You are on page 1of 7

SHALAT JAMA’ dan QASHAR

(disusun oleh H.M. Djunaid)

PENGERTIAN SHALAT QASHAR


Shalat Qashar artinya Shalat yang diringkaskan bilangan rakaatnya, yaitu diantara
Shalat Fardu yang lima, yang mestinya empat rakaat dijadikan dua rakaat saja. Shalat
fardu yang boleh diqashar hanya Dzuhur, Ashar dan Isya. Adapun Maghrib dan Subuh
tetap sebagaimana biasa,tidak boleh diqashar.
Shalat Qashar ini disyariatkan pada tahun 4 H dengan turunnya ayat 101 dari Surat
An-Nisa’ yang berbunyi sebagai berikut :

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. QS.An
Nisa 101.

Sabda Rasulullah SAW

Dari Ya’la bin Umayyah r.a. bahwasanya dia pernah bertanya kepada Umar
bin Khattab r.a. katanya : Bagaimana pendapat anda tentang ayat “……..maka
tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat(mu). Jika kamu takut diserang
orang-orang kafir. (QS.An Nisa 101)” bukankah sekarang telah aman ?
Jawab Umar, “Aku juga pernah memikirkan apa yang engkau pertanyakan itu.
Lalu kutanyakan langsung kepada Rasulullah SAW. Jawab beliau : Hal itu
adalah suatu kelapangan dari Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Maka
terimalah kemurahan-Nya itu” HR.Muslim (HM 647)

1
Syarat Sah Shalat Qashar
Dalam Buku Salat Empat Mazhab yang ditulis oleh Abdul Qadir ar-Rahbawi
disebutkan syarat-syarat Shalat Qashar sebagai berikut :
Syarat Jarak Perjalanan
- Jarak Perjalanan pergi (bukan pulang pergi) mencapai 80,540 km, atau
- Menurut Ulama Maliki sah qashar dalam perjalanan yang bejarak 65,764 km
- Menurut Ulama Hanafi 3 marhalah atau = 24 farsakh, hamper 85 km
- Menurut H.Sulaiman Rasjid dalam Bukunya Fiqh Islam, halaman 119 dengan
menyebutkan hadis Rasulullah saw sebb :
Dari Syu’bah. Ia berkata, “Saya telah bertanya kepada Anas tentang meng-
qashar shalat. Jawabnya, Rasulullah SAW apabila menempuh jarak perjalanan
tiga mil (80.640 km) atau tiga farsakh (25,92 km). HR.Ahmad, Muslim, dan Abu
Dawud,
Mayoritas ulama berpendapat bahwa batas jarak dibolehkan qashar adalah
perjalanan sehari semalam dengan menggunakan unta, atau dengan berjalan kaki.
Jarak tersebut kurang lebih 80 km. Demikianlah kebiasaan yang berlaku. Kurang
dari itu tidak dikatakan safar. Abdul Aziz bin Basz, SJQ, hal 28
Syarat Lama Muqim Sementara setelah tiba ditempat tujuan
- Muqim sementara selama 4 hari (dasarnya Nabi muqim di Mina pada saat Haji
Wada selama 4 hari),
- Kalau muqimnya tidak dapat dipastikan misalnya menunggu sampai selesainya
urusan, maka selama itu boleh mengqashar shalatnra,
- Ibnu Abbas berpendapat seorang musafir yang muqim dapat mengqashar
shalatnya selama sampai dengan 19 hari (dasarnya Nabi saw muqim di Makkah
19 hari waktu Pembebasan Makkah)
Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam bukunya Shalat Jama’ & Qashar, hal 38
mengatakan bahwa pendapat 4 hari muqim itu yang paling kuat, maka apabila ada
niat untuk mukim lebih dari 4 hari maka harus melaksanakan shalat secara
sempurna. Adapun dalil bahwa Nabi saw muqim di Makkah selama 19 hari atau di
Tabuk selama 20 hari tidak dapat dijadikan dasar karena Nabi tidak berrniat untuk
muqim selama itu, tetapi bergantung pada selesainya urusan.

PENGERTIAN SHALAT JAMA’


Shalat Jama’ artinya Shalat yang dikumpulkan. Yang dimaksudkan ialah Dua shalat
fardu yang lima itu, dikerjakan dalam satu waktu umpamanya Shalat Dzuhur dan
Ashar dikerjakan diwaktu Dzuhur atau diwaktu Ashar.

2
Dasar
Hadis RasulullahSAW
Dari Anas bin Malik r.a., katanya : “Bila Rasulullah SAW berangkat memulai suatu
perjalanan sebelum matahari gelincir, beliau undurkan shalat dzuhur hingga Ashar,
kemudian beliau jama’ keduanya. Bila matahari telah tergelincir sebelum beliau
berangkat, beliau shalat Dzuhur lebih dahulu, sesudah itu baru berangkat.”
HR.Bukhari dan Muslim (HB HM 664)

Dari Mu’az, “Bahwasanya Nabi saw, dalam perang Tabuk,


- Apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau ta’khirkan
dzuhur hingga beliau kumpulkan ke Ashar, beliau shalat untuk keduanya
(Dzuhur dan Ashar diwaktu Ashar); (Jama’ Takhir), dan
- Apabila beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan shalat
Dzuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau berjalan. (Jama’ Taqdim)
- Apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau ta’khirkan Maghrib hingga
beliau lakukan shalat Maghrib beserta Isya; (Jama’ Takhir) dan
- apabila beliau berangkat sesudah waktu Maghrib, beliau segerakan Isya, dan
beliau shalatkan Isya beserta Maghrib.” (Jama’ Taqdim)
(HR Ahmad, Abu Dawud dan Tirmizi).

Syarat Shalat Jama’


- Syarat Shalat Jama’ seperti syarat sah Shalat Qashar tersebut di atas.
- Hendaknya dimulai dengan shalat yang pertama (Shalat Dzuhur sebelum Shalat
Ashar atau Shalat Maghrib sebelum Shalat Isya)
- Berniat Jama atau Jama’Qashar
- Berturut-turut, sebab keduanya seolah-olah satu shalat.

APLIKASI SHALAT JAMA’ & QASHAR


1. Apabila Berangkat sebelum masuk waktu Dzuhur,
Maka hendaknya diniatkan shalat Dzuhur akan dijama’ dengan shalat Ashar
pada waktu Ashar.
Cara Shalat Jama’Qashar (Ta’khir) :
- Berdiri lalu qamat
- Niat shalat fardu Dzuhur dan Ashar Jama’ Ta’khir. Qashar dua dua
rakaat karena Allah.
- Takbiratul Ihram
- Setelah dua rakaat Pertama (Shalat Dzuhur), Salam.
- Langsung berdiri kembali qamat
- Takbiratul Ihram untuk memulai shalat
- Setelah dua rakaat kedua (Shalat Ashar), Salam.
2. Apabila Berangkat setelah masuk waktu Dzuhur,

3
Maka hendaknya lakukan shalat Dzuhur dan Ashar lebih dahulu sebelum
berangkat dengan cara Jama’ Taqdim dan Qashar sebagai berikut :
- Berdiri dan qamat
- Niat shalat fardu Dzuhur dan Ashar Jama’ Taqdim. Qashar dua dua
rakaat karena Allah.
- Takbiratul Ihram
- Setelah dua rakaat Pertama (Shalat Dzuhur), Salam.
- Langsung berdiri kembali qamat
- Takbiratul Ihram untuk memulai Shalat Ashar.
- Setelah dua rakaat kedua (Shalat Ashar), Salam.

3. Apabila Berangkat sebelum masuk waktu Maghrib,


Maka hendaknya diniatkan shalat Maghrib akan dijama’ dengan shalat Isya
pada waktu Isya.
Cara Shalat Jama’Qashar (Ta’khir) :
- Berdiri dan qamat
- Niat shalat fardu Maghrib dan Isya Jama’ Ta’khir. Qashar tiga dan dua
rakaat karena Allah.
- Takbiratul Ihram
- Setelah tiga rakaat Pertama (Shalat Maghrib), Salam.
- Langsung berdiri kembali qamat untuk Shalat Isya.
- Takbiratul Ihram untuk memulai shalat
- Setelah dua rakaat kedua (Shalat Isya), Salam.

4. Apabila Berangkat setelah masuk waktu Maghrib,


Maka hendaknya lakukan shalat Maghrib dan Isya lebih dahulu sebelum
berangkat dengan cara Jama’ Taqdim dan Qashar sebagai berikut :
- Berdiri dan qamat
- Niat shalat fardu Maghrib dan Isya Jama’ Taqdim. Tiga dan dua rakaat
karena Allah.
- Takbiratul Ihram
- Setelah tiga rakaat Pertama (Shalat Maghrib), Salam.
- Langsung berdiri kembali qamat untuk Shalat Isya
- Setelah dua rakaat kedua (Shalat Isya). Salam.

5. Apabila Waktu Subuh telah masuk maka segera Shalat Subuh 2 rakaat pada
waktunya.
Shalat Subuh tidak bisa diqashar dan tidak bisa dijama’ dengan shalat lima
waktu lainnya.

Contoh:
1. Seorang yang muqim di Palopo melakukan perjalanan ke Makassar.

4
a. Apabila ia berangkat dari Palopo pada Jam 12.20 (sudah masuk waktu
dzuhur) maka hendaklah ia melakukan Shalat Dzuhur dan Ashar
Jama’Taqdim dan Qashar masing-masing dua rakaat sebelum berangkat.
b. Apabila ia berangkat dari Palopo pada Jam 11.00 (belum masuk waktu
dzuhur). Niatkanlah Shalat Dzuhur dan Ashar akan dilaksanakan dalam
perjalanan dengan cara Jama’ dan Qashar masing-masing dua rakaat.
c. Hendaknya Shalat Jama’ Dzuhur dan Ashar ini dilakukan sebelum habis
waktu Ashar.
d. Apabila dalam perjalanan tiba waktu Maghrib maka boleh singgah Shalat
Maghrib Jama’ Taqdim dengan shalat Isya masing-masing tiga dan dua
rakaat atau
e. Niatkan Shalat Maghrib akan dijama’ takhir dengan Shalat Isya masing-
masing tiga dan dua rakaat setelah tiba di rumah (tempat tujuan).

2. Seorang yang muqim di Makassar melakukan perjalanan dari Palopo kembali


ke Makassar.
a. Tata cara melakukan shalat jama’ qashar sama dengan cara Nomor 1 a sd e
tersebut di atas.
b. Apabila Shalat Dzuhur dan Ashar sudah dilaksanakan dalam perjalanan
secara Jama’ Taqdim Qashar, dan si musafir tiba dirumah pada jam 16.,30
(masih dalam waktu Ashar), maka baginya tidak perlu mengulangi shalat
Asharnya. Demikian pula halnya pada contoh Nomor 1.d tidak perlu
mengulangi shalat Isyanya.
3. Apabila shalat dilakukan setelah tiba di rumah sebagaimana halnya contoh
nomor 1 e di atas oleh sebagian ulama ada yang berpendapat supaya shalat
yang pertama diqadha. Caranya sebagai berikut :
a. Apabila tiba di rumah pada waktu Ashar sebelum melaksanakan shalat
Dzuhur, maka shalat Dzuhur lebih dahulu 4 rakaat kemudian shalat Ashar
4 rakaat.
b. Apabila tiba di rumah pada waktu Isya sebelum melaksanakan shalat
Maghrib, maka shalat Maghrib lebih dahulu 3 rakaat kemudian shalat Isya
4 rakaat.
Cara qadha tersebut di atas sesuai dengan mashab Iman Syafi’i dan Hambali.
Adapun pendapat mashab lain, Shalat Dzuhur dan Ashar sebagaimana contoh
no 3 a diatas dan shalat Isya sebagaimana pada contoh no 3 b dilakukan
dengan cara qashar dua-dua raka’at (Abdul Qadir ar-Rahbawi, Salat Empat
Mazhab hal 404)

PERLU DIKETAHUI DALAM HAL SHALAT JAMA’ & QASHAR.


1. Musafir Shalat berjama’ah dibelakang Imam Mukim wajiblah atasnya mengikuti
Imam.
Contoh :

5
- Shalat Dzuhur berjama’ah, Musafir mengikuti Imam Shalat 4 raka’at.
Setelah salam, Musafir berdiri qamat Shalar Ashar 2 rakaat, (SJQ hal 13)
- Apabila Musafir masbuk, mulai pada raka’at ke-3, Dia tidak boleh ikut
salam bersama Imam dengan anggapan sudah selesai baginya 2 rakaat
shalat qashar. Musafir harus sempurnakan shalatnya menjadi 4 raka’at.
Kemudian berdiri kembali qamat Shalat Ashar 2 raka’at, (SJQ hal 16)
2. Musafir rombongan shalat di masjid yang dilaluinya lebih utama Shalat Jama’
Qashar bersama rombongannya secara terpisah dari Imam Mukim. Namun jika
Musafir shalat bersama-sama dengan jama’ah masjid maka wajib
menyempurnakan shalatnya menjadi 4 rakaat.
Lain halnya dengan Musafir yang melakukan perjalanan sendirian, maka wajib
shalat berjama’ah dengan orang-orang mukim dengan sempurna (tidak qashar).
Hal ini karena shalat berjama’ah hukumnya wajib, sedangkan qashar hanya
sunnah. (SJQ hal 52)
3. Musafir boleh juga Shalat qashar tanpa dijama’, misalnya :
- Shalat Dzuhur qashar 2 rakaat dilakukan pada waktu dzuhur, dan
- Shalat Ashar qashar 2 rakaat dilakukan pada waktu ashar. (SJQ hal 14)
4. Musafir shalat dibelakang mukim dan shalat seorang mukim dibelakang musafir,
keduanya dibolehkan. Hanya saja apabila :
- Apabila musafir sebagai ma’mum dan mukim sebagai imam, maka
sima’mum harus menyempurnakan shalatnya menjadi 4 raka’at karena
harus mengikut imam.
- Apabila mukim sebagai ma’mum dan musafir yang mengqashar shalatnya
sebagai imam, maka si mukim menyempurnakan shalatnya menjadi 4
rakaat setelah imam mengucapkan salam. (SJQ hal 16)
5. Orang yang secara rutin melakukan perjalanan seperti sopir dan semisalnya
termasuk orang yang safar, boleh mengqashar dan menjama’ shalatnya.,(SJQ 26)
6. Musafir

DALIL TENTANG SHALAT JAMA’ & QASHAR

1. Dari Aisyah r.a, isteri Nabi saw., katanya : “Pada mulanya shalat diwajibkan
dua-dua bagi orang yang menetap dan bagi musafir. Kemudian bilangan itu
ditetapkan bagi musafir khusus, sedangkan bagi orang yang menetap (muqim)
ditambah.” HM 646
2. Dari Anas bin Malik r.a., katanya : Aku shalat Zhuhur beserta Rasulullah saw
di Madinah empat rakaat dan shalat Ashar di Dzulhulaifah dua rakaat. HM 650
HB 565

6
3. Dari Ibnu Abbas katanya : “Nabi saw pernah menetap selama Sembilan belas
hari dan beliau mengqashar shalatnya HB 559
4. Dari Anas : “Kami pergi bersama Nabi saw dari Madinah ke Makkah. Beliau
shalat dua-dua rakaat hingga kami kembali ke Madinah. Lalu ditanyakan
orang kepada Anas, “Berapa harikah engkau menetap di Makkah?” Jawabnya,
“Kami tinggal di Makkah sepuluh hari.” HB 560
5. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya : Rasulullah saw pernah menjama’ shalat Zhuhur
dan Ashar; Maghrib dan Isya tidak ketika takut dan tidak pula dalam
perjalanan. HM 666 dan 670

DAFTAR BACAAN
1. Al Qur’an dan Terjemahannya oleh Departemen Agama RI,
2. Hadits Shahih Bukhari, Terjemahan oleh H.Zainuddin Hamidy dkk
3. Hadits Shahih Muslim, Terjemahan oleh Ma’mur Daud
4. Fiqh Islam oleh H. Sulaiman Rasyid
5. Shalat Empat Mashab oleh Abdul Qadir ar Rahbawi
6. Shalat Jama’ & Qashar oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz (SJQ)

You might also like