You are on page 1of 3

TUGAS

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


DAULAH ABBASIYAH
KHALIFAH AZ-ZAHIR

Disusun Oleh :
Nama : Taufikur Rohmah S.
Kelas : XI IPS B
No :-

MA TAJUL ULUM BRABU


TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Khalifah Azh-Zhahir dilahirkan pada 571 H. Nama aslinya Muhammad bin An-Nashir
Lidinillah, Azh-Zhahir Biamrillah, Abu Nashr. Semasa hidupnya, sang ayah melantiknya
sebagai putra mahkota. Khalifah Azh-Zhahir dilantik sebagai khalifah Bani Abbasiyah ke-35
(1225-1226 M) pada usia 52 tahun.

Pemerintahan Azh-Zhahir sangat berpihak kepada kepentingan rakyat. Dia menghapuskan


bea cukai dan mengembalikan harta yang diambil paksa oleh aparat pemerintah dengan cara
yang tidak benar.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut penulis kitab Al-Kamil, Azh-Zhahir


melakukan apa yang pernah dilakukan oleh dua orang Umar sebelumnya, yakni Umar bin Al-
Khathab dan Umar bin Abdul Azis. Dia selalu berkata jujur dan benar serta bertindak adil
dalam menjalankan pemerintahannya. Ia mengembalikan harta rakyat yang pernah dirampas
pada masa pemerintahan ayahnya dan menghapuskan semua pajak yang memberatkan rakyat
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh ayahnya.

Azh-Zhahir sangat teliti dalam masalah pengambilan zakat. Misalnya zakat tanaman, hanya
diambil dari tanaman yang tumbuh sehat dan subur. Sedangkan tanaman yang kering dan
tidak banyak berbuah, tidak diambil zakatnya.

Keadilannya dalam memerhatikan timbangan juga sangat ketat. Dia mengetahui bahwa pada
masa pemerintahan sebelumnya, ayahnya menganjurkan rakyat menggunakan timbangan
lebih berat setengah mistqal dari timbangan biasa. Azh-Zhahir memerintahkan kepada semua
bawahannya untuk mengubah semua itu dan menggunakan timbangan yang biasa sambil
mengawali setiap surat yang dikirimnya dengan surat Al-Muthaffifin ayat 1, "Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang."

Tindakan khalifah ternyata mendapat penolakan dari para bawahannya. Menurut mereka, jika
timbangan yang dipakai oleh rakyat dikembalikan pada ukuran yang sebenarnya akan
mengurangi pendapatan negara sebesar 350.000 dinar.

Mendengar hal itu, khalifah berkata, "Batalkan semua itu dan kembalikan kepada aslinya
walaupun keuntungan yang akan didapat hanya sebanyak 35.000 dinar."

Khalifah juga sangat memerhatikan kehidupan para ulama dan cendikiawan Muslim dengan
cara banyak membantu kesulitan hidup mereka. Ia juga selalu meminta saran dan nasihat dari
mereka serta berpesan agar apa yang telah diberikan tidak memengaruhi sikap mereka.

Suatu ketika pernah datang kepada khalifah seorang penjaga pos keuangan dari Wasith
dengan membawa uang sebanyak 100.000 dinar yang didapatkan dengan cara merampas
secara paksa dari pemiliknya. Mengetahui hal itu, khalifah mengembalikan uang tersebut
kepada pemiliknya.

Khalifah Azh-Zhahir juga membebaskan tawanan yang ditahan dengan tuduhan-tuduhan


palsu ketika mereka melakukan perlawanan terhadap penguasa sebelumnya. Dia juga
mengirimkan uang sebanyak 10.000 dinar kepada seorang hakim dan memerintahkannya
untuk membagi-bagikan uang tersebut kepada rakyat yang membutuhkan. Azh-Zhahir juga
selalu tampil di hadapan rakyatnya, satu hal yang jarang dilakukan oleh para khalifah
sebelumnya.
Suatu ketika khalifah meninjau kas negara. Salah seorang pegawai di tempat itu berkata,
"Gudang ini di masa pemerintahan orang-orang sebelummu penuh dengan harta benda dan
simpanan uang yang banyak. Saat ini di masa pemerintahanmu, isi gudang ini hampir habis
karena engkau bagi-bagikan kepada rakyat."

Azh-Zhahir menjawab, "Sesungguhnya gudang negara dibuat bukan untuk dipenuhi.


Sebaliknya, dia harus dikosongkan dan diinfakkan di jalan Allah. Karena sesungguhnya
menghimpun harta itu adalah pekerjaan para pedagang, dan bukan pekerjaan seorang
khalifah."

Khalifah Azh-Zhahir juga meriwayatkan banyak hadits berdasarkan rekomendasi dari


syekhnya. Orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya antara lain Abu Shahih bin Abdur
Razzaq bin Syekh Abdul Qadir Al-Jili.

Azh-Zhahir meninggal dunia pada 13 Rajab 623 H. Masa pemerintahannya hanya sembilan
bulan 24 hari.

You might also like