Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-
lain. Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena laringitis.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Laringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan
awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi
saluran pernafasan akut pada tahun 1998 dan sekitar 25 juta pasien biasanya disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan (Somro, 2011). Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus
laringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat jalan dengan presentase
jumlah penderita 1,5 % atau sebanyak 214.781 orang (Departemen Kesehatan, 2004). Penyakit
laringitis akut menurut data dinas kesehatan Kota Bandar Lampung adalah penyakit yang masuk
ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak dari seluruh puskesmas di Bandar Lampung yang
termasuk pasien lama dan pasien baru dalam periode Januari−Mei 2014 (Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, 2014). Menurut data dari Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung laringitis
akut juga memasuki urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan menduduki urutan kelima
pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. (Rusmarjono dan hermani,
2007).
Dalam pengobatan Laringitis sangat penting untuk memastikan penyebab dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan Laringitis yang disebabkan
oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang tepat dalam pengobatan
Laringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi (Wierzbanowska, 2009). Ketidaktepatan
peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya
kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui
injeksi yang tidak steril dan pemborosan sumber daya kesehatan yang langka (World Health
Organization, 2009). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007 mengeluarkan
standar pelayanan di fasilitas kesehatan yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai
beberapa macam penyakit termasuk penyakit laringitis akut. Standar tersebut meliputi definisi,
etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, penegakan diagnostik, komplikasi serta penatalaksanaan
Laringitis akut. Dari latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian untuk melihat
kesesuaian peresepan obat Laringitis akut t erhadap standar pengobatan Laringitis akut di
Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013.
Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau iritasi pada pita suara. Pita suara
tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh
udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak.pada
beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah dan tidak terdengar. Laringitis dapat
terjadi dalam waktu singkat (akut) atau berlangsung (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun
laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradangan akibat virus, suara serak
yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan
laring anatomi.
Gambar 1.1 Anatomi laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung
dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas antara laring adalah aditus laring
sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os
hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada
struktur laring katilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap/alae kartilago tiroid. Sementara itu
kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat
kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak
pasangan kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosesus vokalis anterior
dan prosessus muskularis lateralis. Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang
dari korda vokalis sedangkan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian
pita suara yang dapat bergetar.
Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago
epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang
berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga
terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis.
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan,
emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara
bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga
dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar
kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga
mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan
mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus,
serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis
dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada. (Cohen JL 2010,369-76)
2.4 Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari
infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya
mengenai pita suara. Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau
regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih
serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari
beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza,
pertusis, campak dan difteri. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2010,190 – 200)
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti
difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga
terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti
selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi
karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang
mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut
gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas
atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3
minggu. Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar
debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular.
Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2010,13-20)
2.6 Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk
memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi
pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan
menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2010 , 432)
Kasus :
Seorang pasien RS.M.Jamil Padang bernama Nn.M berusia 35 tahun mengeluh suaranya
hilang Nn.M ini sehari-hari bekerja sebagai penyanyi di klub dan perokok. Awalnya Nn.M
merasa tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan berbicara serta batuk kering yang lama
kelamaan batuknya berdahak kental, disertai demam yang sudah berlangsung sekitar 3 minggu.
Nn.M terus mengeluh tidak nafsu makan karena sakit ketika menelan dan mengalami penurunan
berat badan 2kg. Nn.M susah tidur karena rasa gatal ditenggorokan disertai batuk dan tampak
gelisah. Nn. M hanya tidur 5 jam pada malam hari, dan siang hari tidak dapat tidur siang.
Pengkajian :
Nama : Nn. M
Usia : 35 th.
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Penyanyi
Status : Belum Menikah
Pemeriksaan penunjang :
Hasil pemeriksaan laringoskopi menunjukan pita suara yang meradang merah dan
bengkak. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama
dibagian atas dan bawah glottis.
Kedaan umum : Compos Mentis (sadar penuh)
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Frekuensi Nadi : 84x/menit
Frekuensi nafas : 35x/menit
Suhu : 38,0C
Berat badan : 45kg
Tinggi Badan : 160 cm
O : Klien tampak
Ketidakefektifan gelisah
bersihan jalan nafas RR:
A:
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
tidak adekuat
P : lanjutkan
intervensi
-
-
-
- monitor tanda-tanda S : klien
Senin,20 vital mengatakan
September TD : 120/80 badannya masih
2017 RR : 35x/mnt sedikit panas
Suhu : 380C
-kompres dingin pada O : Klien tampak
Hipertermi dahi sudah tidak gelisah
SUHU
A : masalah
hipertermi tidak
adekuat
P : lanjutkan
intervensi
- memonitor S : Klien
Senin,20 pertumbuhan dan mangatakan masih
September perkembangan nyeri ketika
2017 menelan
Ketidakseimbangan O : BB masuk
nutrisi : kurang dari rumah sakit = 45kg
kebutuhan tubuh belum ada
penambahan
IMT
A : masalah
keseimbangan
nutrisi tidak
adekuat
P : lanjutkan
intervensi
-menentukan S : klien
Senin, 20 kebutuhan frekuensi mengatakan sudah
September untuk melakukan tidak susah tidur
2017 pengkajian namun
ketidaknyamanan tenggorokannya
pasien dan masih terasa nyeri
mengiplemantasikan
rencana monitor O : klien tampak
lemas
Gangguan rasa
nyaman A : masalah
gangguan rasa
nyaman tidak
adekuat
P : lanjutkan
intervensi
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada Nn. M dengan
diRS.M.Jamil Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik yang
mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan.
Tujuan pambahasan ini adalah : untuk menemukan antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus yang sebenarnya dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan pada Nn. M selama tahap pengkajian penulis
tidak mendapatkan kesulitan karena klien dan keluarga bersedia memberikan informasi yang
diperlukan penulis dan klien bersedia kooperatif kepada penulis.
Makanan atau Cairan
Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teoritis juga ditemukan pada
kasus yaitu : Hilang nafsu makan (anoraksial), penurunan berat badan.
Pernafasan
Pada teori ditemukan adanya :
Minat merokok (perokok). Sedangkan pada kasus ditemukan.
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas kurang dari kebutuhan sekresi berlebihan sekunder akibat proses
inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi bakteri.
4. perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ditandai dengan
kurang nafsu makan atau kurang minat makan, nyeri tenggorokan, penurunan berat badan.
4.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan kelanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi
masalah yang timbul. Adapun intervensi pada tinjauan kasus disesuaikan dengan fasilitas yang
ada diRS.M Jamil Padang, secara umum intervensi yang diberikan kepada Nn. berupa
penyuluhan dan anjuran.
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan realisasai dan rencana tindakan keperawatan dalam secara teoritis
dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhn pasien, penetapan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang mencakup tindakan independent dan dependent
a. Independent
Tindakan secara mandiri (independent) adalah tindakan yang dilakukan untukmengatasi
kesehtan dan memenuhi kebutuhan pasien seperti :
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga rentang kelanjutan
pengobatan
- Kolaborasi dengan dokter rentang pemberian terapi
- Kolaborasi dengan team gizi
b. Dependent
Hal ini tidak dilakukan karena sarana dan prasarana serta fasilitas RS.M Jamil Padang
sudah memadai untuk menanggulangi masalah yang dihadapi
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam tahapan proses keperawatan evaluasi berguna
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dievaluasi,
berorientasi sesaat dimana yang timbul dan dialami pasien serta berorientasi pada saat pasien
dirawat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang
biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang
dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3
tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga
obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan
mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada
anak.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi
karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia,
merokok dan minum-minum alkohol dan alergi. Adapun gejala klinis yang sering kita temukan
pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas
bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan
inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru.
Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak. Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian
antibiotik yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu
dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur
kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, diagnosis penderita masih
belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai. Prognosis untuk penderita laringitis akut
ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada
usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan
endotrakeal atau trakeostomi.
5.2 Saran
Bagi klien
Disarankan kepada klien agar meningkatkan pembinaan pola hidup sehat, dan memahami
perlunya menjaga kesehatan mengenai faktor-faktor resiko penyakit.
Bagi perawat
Hendaknya berperan aktif dengan menanyakan apa yang dirasakan klien dan keluarga
selama menderita penyakit laringitis sehingga perawat melakukan pengkajian keperawatan,
menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Nn. M. Degan Gangguan Sistem
pernafsan : Laringitis, RS.M.Jamil Padang sehingga terjalin kerjasama yang baik sesuai dengan
prioritas masalah kesehatan klien dan tercapailah hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2010,931& Obat,
Bandung:Mizan Media Utama,2013,13-20
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease, New york,
Thieme medical publisher:2011:414-15
Brooker, Chris. (2012). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,2010,369-76
Corwin, Elizabeth J. (2011). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2010,190 - 200
Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery
Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,20101:9
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck
Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,2011:391-99
Mansjoer, Arif.2011. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.