kepada Nn. berupa
penyuluhan dan anjuran.
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan realisasai dan rencana tindakan keperawatan dalam secara teoritis
dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhn pasien, penetapan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang mencakup tindakan independent dan dependent
a. Independent
Tindakan secara mandiri (independent) adalah tindakan yang dilakukan untukmengatasi
kesehtan dan memenuhi kebutuhan pasien seperti :
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga rentang kelanjutan
pengobatan
- Kolaborasi dengan dokter rentang pemberian terapi
- Kolaborasi dengan team gizi
b. Dependent
Hal ini tidak dilakukan karena sarana dan prasarana serta fasilitas RS.M Jamil Padang
sudah memadai untuk menanggulangi masalah yang dihadapi

4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam tahapan proses keperawatan evaluasi berguna
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dievaluasi,
berorientasi sesaat dimana yang timbul dan dialami pasien serta berorientasi pada saat pasien
dirawat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang
biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang
dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3
tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga
obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan
mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada
anak.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi
karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia,
merokok dan minum-minum alkohol dan alergi. Adapun gejala klinis yang sering kita temukan
pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas
bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan
inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru.
Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak. Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian
antibiotik yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu
dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur
kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, diagnosis penderita masih
belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai. Prognosis untuk penderita laringitis akut
ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada
usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan
endotrakeal atau trakeostomi.

5.2 Saran
Bagi klien

Disarankan kepada klien agar meningkatkan pembinaan pola hidup sehat, dan memahami
perlunya menjaga kesehatan mengenai faktor-faktor resiko penyakit.

Bagi perawat
Hendaknya berperan aktif dengan menanyakan apa yang dirasakan klien dan keluarga
selama menderita penyakit laringitis sehingga perawat melakukan pengkajian keperawatan,
menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Nn. M. Degan Gangguan Sistem
pernafsan : Laringitis, RS.M.Jamil Padang sehingga terjalin kerjasama yang baik sesuai dengan
prioritas masalah kesehatan klien dan tercapailah hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2010,931& Obat,
Bandung:Mizan Media Utama,2013,13-20
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease, New york,
Thieme medical publisher:2011:414-15
Brooker, Chris. (2012). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,2010,369-76
Corwin, Elizabeth J. (2011). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2010,190 - 200
Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery
Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,20101:9
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck
Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,2011:391-99
Mansjoer, Arif.2011. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.

You might also like