You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi
yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang
harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang
menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya sekitar 4,5
juta orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi
sebagian dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun. Hampir semua orang
lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada suplai darah arteri ke otak,
dan sebanyak 10% sebenarnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan
gangguan fungsi atau stroke. Di Amerika Serikat, wanita kulit putih dengan usia
sekitar 50 tahun mempunyai resiko sekitar 20% menderita stroke dan 8% mempunyai
resiko meninggal karena stroke. Sekitar 1 dari 6 wanita amerika meninggal karena
stroke. Insidensi menderita stroke semakin meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.
Sekali wanita menderita stroke maka perjalanan penyakit dan prognosisnya lebih
buruk bila dibandingkan dengan lakilaki. Faktor utama terjadinya stroke adalah usia,
hipertensi dan aterosklerosis. Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak
arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke
otak. Plak biasanya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan
bekuan untuk membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan
hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan ulasan Stroke Non Hemoragic
2. Untuk menjelaskan penyebab Stroke Non Hemoragic, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh
3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang Stroke Non
Hemoragic.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Memberikan penjelasan kepada khalayak umum supaya mengetahui bahayanya
Stroke Non Hemoragic pada diri seseorang 2. Menyampaikan pada pembaca
tentang cara pengobatan dan asuhan keperawatan pada klien Stroke Non
Hemoragic dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006, hal-1110) Stroke non
hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hal- 17) Stroke
non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130)

B. ANATOMI FISIOLOGI .

Vaskularisasi Otak Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua
arteri vertebralis Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri
karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis
karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan arteri untuk
nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan
arteri serebri media. Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada
regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan
vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum
dan nukleus kaudatus. Arteri serebri media memberikan vaskularisasi pada
korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis. Gambar 2. Stenosis pada
arteri karotis Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri
yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu
menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang
arteri serebri posterior. Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada
batang otak dan medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan
vaskularisasi pada pons. Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi
pada lobus temporalis, oksipitalis, sebagian kapsula interna, talamus,
hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang
otak bagian atas.

C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
dari empat kejadian yaitu: 1. Thrombosis serebral Arteriosklerosis serebral
dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebabutama trombosis serebral,
yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis
serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan
beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi
intracerebral atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral
tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia,
atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat
pada beberapa jam atau hari. 2. Embolisme serebral Embolus biasanya
menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -cabangnya, yang merusak
sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atauhemiplegia tiba-tiba dengan afasia
atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral. 3.
Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. 4.
Haemorhagi serebral a. Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural)
adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan
ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
mempertahankan hidup. b. Patofisiologi Haemorhagi subdural pada dasarnya
sama dengan haemorrhagi epidu ral, kecuali bahwa hematoma subdural
biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematoma
lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau
gejala. c. Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada
area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak. d.
Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling
umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture
pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila
haemorrhagi membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam
bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.

D. PATOFISIOLOGI

Stroke non haemorhagic dapat berupa iskemia atau emboli dan


thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder .
Bekuan darah/Emboli Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran
darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri
menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,
menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi
infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan
menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Gambar 4. Bekuan darah
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak
dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

 Pathway
E. FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian. 2. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
akan menyebabkan infark sel – sel otak. 3. Penyakit Jantung Berbagai
penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan
menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam
aliran darah. 4. Hiperkolesterolemi Meningginya angka kolesterol dalam
darah, terutama low density lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko
penting untuk terjadinya arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh
darah yang kemudian diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah).
Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung
koroner. 5. Infeksi Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor
risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi
cacing. 6. Obesitas Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
jantung. 7. Merokok Manifestasi Klinis Merokok merupakan faktor risiko
utama untuk terjadinya infark jantung. 8. Kelainan pembuluh darah otak
Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan. 9. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi) 10. Penyalahgunaan obat (kokain) 11. Konsumsi alcohol 12.
Lain–lain, Lanjut usia, penyakit paru–paru menahun, penyakit darah, asam
urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non
hemoragik adalah: 1. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas
dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada
sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah
hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh) 2. Kehilangan
komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: a. Disatria
(kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif. c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya. 3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena
berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak
menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihata. 4. Defisit
sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh. 5. Kerusakan fungsi
kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari
kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini
dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi. 6. Disfungsi kandung kemih, setelah
stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan
kontrol motorik. (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2133-2134).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic: 1. CT Scan (Computer Tomografi Scan) Pembidaian
ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. 2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur. 3. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan. 4. Magnatik Resonan
Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. 5.
Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena. 6. Sinar X
Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. 7. Elektro
Encephalografi (EEG) Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. Pemeriksaan
Laboratorium: 1. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di
jumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari – hari pertama. 2.
Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg didalam serum. (Arif Muttaqin, 2008, hlm.
139).

G. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
H. PENATALAKSANAAN
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut :
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
6. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik Pengobatan Konservatif
 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
 3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
STROKE NON HEMORAGIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

 Pengkajian Fokus:
a. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
c. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di
muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
ronchi.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
j. Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidak mampuan berkomunikasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis


Perfusi jaringan keperawatan diharapkan
serebral b.d suplai aliran darah keotak 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
aliran darah ke lancar dengan kriteria hasil: bentuk pupil
otak terhambat. 2. Monitor tingkat kesadaran klien
- Nyeri kepala / vertigo 3. Monitir tanda-tanda vital
berkurang sampai dengan 4.Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
hilang Berfungsinya saraf muntah
dengan baik, Tanda-tanda 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
vital stabil 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7.Observasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen

1. Bersihkan jalan nafas dari sekret


2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu


komunikasi keperawatan, diharapkan memahami / memahamkan informasi dari
verbal b.d
klien mampu untuk / ke klien
penurunan berkomunikasi lagi dengan 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
sirkulasi ke otak kriteria hasil: penuh perhatian
3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
Dapat menjawab pertanyaan dalam komunikasi dengan klien
yang diajukan perawat 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
5. Berikan arahan / perintah yang sederhana
- Dapat mengerti dan setiap interaksi dengan klien
memahami pesan-pesan 6. Berikan speech-language teraphy
melalui gambar 7. Lakukan speech-language teraphy setiap
interaksi dengan klien
- Dapat mengekspresikan
perasaannya secara verbal
maupun nonverbal
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
mobilitas fisik keperawatan selama, aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
b.d kerusakan diharapkan klien dapat 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler melakukan pergerakan fisik ekstrimitas yang parese / plegi dalam
dengan kriteria hasil : toleransi nyeri
3. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
mencegah atau mangurangi bengkak
Tidak terjadi kontraktur otot 4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
dan footdrop dan kemampuan klien
5. Motivasi klien untuk melakukan latihan
- Klien berpartisipasi dalam sendi seperti yang disarankan
program latihan 6. Libatkan keluarga untuk membantu klien
latihan sendi
- Klien mencapai
keseimbangan saat duduk

Klien dapat mennggunakan


sisi tubuh yang tidak sakit
untuk kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang
parese/plegi

No Diagnosa Tujuan Evaluasi


Keperawatan

1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis


Perfusi jaringan keperawatan diharapkan
serebral b.d suplai aliran darah keotak 1. Memonitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
aliran darah ke lancar dengan kriteria hasil: dan bentuk pupil
otak terhambat. 2. Memonitor tingkat kesadaran klien
- Nyeri kepala / vertigo 3. Memonitir tanda-tanda vital
berkurang sampai dengan 4.Memonitor keluhan nyeri kepala, mual,
hilang Berfungsinya saraf muntah
dengan baik, Tanda-tanda 5. Memonitor respon klien terhadap
vital stabil pengobatan
6. Menghindari aktivitas jika TIK meningkat
7.Mengobservasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen

1. Membersihkan jalan nafas dari sekret


2. Mempertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Memberikan oksigen sesuai intruksi
4. Memonitor aliran oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5. Memberi penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Memonitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Menganjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Melibatkan keluarga untuk membantu


komunikasi keperawatan, diharapkan memahami / memahamkan informasi dari
verbal b.d klien mampu untuk / ke klien
penurunan berkomunikasi lagi dengan 2. Mendengarkan setiap ucapan klien dengan
sirkulasi ke otak kriteria hasil: penuh perhatian
3. menggunakan kata-kata sederhana dan
Dapat menjawab pertanyaan pendek dalam komunikasi dengan klien
yang diajukan perawat 4. Mendorong klien untuk mengulang kata-
kata
- Dapat mengerti dan 5. Memberikan arahan / perintah yang
memahami pesan-pesan sederhana setiap interaksi dengan klien
melalui gambar 6. Memberikan speech-language teraphy
7. Lakukan speech-language teraphy setiap
- Dapat mengekspresikan interaksi dengan klien
perasaannya secara verbal
maupun nonverbal
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Mengajarkan klien untuk latihan rentang
mobilitas fisik keperawatan selama, gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang
b.d kerusakan diharapkan klien dapat sehat
neurovas-kuler melakukan pergerakan fisik 2. Mengajarkan rentang gerak pasif pada sisi
dengan kriteria hasil : ekstrimitas yang parese / plegi dalam
toleransi nyeri
3. Menopang ekstrimitas dengan bantal
Tidak terjadi kontraktur otot untuk mencegah atau mangurangi
dan footdrop bengkak
4. Mengajarkan ambulasi sesuai dengan
- Klien berpartisipasi dalam tahapan dan kemampuan klien
program latihan 5. Memotivasi klien untuk melakukan latihan
sendi seperti yang disarankan
- Klien mencapai 6. Melibatkan keluarga untuk membantu
keseimbangan saat duduk klien latihan sendi

Klien dapat mennggunakan


sisi tubuh yang tidak sakit
untuk kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang
parese/plegi
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih. Jakarta: EGC

You might also like