You are on page 1of 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pembuatan bahan baku textile merupakan salah satu penyumbang


limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri - industri besar,
teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai.
Namun demikian mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan
limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri pembuatan bahan baku
textile untuk memahami dasar - dasar teknologi pengolahan limbah cair. Limbah
adalah semua benda yang berbentuk padat, cair, maupun gas, merupakan bahan
buangan yang berasal dari aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil
aktivitas kegiatan lainnya diantaranya Industri, Rumah Sakit, Laboratorium,
Reactor, Nuklir dan lain-lain.

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.


Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan banyak
penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan. Teknologi pengolahan limbah cair adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah
domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara
oleh masyarakat setempat.

PT. Asia Pasific Fibers, Tbk Karawang merupakan indutri polyester


terdepan yang didorong oleh kerjasama yang terintegritas secara vertical,
managemen yang professional, mesin dengan berteknologi dan kualitas produk
yang konsisten di bidang pembuatan bahan baku textile (kapas sintestis). Produk
yang dihasilkan termasuk petrokimia seperti PTA (Purefied Terephtalic Acid),
polyester chips, benang filamen dan serat polyester. Dengan tenaga kerja yang
berdedikasi tinggi dan komitmen yang kuat terhadap perlindungan lingkungan,
PT. Asia Pasific Fiber, Tbk Karawang telah memulai jalur keunggulan yang akan
mempertahankan posisinya dalam industry polyester dunia.

1
Untuk meningkatkan produksinya, guna menunjang hal tersebut maka
perlu adanya ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang proses produksi yang
secara kualitas dan kuantitasnya memenuhi syarat. Salah satu komponen bahan
penunjang proses produksi yang terpenting dalam pembuatan polyester adalah
upaya pengelolaan limbah cairnya. Limbah cair yang dihasilkan ada 2 jenis yaitu
sludge yang berasal dari PTA yang diolah di incinerator online dan limbah cair
yang berasal dari poly dan PTA yang diolah di Wash Water Treatment Plant. Dari
upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap
lingkungan sehingga memenuhi baku mutu PERMEN LH RI NO 5 TAHUN 2014
tentang baku mutu air limbah untuk industri tekstil, sehingga dapat mengurangi
pula dampak terhadap kesehatan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Prosedur dan Cara Pengambilan Sampel Limbah Cair di PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk ?

b. Apa Saja Parameter yang Diperiksa pada Pengolahan Limbah di PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk ?
c. Berapa Kali Frekuensi yang Dilakukan pada Pengolahan Limbah di PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk ?
d. Apa Baku Mutu yang Digunakan pada Pengolahan Limbah di PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk ?
e. Bagaimana Pengolahan Teknik yang Dilakukan pada Pengolahan Limbah
di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk ?
f. Bagaiman Pemeliharaan Sarana Pengolahan Limbah di PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memahami pengelolaan limbah cair di PT.Asia Pacfic
Fibers, Tbk Karawang.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan setelah melakukan kegiatan pembelajaran praktek lapangan
industri, mahasiswa :
1.3.2.1 Mensketsa sistem pemantauan kualitas limbah cair
a. Prosedur dan cara pengambilan sampel limbah cair
b. Parameter yang diperiksa
c. Frekuensi yang dilakukan
d. Baku mutu yang digunakan
1.3.2.2 Mensketsa sistem pengolahan limbah cair
a. Pengolahan teknik yang dilakukan
b. Pemeliharaan sarana

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan Praktik Belajar Lapangan di
PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang adalah :

1.4.1. Industri
a. Memberikan informasi mengenai hasil observasi yang dilakukan.
b. Memberikan bahan masukan pada pihak Industri mengenai hasil
pemantauan dan pengolaan limbah cair di PT. PT.Asia Pacific
Fibers, Tbk Karawang yang telah dilakukan sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pemantauan dan
pengolaan limbah cair di PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang .

1.4.2 Institusi
a. Bahan kajian proses pembelajaran dalam Praktek Belajar Lapangan
(PBL) di industri
b. Bahan masukan terhadap kesesuaian kurikulum dengan kualitas para
mahasiswa.
c. Menambah bahan bacaan di Pustaka.

3
1.4.3 Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktek belajar
lapangan di PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang bagian EHS atau
P2K3L.
b. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan ilmu kesehatan
lingkungan khususnya dalam pengelolaan limbah cair di industri.
c. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang diperoleh
selama kuliah dengan kenyataan di lapangan, khusunya bidang
pengelolaan limbah cair di industri.
d. Mahasiswa mampu memberikan bahan masukkan kepada PT Asia
Pacific Fibers, Tbk mengenai hasil pengukuran yang telah dilakukan
sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan di industri

1.5 Gambaran Umum

1.5.1 Sejarah PT Asia Pasific Fibers, Tbk


PT. Asia Pacific Fibers, Tbk mulai berdiri pada tahun 1994 yang pada
saat itu bernama PT. Polysindo Eka Perkasa II, Tbk. Perusahaan yang bergerak
dibidang Industri Petrokimia ini diresmikan pada tanggal 25 April 1997 oleh
mantan Presiden Republik Indonesia, Bapak Soeharto. PT. Polysindo Eka
Perkasa, Tbk telah berkomitmen untuk berdiri sendiri (terlepas dari Texmaco
Group) dan memutuskan untuk berganti nama menjadi PT. Asia Pacific Fibers,
Tbk efektif sejak November 2009. Nama Perubahan ini sesuai dengan
persetujuan dari BKPM dan Menteri Hukum dan HAM - RI dengan tujuan
untuk mencerminkan posisi perusahaan pada pasar global.
Produk yang dihasilkan PT. Asia Pacific Fibers, Tbksaat ini meliputi
Purified Terephthalic Acid (PTA), polyester chips, staple fiber, filament yarn
dan performance fabrics.Hasil produksi PT. Asia Pacific Fibers,
Tbkdipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.PT. Asia Pacific

4
Fibers, Tbk terletak di Karawang dan Semarang dengan konsentrasi pembuatan
produk yang berbeda.
PT Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan satu-satunya produsen polyester
yang terintegrasi di Indonesia, dengan fasilitas pabrik PTA, Polymer dan Fiber
yang terletak di Karawang, Jawa Barat, dan fasilitas pabrik benang polyester
yang terbesar di Indonesia terletak di Semarang, Jawa Tengah. Anak
perusahaan PT. Texmaco Jaya, Tbkyang bergerak dalam bidang pertenunan
dan penyempurnaan tekstil yang berada di Karawang Jawa Barat dan Pemalang
Jawa Tengah.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu perusahaan penghasil
polyester terkemuka di Indonesia. Perseroan menjalankan rangkaian proses
produksi polyesternya mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi
dengan mengutamakan mutu dan konsistensi. Sebagai pelopor industri di
Indonesia,
PT Asia Pasific Fibers, Tbk memiliki visi menjadi salah satu perusahaan
kelas dunia dengan penciptaan produksi terbaik secara konsisten untuk
menyediakan produk-produk yang senatiasa memuaskan pelanggan. Untuk
mewujudkan visi tersebut.PT Asia Pasific Fibers, Tbk mengemban misi untuk
menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan produk yang berkualitas
prima dengan biaya yang kompetitif dan upaya pengiriman tepat waktu serta
inovasi produk yang berkesinambungan.
Misi yang di emban perusahaan telah dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, terbukti dengan didapatnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang
“Kebijakan Mutu” atau company policy yang didapat oleh perusahaan.Sasaran
utama dari perusahaan adalah mempertahankan dan meningkatkan posisi dalam
hal mutu dan biaya. Berkembangnya perubahan struktur teknologi yang cepat
yang terjadi di industri polyester, maka PT Asia Pasific Fibers, Tbk
menerapkan metode berorientasi pada pasar dan moderenisasi peralatan serta
teknik untuk meningkatkan daya saing mutu biaya produk.
PT Asia Pasific Fibers, Tbk Dalam menjalankan industrinya mempunyai
PKB (Perjanjian Kerjaa Bersama) yang dibuat berlandaskan Undang-undang

5
ketenagakerjaan dan peraturan perundangan yang terkait dengan tujuan dengan
terciptanya hubungan kerja yang kooperatif dan harmonis antara pengusaha
dan pekerja. PKB (Perjanjian Kerja Bersama) dijadikan sebagai tolak ukur
untuk mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dan pihak perusahaan,
penyelesaian masalah, serta perbedaan pendapat. Rangkuman dari isi PKB
(Perjanjian Kerja Bersama) menyangkut:
1. Ketentuan umum
2. Hak dan kewajiban masing-masing pihak
3. Hubungan kerja dengan syarat kerja
4. Tata tertib kerja, pelanggaran dan sanksi
5. Pengupahan dan cuti
6. Jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja
7. Keselamatan dan kesehatan kerja
8. Pakaian kerja dan alat kerja
9. Pengembangan organisasi,sumber daya manusia, dan hubungan
industrial
10. Berakhirnya hubungan kerja

Gambar 1.1 Lambang/Logo PT. Asia Pacific Fibers, Tbk

1.5.2 Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi
Menjadi salah satu perseroan kelas dunia dengan penciptaan
produk terbaik dengan secara konsisten menyediakan prouk-prouk yang
senantiasa memuaskan pelanggan.

6
2. Misi :
Untuk menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan produk
yang berkualitas prima dengan biaya yang berkompetitif dan upaya
penyerahan tepat waktu serta inovasi produk yang berkesinambungan.

1.5.3 Profil Perusahaan


Tabel 1.2
Profil Perusahaan
Nama : PT. Asia Pacific Fibers Tbk.
Desa Kiara Payung, Klari – Karawang, Jawa
Alamat :
Barat
Nomor
: (0267) 431 971
Telephone
Nomor Fax : (0267) 431 970
Nama Pimpinan : Dharmadas Narayanan
Jabatan : VP Site Services
Tanggal Berdiri : 25 April 1997
Alamat Email : dharmadas@apf.co.id
Status
Penanaman : Penanaman Modal Dalam Negeri
Modal
No NPWP : 01.254.040.7-433.001
Nomor Siup : 346/T/INDUSTRI/1990
Luas Lahan : 250.745 m2

Penanggung Jawab HSE


Nama : Dwi Tegas S
Jabatan : Manager
Alamat : -
Nomor : 0811128799

7
Telephone

Nama : Dr. Agus Susilo Budi


Jabatan : Senior Superitemdemts
Dusun Sentul, Cikampek rt 01/02,
Alamat :Cikampek Selatan, Cikampek, Kabupaten
Karawang.
Nomor Telephone : 08128021455

Nama : Thomas
Jabatan : Senior Superitemdemts
Alamat : -
Nomor Telephone : 085319535555

Nama : Dike Razes


Jabatan : Superitenden
Perum. Bulakapal Permai Blok AB No
Alamat :17 RT 07/14 Kel. Jatimulya, Kec. Tambun
Selatan-Bekasi Timur
Nomor
: 08121375215
Telephone

Nama : Tomy Ariyanto


Jabatan : Superintenden
Alamat : Perum Texmaco no 81
Nomor
: 08151672384/081315337731
Telephone

8
1.5.4 Lahan dan Letak
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terletak di desa Kiara Payung, Kecamatan
Klari – Karawang, Jawa Barat dengan batas lokasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pasir Pogor, Desa Babakan
Sebelah Timur : PT. Fleece, PT. Devrindo dan PT. Texmaco
Jaya
Sebelah Barat : Sungai Citarum
Sebelah Selatan : Lahan Kosong, Sungai Citarum dan
Perumahan Karyawan
Kegiatan tersebut menempati areal seluas 250.745 m2 yang dilengkapi
dengan bangunan pabrik, bangunan kantor, gudang, tempat bongkar muat
bahan baku dan produk, jalan tempat parkir dan water treatment serta taman
terbuka. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 1.3 dan gambar 1.4

Tabel 1.3
Penggunaan Lahan
No Uraian bangunan Luas Areal % Keterangan
(m2)
Lahan Terbangun
1 Induk Spinning 10.682 4.26 Permanen
2 Fiber Line Baling 10.731 4.27 Permanen
3 Bale Storage 18.184 7.25 Permanen
4 PTA 3.705 1.48 Permanen
5 Bangunan Penunjang 3.212 1.28 Permanen
6 Tank Farm (9 Unit) 3.705 1.48 Permanen
7 Pabrik Lantai 1-8 3.700 1.48 Permanen
Luas Lahan Terbangun 53.919 21.5 Permanen
Lahan Terbuka
1 Taman dan Lahan Kosong 163.296 65.12
2 Road/Jalan 20.960 8.36 Permanen

9
3 Faved Area 12.570 5.02 Permanen
Luas Lahan Terbuka 196.826 78.5
Lahan Terbangun dan Lahan 250.745 100
Terbuka
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk 2015

1.5.5 Produksi
1.5.5.1 Jenis dan Kapasitas Produksi
PT Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang industri bahan baku tekstil (PTA, PET, dan Staple Fibre).
Jenis dan kapasitas produksi per tahun selengkapnya akan disajikan pada Tabel
1.4
Tabel 1.4
Jenis dan Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi/Tahun
No Jenis Produksi
Izin, unit Riil, unit *)
1. Pure Tereptahlic Acid 340.000 Ton 340.000 Ton
2. Poly Ethylene Terepthlate 350.000 Ton 350.000 Ton
3. Staple Fiber 228.000 Ton 228.000 Ton
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk2015

1.5.5.2 Tenaga Kerja


Kegiatan pabrik beroperasi sehari 24 jam dengan pembagian waktu 3
shift yaitu :
Shift 1 : pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB
Shift 2 : pukul 15.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB
Shift 3 : pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 WIB
Selain itu, ada karyawan non shift (general shift) yaitu mereka yang
bekerja di office dan sebagai penunjang karyawan shift pada masing-masing
plant dengan jadwal kerja dimulai dari Senin - Jum’at mulai pukul 08.00
sampai dengan 17.00 WIB, sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu libur.

10
Adapun jumlah tenaga kerja keseluruhan pada PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
sebagai berikut :
Tabel 1.5
Tenaga Kerja di PT. Asia Pacific Fibers Tbk.
Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan
Klasifikasi WNI
Pekerja Lk W Jumlah Komuter WNA SLTP SLTA D3/S1
Lokal
Harian
Manager 34 1 35 25 -- 10 -- 4 31
Keatas
Staff 330 36 366 218 148 -- -- 128 238
Buruh/ 765 12 777 459 318 -- -- 683 94
karyawan
Lainnya -- -- -- -- -- -- -- -- --
Total 1129 49 1178 702 466 10 -- 815 363
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers Tbk, 2015

1.5.6 Bahan Baku dan Bahan Penolong


Untuk memproduksi Pure Terephthalic Acid (PTA), Poly Ethylene
Terepthalate (PET), Polyester Staple Fiber (PSF) diperlukan sejumlah bahan
baku dan bahan penolong yang didapat dari import maupun dari dalam negeri
bahkan ada yang diproduksi sendiri, diantaranya :
Tabel 1.6
Bahan Baku dan Bahan Penolong di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Neraca
Nama Bahan Ton/Thn Bentuk Kemasan Sifat Asal Bahan%
Produk Sisa
Bahan Baku
Paraxylene 131.784 Cair Truk tangki Mudah Import 100 0
terbakar

11
Acetid Acid 6.970 Cair Truk tangki Korosif Import 100 0
NPA 75 Cair Truk tangki Mudah Import 99,29 0,71
terbakar
Caustic 2.125 Cair Truk tangki Korosif Import 100 0
PTA 204.000 Bubuk Vessel Eksplosif Produk 60 0
sendiri
136.000 Bubuk Vessel Eksplosif Lokal/ 40 0
import
MEG 94.900 Cair Truk tangki Tidak Import/ 100 0
Berbahaya local
Bahan Penolong
Manganese 38 Bubuk Truk tangki Logam Import 98,42 1,58
Acetate berat
Cobalt Hydrixide 351 Bubuk Truk tangki Logam Import 99,77 0,23
berat
Hydrobromic 79 Cair Truk tangki Korosif; Import 98,99 1,01
Acid beracun
Antimony 85 Bubuk Truk tangki Korosif; Import 99,38 0,62
Triacetate beracun
Cobalt Acetate 43 Bubuk Truk tangki Tidak Import 99,38 0,62
berbahaya
Trimetil Phospate 85 Cair Truk tangki Tidak Import 99,38 0,62
berbahaya
TiO2 850 Bubuk Kertas
Spin Finish Oil 126 Cair Drum Tidak Import 99,85 0,15
berbahaya
Sumber : Data Sekunder PT Asia Pacific Fibers, Tbk 2015

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian limbah


Secara Umum
Bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
sebagainya.
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995). Setiap
bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2.1.1 Pengertian Limbah Cair Industri


a. Sisa atau hasil buangan produksi yang berupa zat cair dan diolah melalui
IPAL.
b. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa limbah tersebut beracun
berdasarkan baku mutu, harusdikirim ke pusat pengolahan limbah cair.
c. Jika sesuai baku mutu dapat digunakan untuk internal production
consumption atau dibuang ke lingkungan dengan ijin BAPPEDAL

2.2 Proses Pengolahan dan Pemisahan Limbah


Adapun secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah dapat
dikelompokkan menjadi 6 (enam) bagian antara lain:

1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)


2. Pengolahan pertama (primery treatment)
3. Pengolahan kedua (secondary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. Pembunuhan kuman (desinfection)
6. Pembuangan lanjutan (ultimate disposal)

Dari setiap fase di atas terdapat beberapa jenis pengolahan yang dapat
diterapkan. Dari beberapa jenis itu maka akan dipilih salah satu yang

13
diperkirakan memberikan manfaat yang terbaik. Selain itu, perlu diketahui
juga bahwa untuk mengolah air limbah tidaklah harus selalu mengikuti tahap-
tahap yang ada di atas, akan tetapi perlu diadakan penyesuaian dengan
kebutuhan yang ada. Dengan demikian setiap unit bangunan pengolahan air
limbah akan berbeda-beda teknik yang dipergunakan dan tidak semua tahap
perlu dilalui.

1. PENGOLAHAN PENDAHULUAN (PRE TREATMENT)

Sebelum mengalami proses pengolahan perlu kiranya dilakukan


pembersihan-pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses
pengolahan selanjutnya. Adapun kegiatan tersebut berupa pengambilan
benda terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir.

a. Pengambilan benda terapung


Tahap awal dari pengolahan air limbah adalah menghilangkan zat
padat yang kasar. Pada umumnya proses tersebut dengan jalan
melewatkan air limbah melalui para-para atau saringan kasar untuk
menghilangkan benda yang besar. Apabila rak dan saringan kasar tidak
dipergunakan, maka dapat juga dipergunakan alat pencacah
(comminutor) untuk memotong zat padat yang terdapat didalam air
limbah kemudian tanpa mengambilnya dari dalam aliran tersebut.
b. Pengambilan benda mengendap (pasir)
Bak penangkap pasir direncanakan untuk menghilangkan kerikil
halus yang berupa pasir, koral atau zat padat berat lainnya yang
mengalami penurunan kecepatan, atau mempunyai gaya berat lebih
besar dari zat organik yang dapat membusuk di dalam air limbah. Bak
pengendap pasir disediakan untuk mencegah terjadinya kerusakan alat
akibat pengikisan dan terganggunya saluran, untuk mengurangi
terjadinya endapan pada pipa penyalur dan sambungan serta
mengurangi frekuensi pembersihan pada tangki pencerna sebagai
akibat terjadinya tumpukan pasir.

14
Untuk mengangkut pasir yang telah mengendap di dasar bak dapat
digunakan alt penyedot pasir (grit dragger). Selain itu dapat
dipergunakan juga alat pengangkut pasir yang dikenal sebagai
Macarator. Alat ini berfungsi untuk mengumpulkan pasir yang
mengendap di dasar bak ke satu tempat dengan menggunakan
penggaruk. Setelah pasir terkumpul pada satu tempat tersendiri, maka
dengan menggunakan alat tangga berjalan maka pasir dibawa keatas
untuk dibuang.
2. PENGOLAHAN PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)
Jika di dalam pengolahan pendahuluan bertujuan untuk mensortir
kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat, memisahkan lemak, maka pada
pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur
melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan
utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena
adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan
untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel
kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan
mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan
pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi.
Apabila tujuan utama pengoperasian untuk menghasilkan hasil
buangan ke sungai dengan sedikit partikel zat tercampur maka peralatan
yang digunakan dikenal sebagai Clarifier, sedangkan apabila
penekanannya menghasilkan partikel padat yang jernih maka dikenal
dengan Thickener. Kedua peralatan ini biasanya dipergunakan setelah air
limbah melewati reaktor biologis.
3. PENGOLAHAN KEDUA (SECONDARY TREATMENT)
Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk
mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di
dalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran jenis kekotoran yang da dan
sebagainya. Reaktor pengolahan lumpur aktif dan saringan penjernihan

15
biasanya dipergunakan dalam tahap ini. Pada proses penggunaan lumpur
aktif (activated sludge), maka air limbah yang telah lama ditambahkan
pada tangki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri
secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik
berjalan lebih cepat. Lumpur aktif tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed
Liquor Suspended Solid). Terdapat dua hal yang penting dalam proses
biologis ini antara lain:
1. Proses penambahan oksigen
2. Proses pertumbuhan bakteri
3. Proses Penambahan Oksigen (Aerasi)

Pengambilan zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah


merupakan tujuan pengolahan air limbah. Pengambilan zat pencemar
bahan oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar
tersebut, sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan
dapat dihilangkan samasekali. Zat yang diambil dapat berupa gas, cairan,
ion, koloid atau bahan tercampur.

Yang paling utama pada pengolahan dengan menggunakan metode


aerasi adalah pengaturan penyediaan udara pada bak aerasi, dimana bakteri
aerob akan memakan bahan organik di dalam air limbah dengan bantuan
O2. Penyediaan ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan lingkungan
dan kondisi sehingga bakteri pemakan bahan organik dapat tumbuh dan
berbiak dengan baik sehingga kelangsungan hidupnya terjamin.
Penyediaan udara yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan di
dalam bak aerasi. Adanya endapan akan menyebabkan terjadinya
penahanan pemberian oksigen ke dalam sel. Dengan demikian akan
menyebabkan timbulnya situasi bakteri anaerobik. Oleh karena itu,
pemberian oksigen yang cepat melalui jet aerator serta pemutaran dengan
baling-baling untuk mencegah timbulnya gumpalan akan meningkatkan
penyerapan oksigen.

16
Busa merupakan masalah negatif yang timbul sebagai akibat
pemberian udara selama fase endogenous (fase saat bakteri tidak
menerima makanan baru) di mana kebutuhannya hanya sekitar 10% dari
fase asimilasi (fase saat air buangan masih berada di kolam aerasi).
Pengurangan dari penyediaan udara sekitar 3 jam setelah pemberian
lumpur tambahan sudah dapat merusak atau menghentikan proses.
Kerusakan utama disebabkan kelebihan muatan atau tidak cukupnya waktu
untuk oksidasi, sehingga kebutuhan oksigen tidak cukup dan bahan
organik menjadi masih tertinggal.

Pada prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen


kedalam air limbah yaitu:

a. Memasukkan Udara Ke Dalam Air Limbah

Adalah proses memasukkan udara atau oksigen murni ke


dalam iar limbah melalui benda porous atau nozzle. Apabila nozzle
diletakkan di tengah-tengah, maka akan meningkatkan kecepatan
berkontakknya gelembung udara tersebut dengan air limbah,
sehingga proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat. Oleh
karena itu, biasanya nozzel itu diletakkan pada dasar bak aerasi.
Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang
dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.

b. Memaksa Air Ke Atas untuk Berkontak dengan Oksigen

Adalah cara mengkontakkan air limbah dengan oksigen


melalui pemutaran baling-baling yang diletakkan pada permukaan
air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke
atas dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan
kontak langsung dengan udara sekitarnya. Pengalaman
menunjukkan bahwa 43-123 m3 udara diperlukan untuk
mengurangi 1 kg BOD atau bila menggunakan aerator mekanis

17
diperlukan 0,7-0,9 kg oksign/jam untuk dimasukkan ke dalam
lumpur aktif.

1. Pertumbuhan Bakteri Dalam Bak Reaktor


Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada
di dalam air limbah. Bakteri itu sendiri akan berkembang biak apabila
jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup tersedia,
sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan.
Pada permulaannya bakteri berbiak secara konstan dan agak lambat
pertumbuhannya karena adanya suasana baru pada air limbah tersebut,
keadaan ini dikenal sebagai lag phase. Setelah beberapa jam berjalan
maka bakteri mulai tumbuh berlipat ganda dan fase ini dikenal sebagai
fase akselerasi (acceleration phase). Setelah tahap ini berakhir maka
terdapat bakteri yang tetap dan bakteri yang terus meningkat
jumlahnya.
Pertumbuhan yang dengan cepat setelah fase kedua ini disebut
sebagai log phase. Selama log phase diperlukan banyak persediaan
makanan, sehingga pada suatu saat terdapat pertemuan antara
pertumbuhan bakteri yang meningkat dan penurunan jumlah makanan
yang terkandung di dalamnya. Apabila tahap ini berjalan terus, maka
akan terjadi keadaan di mana jumlah bakteri dan makanan tidak
seimbang , keadaan ini disebut declining growth phase. Pada akhirnya
makanan akan habis dan kematian bakteri akan terus meningkat
sehingga tercapai suatu keadaan di mana jumlah bakteri yang mati dan
tumbuh mulai berimbang, keadaan ini disebut statinary phase.
Setelah jumlah makanan habis dipergunakan, maka jumlah
kematian akan lebih besar dari jumlah pertumbuhannya maka keadaan
ini disebut endogeneus phase dan pada saat ini bakteri menggunakan
energi simpanan ATP untuk pernfasannya sampai ATP habis yang
kemudian akan mati. Dengan melihat fase pertumbuhan, maka dalam
pertumbuhannya perlu adanya penambahan bahan makanan dari

18
lumpur yang baru, sehingga pertumbuhan bakteri dapat terus
berlangsung.
Dengan demikian penambahan kembali bahan lumpur yang
telah banyak mengandung makanan dan bakteri sangat diperlukan.
Lumpur yang biasanya dipergunakan untuk penambahan makanan ini
disebut lumpur aktif (activated sludge), di mana pemberiannya
dilakukan sebelum memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur
dari bak pengendapan kedua atau dari bak pengendapan terakhir (final
sedimentation tank).

4. PENGOLAHAN KETIGA (TERTIARY TREATMENT)


Pengolahan ketiga baru akan dipergunakan apabila pada
pengolahan pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang
masih berbahaya bagi masyarakat umum. Pengolahan ketiga ini
merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang
terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada pabrik yang
menghasilkan air limbah yang khusus pula. Terdapat beberapa jenis
pengolahan yang sering dipergunakan antara lain:
a. Saringan Pasir
Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel
koloid dari air limbah dengan melewatkan pada media yang porous.
Penyaringan akan memisahkan zat padat dan zat kimia yang
dikandung air limbah selanjutnya dilakukan pembubuhan klor.
Terdapat dua macam penyaringan yang ada yaitu saringan pasir lambat
dan saringan pasir cepat.
b. Saringan Multi Media
Penyaringan dengan multi media ini menggunakan saringan yang
berbeda granulanya misalnya: 0,5 m antrasit dengan diameter 1 mm
pada bagian atas 0,3 m pasir silika dengan diameter 0,5 m. Satu set
penyaringan menghasilkan 2,7-5,4 L/m3/detik.
c. Precoal Filter

19
Saringan dengan tanah diatomeus atau perlite (siliceous rock)
dengan kepadatan 0,16 gr/cc. Saringan ini dapat menghasilkan 0,34-
3,4 L/m3/detik, dan banyak dipergunakan pada industri dan kolam
renang. Kelemahannya adalah memerlukan biaya yang sangat tinggi.
d. Mikrostaining
Saringan mikrostaining terdiri dari bahan drum yang diputar,
sedangkan drum itu dibungkus ayakan bahan stanless steel. Pada
penggunaannya drum berputar dengan 2/3 bagian dari drum yang
terendam di dalam air limbah. Dengan demikian air yang cukup jernih
dapat masuk ke dalam drum, sedangkan lumpurnya tertahan pada
ayakan pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas
pada waktu berputar. Pada saat lumpur berada pada daerah yang tidak
terendam air maka lumpur tersebut disemprot dengan air sehingga
terbawa ke luar. Tenunan bahan stainless steel berdiameter 20-50
mikron akan menghasilkan debit penyaringan sebanyak 2-6,8
L/m2/detik.
e. Vacum Filter
Saringan ini terdir dari drum horisontal yang dilapisi dengan filter
medium atau spiral, kemudian drum diputar di dalam campuran lumpur
dan limbah dengan ¼ bagian dari drum terendam ke dalam larutan.
Dengan adanya penyedotan yang dilakukan dari dalam drum, maka
kotoran akan menempel pada lapisan filter sedangkan airnya dapat
masuk ke dalam drum untuk di buang. Kotoran yang menempel
akhirnya akan terbawa oleh putaran drum ke atas dan selama berada di
luar air limbah akan mengalami pengeringan, setelah kering kotoran
akan dikerok oleh penggaruk yang telah dipasang secara tetap. Setelah
mengalami pengerokan maka lapisan tersebut akan masuk kembali
kedalam air limbah.
f. Penyerapan (adsorbtion)
Penyerapan secara umum adalah proses mengumpulkan benda-
benda terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua permukaan.

20
Antarpermukaan itu bisa antara cairan dan gas, zat padat atau lain
cairan, bahkan penyerapan dipergunakan pada permukaan zat padat
dan zat yang kental. Walaupun proses tersebut dapat terjadi pada
seluruh permukaan benda, maka yang sering terjadi adalah bahan padat
yang menyerap partikel yang berada di dalam air limbah. Bahan yang
akan di serap disebut adsorbate atau solute sedangkan bahan
penyerapnya disebut adsorbent. Pada penjernihan air limbah
dipergunakan untuk pengurangi pengotoran bahan organik, partikel
termasuk benda yang tidak dapat diuraikan (nonbiodegradable)
ataupun gabungan antara bau, warna dan rasa.
Banyak bahan-bahan padat dipergunakan sebagai bahan penyerap
untuk mengurangi kekeruhan dari suatu cairan, diantaranya:
- Karbon aktif
- Molekuler sieves
- Larutan Alumunium aktif
g. Pengurangan Besi dan Mangan
Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air dengan melakukan
oksidasi menjadi Fe(OH)3 dan MnO2yang tidak larut di dalam air,
kemudian di ikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator
utama adalah molekul oksigen dari udara, klorin atau KMnO4,
sedangkan kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh jenis dan kadar
oksidator, pH, kesadahan, dan kemungkinan ditambahkannya
katalisator. Oksigen terlarut mengubah Fe dan Mn menjadi komponen
yang tidak larut.
h. Perubahan CN
Sianida dijumpai pada air limbah yang berasal dari pengolahan
besi khususnya pada bagian pelapisan CN. Kebanyakan sianida dalam
air llimbah industri berada sebagai CN- atau logam kompleks. Sianida
adalah bahan beracun bagi ikan dan kehidupan air lainnya pada kadar
dibawah 1mg/L. Pada proses pengolahan air limbah secara biologis,
maka bakteri masih bisa mengadakan adaptasi pada kadar dibawah

21
30mg/l. Pada proses pengolahan umumnya oksidasi dengan klor atau
hipoklorit dilakukan pada suasana basa.
i. Osmosis Bolak-balik
Osmosis bolak-balik adalah proses di mana air dipisahkan dari
garam yang larut di dalam cairan melalui penyaringan lapisan
tipis/selaput yang lentur, pada tekanan yang lebih bila dibandingkan
dengan tekanan osmosis yang disebabkan oleh larutan garam di dalam
air limbah
.
5. PEMBUNUHAN BAKTERI (DESINFEKTION)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme
pembunhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan
mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia termasuk klorin
dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau
menginaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel.
Mekanisme lain dari desinfeksi adalah dengan merusak langsung dinding
sel seperti yang dilakukan apabila menggunakan bahan radiasi ataupun
panas.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
bahan kimia bila akan dipergunakan sebagai bahan desinfeksi antara lain:
a. Daya racun zat kimia tersebut
b. Waktu kontak yang diperlukan
c. Efektivitasnya
d. Rendahnya dosis
e. Tidak toksis terhadap manusia dan hewan
f. Tetap tahan terhadap air
g. Biaya murah untuk pemakaian yang bersifat masal

22
Dari pertimbangan tersebut maka untuk menjernihkan air limbah
banyak dipergunakan bahan, antara lain klorin oksida dan komponennya,
bromin, rodine, permanganat, logam berat asam dan basa kuat.

6. PENGOLAHAN LANJUT (ULTIMATE DISPOSAL)

Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya berupa


lumpur yang perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur
tersebut dapat dimanfaatkan keperluan kehidupan.

Jumlah dan sifat lumpur air limbah dipengaruhi beberapa hal diantaranya:

a. Jenis air limbah itu sendiri


b. Tipe atau jenis pengolahan air limbah yang diterapkan
c. Metode pelaksanaan
Pengolahan lumpur yang masih sedikit mengandung bahan
nitrogen dan mempermudah proses pengangkutan, maka diperlukan
beberapa tahap entara lain:
1. Proses pemekatan
Lumpur yang dihasilkan dari setiap pembangunan pengolahan
air limbah pada tahap awalnya harus melalui proses pemekatan, supaya
kadar air di dalam lumpur sedikit mengalami pengurangan. Dengan
demikian akan memperkecil jumlah yang akan ditangani. Proses
pemekatan secara terperinci dapat dilihat pada begian pengentalan dan
pengapungan terlebih dahulu.
2. Proses Stabilisasi (stabilization)
Dengan stabilisasi baik yang berupa aerobik maupun yang
berjalan secara anaerobik akan menghilangkan bau dan memudahkan
penghancuran serta menghilangkan jumlah mikroorganisme. Pada
proses anaerob akan menghasilkan gas metan yang bisa dipergunakan
sebagai sumber energi, sedangkan pada proses aerobik akan
menghilangkan zat organiknya.
3. Proses Pengaturan (conditioning)

23
Setelah lumpur mengalami pengolahan dengan diambil gas
kandungannya maka pemanfaatan selanjutnya adalah mengeringkan
lumpur tersebut. Sebelum proses pengeringan dilaksanakan maka
lumpur perlu diatur situasinya agar proses pengurangan air berjalan
lancar. Untuk maksud ini perlu dilakukan penambahan bahan kimia
agar partikel yang ada di dalam lumpur menjadi lebih besar. Adapun
ukuran penambahan bahan kimia adalah sama dengan ukuran yang
telah diuraikan pada proses pengentalan. Berikut ini adalah bak tempat
pengaturan lumpur dimana ke dalam bak ini di bubuhkan zat polimer
yang telah dilarutkan dicampur dengan lumpur dan diaduk dengan
pengaduk supaya merata. Dari bak ini barulah lumpur diangkut ke
tempat pengeringan.
4. Proses Pengurangan Air (dewatering)
Adalah unit operasi yang diterapkan untuk mengurangi kadar air
dari lumpur dengan berbagai alasan antara lain:
a. Biaya angkutan yang akan dikeluarkan untuk membuang lumpur
ketempat pembuanngan akan lebih rendah setelah air yang ada
dikurangi
b. Lumpur yang sudah diambil airnya lebih mudah untuk dikelola
seperti penggunaan truk, ban berjalan maupun traktor
c. Lumpur yang sudah diambil airnya dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar pada incinerator
d. Dengan diambil airnya maka lumpur menjadi tidak berbau dan
mudah membusuk
e. Hasil akhir dari lumpur yang diambil airnya umumnya dipakai
sebagai penimbun tanah dan mengurangi genangan air pada daerah
pembuangan sampah secara sanitary landfill

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang


terdapat didalam lumpur antara lain dengan cara alamiah maupun
mekanis misalnya penyaringan dengan penekanan, gerakan kapiler,

24
saringan hampa udara, pemutaran dan pemadatan. Pemilihan cara ini
berdasarkan dengan jenis lumpur yang dihadapi serta areal yang
tersedia. Untuk bangunan pengolahan air limbahnya yang kecil dan
tanah yang tersedia tidak merupakan masalah maka pengeringan secara
alamiah yaitu dengan penguapan yang dapat diterapkan, akan tetapi
karena pengaruh lainnya seperti terbatasnya areal serta teknik yang
telah dikuasai maka pilihan akan jatuh pada pengolahan secara
mekanis. Contohnya apabila menggunakan saringan bertekanan (filter
presser).

Pada saringan bertekanan, maka pengurangan air dicapai mellaui


pemaksaan air keluar dari lumpur dibawah tekanan tinggi. Saringan
bertekanan ini dinyatakan baik diliht dari:

1. Lumpur yng dihasilkan sangat padat


2. Cairan hasil proses pemerasan adalah sangat jernih
3. Pengambilan lumpur sangat baik
4. Penggunaan bahan kimia
5. Proses Pengeringan
Pada prose ini dipergunakan bak pengering yang menampung
lumpur berasal dari tanki pencernaan. Lumpur diletakkan pada bak
pengering dengan ketebalan 200-300 mm dan dibiarkan sampai kering
terken sinar matahari. Setelah kering kemudian lumpur dikerok untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Hilangnya air dari lumpur adalah melalui gaya berat lumpur karena
tertahan oleh lapisan pasir dan melalui penguapan dari permukaan
lumpur oleh udara. Sebagian besar air meninggalkan lumpur melalui
saluran pengering, Oleh karena itu, dipergunakan sistem pengering yang
baik dengan menggunakan pipa berlubang yang ditanam di tanah pada
dasar bak pengering.
6. Proses Pembuangan

25
Pembuangan akhir dari lumpur dan zat padat biasanya tergolong dalam
pembuangan di tanah. Masalah utama dalam pembuangan ini adalah terletak
pada nilai ekonomis dari produk yang dihasilkannya. Metode yang baisanya
dipergunkan dari pembuangan di tanah adalah dengan menebarkan di atas
tanah embuat kolam, penimbunan dan pengisian tanah yang cekung (land
felling).

2.2.1 Tahap proses pemisahan


a. Proses pemisahan fase
Secara potensial berguna dalam pengurangan volume atau perolehan
kembali sumber daya.
b. Proses pemisahan komponen
Sanggup memisahkan secara fisik jenis ionik atau molekuler tertentu
dari aliran limbah
c. Proses Transformasi Kimiawi
Mendorong reaksi kimiawi untuk meniadakan racun, memperoleh
kembali, atau mengurangi volume komponen spesifik pada aliran limbah

2.2.2 Pengolahan Limbah Cair


Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar
yang melampaui ambang yang telah ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya
terdapat minyak, lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,
plum-bum, barium, fenol, dan lain-lain, sehingga dalam pengolahannya
dibutuhkan kombinasi dari beberapa metode dan peralatan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) pengolahan limbah air dapat dibedakan menjadi (1)
pengolahan menurut tingkat perlakuan, (2) pengolahan menurut karakteristik
limbah.
Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses ini tidak
dapat berjalan secara sendiri-sendiri, tetapi kadang-kadang harus

26
dilaksanakan secara kombinatif. Pemisahan proses menurut karakteristik
limbah sebenarnya untuk memudahkan pengidentifikasian peralatan.
b. Proses Fisik
Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika, yaitu proses
pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia.
Proses-prosestersebut di antaranya adalah : penyaringan, penghancuran,
perataan air, penggumpalan, sedimentasi, pengapungan, Filtrasi,
b. Proses Kimia
Proses secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi
konsentrasi zat pencemar di dalam limbah. Kegiatan yang termasuk
dalam proses kimiadi antaranya adalah pengendapan, klorinasi, oksidasi
dan reduksi, netralisasi, ion exchanger dan desinfektansia.
c. Proses Biologi
Proses pengolahan limbah secara biologi adalah memanfaatkan
mikroorganisme (ganggang, bakteri, protozoa) untuk mengurangi
senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana dan
dengan demikian mudah mengambilnya. Proses ini dilakukan jika proses
fisika atau kimia atau gabungan kedua proses tersebut tidak memuaskan.
Proses biologi membutuhkan zat organik sehingga kadar oksigen
semakin lama semakin sedikit. Pada proses kimia zat tersebut diendapkan
dengan menambahkan bahan koagulan dan kemudian endapannya
diambil. Pengoperasian proses biologis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu operasi tanpa udara dan operasi dengan udara.

Digunakannya mikroorganisme untuk menguraikan atau mengubah


senyawa organik, maka dibutuhkan suatu kondisi lingkungan yang baik.
Pertumbuhan dan perkembangan harus memenuhi persyaratan hidup,
misalnya penyebaran, suhu, pH air limbah dan sebagainya. Adanya
perubahan dalam lingkungan hidupnya akan mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi. Ada golongan mikroorganisme tertentu
yang rentan terhadap perubahan komponen lingkungan, dan ada pula

27
yang dapat dengan cepat melakukan adaptasi dengan kondisi yang baru.
Oleh karena itu kondisi lingkungan amat penting artinya dalam
pengendalian kegiatan mikroorganisme dalam air limbah.
Beberapa perlakuan dibutuhkan untuk memenuhi baku mutu:
a. Perlakuan primer
Penghilangan fisik bahan tersuspensi.
b. Perlakuan sekunder
Degradasi oleh mikroba untuk menghilangkan senyawa organik
terlarut.
Dua cara:
a. Degradasi anaerobik dalam sludge tank /activated sludge tank
b. Degradasi aerobik menggunakan trickling bed filter.
c. Perlakuan tersier
Pemisahan bahan terendapkan.Untuk menghilangkan sisa senyawa
organik dan mineral (biasanya berbeaya tinggi dan tidak selalu
dibutuhkan).
Contoh :
a. Fosfat dapat diendapkan dengan flokulasi menggunakan garam
yang mengandung aluminium,besi atau kalsium.
b. Mikroba pathogen dapat dihilangkan dengan khlorinasi atau
penyinaran UV.
c. Arang aktif dapat digunakan untuk menghilangkan senyawa oganik
rekalsitran.
d. Perlakuan Primer
Pemisahan fisik bahan organik tersuspensi dalam bak pengendapan
untuk mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD).

2.3 Parameter Hasil Olahan


Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari
jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di
dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter

28
dan semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang
untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Berikut parameter hasil pengolahan :
a. BOD (Biological Oxigen Demand)
b. COD (Chemical Oxigen Demand)
c. SS (Suspended Solid)
d. TSS (Total Suspended Solid)
e. N-Ammonium (Nitrogen Removal)
f. N-Nitrit (Nitrogen Removal)
g. N-Nitrat (Nitrogen Removal)
h. P-Phospat (Phospourus Removal)
i. pH

2.4 Upaya Pencegahan Pencemaran


1) KTT Bumi di Rio de Janeiro telah menjadi kekuatan terhadap kepedulian
lingkungan, menjadikan manajemen lingkungan sebagai kewajiban
Pemerintah seluruh dunia. Kesepakatan tersebut telah memaksa para
developer dan environmentalis yang salingbertentangan selama puluhan
tahun, untuk memasuki platform nada yang sama, Yaitu pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
2) Perlunya Penerapan Suatu Standard dan regulasi yang tegas

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah


Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi
akibat masuknya limbah ke dalam lingkungan :
a. lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam
limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
b. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
c. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

29
Berikut adalah faktor – fsktor yang mempengaruhi kualitas limbah :
a. Volume limbah
b. Kandungan bahan pencemar
c. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002).

2.5 Baku Mutu Air Limbah Industri

Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam media air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal
menentukan apakah telah terjadi pecemaran dari kegiatan industri atau pabrik
dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu :
a. Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
b. Stream standard merupakan batas kadar limbah untuk sumberdaya tertentu,
seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang ditetapkan ini didasarkan
pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya (Darsono, 1995).
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam
air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu
air (Darsono, 1995).
Baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dari perbagai sektor. Untuk
melindungi sumber air sesuai dengan peruntukannya maka perlu ditetapkan
bakumutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif mutu limbah cair
yang telah ditetapkan dalam Permen LH No. 5 Tahun 2014.
Baku mutu limbah yang telah ditetapkan Gubernur dimaksudkan untuk

30
melindungi peruntukan air di daerahnya, dengan demikian dalam setiap kegiatan
yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke
dalam air pada sumber air limbah cair harus memenuhi persyaratan.
Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh
melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan, dan tidak
mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah (Darsono,
1995). Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke dalam
air pada sumber air, mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah (Darsono,1995).

2.7 Dampak Pembuangan Air Limbah

Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahaan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara
lain :

1. Gangguan Kesehatan
Air imbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat
menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air limbah
mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan
baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk,
lalat, kecoa, dan lain-lain)

2. Penurunan kualitas lingkungan


Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya
sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan
tersebut.

3. Gangguan terhadap keindahan

31
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak
menganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi menganggu keindahan.

4. Gangguan terhadap kerusakan benda


Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi
oleh bakteri anaerobic menjadi gas agresif seperti H2S. gas ini akan
mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi.

32
BAB III
METODE PRAKTIK

3.1 Metode Praktik


Metode pada prinsipnya yaitu merupakan suatu cara dalam rangka
pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi,
sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup
prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan.Metode
penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan
data yang subjektif, valid, dan reliable, dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam kegiatan ini terdiri dari populasi lingkungan. Populasi
lingkungan dalam kegiatan praktikum ini adalah air buangan dari hasil kegiatan
produksi dari Polymer Plant, PTA Plant, dan Fiber Plant serta air buangan hasil
dari kegiatan domestik (MCK, Wudhu dll) di wilayah lingkungan PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk.

3.2.2 Sampel
Sampel yang diambil dalam praktikum ini adalah Limbah Cair yang telah
diolah oleh pihak Waste Water Treatment Proces di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Titik yang dijadikan lokasi untuk pengambilan sampel yaitu pada bak Clarifier 1
dan air yang akan dibuang ke Sungai Citarum setelah melalui berbagai Proses
pengolahan.

3.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan Sampel


Lokasi kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) bertempat di PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk yaitu pada tanggal 15 April 2016.

33
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Analisis Data
Analisis data hasil kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder tentang
sanitasi industri dan hasil observasi selanjutnya dianalisis dengan kegiatan sebagai
berikut :
1. Seleksi Data
Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap semua data yang telah terkumpul,
dengan maksud untuk menghindari adanya kekeliruan.
2. Klasifikasi Data
Yaitu melakukan pengelompokan atau klarifikasi sebagai jawaban dari data
yang diperoleh menurut aspek yang sama.
3. Tabulasi Data
Adalah kegiatan mentabulasi data yang telah diklarifikasi.

3.4.2 Instrumen Pengumpul Data


Intrumen pengumpul data yang digunakan adalah observasi ke tempat
pengolahan limbah, lalu mengambil sampel dari bak Clarifier 1 kemudian
diperiksa ke Laboratorium Poltekkes Bandung Jurusan Kesehatan Lingkungan.

3.4.3 Tenaga Pengumpul Data


Pengumpulan data di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dilakukan oleh 8 orang
dalam dua kelompok dan dibantu oleh Team HSE (Health, Safety, and
Environtment() di PT. Asia Pacific Fibers Tbk. Kedua orang tersebut merupakan
mahasiswi Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung, yaitu :

1. Ervina Marliani P17333114427


2. Esa Afiyah W P17333114435
3. Derry Sholihin P17333114432
4. Delisa Dwinovita P17333114434

34
3.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang kami lakukan adalah perhitungan Sludge Volume pada
air limbah dari bak Clarifier 1. Untuk perhitungan MLSS, MLVSS, COD, BOD,
TSS, pH, Suhu dan logam berat lainnya dilakukan oleh pihak industri setiap hari
dan pihak ketiga yaitu PERUM JASA TIRTA II setiap satu bulan sekali.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel


3.6.1 Bak Clarifier 3
Lokasi pengambilan sampel yaitu pada Waste Water Treatment Plant yang
ada di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk pada bak Clarifier 3. Sampel diambil dengan
metode Grab Sampel yaitu sampel yang diambil pada waktu tertentu dan sample
tersebut sudah mampu mewakili limbah secara keseluruhan di Bak Clarifier.
Alat dan Bahan :
1. Inhoff Cone
2. Beaker Glass
3. Stopwatch
4. Lumpur
5. Pengaduk

Cara Pemeriksaan :
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Homogenkan Lumpur dalam beaker glass sebelum dimasukkan ke dalam
inhoff cone dengan menggunakan batang pengaduk atau dengan
diguncangkan dalam inhoff cone.
3. Biarkan Lumpur mengendap selama 30 menit.
4. Catat volume lumpur yang mengendap dalam satuan ml/L.

Cara Pembacaan :

Cara pembacaan yaitu dilakukan setelah endapan didiamkan selama 30 menit


dengan membaca ketinggian endapan tersebut.

35
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Limbah Cair

Proses pengolahan limbah cair di PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang


sudah menggunakan sistem terpadu yaitu sistem dimana limbah yang dihasilkan
dari proses produksi langsung disalurkan ke tempat pengolahan secara kontinue
dan termasuk bagian dari PTA plant dengan nama Waste Water Treatment Plant.
Proses pengolahan yang dilakukan di IPAL PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang
ialah pengolahan kedua (secondary treatment) yaitu dengan menggunakan proses
aerasi dan lumpur aktif. IPAL PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang telah
memiliki izin dari pemerintah Kabupaten Karawang yaitu Surat Keputusan Bupati
Karawang nomor 658.31/Kep/66/Wasdal tentang Izin Pembuangan Limbah Cair.

Tempat pengolahan yang tersedia ada 2 yaitu bak Anoxic dan Aeration
untuk mengolah limbah cair yang bersifat asam, dan ATE untuk mengolah limbah
cair yang bersifat basa. Untuk jenis limbah cair industri yang bersifat asam
dilakukan pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Secara biologi yaitu
dengan adanya mikroorganisme pada limbah cair tersebut (lumpur aktif), secara
kimia yaitu dengan penambahan coustik (NaOH) untuk menaikkan pH jika air
limbah yang diolah bersifat asam. Dalam proses ini COD dan BOD dapat
diturunkan sehingga 80%.

Teknik pengolahan yang dilakukan secara garis besar yaitu secara Biologi,
dengan menggunakan proses anaerob dan aerob, pada proses anaerob terdapat 2
tanki yaitu metanogenesis tank masing-masing berkapasitas 1000m3. Namun pada
saat berjalan proses tersebut beberapa tahun yang lalu dinilai tidak begitu efektif,
sehingga proses anaerob tidak digunakan kembali, hanya menggunakan proses
aerob.

36
Pada proses pengolahan limbah cair disini memiliki debit limbah yang
berasal dari Polymer plant sebanyak 4m3/jam dan PTA plant sebanyak 10m3/jam
(saat ini sudah tidak berproduksi). Biasanya limbah yang berasal dari Polymer dan
PTA plant kadar CODnya bisa mencapai hingga 15.000-30.000. Sebelum masuk
pada proses aerob, air limbah yang memiliki beban COD >12000ppm harus
masuk terlebih dahulu ke Dump Tank untuk penyimpanan sementara agar kadar
COD dapat turun terlebih dahulu secara alami. Kapasitas Dump Tank yaitu
2000m3, apabila terjadi hujan maka debit limbah pun akan menjadi lebih besar
sehingga dapat ditampung terlebih dahulu di 2 tank metanogenesis yang masing-
masing berkapasitas 1000m3. Lalu air limbah tersebut masuk ke bak anoxic zone
A yang beban COD nya sudah menurun menjadi 12000ppm kemudian melalui
Flow Spliter Box yang berfungsi untuk menyaring kotoran – kotoran yang ada
pada air limbah , apabila air limbah dalam keadaan asam maka coustik tank akan
menambahkan NaOH sehingga pHnya menjadi netral, setelah itu masuk ke proses
selanjutnya yaitu bak Anoxic zone B.

Dalam bak Anoxic zone A dan B terjadi pengadukan oleh masing –


masing 2 buah Agitator selanjutnya air limbah masuk ke Aeration tank A. Setiap
Aerasi Tank memiliki 8 aerator yang berfungsi untuk mensuplai udara hingga ke
permukaan bawah bak dan untuk proses pengadukan agar terjadi homogen. Pada
saat berada di Aeration tank beban air limbah CODnya harus di pertahankan
dalam keadaan 6000ppm.

Didalam aeration tank A terdapat 3500 bakteri berwarna agak kuning,


pada saat bakteri pada kondisi buruk akan ditambahkan nutrien berupa urea 25kg,
fosfat 29kg, amonium 2kg, magnesium 0,5kg, kalsium0,5kg, sodium 0,5kg, feri
klorida 0,5kg dan air sebanyak 90 liter yang kemudian dimasukkan ke tanki.
Waktu tinggal pada Aeration tank A yaitu 7 hari, setelah 7 hari air limbah dari
Aeration tank A akan melewati Flow Spliter untuk menyaring kotoran agar tidak
terjadi Chokking dan kotoran tidak masuk ke bak clarifier 1.

37
Pada Clarifier 1 dan 2 dilakukan pemisahan lumpur aktif dan limbah cair.
Didalam bak Clarifier 1 under flownya (lumpur aktif) akan disirkulasi kembali ke
Aeration Tank A dan sebagian lumpurnya di buang ke Trichener and Decanter
Tank, sedangkan over flow (limbah cair) akan masuk ke Aeration tank B untuk
diolah lagi, pada Aeration Tank B COD nya pun sudah menurun menjadi
1500ppm dengan jumlah bakteri di dalamnya sebanyak 1500. Dari Aeration Tank
B masuk ke bak Clarifier 3 setelah masuk dan terolah di Clarifier 3 kadar COD
turun menjadi <100 ppm sehingga limbah cair yang diolah telah mencapai
standard baku mutu limbah cair. Kemudian air limbah masuk kedalam monitoring
box zone, di dalam monitoring box zone air limbah diendapakan agar sludge tidak
terbawa ke badan air. Pada monitoring box dapat diketahui debit air yang keluar,
air jernih yang dialirkan ke sungai Citarum sebanyak 42 m3/jam dan sludge yang
ada di sirkulasikan kembali ke Aeration Tank A sebanyak 28m3/jam. Bak
Clarifier 2 tidak digunakan atau dalam keadaan standby, digunakan hanya dalam
keadaan darurat. Titik pengambilan sampel dilakukan pada saluran yang keluar
dari Monitoring Box menuju ke Sungai Citarum.

Untuk jenis limbah cair industri yang berasal dari Fiber plant PT.Asia
Pacific Fibers Tbk Karawang mengolahnya di ATE secara kimia. Kenapa
pengolahan limbah dari Fiber Plant dipisah dengan limbah dari Polymer dan PTA
Plant yaitu dikarenakan limbah dari Fiber Plant berasal dari bahan baku Silastol
yang bersifat basa yang akan menghasilkan busa jika dilakukan pengadukan,
sehingga harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum disatukan dengan pengolahan
limbah dari Polymer dan PTA Plant. Proses yang dilakukan yaitu limbah yang
berasal dari Fiber Plant dialirkan melalui pipa menuju bak penampung kemudian
saat menuju Flash Mixing Tank dan Lamela Clarifier, air limbah diinjeksikan
koagulan NaOH, lalu Fe2SO4, dan terakhir Polielektrolit. Kemudian air limbah
yang sudah diinjeksikan ketiga koagulan tersebut, masuk ke dalam Flash Mixing
Tank untuk dilakukan pengadukan kemudian melewati Lamela Clarifier untuk
dilakukannya pengendapan, selanjutnya air limbah yang telah melalui tahap
pengolahan tersebut di tampung didalam Intermediate Tank lalu airnya

38
dipompakan menuju Anoxic Tank A untuk kemudian diolah bersama limbah cir
dari Polymer Plant dan PTA Plant, sedangkan endapannya dipompakan ke
Trichener and Decanter.

Endapan dari Trichener and Decanter Tank dalam sehari bisa dihasilkan
sebanyak 4 drum besar. 1 drum berisi 200 liter sehingga dalam sehari sludge
yang dihasikan yaitu sebanyak 800 liter. Untuk pengolahan sludge selanjutnya
yaitu dengan mengamparkan slude diatas alas plastik berukuran 2 x 2 meter
dengan kedalaman 1cm sebanyak 4 tempat. Penjemuran dibawah terik matahari
dilakukan hanya untuk mengurangi kadar airnya dan untuk selanjutnya diserahkan
pada pihak ketiga. Sedangkan Untuk limbah cair yang langsung di buang kebadan
air yaitu limbah yang berasal dari kegiatan domestik (mencuci, memasak didapur,
kantin, kamar mandi) dan kegiatan produksi lain (air buangan dari incinerator,
proses cooling tower). Limbah cair tersebut dialirkan ke saluran drainase
kemudian dibuang ke sungai Citarum tanpa ada pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan untuk limbah dari kakus dibuang ke septic tank yang ada di sekitar
masing-masing bangunan dengan kapasitas 3m3 dan dilakukan pengurasan setiap
septic tank penuh.

39
4.2 Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Cair

Gambar 3.2 Flow diagram alir proses pengolahan secara biologi

a. Dump tank

Limbah cair dari masing-masing plant di pompakan ke dalam dump


tank sebagai bak penampungan sementara

b. Anoxic Tank

40
Pada proses ini limbah cair disesuaikan pHnya hingga mencapai pH 6
sebagai umpan ke dalam kolam aerasi

c. Aeration A
Pada kolam aeration A limbah cair tersebut di olah secara biologis
dengan menggunakan bakteri (lumpur aktif) dan diberi udara untuk
nutrisi bakteri tersebut diberikan Nutrient. Dalam proses ini COD dan
BOD dapat diturunkan sehingga 80 %, adapun luas kolam aeration A
sebesar (80 x 20 x 4) m

d. Clarifier 1/2

Fase penjernihan dilakukan pada clarifier yang memisahkan lumpur


aktif dan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan diolah kembali
pada kolam aeration B, sedangkan lumpur aktif tersebut di pompakan
kembali ke kolam aeration A.

Pada tahapan ini tersedia 2 unit clarifier, sedangkan yang di


operasikan hanya 1 (satu) unit dan 1 unit lagi stand by.

e. Aeration B

Pada kolam aeration B limbah cair tersebut di olah secara biologis


dengan menggunakan bakteri (lumpur aktif) dan diberi udara untuk
nutrisi bakteri tersebut diberikan Nutrient. Dalam proses ini COD dan
BOD dapat diturunkan sehingga 90 %, adapun luas kolam aeration B
sebesar (4 x 20 x 80) m

f. Clarifier 3

Pada fase ini limbah cair yang diolah telah mencapai standard baku
mutu limbah cair, adapun lumpur yang dipisahkan dipompakan
kembali ke kolam aeration B.

Air hasil pengolahan sebelum dibuang ke sungai ditampung pada


monitoring box untuk mengukur jumlah air yang dibuang ke sungai.

41
Titik pengambilan sampel dilakukan pada saluran yang keluar dari
monitoring box.

d. gambar Flow diagram alir proses pengolahan secara kimia

4.3 Pemeliharaan sarana

Untuk pemeliharaan sarana pengolahan limbah PT.Asia Pacific


Fibers Tbk Karawang melakukannya setiap satu tahun sekali. Bak yang
dibersihkan ialah Anoxic tank A dan Anoxic tank B yang dikuras secara
bergiliran, Dump Tank dan Clarifier dan pengecekkan Flow Spliter
dilakukan setiap hari. Pengurasan yang dilakukan karena terjadinya
endapan putih pada Anoxic Tank dan Dump Tank yang menyebabkan
volume dari limbah tersebut menjadi berkurang. Sementara untuk
pemeliharaan pada kolam aeration belum pernah dilakukan karena akan
menggagu proses biologi yang dilakukan oleh mikroba-mikroba di
dalamnya.
Lumpur (endapan putih) yang dihasilkan dari pengurasan
pengolahan limbah di masukkan kedalam drum ukuran 200 liter kemudian
dibakar di Incinerator Online.

4.4 Prosedur dan cara pengambilan sampel limbah cair


4.4.1 Prosedur pengambilan sampel air limbah yang baru masuk ke WWTP
yang dilakukan oleh pihak industry untuk pengukuran MLSS:
- Titik 1, disudut tempat masuknya limbah ke bak anoxic A

42
- Titik 2, disudut sebrang titik 1
- Titik 3, di bak aeration A dan aeration B
- Pengambilan dilakukan setiap pagi
4.4.2 Prosedur pengambilan sample air limbah yang akan dibuang ke sungai
Citarum yang dilakukan oleh pihak industri:
- Diambil pada tanggal 18/04/16 jam 09.00 dan tanggal 19/04/16
jam 10.00
- Pengambilan sampel menggunakan botol yang diikat dengan tali
rapia
- Tidak ada titik khusus untuk pengambilan sampel
- Pengambilan sampel air limbah ada 3 zona yaitu zona B, zona
C, dan zona D
- Zona B merupakan air limbah domestik yang berasal dari utility
plant, fiber plant dan polymer
- Zona C merupakan air limbah produksi yang berasal dari PTA
plant, polymer plant, dan fiber plant di zona ini terdapat alat
pengukur pH dan suhu air (pH meter) yang dipasang oleh
MENLH sebagai monitor
- Zona D merupakan air limbah yang berasal dari Incinerator
Online dan manual, airnya panas
- Parameter yang diuji ialah pH, COD dan TSS

4.4.3 Prosedur pengambilan sampel air limbah yang akan dibuang ke sungai
Citarum yang dilakukan oleh pihak PERUM JASA TIRTA II:

- Pengambilan sampel dan pengujian effluent oleh POJ dilakukan


setiap satu bulan sekali
- Sampel yang diambil dari effluant yang akan dibuang ke badan
sungai Citarum hanya menggunakan gayung dan ember
- Petugas POJ melakukan pembilasan botol sampel menggunakan
air dari effluent

43
- Botol sampel yang digunakan ada 5, yaitu botol sampel untuk
sulfida yang ditambah NaOH sebagai pengawet, botol sampel
untuk COD yang ditambah asam sulfat, botol sampel untuk
logam yang ditambah dengan HNO3, botol sampel untuk BOD
tanpa ada tambahan zat untuk pengawetan (BOD5), dan botol
sampel untuk pengecekan pH dan suhu dengan menggunakan
pH meter yang telah dibersihkan dengan aquades.
- Parameter yang diperiksa ialah pH, COD, BOD, TSS, TDS,
logam (sulfida), dan suhu.

4.5 Parameter yang diperiksa


4.5.1 Parameter yang diperiksa oleh pihak industri.
Berikut laporan hasil pengujian sampel air limbah PT.Asia Pacific
Fibers Tbk – Karawang dari monitoring box:
Date Time pH COD TSS
18/04/16 08.00 WIB 7,5 74 29
19/04/16 10.00 WIB 7,6 29 42
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk
Berdasarkan hasil dari pengujian yang dilakukan dapat diketahui
bahwa:
1. pH limbah cair awal ialah 3-5 setelah dilakukan pengolahan
pH tersebut menjadi 6,6-7,4 berarti proses pengolahan yang
dilakukan sangat efektif sehingga dapat membuat limbah
tersebut menjadi netral dan memenuhi syarat baku mutu
yang ditetapkan dalam Permen LH No. 5 Tahun 2014
Lamp. 47 Gol 1 yaitu pH 6.0-9.0.
2. Kadar COD awal ialah 15.000-30.000ppm setelah
dilakukan pengolahan kadar COD yang terkandung dalam
limbah cair yang akan dibuang ke sungai menjadi turun
sehingga memenuhi baku mutu yang di tetapkan Permen
LH No. 5 Tahun 2014 Lamp. 47 Gol 1 yaitu 100mg/L.

44
4.5.2 Parameter yang diperiksa oleh pihak ketiga
Berikut laporan hasil pengujian sampel air limbah PT.Asia Pacific
Fibers Tbk – Karawang, yang diambil tanggal 07 April 2016 dengan No
59 / LAB-LHP / IV / 2016 yang dilakukan oleh PERUM JASA TIRTA
II SUB UNIT LABORATORIUM, hasil pengujiannya sebagai berikut:
NO PARAMETER SATUAN Permen LH HASIL
No. 5 tahun PENGUJIAN METODE
2014 Lamp April UJI
47 Gol 1
o
1 Temperatur C 38 30 APHA
22nd
Ed.2550.B
2 Zat padat mg/L 2,000 515 APHA
terlarut (TDS)* 22nd
Ed.2540.C
3 Zat Padat mg/L 200 12 APHA
Tersuspensi 22nd
(TSS)* Ed.2540.D
4 pH* - 6.0-9.0 7.3 SNI 06-
6989.11-
2004
5 Seng (Zn)* mg/L 5 <0.01 SNI 06-
6989.7-
2009
6 Mangan (Mn)* mg/L 2 <0.05 SNI 06-
6989.5-
2009
7 Besi (Fe)* mg/L 5 <0.1 SNI 06-
6989.4-

45
2009
8 Tembaga (Cu)* mg/L 2 <0.01 SNI 06-
6989.6-
2009
9 Krom mg/L 0.1 <0.04 SNI 06-
Hexavalen 6989.71-
(Cr6+) 2009
10 Amoniak mg/L 5 1 IKM / 15 /
Bebas PJT / II
(titrasi)
11 Nitrat (NO3- mg/L 20 25 APHA
N)* 22nd
Ed.4500-
NO3.E
12 Nitrit (NO2-N)* mg/L 1 0.05 APHA
22nd
Ed.4500-
NO2.B
13 Sulfida (H2S) mg/L 0.5 <0.03 APHA
22nd
Ed.4500-
S2-.D
14 BOD5 mg/L 50 11 APHA
22nd
Ed.5210.B
15 COD* mg/L 100 31 APHA
22nd
Ed.5220.C
Sumber: Data sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk
Catatan :
Parameter bertanda bintang (*) merupakan parameter ruang lingkup akreditasi

46
Keterangan: pengambilan jam: 10.30 WIB
Cuaca cerah; 33oC

Dari hasil pengujian sampel air limbah yang dilakukan dapat diketahui bahwa:
1. Pada parameter yang di uji beberapa telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2014 Lamp. 47 Gol 1.
namun pada tanggal 7 April hasil dari nitrat tidak memenuhi syarat.
2. Kandungan COD jika melihat lampiran hasil pengujian setahun yang
lalu, kadar COD melebihi baku mutu Permen LH No. 5 Tahun 2014
Lamp. 47 Gol 1, di karenakan pada satu tahun yang lalu PTA plant masih
beroperasi dan menghasilkan limbah yang debitnya cukup tinggi dan
kadar COD yang tinggi jika berakumulasi dengan limbah dari polymer
plant namun bisa juga disebabkan karena pada hari tersebut di polymer
plant PTA ada pembersihan tanki bekas glikol, PTA, asam asetat
menggunakan NaOH 5%. Limbah tersebut seharusnya masuk Dump
Tank tetapi karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu
akhirnya limbah langsung masuk Anoxic Tank. Sehingga proses
pengolahan limbah yang dilakukan tidak dapat berjalan efektif karena
kurangnya kapasitas dari bak - bak penampung untuk pengolahan dan
kurangnya koordinasi antara Plant produksi dengan WWTP. Sedangkan
pada saat ini kadar COD hasil pengolah justru jauh dibawah nilai baku
mutu yang di tetapkan, hal ini dikarenakan PTA Plant sudah tidak
berproduksi lagi sehingga kuantitas dan kualitas dari air limbahnya pun
lebih mudah untuk ditangani.
3. Perhitungan SVI
a. Aeration A (tanggal : 21/04/16, waktu : 08.00WIB)
MLVSS = 5546
MLSS = 5856
pH = 6,8
SV = 790 ml
𝑆𝑉𝑥1000 790𝑥1000
SVI = = = 192,4013
𝑀𝐿𝑆𝑆 4106

47
Dari perhitungan SVI yang dilakukan dapat diketahui bahwa Sludge
volume indeks pada bak aerasi melebihi standar yang ditetapkan yaitu
SVI < 100 ml/gr : kualitas pengendapan LA baik
SVI > 200 ml/g : kualitas pengendapan LA jelek

4.6 Frekuensi pemantauan kualitas limbah cair


Agar kualitas limbah cair yang dibuang memenuhi persyaratan baku mutu
maka PT.Asia Pacific Fibers Tbk malakukan pemantauan dan pemeriksaan limbah
cair setiap hari. Sementara untuk pemantauan dan pemeriksaan kualitas limbah
cair oleh PERUM JASA TIRTA II SUB UNIT LABORATORIUM rutin
dilakukan setiap satu bulan sekali. Data sekunder kualitas limbah dari awal
pengolahan sampai akhir pengolahan:

a) Anoxic
Date Time pH COD
Anoxic B Anoxic B
18/04/16 08.00 WIB 3,8 9512
19/04/16 08.00 WIB 3,8 8446
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

b) Dump Tank
Date Time pH COD
18/04/16 08.00 WIB 3,5 12136
19/04/16 10.00 WIB 3,5 13120
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

c) Aeration Tank A-B


MLSS MLVSS
Date Time pH
Aeration Aeration

48
Tank A Tank A
18/04/16 08.00 WIB 6,6 4106 3970
19/04/16 10.00 WIB 6,8 4028 3844
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

MLSS MLVSS
Date Time pH Aeration Aeration
Tank B Tank B
18/04/16 08.00 WIB 6,8 1360 1084
19/04/16 10.00 WIB 7,2 1536 1258
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

d) Clarifier
Date Time pH COD
Clarifier 1 Clarifier 1
18/04/16 08.00 WIB 7,0 804
19/04/16 08.00 WIB 6,9 1230
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

Date Time pH COD


Clarifier 3 Clarifier 3
18/04/16 08.00 WIB 7,3 94
19/04/16 10.00 WIB 7,3 57
20/04/16 09.30 WIB 7,4 57
21/04/16 08.00 WIB 7,4 41
Sumber: Data Sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang

4.7 Baku mutu


Baku mutu yang digunakan oleh PT.Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang
ialah PermenLH No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, karena

49
PERUM JASA TIRTA II SUB UNIT LABORATORIUM sebagai pihak yang
menguji sampel air limbah menggacu pada Permen LH No. 5 tahun 2014 Lamp.
47 Gol 1.

50
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sistem pengolahan limbah yang dilakukan di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
sudah sesuai dengan elemen – elemen yang dijabarkan dalam Permen LH N0. 5
tahun 2014 Lamp 47 Gol 1 ini dapat dilihat dari kualitas air limbah yang
dihasilkan setelah adanya pengolahan sebelum air limbah dibuang ke Sungai
Citarum. Namun beberapa tahun silam terkadang limbah yang dibuang ke Sungai
Citarum pernah melebihi Baku Mutu yang telah ditetapkan, dikarenakan adanya
kesalah fahaman antar Plant Proses Produksi dan Plant Pengolahan Limbah itu
sendiri, dan karena debit yang dihasilkan dari PTA proses terlalu besar sedangkan
bak – bak penampung yang ada tidak mencukupi, sehingga proses pengolahan
yang ada pun tidak berjalan maksimal. Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan
Pengolahan Limbah Cair di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dibawah tanggung jawab
Waste Water Treatment Plant. Sedangkan kendala yang dihadapi oleh perusahaan
dalam pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair yaitu kurangnya koordinasi antar
Plant mengenai masalah Limbah yang akan diolah di WWTP dari setiap Plant
Produksinya.

Sedangkan untuk slude yang dihasilkan, PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
melimpahkan pada pihak ketiga untuk pengolahannya, yaitu PT. Segoro Jaya
Makmur Abadi. Hal tersebut dilakukan karena adanya kandungan Amoniak pada
sludge tersebut sehingga sludge tersebut tergolong dalam kategori Limbah B3.

5.2 Saran

1. Tingkatkan serta pertahankan semua prosedur dan sistem yang telah


dilakukan sehingga dapat berjalan efektif.
2. Tingkatkan Koordinasi yang baik agar tercapai kesesuaian dari hasil
Pengolahan Limbah dengan Baku Mutu yang di tetapkan.

51
3. Menambah bak – bak penampung dengan kapasitas lebih besar, agar tidak
menggangu proses jika debit limbah dari proses produksi yang di hasilkan
lebih besar dari biasanya.
4. Menanam pepohonan lebih banyak di dekat areal IPAL agar bau bahan
kimia yang dihasilkan tidak membahayakan karyawan dan masyarakat
sekitar.
5. Melakukan penanggulangan pada lumpur yang dihasilkan (decanter)
tersebut dengan cara sludge drying bed atau dengan menggunakan filter
press

52
DAFTAR PUSTAKA

Data sekunder PT.Asia Pacific Fibers Tbk Karawang


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah
http://ppprodtk.fti.itb.ac.id (18 APRIL 2016)
http://www.google.co.id/search?1624.pdf.universitasairlangga.pdf (18 April 2016)
www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/INFO (18 April
2016)
http://download-fullpapers-KESLING-2-1-10.pdf (18 April 2016)

53

You might also like