Professional Documents
Culture Documents
Bab 1-3 Lap PLC
Bab 1-3 Lap PLC
PENDAHULUAN
1
Untuk meningkatkan produksinya, guna menunjang hal tersebut maka
perlu adanya ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang proses produksi yang
secara kualitas dan kuantitasnya memenuhi syarat. Salah satu komponen bahan
penunjang proses produksi yang terpenting dalam pembuatan polyester adalah
upaya pengelolaan limbah cairnya. Limbah cair yang dihasilkan ada 2 jenis yaitu
sludge yang berasal dari PTA yang diolah di incinerator online dan limbah cair
yang berasal dari poly dan PTA yang diolah di Wash Water Treatment Plant. Dari
upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap
lingkungan sehingga memenuhi baku mutu PERMEN LH RI NO 5 TAHUN 2014
tentang baku mutu air limbah untuk industri tekstil, sehingga dapat mengurangi
pula dampak terhadap kesehatan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan.
b. Apa Saja Parameter yang Diperiksa pada Pengolahan Limbah di PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk ?
c. Berapa Kali Frekuensi yang Dilakukan pada Pengolahan Limbah di PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk ?
d. Apa Baku Mutu yang Digunakan pada Pengolahan Limbah di PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk ?
e. Bagaimana Pengolahan Teknik yang Dilakukan pada Pengolahan Limbah
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk ?
f. Bagaiman Pemeliharaan Sarana Pengolahan Limbah di PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk ?
1.3 Tujuan
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan setelah melakukan kegiatan pembelajaran praktek lapangan
industri, mahasiswa :
1.3.2.1 Mensketsa sistem pemantauan kualitas limbah cair
a. Prosedur dan cara pengambilan sampel limbah cair
b. Parameter yang diperiksa
c. Frekuensi yang dilakukan
d. Baku mutu yang digunakan
1.3.2.2 Mensketsa sistem pengolahan limbah cair
a. Pengolahan teknik yang dilakukan
b. Pemeliharaan sarana
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan Praktik Belajar Lapangan di
PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang adalah :
1.4.1. Industri
a. Memberikan informasi mengenai hasil observasi yang dilakukan.
b. Memberikan bahan masukan pada pihak Industri mengenai hasil
pemantauan dan pengolaan limbah cair di PT. PT.Asia Pacific
Fibers, Tbk Karawang yang telah dilakukan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pemantauan dan
pengolaan limbah cair di PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang .
1.4.2 Institusi
a. Bahan kajian proses pembelajaran dalam Praktek Belajar Lapangan
(PBL) di industri
b. Bahan masukan terhadap kesesuaian kurikulum dengan kualitas para
mahasiswa.
c. Menambah bahan bacaan di Pustaka.
3
1.4.3 Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktek belajar
lapangan di PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang bagian EHS atau
P2K3L.
b. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan ilmu kesehatan
lingkungan khususnya dalam pengelolaan limbah cair di industri.
c. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang diperoleh
selama kuliah dengan kenyataan di lapangan, khusunya bidang
pengelolaan limbah cair di industri.
d. Mahasiswa mampu memberikan bahan masukkan kepada PT Asia
Pacific Fibers, Tbk mengenai hasil pengukuran yang telah dilakukan
sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan di industri
4
Fibers, Tbk terletak di Karawang dan Semarang dengan konsentrasi pembuatan
produk yang berbeda.
PT Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan satu-satunya produsen polyester
yang terintegrasi di Indonesia, dengan fasilitas pabrik PTA, Polymer dan Fiber
yang terletak di Karawang, Jawa Barat, dan fasilitas pabrik benang polyester
yang terbesar di Indonesia terletak di Semarang, Jawa Tengah. Anak
perusahaan PT. Texmaco Jaya, Tbkyang bergerak dalam bidang pertenunan
dan penyempurnaan tekstil yang berada di Karawang Jawa Barat dan Pemalang
Jawa Tengah.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu perusahaan penghasil
polyester terkemuka di Indonesia. Perseroan menjalankan rangkaian proses
produksi polyesternya mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi
dengan mengutamakan mutu dan konsistensi. Sebagai pelopor industri di
Indonesia,
PT Asia Pasific Fibers, Tbk memiliki visi menjadi salah satu perusahaan
kelas dunia dengan penciptaan produksi terbaik secara konsisten untuk
menyediakan produk-produk yang senatiasa memuaskan pelanggan. Untuk
mewujudkan visi tersebut.PT Asia Pasific Fibers, Tbk mengemban misi untuk
menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan produk yang berkualitas
prima dengan biaya yang kompetitif dan upaya pengiriman tepat waktu serta
inovasi produk yang berkesinambungan.
Misi yang di emban perusahaan telah dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, terbukti dengan didapatnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang
“Kebijakan Mutu” atau company policy yang didapat oleh perusahaan.Sasaran
utama dari perusahaan adalah mempertahankan dan meningkatkan posisi dalam
hal mutu dan biaya. Berkembangnya perubahan struktur teknologi yang cepat
yang terjadi di industri polyester, maka PT Asia Pasific Fibers, Tbk
menerapkan metode berorientasi pada pasar dan moderenisasi peralatan serta
teknik untuk meningkatkan daya saing mutu biaya produk.
PT Asia Pasific Fibers, Tbk Dalam menjalankan industrinya mempunyai
PKB (Perjanjian Kerjaa Bersama) yang dibuat berlandaskan Undang-undang
5
ketenagakerjaan dan peraturan perundangan yang terkait dengan tujuan dengan
terciptanya hubungan kerja yang kooperatif dan harmonis antara pengusaha
dan pekerja. PKB (Perjanjian Kerja Bersama) dijadikan sebagai tolak ukur
untuk mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dan pihak perusahaan,
penyelesaian masalah, serta perbedaan pendapat. Rangkuman dari isi PKB
(Perjanjian Kerja Bersama) menyangkut:
1. Ketentuan umum
2. Hak dan kewajiban masing-masing pihak
3. Hubungan kerja dengan syarat kerja
4. Tata tertib kerja, pelanggaran dan sanksi
5. Pengupahan dan cuti
6. Jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja
7. Keselamatan dan kesehatan kerja
8. Pakaian kerja dan alat kerja
9. Pengembangan organisasi,sumber daya manusia, dan hubungan
industrial
10. Berakhirnya hubungan kerja
6
2. Misi :
Untuk menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan produk
yang berkualitas prima dengan biaya yang berkompetitif dan upaya
penyerahan tepat waktu serta inovasi produk yang berkesinambungan.
7
Telephone
Nama : Thomas
Jabatan : Senior Superitemdemts
Alamat : -
Nomor Telephone : 085319535555
8
1.5.4 Lahan dan Letak
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terletak di desa Kiara Payung, Kecamatan
Klari – Karawang, Jawa Barat dengan batas lokasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pasir Pogor, Desa Babakan
Sebelah Timur : PT. Fleece, PT. Devrindo dan PT. Texmaco
Jaya
Sebelah Barat : Sungai Citarum
Sebelah Selatan : Lahan Kosong, Sungai Citarum dan
Perumahan Karyawan
Kegiatan tersebut menempati areal seluas 250.745 m2 yang dilengkapi
dengan bangunan pabrik, bangunan kantor, gudang, tempat bongkar muat
bahan baku dan produk, jalan tempat parkir dan water treatment serta taman
terbuka. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 1.3 dan gambar 1.4
Tabel 1.3
Penggunaan Lahan
No Uraian bangunan Luas Areal % Keterangan
(m2)
Lahan Terbangun
1 Induk Spinning 10.682 4.26 Permanen
2 Fiber Line Baling 10.731 4.27 Permanen
3 Bale Storage 18.184 7.25 Permanen
4 PTA 3.705 1.48 Permanen
5 Bangunan Penunjang 3.212 1.28 Permanen
6 Tank Farm (9 Unit) 3.705 1.48 Permanen
7 Pabrik Lantai 1-8 3.700 1.48 Permanen
Luas Lahan Terbangun 53.919 21.5 Permanen
Lahan Terbuka
1 Taman dan Lahan Kosong 163.296 65.12
2 Road/Jalan 20.960 8.36 Permanen
9
3 Faved Area 12.570 5.02 Permanen
Luas Lahan Terbuka 196.826 78.5
Lahan Terbangun dan Lahan 250.745 100
Terbuka
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk 2015
1.5.5 Produksi
1.5.5.1 Jenis dan Kapasitas Produksi
PT Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang industri bahan baku tekstil (PTA, PET, dan Staple Fibre).
Jenis dan kapasitas produksi per tahun selengkapnya akan disajikan pada Tabel
1.4
Tabel 1.4
Jenis dan Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi/Tahun
No Jenis Produksi
Izin, unit Riil, unit *)
1. Pure Tereptahlic Acid 340.000 Ton 340.000 Ton
2. Poly Ethylene Terepthlate 350.000 Ton 350.000 Ton
3. Staple Fiber 228.000 Ton 228.000 Ton
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk2015
10
Adapun jumlah tenaga kerja keseluruhan pada PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
sebagai berikut :
Tabel 1.5
Tenaga Kerja di PT. Asia Pacific Fibers Tbk.
Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
Klasifikasi WNI
Pekerja Lk W Jumlah Komuter WNA SLTP SLTA D3/S1
Lokal
Harian
Manager 34 1 35 25 -- 10 -- 4 31
Keatas
Staff 330 36 366 218 148 -- -- 128 238
Buruh/ 765 12 777 459 318 -- -- 683 94
karyawan
Lainnya -- -- -- -- -- -- -- -- --
Total 1129 49 1178 702 466 10 -- 815 363
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2015
11
Acetid Acid 6.970 Cair Truk tangki Korosif Import 100 0
NPA 75 Cair Truk tangki Mudah Import 99,29 0,71
terbakar
Caustic 2.125 Cair Truk tangki Korosif Import 100 0
PTA 204.000 Bubuk Vessel Eksplosif Produk 60 0
sendiri
136.000 Bubuk Vessel Eksplosif Lokal/ 40 0
import
MEG 94.900 Cair Truk tangki Tidak Import/ 100 0
Berbahaya local
Bahan Penolong
Manganese 38 Bubuk Truk tangki Logam Import 98,42 1,58
Acetate berat
Cobalt Hydrixide 351 Bubuk Truk tangki Logam Import 99,77 0,23
berat
Hydrobromic 79 Cair Truk tangki Korosif; Import 98,99 1,01
Acid beracun
Antimony 85 Bubuk Truk tangki Korosif; Import 99,38 0,62
Triacetate beracun
Cobalt Acetate 43 Bubuk Truk tangki Tidak Import 99,38 0,62
berbahaya
Trimetil Phospate 85 Cair Truk tangki Tidak Import 99,38 0,62
berbahaya
TiO2 850 Bubuk Kertas
Spin Finish Oil 126 Cair Drum Tidak Import 99,85 0,15
berbahaya
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk 2015
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari setiap fase di atas terdapat beberapa jenis pengolahan yang dapat
diterapkan. Dari beberapa jenis itu maka akan dipilih salah satu yang
13
diperkirakan memberikan manfaat yang terbaik. Selain itu, perlu diketahui
juga bahwa untuk mengolah air limbah tidaklah harus selalu mengikuti tahap-
tahap yang ada di atas, akan tetapi perlu diadakan penyesuaian dengan
kebutuhan yang ada. Dengan demikian setiap unit bangunan pengolahan air
limbah akan berbeda-beda teknik yang dipergunakan dan tidak semua tahap
perlu dilalui.
14
Untuk mengangkut pasir yang telah mengendap di dasar bak dapat
digunakan alt penyedot pasir (grit dragger). Selain itu dapat
dipergunakan juga alat pengangkut pasir yang dikenal sebagai
Macarator. Alat ini berfungsi untuk mengumpulkan pasir yang
mengendap di dasar bak ke satu tempat dengan menggunakan
penggaruk. Setelah pasir terkumpul pada satu tempat tersendiri, maka
dengan menggunakan alat tangga berjalan maka pasir dibawa keatas
untuk dibuang.
2. PENGOLAHAN PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)
Jika di dalam pengolahan pendahuluan bertujuan untuk mensortir
kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat, memisahkan lemak, maka pada
pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur
melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan
utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena
adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan
untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel
kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan
mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan
pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi.
Apabila tujuan utama pengoperasian untuk menghasilkan hasil
buangan ke sungai dengan sedikit partikel zat tercampur maka peralatan
yang digunakan dikenal sebagai Clarifier, sedangkan apabila
penekanannya menghasilkan partikel padat yang jernih maka dikenal
dengan Thickener. Kedua peralatan ini biasanya dipergunakan setelah air
limbah melewati reaktor biologis.
3. PENGOLAHAN KEDUA (SECONDARY TREATMENT)
Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk
mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di
dalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran jenis kekotoran yang da dan
sebagainya. Reaktor pengolahan lumpur aktif dan saringan penjernihan
15
biasanya dipergunakan dalam tahap ini. Pada proses penggunaan lumpur
aktif (activated sludge), maka air limbah yang telah lama ditambahkan
pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri
secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik
berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed
Liquor Suspended Solid). Terdapat dua hal yang penting dalam proses
biologis ini antara lain:
1. Proses penambahan oksigen
2. Proses pertumbuhan bakteri
3. Proses Penambahan Oksigen (Aerasi)
16
Busa merupakan masalah negatif yang timbul sebagai akibat
pemberian udara selama fase endogenous (fase saat bakteri tidak
menerima makanan baru) di mana kebutuhannya hanya sekitar 10% dari
fase asimilasi (fase saat air buangan masih berada di kolam aerasi).
Pengurangan dari penyediaan udara sekitar 3 jam setelah pemberian
lumpur tambahan sudah dapat merusak atau menghentikan proses.
Kerusakan utama disebabkan kelebihan muatan atau tidak cukupnya waktu
untuk oksidasi, sehingga kebutuhan oksigen tidak cukup dan bahan
organik menjadi masih tertinggal.
17
diperlukan 0,7-0,9 kg oksign/jam untuk dimasukkan ke dalam
lumpur aktif.
18
lumpur yang baru, sehingga pertumbuhan bakteri dapat terus
berlangsung.
Dengan demikian penambahan kembali bahan lumpur yang
telah banyak mengandung makanan dan bakteri sangat diperlukan.
Lumpur yang biasanya dipergunakan untuk penambahan makanan ini
disebut lumpur aktif (activated sludge), di mana pemberiannya
dilakukan sebelum memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur
dari bak pengendapan kedua atau dari bak pengendapan terakhir (final
sedimentation tank).
19
Saringan dengan tanah diatomeus atau perlite (siliceous rock)
dengan kepadatan 0,16 gr/cc. Saringan ini dapat menghasilkan 0,34-
3,4 L/m3/detik, dan banyak dipergunakan pada industri dan kolam
renang. Kelemahannya adalah memerlukan biaya yang sangat tinggi.
d. Mikrostaining
Saringan mikrostaining terdiri dari bahan drum yang diputar,
sedangkan drum itu dibungkus ayakan bahan stanless steel. Pada
penggunaannya drum berputar dengan 2/3 bagian dari drum yang
terendam di dalam air limbah. Dengan demikian air yang cukup jernih
dapat masuk ke dalam drum, sedangkan lumpurnya tertahan pada
ayakan pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas
pada waktu berputar. Pada saat lumpur berada pada daerah yang tidak
terendam air maka lumpur tersebut disemprot dengan air sehingga
terbawa ke luar. Tenunan bahan stainless steel berdiameter 20-50
mikron akan menghasilkan debit penyaringan sebanyak 2-6,8
L/m2/detik.
e. Vacum Filter
Saringan ini terdir dari drum horisontal yang dilapisi dengan filter
medium atau spiral, kemudian drum diputar di dalam campuran lumpur
dan limbah dengan ¼ bagian dari drum terendam ke dalam larutan.
Dengan adanya penyedotan yang dilakukan dari dalam drum, maka
kotoran akan menempel pada lapisan filter sedangkan airnya dapat
masuk ke dalam drum untuk di buang. Kotoran yang menempel
akhirnya akan terbawa oleh putaran drum ke atas dan selama berada di
luar air limbah akan mengalami pengeringan, setelah kering kotoran
akan dikerok oleh penggaruk yang telah dipasang secara tetap. Setelah
mengalami pengerokan maka lapisan tersebut akan masuk kembali
kedalam air limbah.
f. Penyerapan (adsorbtion)
Penyerapan secara umum adalah proses mengumpulkan benda-
benda terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua permukaan.
20
Antarpermukaan itu bisa antara cairan dan gas, zat padat atau lain
cairan, bahkan penyerapan dipergunakan pada permukaan zat padat
dan zat yang kental. Walaupun proses tersebut dapat terjadi pada
seluruh permukaan benda, maka yang sering terjadi adalah bahan padat
yang menyerap partikel yang berada di dalam air limbah. Bahan yang
akan di serap disebut adsorbate atau solute sedangkan bahan
penyerapnya disebut adsorbent. Pada penjernihan air limbah
dipergunakan untuk pengurangi pengotoran bahan organik, partikel
termasuk benda yang tidak dapat diuraikan (nonbiodegradable)
ataupun gabungan antara bau, warna dan rasa.
Banyak bahan-bahan padat dipergunakan sebagai bahan penyerap
untuk mengurangi kekeruhan dari suatu cairan, diantaranya:
- Karbon aktif
- Molekuler sieves
- Larutan Alumunium aktif
g. Pengurangan Besi dan Mangan
Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air dengan melakukan
oksidasi menjadi Fe(OH)3 dan MnO2yang tidak larut di dalam air,
kemudian di ikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator
utama adalah molekul oksigen dari udara, klorin atau KMnO4,
sedangkan kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh jenis dan kadar
oksidator, pH, kesadahan, dan kemungkinan ditambahkannya
katalisator. Oksigen terlarut mengubah Fe dan Mn menjadi komponen
yang tidak larut.
h. Perubahan CN
Sianida dijumpai pada air limbah yang berasal dari pengolahan
besi khususnya pada bagian pelapisan CN. Kebanyakan sianida dalam
air llimbah industri berada sebagai CN- atau logam kompleks. Sianida
adalah bahan beracun bagi ikan dan kehidupan air lainnya pada kadar
dibawah 1mg/L. Pada proses pengolahan air limbah secara biologis,
maka bakteri masih bisa mengadakan adaptasi pada kadar dibawah
21
30mg/l. Pada proses pengolahan umumnya oksidasi dengan klor atau
hipoklorit dilakukan pada suasana basa.
i. Osmosis Bolak-balik
Osmosis bolak-balik adalah proses di mana air dipisahkan dari
garam yang larut di dalam cairan melalui penyaringan lapisan
tipis/selaput yang lentur, pada tekanan yang lebih bila dibandingkan
dengan tekanan osmosis yang disebabkan oleh larutan garam di dalam
air limbah
.
5. PEMBUNUHAN BAKTERI (DESINFEKTION)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme
pembunhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan
mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin
dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau
menginaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel.
Mekanisme lain dari desinfeksi adalah dengan merusak langsung dinding
sel seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan radiasi ataupun
panas.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
bahan kimia bila akan dipergunakan sebagai bahan desinfeksi antara lain:
a. Daya racun zat kimia tersebut
b. Waktu kontak yang diperlukan
c. Efektivitasnya
d. Rendahnya dosis
e. Tidak toksis terhadap manusia dan hewan
f. Tetap tahan terhadap air
g. Biaya murah untuk pemakaian yang bersifat masal
22
Dari pertimbangan tersebut maka untuk menjernihkan air limbah
banyak dipergunakan bahan, antara lain klorin oksida dan komponennya,
bromin, rodine, permanganat, logam berat asam dan basa kuat.
Jumlah dan sifat lumpur air limbah dipengaruhi beberapa hal diantaranya:
23
Setelah lumpur mengalami pengolahan dengan diambil gas
kandungannya maka pemanfaatan selanjutnya adalah mengeringkan
lumpur tersebut. Sebelum proses pengeringan dilaksanakan maka
lumpur perlu diatur situasinya agar proses pengurangan air berjalan
lancar. Untuk maksud ini perlu dilakukan penambahan bahan kimia
agar partikel yang ada di dalam lumpur menjadi lebih besar. Adapun
ukuran penambahan bahan kimia adalah sama dengan ukuran yang
telah diuraikan pada proses pengentalan. Berikut ini adalah bak tempat
pengaturan lumpur dimana ke dalam bak ini di bubuhkan zat polimer
yang telah dilarutkan dicampur dengan lumpur dan diaduk dengan
pengaduk supaya merata. Dari bak ini barulah lumpur diangkut ke
tempat pengeringan.
4. Proses Pengurangan Air (dewatering)
Adalah unit operasi yang diterapkan untuk mengurangi kadar air
dari lumpur dengan berbagai alasan antara lain:
a. Biaya angkutan yang akan dikeluarkan untuk membuang lumpur
ketempat pembuanngan akan lebih rendah setelah air yang ada
dikurangi
b. Lumpur yang sudah diambil airnya lebih mudah untuk dikelola
seperti penggunaan truk, ban berjalan maupun traktor
c. Lumpur yang sudah diambil airnya dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar pada incinerator
d. Dengan diambil airnya maka lumpur menjadi tidak berbau dan
mudah membusuk
e. Hasil akhir dari lumpur yang diambil airnya umumnya dipakai
sebagai penimbun tanah dan mengurangi genangan air pada daerah
pembuangan sampah secara sanitary landfill
24
saringan hampa udara, pemutaran dan pemadatan. Pemilihan cara ini
berdasarkan dengan jenis lumpur yang dihadapi serta areal yang
tersedia. Untuk bangunan pengolahan air limbahnya yang kecil dan
tanah yang tersedia tidak merupakan masalah maka pengeringan secara
alamiah yaitu dengan penguapan yang dapat diterapkan, akan tetapi
karena pengaruh lainnya seperti terbatasnya areal serta teknik yang
telah dikuasai maka pilihan akan jatuh pada pengolahan secara
mekanis. Contohnya apabila menggunakan saringan bertekanan (filter
presser).
25
Pembuangan akhir dari lumpur dan zat padat biasanya tergolong dalam
pembuangan di tanah. Masalah utama dalam pembuangan ini adalah terletak
pada nilai ekonomis dari produk yang dihasilkannya. Metode yang baisanya
dipergunkan dari pembuangan di tanah adalah dengan menebarkan di atas
tanah embuat kolam, penimbunan dan pengisian tanah yang cekung (land
felling).
26
dilaksanakan secara kombinatif. Pemisahan proses menurut karakteristik
limbah sebenarnya untuk memudahkan pengidentifikasian peralatan.
b. Proses Fisik
Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika, yaitu proses
pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia.
Proses-prosestersebut di antaranya adalah : penyaringan, penghancuran,
perataan air, penggumpalan, sedimentasi, pengapungan, Filtrasi,
b. Proses Kimia
Proses secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi
konsentrasi zat pencemar di dalam limbah. Kegiatan yang termasuk
dalam proses kimiadi antaranya adalah pengendapan, klorinasi, oksidasi
dan reduksi, netralisasi, ion exchanger dan desinfektansia.
c. Proses Biologi
Proses pengolahan limbah secara biologi adalah memanfaatkan
mikroorganisme (ganggang, bakteri, protozoa) untuk mengurangi
senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana dan
dengan demikian mudah mengambilnya. Proses ini dilakukan jika proses
fisika atau kimia atau gabungan kedua proses tersebut tidak memuaskan.
Proses biologi membutuhkan zat organik sehingga kadar oksigen
semakin lama semakin sedikit. Pada proses kimia zat tersebut diendapkan
dengan menambahkan bahan koagulan dan kemudian endapannya
diambil. Pengoperasian proses biologis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu operasi tanpa udara dan operasi dengan udara.
27
yang dapat dengan cepat melakukan adaptasi dengan kondisi yang baru.
Oleh karena itu kondisi lingkungan amat penting artinya dalam
pengendalian kegiatan mikroorganisme dalam air limbah.
Beberapa perlakuan dibutuhkan untuk memenuhi baku mutu:
a. Perlakuan primer
Penghilangan fisik bahan tersuspensi.
b. Perlakuan sekunder
Degradasi oleh mikroba untuk menghilangkan senyawa organik
terlarut.
Dua cara:
a. Degradasi anaerobik dalam sludge tank /activated sludge tank
b. Degradasi aerobik menggunakan trickling bed filter.
c. Perlakuan tersier
Pemisahan bahan terendapkan.Untuk menghilangkan sisa senyawa
organik dan mineral (biasanya berbeaya tinggi dan tidak selalu
dibutuhkan).
Contoh :
a. Fosfat dapat diendapkan dengan flokulasi menggunakan garam
yang mengandung aluminium,besi atau kalsium.
b. Mikroba pathogen dapat dihilangkan dengan khlorinasi atau
penyinaran UV.
c. Arang aktif dapat digunakan untuk menghilangkan senyawa oganik
rekalsitran.
d. Perlakuan Primer
Pemisahan fisik bahan organik tersuspensi dalam bak pengendapan
untuk mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD).
28
dan semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang
untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Berikut parameter hasil pengolahan :
a. BOD (Biological Oxigen Demand)
b. COD (Chemical Oxigen Demand)
c. SS (Suspended Solid)
d. TSS (Total Suspended Solid)
e. N-Ammonium (Nitrogen Removal)
f. N-Nitrit (Nitrogen Removal)
g. N-Nitrat (Nitrogen Removal)
h. P-Phospat (Phospourus Removal)
i. pH
29
Berikut adalah faktor – fsktor yang mempengaruhi kualitas limbah :
a. Volume limbah
b. Kandungan bahan pencemar
c. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002).
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam media air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal
menentukan apakah telah terjadi pecemaran dari kegiatan industri atau pabrik
dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu :
a. Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
b. Stream standard merupakan batas kadar limbah untuk sumberdaya tertentu,
seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang ditetapkan ini didasarkan
pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya (Darsono, 1995).
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam
air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu
air (Darsono, 1995).
Baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dari perbagai sektor. Untuk
melindungi sumber air sesuai dengan peruntukannya maka perlu ditetapkan
bakumutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif mutu limbah cair
yang telah ditetapkan dalam Permen LH No. 5 Tahun 2014.
Baku mutu limbah yang telah ditetapkan Gubernur dimaksudkan untuk
30
melindungi peruntukan air di daerahnya, dengan demikian dalam setiap kegiatan
yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke
dalam air pada sumber air limbah cair harus memenuhi persyaratan.
Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh
melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan, dan tidak
mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah (Darsono,
1995). Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke dalam
air pada sumber air, mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah (Darsono,1995).
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahaan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara
lain :
1. Gangguan Kesehatan
Air imbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air limbah
mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan
baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk,
lalat, kecoa, dan lain-lain)
31
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak
menganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi menganggu keindahan.
32
BAB III
METODE PRAKTIK
3.2.2 Sampel
Sampel yang diambil dalam praktikum ini adalah Limbah Cair yang telah
diolah oleh pihak Waste Water Treatment Proces di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Titik yang dijadikan lokasi untuk pengambilan sampel yaitu pada bak Clarifier 1
dan air yang akan dibuang ke Sungai Citarum setelah melalui berbagai Proses
pengolahan.
33
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Analisis Data
Analisis data hasil kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder tentang
sanitasi industri dan hasil observasi selanjutnya dianalisis dengan kegiatan sebagai
berikut :
1. Seleksi Data
Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap semua data yang telah terkumpul,
dengan maksud untuk menghindari adanya kekeliruan.
2. Klasifikasi Data
Yaitu melakukan pengelompokan atau klarifikasi sebagai jawaban dari data
yang diperoleh menurut aspek yang sama.
3. Tabulasi Data
Adalah kegiatan mentabulasi data yang telah diklarifikasi.
34
3.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang kami lakukan adalah perhitungan Sludge Volume pada
air limbah dari bak Clarifier 1. Untuk perhitungan MLSS, MLVSS, COD, BOD,
TSS, pH, Suhu dan logam berat lainnya dilakukan oleh pihak industri setiap hari
dan pihak ketiga yaitu PERUM JASA TIRTA II setiap satu bulan sekali.
Cara Pemeriksaan :
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Homogenkan Lumpur dalam beaker glass sebelum dimasukkan ke dalam
inhoff cone dengan menggunakan batang pengaduk atau dengan
diguncangkan dalam inhoff cone.
3. Biarkan Lumpur mengendap selama 30 menit.
4. Catat volume lumpur yang mengendap dalam satuan ml/L.
Cara Pembacaan :
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Tempat pengolahan yang tersedia ada 2 yaitu bak Anoxic dan Aeration
untuk mengolah limbah cair yang bersifat asam, dan ATE untuk mengolah limbah
cair yang bersifat basa. Untuk jenis limbah cair industri yang bersifat asam
dilakukan pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Secara biologi yaitu
dengan adanya mikroorganisme pada limbah cair tersebut (lumpur aktif), secara
kimia yaitu dengan penambahan coustik (NaOH) untuk menaikkan pH jika air
limbah yang diolah bersifat asam. Dalam proses ini COD dan BOD dapat
diturunkan sehingga 80%.
Teknik pengolahan yang dilakukan secara garis besar yaitu secara Biologi,
dengan menggunakan proses anaerob dan aerob, pada proses anaerob terdapat 2
tanki yaitu metanogenesis tank masing-masing berkapasitas 1000m3. Namun pada
saat berjalan proses tersebut beberapa tahun yang lalu dinilai tidak begitu efektif,
sehingga proses anaerob tidak digunakan kembali, hanya menggunakan proses
aerob.
36
Pada proses pengolahan limbah cair disini memiliki debit limbah yang
berasal dari Polymer plant sebanyak 4m3/jam dan PTA plant sebanyak 10m3/jam
(saat ini sudah tidak berproduksi). Biasanya limbah yang berasal dari Polymer dan
PTA plant kadar CODnya bisa mencapai hingga 15.000-30.000. Sebelum masuk
pada proses aerob, air limbah yang memiliki beban COD >12000ppm harus
masuk terlebih dahulu ke Dump Tank untuk penyimpanan sementara agar kadar
COD dapat turun terlebih dahulu secara alami. Kapasitas Dump Tank yaitu
2000m3, apabila terjadi hujan maka debit limbah pun akan menjadi lebih besar
sehingga dapat ditampung terlebih dahulu di 2 tank metanogenesis yang masing-
masing berkapasitas 1000m3. Lalu air limbah tersebut masuk ke bak anoxic zone
A yang beban COD nya sudah menurun menjadi 12000ppm kemudian melalui
Flow Spliter Box yang berfungsi untuk menyaring kotoran – kotoran yang ada
pada air limbah , apabila air limbah dalam keadaan asam maka coustik tank akan
menambahkan NaOH sehingga pHnya menjadi netral, setelah itu masuk ke proses
selanjutnya yaitu bak Anoxic zone B.
37
Pada Clarifier 1 dan 2 dilakukan pemisahan lumpur aktif dan limbah cair.
Didalam bak Clarifier 1 under flownya (lumpur aktif) akan disirkulasi kembali ke
Aeration Tank A dan sebagian lumpurnya di buang ke Trichener and Decanter
Tank, sedangkan over flow (limbah cair) akan masuk ke Aeration tank B untuk
diolah lagi, pada Aeration Tank B COD nya pun sudah menurun menjadi
1500ppm dengan jumlah bakteri di dalamnya sebanyak 1500. Dari Aeration Tank
B masuk ke bak Clarifier 3 setelah masuk dan terolah di Clarifier 3 kadar COD
turun menjadi <100 ppm sehingga limbah cair yang diolah telah mencapai
standard baku mutu limbah cair. Kemudian air limbah masuk kedalam monitoring
box zone, di dalam monitoring box zone air limbah diendapakan agar sludge tidak
terbawa ke badan air. Pada monitoring box dapat diketahui debit air yang keluar,
air jernih yang dialirkan ke sungai Citarum sebanyak 42 m3/jam dan sludge yang
ada di sirkulasikan kembali ke Aeration Tank A sebanyak 28m3/jam. Bak
Clarifier 2 tidak digunakan atau dalam keadaan standby, digunakan hanya dalam
keadaan darurat. Titik pengambilan sampel dilakukan pada saluran yang keluar
dari Monitoring Box menuju ke Sungai Citarum.
Untuk jenis limbah cair industri yang berasal dari Fiber plant PT.Asia
Pacific Fibers Tbk Karawang mengolahnya di ATE secara kimia. Kenapa
pengolahan limbah dari Fiber Plant dipisah dengan limbah dari Polymer dan PTA
Plant yaitu dikarenakan limbah dari Fiber Plant berasal dari bahan baku Silastol
yang bersifat basa yang akan menghasilkan busa jika dilakukan pengadukan,
sehingga harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum disatukan dengan pengolahan
limbah dari Polymer dan PTA Plant. Proses yang dilakukan yaitu limbah yang
berasal dari Fiber Plant dialirkan melalui pipa menuju bak penampung kemudian
saat menuju Flash Mixing Tank dan Lamela Clarifier, air limbah diinjeksikan
koagulan NaOH, lalu Fe2SO4, dan terakhir Polielektrolit. Kemudian air limbah
yang sudah diinjeksikan ketiga koagulan tersebut, masuk ke dalam Flash Mixing
Tank untuk dilakukan pengadukan kemudian melewati Lamela Clarifier untuk
dilakukannya pengendapan, selanjutnya air limbah yang telah melalui tahap
pengolahan tersebut di tampung didalam Intermediate Tank lalu airnya
38
dipompakan menuju Anoxic Tank A untuk kemudian diolah bersama limbah cir
dari Polymer Plant dan PTA Plant, sedangkan endapannya dipompakan ke
Trichener and Decanter.
Endapan dari Trichener and Decanter Tank dalam sehari bisa dihasilkan
sebanyak 4 drum besar. 1 drum berisi 200 liter sehingga dalam sehari sludge
yang dihasikan yaitu sebanyak 800 liter. Untuk pengolahan sludge selanjutnya
yaitu dengan mengamparkan slude diatas alas plastik berukuran 2 x 2 meter
dengan kedalaman 1cm sebanyak 4 tempat. Penjemuran dibawah terik matahari
dilakukan hanya untuk mengurangi kadar airnya dan untuk selanjutnya diserahkan
pada pihak ketiga. Sedangkan Untuk limbah cair yang langsung di buang kebadan
air yaitu limbah yang berasal dari kegiatan domestik (mencuci, memasak didapur,
kantin, kamar mandi) dan kegiatan produksi lain (air buangan dari incinerator,
proses cooling tower). Limbah cair tersebut dialirkan ke saluran drainase
kemudian dibuang ke sungai Citarum tanpa ada pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan untuk limbah dari kakus dibuang ke septic tank yang ada di sekitar
masing-masing bangunan dengan kapasitas 3m3 dan dilakukan pengurasan setiap
septic tank penuh.
39
4.2 Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Cair
a. Dump tank
b. Anoxic Tank
40
Pada proses ini limbah cair disesuaikan pHnya hingga mencapai pH 6
sebagai umpan ke dalam kolam aerasi
c. Aeration A
Pada kolam aeration A limbah cair tersebut di olah secara biologis
dengan menggunakan bakteri (lumpur aktif) dan diberi udara untuk
nutrisi bakteri tersebut diberikan Nutrient. Dalam proses ini COD dan
BOD dapat diturunkan sehingga 80 %, adapun luas kolam aeration A
sebesar (80 x 20 x 4) m
d. Clarifier 1/2
e. Aeration B
f. Clarifier 3
Pada fase ini limbah cair yang diolah telah mencapai standard baku
mutu limbah cair, adapun lumpur yang dipisahkan dipompakan
kembali ke kolam aeration B.
41
Titik pengambilan sampel dilakukan pada saluran yang keluar dari
monitoring box.
42
- Titik 2, disudut sebrang titik 1
- Titik 3, di bak aeration A dan aeration B
- Pengambilan dilakukan setiap pagi
4.4.2 Prosedur pengambilan sample air limbah yang akan dibuang ke sungai
Citarum yang dilakukan oleh pihak industri:
- Diambil pada tanggal 18/04/16 jam 09.00 dan tanggal 19/04/16
jam 10.00
- Pengambilan sampel menggunakan botol yang diikat dengan tali
rapia
- Tidak ada titik khusus untuk pengambilan sampel
- Pengambilan sampel air limbah ada 3 zona yaitu zona B, zona
C, dan zona D
- Zona B merupakan air limbah domestik yang berasal dari utility
plant, fiber plant dan polymer
- Zona C merupakan air limbah produksi yang berasal dari PTA
plant, polymer plant, dan fiber plant di zona ini terdapat alat
pengukur pH dan suhu air (pH meter) yang dipasang oleh
MENLH sebagai monitor
- Zona D merupakan air limbah yang berasal dari Incinerator
Online dan manual, airnya panas
- Parameter yang diuji ialah pH, COD dan TSS
4.4.3 Prosedur pengambilan sampel air limbah yang akan dibuang ke sungai
Citarum yang dilakukan oleh pihak PERUM JASA TIRTA II:
43
- Botol sampel yang digunakan ada 5, yaitu botol sampel untuk
sulfida yang ditambah NaOH sebagai pengawet, botol sampel
untuk COD yang ditambah asam sulfat, botol sampel untuk
logam yang ditambah dengan HNO3, botol sampel untuk BOD
tanpa ada tambahan zat untuk pengawetan (BOD5), dan botol
sampel untuk pengecekan pH dan suhu dengan menggunakan
pH meter yang telah dibersihkan dengan aquades.
- Parameter yang diperiksa ialah pH, COD, BOD, TSS, TDS,
logam (sulfida), dan suhu.
44
4.5.2 Parameter yang diperiksa oleh pihak ketiga
Berikut laporan hasil pengujian sampel air limbah PT.Asia Pacific
Fibers Tbk – Karawang, yang diambil tanggal 07 April 2016 dengan No
59 / LAB-LHP / IV / 2016 yang dilakukan oleh PERUM JASA TIRTA
II SUB UNIT LABORATORIUM, hasil pengujiannya sebagai berikut:
NO PARAMETER SATUAN Permen LH HASIL
No. 5 tahun PENGUJIAN METODE
2014 Lamp April UJI
47 Gol 1
o
1 Temperatur C 38 30 APHA
22nd
Ed.2550.B
2 Zat padat mg/L 2,000 515 APHA
terlarut (TDS)* 22nd
Ed.2540.C
3 Zat Padat mg/L 200 12 APHA
Tersuspensi 22nd
(TSS)* Ed.2540.D
4 pH* - 6.0-9.0 7.3 SNI 06-
6989.11-
2004
5 Seng (Zn)* mg/L 5 <0.01 SNI 06-
6989.7-
2009
6 Mangan (Mn)* mg/L 2 <0.05 SNI 06-
6989.5-
2009
7 Besi (Fe)* mg/L 5 <0.1 SNI 06-
6989.4-
45
2009
8 Tembaga (Cu)* mg/L 2 <0.01 SNI 06-
6989.6-
2009
9 Krom mg/L 0.1 <0.04 SNI 06-
Hexavalen 6989.71-
(Cr6+) 2009
10 Amoniak mg/L 5 1 IKM / 15 /
Bebas PJT / II
(titrasi)
11 Nitrat (NO3- mg/L 20 25 APHA
N)* 22nd
Ed.4500-
NO3.E
12 Nitrit (NO2-N)* mg/L 1 0.05 APHA
22nd
Ed.4500-
NO2.B
13 Sulfida (H2S) mg/L 0.5 <0.03 APHA
22nd
Ed.4500-
S2-.D
14 BOD5 mg/L 50 11 APHA
22nd
Ed.5210.B
15 COD* mg/L 100 31 APHA
22nd
Ed.5220.C
Sumber: Data sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk
Catatan :
Parameter bertanda bintang (*) merupakan parameter ruang lingkup akreditasi
46
Keterangan: pengambilan jam: 10.30 WIB
Cuaca cerah; 33oC
Dari hasil pengujian sampel air limbah yang dilakukan dapat diketahui bahwa:
1. Pada parameter yang di uji beberapa telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2014 Lamp. 47 Gol 1.
namun pada tanggal 7 April hasil dari nitrat tidak memenuhi syarat.
2. Kandungan COD jika melihat lampiran hasil pengujian setahun yang
lalu, kadar COD melebihi baku mutu Permen LH No. 5 Tahun 2014
Lamp. 47 Gol 1, di karenakan pada satu tahun yang lalu PTA plant masih
beroperasi dan menghasilkan limbah yang debitnya cukup tinggi dan
kadar COD yang tinggi jika berakumulasi dengan limbah dari polymer
plant namun bisa juga disebabkan karena pada hari tersebut di polymer
plant PTA ada pembersihan tanki bekas glikol, PTA, asam asetat
menggunakan NaOH 5%. Limbah tersebut seharusnya masuk Dump
Tank tetapi karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu
akhirnya limbah langsung masuk Anoxic Tank. Sehingga proses
pengolahan limbah yang dilakukan tidak dapat berjalan efektif karena
kurangnya kapasitas dari bak - bak penampung untuk pengolahan dan
kurangnya koordinasi antara Plant produksi dengan WWTP. Sedangkan
pada saat ini kadar COD hasil pengolah justru jauh dibawah nilai baku
mutu yang di tetapkan, hal ini dikarenakan PTA Plant sudah tidak
berproduksi lagi sehingga kuantitas dan kualitas dari air limbahnya pun
lebih mudah untuk ditangani.
3. Perhitungan SVI
a. Aeration A (tanggal : 21/04/16, waktu : 08.00WIB)
MLVSS = 5546
MLSS = 5856
pH = 6,8
SV = 790 ml
𝑆𝑉𝑥1000 790𝑥1000
SVI = = = 192,4013
𝑀𝐿𝑆𝑆 4106
47
Dari perhitungan SVI yang dilakukan dapat diketahui bahwa Sludge
volume indeks pada bak aerasi melebihi standar yang ditetapkan yaitu
SVI < 100 ml/gr : kualitas pengendapan LA baik
SVI > 200 ml/g : kualitas pengendapan LA jelek
a) Anoxic
Date Time pH COD
Anoxic B Anoxic B
18/04/16 08.00 WIB 3,8 9512
19/04/16 08.00 WIB 3,8 8446
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
b) Dump Tank
Date Time pH COD
18/04/16 08.00 WIB 3,5 12136
19/04/16 10.00 WIB 3,5 13120
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
48
Tank A Tank A
18/04/16 08.00 WIB 6,6 4106 3970
19/04/16 10.00 WIB 6,8 4028 3844
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
MLSS MLVSS
Date Time pH Aeration Aeration
Tank B Tank B
18/04/16 08.00 WIB 6,8 1360 1084
19/04/16 10.00 WIB 7,2 1536 1258
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
d) Clarifier
Date Time pH COD
Clarifier 1 Clarifier 1
18/04/16 08.00 WIB 7,0 804
19/04/16 08.00 WIB 6,9 1230
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
49
PERUM JASA TIRTA II SUB UNIT LABORATORIUM sebagai pihak yang
menguji sampel air limbah menggacu pada Permen LH No. 5 tahun 2014 Lamp.
47 Gol 1.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem pengolahan limbah yang dilakukan di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
sudah sesuai dengan elemen – elemen yang dijabarkan dalam Permen LH N0. 5
tahun 2014 Lamp 47 Gol 1 ini dapat dilihat dari kualitas air limbah yang
dihasilkan setelah adanya pengolahan sebelum air limbah dibuang ke Sungai
Citarum. Namun beberapa tahun silam terkadang limbah yang dibuang ke Sungai
Citarum pernah melebihi Baku Mutu yang telah ditetapkan, dikarenakan adanya
kesalah fahaman antar Plant Proses Produksi dan Plant Pengolahan Limbah itu
sendiri, dan karena debit yang dihasilkan dari PTA proses terlalu besar sedangkan
bak – bak penampung yang ada tidak mencukupi, sehingga proses pengolahan
yang ada pun tidak berjalan maksimal. Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan
Pengolahan Limbah Cair di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dibawah tanggung jawab
Waste Water Treatment Plant. Sedangkan kendala yang dihadapi oleh perusahaan
dalam pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair yaitu kurangnya koordinasi antar
Plant mengenai masalah Limbah yang akan diolah di WWTP dari setiap Plant
Produksinya.
Sedangkan untuk slude yang dihasilkan, PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
melimpahkan pada pihak ketiga untuk pengolahannya, yaitu PT. Segoro Jaya
Makmur Abadi. Hal tersebut dilakukan karena adanya kandungan Amoniak pada
sludge tersebut sehingga sludge tersebut tergolong dalam kategori Limbah B3.
5.2 Saran
51
3. Menambah bak – bak penampung dengan kapasitas lebih besar, agar tidak
menggangu proses jika debit limbah dari proses produksi yang di hasilkan
lebih besar dari biasanya.
4. Menanam pepohonan lebih banyak di dekat areal IPAL agar bau bahan
kimia yang dihasilkan tidak membahayakan karyawan dan masyarakat
sekitar.
5. Melakukan penanggulangan pada lumpur yang dihasilkan (decanter)
tersebut dengan cara sludge drying bed atau dengan menggunakan filter
press
52
DAFTAR PUSTAKA
53