You are on page 1of 4

ASBESTOSIS

a) Etiologi
Paparan serat asbes
b) Patofisiologi
 Inhalasi serat asbestos. Serat berukuran
besar tertahan di hidung dan saluran
pernapasan atas, lalu dikeluarkan oleh
sistem mukosiliaris.
 Serat berdiameter 0,5-5
mikrometer akan tersimpan di bifurcatio
saluran, bronkioli, dan alveoli. Serat asbestos
akan menyebabkan cedera sel epitel dan sel
makrofag alveolar .
 Beberapa serat akan masuk ke dalam
jaringan intersisium melalui penetrasi yang
dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag
yang telah rusak akan mengeluarkan
reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak jaringan dan
beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1,
dan metabolit asam arakidonat yang akan memulai inflamasi alveoli
(alveolitis). Sel epitel yang terganggu juga mengeluarkan sitokin.
 Gangguan asbestos berskala kecil tidak akan
menimbulkan gangguan setelah inflamasi . Namun, bila serat terinhalasi
dalam kadar lebih tinggi, alveolitis akan terjadi lebih intens, menyebabkan
reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi jaringan ini menyebabkan fibrosis
yang progresif, yaitu pengeluaran sitokin profibrosis seperti fibronektin,
fibroblast growth factor, platelet-derived growth factor , dan insulin-like
growth factor yang akan menyebabkan sintesis kolagen.

c) Gejala 


1. Sesak nafas
2. Batuk dan nyeri dada
3. Deformitas jari / clubbing finger
 Gejala tersebut muncul secara bertahap setelah terbentuk jaringan
parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya.
d) Diagnosa
 Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan
terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya
dilakukan pemeriksaan rontgen dada, tes fungsi paru-paru dan CT
scan paru.
e) Pengobatan
 Membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural
drainase, perkusi dada dan vibrasi.
 Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir
 Pemberian oksigen
 Jika gejala sangat berat,dapat dipertimbangkan transplantasi paru

f). Pengendalian

A. Pencegahan Primer

Pencegahan primer artinya mengurangi faktor risiko


sebelum terserang penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain:

1. Terdapat Undang-Undang atau Peraturan yang


mengatur tentang masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu:
a). UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b). UU No. 14/1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai


tenaga kerja.

2. Substitusi

o Mengganti serat asbes dengan serat buatan seperti


alumina.

3. Modifikasi proses produksi

4. Menggunakan alat perlindungan diri

B. Pencegahan Sekunder

1. Deteksi dini penyakit dan pajanan yang dapat menimbulkan


penyakit
2. Pemeriksaan berkala
3. Surveilan medik

C. Pencegahan Tersier

 Bertujuan untuk mencegah penyakit bertambah buruk dengan cara


bila terkena penyakit segera menghindar dari pajanan lebih lanjut.
 Contoh : pencegahan terhadap penyakit alveolitis pada pekerja
yang terpajan serat asbes.
Annisa Citra Herrastri Hertanto (172010101018)

Sumber :

Salawati,L. (2015). Penyakit Akibat Kerja Oleh Karena Pajanan


Serat Asbes. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15(1),48-50.

Haurissa,A.E.(2012). Pencitraan Diagnostik Kasus Asbestosis


dan Diagnosis Inferensialnya.CDK, 39(9),661.

Darmawan,A.(2013).Penyakit Respirasi Akibat Kerja. JMJ,


1(1),73-74.

You might also like