You are on page 1of 27

BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN DAN CARA

PENANGANAN SEDIMEN DI SUNGAI, MUARA SUNGAI


DAN PANTAI

TRANPORTASI SEDIMEN KELAS - A :


RIZKY NOVIANDRI 1507114696

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Transportasi Sedimen ini
dengan baik.
makalah Transportasi Sedimen ini merupakan salah satu tugas yang
merupakan pemantapan dari dasar-dasar teori yang dipelajari pada mata kuliah
Transportasi Sedimen, serta mata kuliah lainnya yang memiliki keterkaitan
dengan desain ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada bapak Bambang
Sudjatmoko, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan makalah Transportasi Sedimen ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyelesaian makalah
Transportasi Sedimen ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
desain ini dimasa mendatang.
Semoga makalah Transportasi Sedimen ini dapat bermanfaat bagi penulis
serta rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di kemudian hari.

Pekanbaru, 22 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan .................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 2
3.1 Pengertian Sedimentasi .............................................................................. 2
3.2 Penyebab Terjadinya Sedimentasi ............................................................. 3
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi ........................................ 5
3.4 Perencananaan Bangunan Pengendali Sedimen ......................................... 8
2.4.1 Pengumpulan Data ............................................................................ 8
2.4.2 Analisis Data ..................................................................................... 8
2.4.3 Perencanaan Struktur ...................................................................... 10
3.5 Upaya Penanganan Sedimentasi............................................................... 11
2.5.1 Penganganan Sedimentasi di Daerah Hulu dan Hilir Sungai ......... 11
2.5.2 Penganganan Sedimentasi di Daerah Pantai ................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 21
3.2 Saran ......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

ii
DAFTAR GAMBAR
Hal.

Gambar 2. 1 Daerah yang mengalami sedimentasi ....................................................... 4


Gambar 2. 2 Salah satu faktor penyebab sedimentasi ................................................... 7
Gambar 2. 3 Jenis-jenis muatan pada sungai ................................................................ 9
Gambar 2. 4 Contoh Sabo Dam pada waduk Mrica-Lumajang .................................. 10
Gambar 2. 5 Groin....................................................................................................... 13
Gambar 2. 6 Jetty ........................................................................................................ 14
Gambar 2. 7 Breakwater ............................................................................................. 16
Gambar 2. 8 Seawall ................................................................................................... 18
Gambar 2. 9 Beach Nourishment ................................................................................ 18
Gambar 2. 10 Terumbu Buatan ................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan
suatu area yang berfungsi sebagai daerah penampung air hujan, daerah resapan
air, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air yang
kesemuanya itu membentuk sebuah sungai. Sungai mempunyai banyak manfaat
bagi kehidupan manusia, tetapi pada masa sekarang terdapat banyak sekali
permasalahan yang terjadi pada sungai, mulai dari sebagai tempat pembuangan
limbah ataupun permasalahan klasik seperti pendangkalan akibat telalu
banyaknya sedimentasi.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang menyebabkan terjadinya sedimentasi
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi sedimentasi
3. Mengetahui cara perencanaan bangunan pengendali sedimen yang benar
4. Mengetahui upaya pengendalian sedimentasi

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan


Ruang lingkup dari masalah ini adalah masih banyaknya endapan –
endapan yang tedapat di Sungai yang dapat menimbulkan banjir dan kerusakan
pada daerah aliran sungai yang terdapat Indonesia. Masalah tersebut dapat
teratasi apabila kita mengetahui bagaimana mengatasi terjadinya sedimen –
sedimen dan membuat bangunan pengendali sedimen yang baik dan benar.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Sedimentasi


Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material
organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di
dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen dapat
dibedakan menjadi muatan dasar (bed load) dan muatan melayang (suspended
load). Muatan dasar bergerak secara bergulir, meluncur dan meloncat-loncat
diatas permukaan dasar sungai. Sedangkan muatan layang yang mempunyai
ukuran kurang dari 0,1 mm bergerak secara melayang mengikuti arah aliran
sungai.
Sedimentasi merupakan sebuah peristiwa atau proses pengendapan yang
terjadi pada beberapa komponen abiotik yang ada di lingkungan seperti halnya
tanah dan juga pasir. Proses pengendapan atau sedimentasi ini bisa diesbabkan
oleh beberapa hal seperti aliran air ataupun hembusan angin yang dapat
memindahkan partikel- partikel kecil dari tanah atau pasir ke tempat lain hingga
mengalami pengendapan dan membentuk sesuatu yang baru. Proses sedimentasi
atau pengendapan ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti di darat, di laut
maupun di ekosistem sungai. Material- material yang dipendahkan ini merupakan
material- material sisa dari pelapukan atau pengikisan yang berlangsung dalam
jangka waktu cukup lama sehingga mudah diangkut.
Proses sedimentasi atau pengendapan ini membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, misalnya membentuk batuan baru. Jenis
batuan yang akan terbentuk melalui proses sedimentasi ini disebut dengan batuan
sedimen. Kemudian batuan sedimen ini akan mempunyai banyak contohnya yang
berbeda- beda antara pengendapan suatu materi dengan materi yang lainnya.
Proses sedimentasi ini dapat terjadi karena bantuan dari berbagai kekuatan,
seperti kekuatan aliran air, kekuatan angin maupun kekuatan es atau glester. Hal

2
ini akan menyebabkan sedimentasi ini dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis- jenis
sedimentasi ini juga kita akan bahas bersama di dalam artikel ini.

3.2 Penyebab Terjadinya Sedimentasi


Sedimentasi atau pengendapan merupakan proses alam. Proses alam ini
terjadi dalam waktu yang berulang- ulang. Dalam waktu lama sedimentasi ini
akan menghasilkan berbagai macam bentukan. Nah, untuk mengetahui informasi
yang lebih mendalam mengenai sedimentasi, kita juga perlu mengetahui tentang
apa saja yang mendorong terjadinya sedimentasi ini. Beberapa faktor yang
menyebabkan atau mendorong terjadinya sedimentasi antara lain sebagai berikut:
1. Adanya material, seperti pasir, tanah atau debu yang akan menjadi bahan yang
mengendap
2. Terdapat lingkungan pengendapan yang cocok baik di darat, laut dan transisi
3. Terjadinya pengangkutan sumber material atau transportasi yang dilakukan
oleh air, angin dan juga es
4. Berlangsungnya pengendapan yang terjadi karena perbedaan arus dan juga
gaya
5. Terjadinya replacement atau penggantian dan juga rekristalisasi atau
perubahan material
6. Diagenesis yakni perubahan yang terjadi saat pengendapan berlangsung baik
secraa kimia aupun secara fisika
7. Kompaksi, merupakan akibat dari adanya gaya yang berat dari material
sedimen yang memaksa volume lapisan sedimennya menjadi berkurang
8. Lithifikasi, merupakan akibat dari adanya kompaksi yang terus menerus
sehingga lama kelamaan sedimen akan mengeras.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sedimentasi atau


pengendapan. Faktor- faktor tersebut juga terjadi dalam proses sedimentasi
hingga membentuk suatu bentukan yang berbeda- beda. Setelah adanya faktor-

3
faktor yang menyebabkan sedimentasi, selanjutnya akan terjadi proses
sedimentasi itu sendiri
Proses sedimentasi yaitu proses terkumpulnya butir-butir tanah yang terjadi
karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan
pengendapan (settling velocity). Proses sedimentasi dapat terjadi pada lahan-
lahan pertanian maupun di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan
sebagainya. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh sedimentasi seperti :
1. Di sungai, pengendapan sedimen di dasar sungai yang menyebabkan naiknya
dasar sungai, kemudian mengakibatkan tingginya muka air sehingga
berakibat sering terjadi banjir.
2. Di saluran, akan terjadi pengendapan sedimen di saluran. Tentu akan
diperlukan biaya yang cukup besar untuk pengerukan sedimen tersebut dan
pada keadaan tertentu pelaksanaan pengerukan menyebabkan terhentinya
operasi saluran.
3. Di waduk, pengendapan sedimen akan mengurangi volume efektif waduk
yang berdampak terhadap berkurangnya umur rencana waduk.
4. Di bendung/pintu-pintu air, mengakibatkan pintu air sulit untuk
dioperasikan, mengganggu aliran air yang melewati bendung/pintu air, serta
bahaya penggerusan pada bagian hilir bangunan yang dapat mengakibatkan
terangkutnya material alas sungai.

Gambar 2. 1 Daerah yang mengalami sedimentasi

4
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Proses terjadinya sedimentasi merupakan bagian dari proses erosi tanah.
Timbulnya bahan sedimen adalah sebagai akibat dari erosi tanah yang terjadi.
Proses sedimentasi di Indonesia yang lebih berperan adalah faktor air,
sedangkan faktor angin relatif kecil. Menurut Langbein (Kironoto,2003)
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sedimentasi yaitu :
1. Iklim
Salah satu unsur iklim terpenting yang sangat berpengaruh pada
sedimentasi adalah hujan. Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama akan
menimbulkan gaya hunjam yang merupakan energi kinetik yang besar.
Kemampuan energi kinetik hujan yang menyebabkan erosi disebut erosivitas
hujan. Indeks erosivitas hujan (R) yang berkorelasi erat dengan erosi adalah
30.

2. Topografi
Unsur-unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah panjang dan
kemiringan lereng. Semakin panjang lereng semakin besar volume air
terakumulasi dan melintas di permukaannya. Semakin miring lereng semakin
besar kemampuan mengangkut partikel tanah hasil erosi, tetapi semakin kecil
kesempatan air meresap ke dalam tanah, sehingga lebih banyak air yang
mengalir di permukaannya. Dengan demikian, tanah di bagian bawah lereng
akan mengalami erosi lebih besar dari pada di bagian atas lereng.

3. Vegetasi
Peranan vegatasi dalam memitigasi sedimetasi antara lain :
a. Intersepsi dan absorbsi hujan oleh tajuk tanaman akan mengurangi energi
kinetik hujan yang jatuh, sehingga memperkecil erosi. Tetapi semakin
tinggi tajuk, setelah intersepsi mencapai titik jenuh, kemampuan absorbsi
berkurang, air hujan akan terakumulasi dalam volume yang lebih besar,
ketika jatuh ke permukaan tanah erosivitasnya menjadi semakin besar.

5
b. Bahan organik dari seresah yang jatuh dan menutupi permukaan tanah akan
melindungi permukaan tanah dari energi kinetik hujan, limpasan aliran air
permukaan, menjadi salah satu sumber energi bagi fauna tanah yang akan
membantu dalam perbaikan struktur tanah.
c. Penyebaran perakaran akan memantapkan butir-butir tanah dan
memperkuat struktur tanah, serta memperbesar porositas tanah.

4. Tanah
Sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap sedimentasi adalah :
a. Tekstur. Tanah bertekstur kasar mempunyai adhesi dan kohesi lebih kecil
serta kapasitas infiltrasi lebih besar dibandingkan dengan tanah berstruktur
halus. Tanah berstruktur halus memudahkan terjadinya aliran permukaan,
meskipun curah hujannya rendah.
b. Erodibilitas. Mudah tidaknya tanah tererosi disebut erodibilitas tanah,
dinyatakan dalam Indeks Erodibilitas (K). Erodibilitas dipengaruhi oleh
tekstur, struktur, permeabilitas, dan kandungan bahan organik tanah. Nilai
K berkisar antara 0,00 sampai 0,99, dimana semakin tinggi nilai K tanah
semakin mudah tererosi. Nilai K ditentukan berdasarkan pengukuran
langsung di lapangan yang dihitung dengan menggunakan nomogram
Wischmeier (1978) atau dengan menggunakan parameter kelas struktur dan
jenis tanah.
c. Bahan organik, Fe, dan Al. Bahan organik berfungsi sebagai pengikat
butir-butir tanah sehingga memantapkan struktur tanah. Selain bahan
organik, tanah liat (clay) serta kation Fe dan Al dapat meningkatkan daya
tahan tanah terhadap dispersi (penguraian). Tanah liat berfungsi sebagai
pengikat air, pertukaran kation, dan perekat butir-butir tanah sehingga
menjadi stabil dan tahan terhadap dispersi.

6
5. Aktivitas Manusia
Ketika manusia memperlakukan tanah tanpa mengindahkan kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air yang baik, manusia akan menimbulkan
percepatan erosi yang akan merugikan dirinya sendiri serta keturunannya.
Erosi tidak dapat dicegah, tetapi manusia harus berupaya agar erosi tidak
melampaui batas yang dapat merugikan manusia. Faktor-faktor yang dapat
diatur untuk menekan erosi adalah topografi, pengolahan lahan, dan faktor
tanaman.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada erosi akan berpengaruh juga pada


sedimentasi. Namun selain kelima faktor tersebut di atas, sedimentasi juga
dipengaruhi oleh energi yang ditimbulkan oleh kecepatan air yang mengalir,
debit aliran, dan mudah tidaknya sedimen yang ada terangkut. Semakin besar
debit, semakin banyak sedimen yang dapat terangkut. Mudah tidaknya material
sedimen terangkut tergantung pada ukuran butir sedimen.

Gambar 2. 2 Salah satu faktor penyebab sedimentasi

7
3.4 Perencananaan Bangunan Pengendali Sedimen
2.4.1 Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam studi kasus ini berupa data kualitatif dan
data kuantitatif. Contoh data kualitatif yang digunakan seperti kondisi DAS
Indonesia yang terkena erosi, serta laju sedimentasi yang terjadi pada sungai
tersebut. Sedangkan data kuantitatif, digunakan data-data seperti data curah
hujan, luasan DAS, data morfologi sungai serta jumlah sedimen yang terjadi.
Untuk sumber data, digunakan data berupa data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari survey langsung di lapangan. Sedangkan
data sekunder berupa catatan yang sifatnya valid dan telah ada sebelumnya,
yang didapatkan melalui instansi-instansi setempat yang terkait dengan studi
ini.

2.4.2 Analisis Data


1. Analisa Data Hidrologi
Data hidrologi yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk
mencari debit banjir yang digunakan pada perencanaan Sand Pocket.
Langkah langkah dalam analisis hidrologi tersebut yaitu :
a. Perhitungan curah hujan wilayah.
b. Perhitungan curah hujan rancangan
c. Uji sebaran menggunakan Chi square test.
d. Perhitungan debit banjir rancangan, dengan metode Log Pearson Type III.

2. Analisis Sedimentasi
a. Mekanisme Pengangkutan Mekanisme Pengangkutan sedimen pada
sungai terdiri dari dua macam, antara lain muatan layang (suspended
load) dan muatan dasar (bed load). Jenis-jenis muatan sedimen pada
sungai

8
Gambar 2. 3 Jenis-jenis muatan pada sungai

 Muatan Layang (suspended load) adalah material sedimen yang


melayang dan bergerak dalam air mengikuti aliran.
 Muatan Dasar (bed load) adalah material sedimen yang bergeraknya
pada dasar sungai dan gerakannya dengan cara menggelinding
mengikuti dasar.

b. Propoporsi Sedimen
 Muatan Layang (Suspended Load) Muatan layang adalah partikel yang
diangkut oleh aliran yang cenderung terus-menerus melayang. Ukuran
partikelnya kurang dari 0,1 mm. Keberadaan muatan layang juga
mempengaruhi proses sedimentasi, karena dapat mengendap dan
menimbulkan pendangkalan pada area waduk. Namun muatan ini tidak
mempengaruhi alterasi sungai.
 Muatan Dasar (Bed Load) Muatan dasar adalah material sedimen yang
bergeraknya pada dasar sungai dan gerakannya dengan cara
menggelinding mengikuti dasar sungai. Keberadaan material ini sangat
berpengaruh terhadap proses sedimentasi, karena ukuran butiran yang
tergolong besar. Muatan ini berpengaruh terhadap alterasi sungai,
karena muatan ini senantiasa bergerak naik dan turun.

9
2.4.3 Perencanaan Struktur
Bangunan Sabo Dam merupakan suatu konstruks bangunan air yang
fungsinya sebagai penahan, penampung dan pengendali sedimen yang larut
pada aliran sungai sehingga sedimen tersebut tidak mengganggu kinerja Dam
yang ada.
Adapun menurut Khoirul Murod (2002:9) menyebutkan jenis bangunan
pengendali sedimen menurut fungsinya dibedakan menjadi :
1. Stepped Dam yaitu dam bertingkat yang dibuat dibagian alur yang rusak,
mudah longsor untuk mencegah produksi sedimen karena erosi galur.

Gambar 2. 4 Contoh Sabo Dam pada waduk Mrica-Lumajang

2. Check Dam atau Sabo Dam yaitu dam penahan sedimen yang harus
dibangun di lembah sungai yang cukup dalam untuk menahan, menampung
dan mengendalikan sedimentasi, sehingga jumlah sedimen yang mengalir
diperkecil.
3. Sand Pocket (Kantong Pasir) yaitu bangunan pengendali sedimen yang
dibuat di daerah sungai yang berbentuk kipas alluvial untuk menampung
sejumlah sedimen yang mengalir cukup besar sehingga sisa dari yang
ditahan check dam ditampung disini. Pads umumnya kantong pasir
dilengkapi dengan tanggul keliling untuk mencegah limpasan.

10
4. Groundsill atau ambang pengendali dasar adalah check dam yang rendah
dibangun melintang sungai untuk menstabilkan dasar sungai dan
mengarahkan aliran sedimen
5. Channel Works yaitu bangunan berupa kanal di daerah kipas alluvial untuk
menstabilkan arah alur dan mengalirkan banjir dengan aman, karena pada
umumnya di daerah tersebut selalu berubah akibat fluktuasi debit.

3.5 Upaya Penanganan Sedimentasi


2.5.1 Penganganan Sedimentasi di Daerah Hulu dan Hilir Sungai
Begitu banyak teori yang dapat menjelaskan bagaimana sedimentasi akan
mempengaruhi kondisi fisik sungai. Tentu saja hal ini tidak dapat kita terus
abaikan. Perlua adanya kesadaran diri dan publik untuk segera menanggulangi
fenomena erosi pada hulu sungai yang mengakibatkan sedimentasi pada hilir
sungai.
Ada beberapa upaya yang dpat kita lakukan untuk menanggulangi hal ini.
Contoh kongkritnya adalah :
1. Upaya penghijauan dan penghutanan kembali wilayah-wilayah yang telah
gundul. Uapay ini dilakukan untuk mempertinggi kapasitas peresapan air
dan memperkecil kapasitas pangaliran air hujan yang jatuh dipermukaan
bumi.
2. Pembuatan teras-teras dan petakan pada lahan miring, yang memenuhi syarat
bagi pencegahan erosi, karena erosi di daerah aliran sungai akan
menyebabkan sedimentasi di lembah-lembah sungai, dan dapat
memperdangkal lembah tersebut. Akibatnya air sungai mudah meluap pada
musim hujan dan banjir pun terjadi.
3. Pembuatan tanggul-tanggul di pinggir sungai untuk menahan luapan air
sungai pada musim hujan. Upaya ini harus dibarengi dengan pengerukan
dasar lembah di musim kemarau.
4. Mencegah kerusakan akibat erosi lateral pada menader. Erosi lateral pada
kelokan luar meander dapat dicegah dengan membuat tanggul-tanggul

11
pemecah arus atau penahan erosi. Dilarang membuat jalan dipinggir kelokan
luar menader atau membuat jembatan yang memotong menader.
5. Meningkatkan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan
hidup melalui pendidikan formal, nonformal, maupun melalui media massa.
6. Mempertegas dan memperberat hukuman kepada pelaku penebangan hutan.

2.5.2 Penganganan Sedimentasi di Daerah Pantai


Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan
struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam
energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya
bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang cenderung
tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada
daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material
tersebut.
Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan
karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk melindungi pantai yaitu:
1. memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan
karena serangan gelombang
2. mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai
3. mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai
4. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam


tiga kelompok yaitu:
1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai
2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai
3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai

12
Berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis bangunan pelindung pantai :
1. Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja,
beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut .
Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah
efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu
signifikan.

Gambar 2. 5 Groin

Selain tipe lurus seperti yang ada pada gambar ada juga groin tipe L
dan tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan kebutuhan

2. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi
muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh

13
sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran,
pengendapan dimuara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan
tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di luar sedimen
sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap pembentukan endapan
tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang pecah. Dengan
jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada
alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan
kapal masuk kemuara sungai. Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty
juga dapat digunakan untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam
kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara pada
pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup besar sering mengalami
penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang dan
angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh
gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. endapan yang sangat
besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. penutupan muara
sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara.
Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang
pantai.

Gambar 2. 6 Jetty

14
Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut,
mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat
digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang,
jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar gelombang
pecah.tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen kemuara, tetapi
biaya konstruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya hanya untuk
penaggulangan banjir maka penggunaan jetty tersebut tidak ekonomis.
Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting.
Jetty sedang dimana ujungnya berada anatar muka air surut dan lokasi
gelombang pecah, dapat menahan sebagian transport sedimen sepanjang
pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya endapan pasir.
Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada permukaan air
surut.fungsi utama bnagunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai
dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa
mengerosi endapan, sehingga apada awal musim penghujan di mana debit
besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah terbuka.
Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat bangunan yang
ditempatkan pada kedua sisi atau hanya satusisi tebing muara yang tidak
menjorok kelaut. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya
endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu
mencegah berbeloknya muara sungai degan mengkonsentrasikan aliran
untuk mengerosi endapan.

3. Breakwater
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk
perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang

15
bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang
pantai.
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas
pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi.
Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai
lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan
perlindungan pantai terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat
sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka
tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah.

Gambar 2. 7 Breakwater

Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak


dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi
pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi

16
karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang
bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas
pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka
bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan
meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya
dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian
diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui
pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan
diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi,
kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan
kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam
(kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan
mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman
sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan
diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil
dengan terbentuknya endapan sediment tersebut

4. Seawall
Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang
dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat
sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung.
Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai
pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya
dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu
atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi

17
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan
menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

Gambar 2. 8 Seawall

5. Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk
memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga
menjaga pantai tetap stabil.

Gambar 2. 9 Beach Nourishment

Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau
terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi
terjadi secara terus menerus , maka suplai pasir harus dilakukan secara
berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir . Untuk pantai yang

18
cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang
efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis
lain dari pantai.

6. Artificial Headland
Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang
ujung pantai mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang
memungkinkan proses-proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian
depan yang tersisa. Hal ini secara signifikan lebih murah daripada
melindungi seluruh bagian depan dan dapat memberikan perlindungan
sementara atau jangka panjang dengan aktif dari berbagai macam resiko.
Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir, namun
umurnya biasanya tidaklah panjang antara 1 sampai 5 tahun
Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai,
membentuk garis pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok
sehingga energi gelombang akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya
membentuk pesisir rencana yang lebih stabil dan dapat berkembang.
Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari tanjung. struktur
pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal tetapi
tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika
erosi berlangsung terus-menerus tanjung mungkin perlu diperpanjang atau
dipindahkan untuk mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan
akan terus memberikan perlindungan sebagai breakwaters perairan dekat
pantai.

7. Terumbu Buatan
Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan
Amerika usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula
dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai
upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan. Di Indonesia,

19
terumbu buatan mulai disadari peranan dan kehadirannya oleh masyarakat
luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI. Jakarta
menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak
yang beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam
penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang
ke laut.
Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan
bahan telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas
habitat ikan dan biota laut lainnya.

Gambar 2. 10 Terumbu Buatan

Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari


pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas (hard engineering approach)
ke arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering
approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah
gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas
muka air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air
laut.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang diuraikan pada makalah ini maka kami dapat
menarik kesimpulan bahwa :
1. Sedimentasi dapat terjadi dan sangatlah berbahaya bagi lingkungan perairan di
Indonesia apa bila kita tidak mengetahui apa penyebab dan factor – factor
yang menyebabkan timbulnya sedimentasi
2. Perencanaan bangunan pengendali sedimentasi di Indonesia yang baik dapat
membentu mengurangi dampak yang ditimbulkan dari sedimentasi tersebut
3. Diperlukan juga upaya dan kerjasama antara masyarakat Indonesia untuk
mengurangi terjadinya sedimentasi.

Hutan adalah salah satu ekosistem terbesar di bumi ini. Hutan mempunyai
peranan yang banyak dan sangat luar biasa. Banyak fungsi penting yang dimiliki
hutan, antara lain adalah sebagai paru-paru dunia, tempat berkembangbiaknya
berbagai spesies tumbuhan maupun hewan, sebagai salah satu penyumbang
sumber daya alam, dan yang terpenting hutan adalah sebagai penyeimbang
fenomena alam.
Sebagai ekosistem terbesar dan memiliki fungsi sebagai penyeimbang
fenomena alam, hutan memiliki peranan penting dalam salah satu siklus
kehidupan bumi, yaitu siklus hidrologi. Karena hutan memiliki peranan penting
dalam siklus hidrologi, hutan tidak dapat dibiarkan menjadi rusak. Bila hutan
rusak dan vegetasi berkurang, maka akan terjadi erosi pada hulu sungai.
Erosi yang terjadi pada hulu sungai akan membawa material-material ke
hilir sungai dan akan mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi yang terus-
menerus berlanjut akan menyebabkan berubahnya bentuk fisik sungai. Hilir
sungai akan membentuk meander maupun sungai mati.

21
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan agar kelestarian hutan tetap
terjaga sehingga dapat meminimalisir erosi sehingga tidak akan terjadi
sedimentasi di hilir sungai. Upaya-upaya tersebut adalah dengan melakukan
penghijauan dan penghutanan kembali, membuat teras miring, membuat tanggul
di pinggir sungai, dan meningkatkan kesadaran penduduk untuk sadar terhadap
kelestarian lingkungan sehingga akan selalu menjaga bumi ini.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca bias memiliki pengetahuan
yang lebih luas tentang manfaat ekosistem hutan dan daerah aliran sungai
sehingga dengan bertambahnya pengetahuan, pembaca akan selalu menjaga dan
melestarikan ekosistem hutan, dengaan terjaganya kelestarian ekosistem hutan
maka erosi dan sedimentasipun tidak akan pernah terjadi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=150475&val=4693&title=PERENCANAAN%20BANGUNAN
%20PENGENDALI%20SEDIMEN%20DAERAH%20ALIRAN%20SUNGAI
%20KREO%20KOTA%20SEMARANG2
2. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/10471/Skripsi.
pdf?sequence=1
3. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11869/NUR
%20EFENDI%20(D11107082).pdf?sequence=1
4. http://indahandblog.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sedimentasi.html

23

You might also like