Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegemukan dan obesitas merupakan masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak
di seluruh dunia. Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan kosekuensi dari asupan kalori
yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan melalui proses metabolisme didalam tubuh
(Wahyu,2009)
Kelebihan berat badan dan obesitas sebagian besar timbul karena factor primer ( nutrisoinal),
yaitu karena adanya ketidak seimbangan antara asupan energy dengan energy yang dikeluarkan.
(Akhmad,2016). Faktor utama penyebab obesitas tersebuat ialah kebiasaan hidup sehari hari,
seperti pola makan, aktifitas fisik, dan pola tidur yang diterapkan pada anak akan memicubebrapa
masalah penyakit, masalah fisik, psikologis dan isolsi social pada anak ( Arisman,2010).
baru yang mempunyai kosekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di
Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan
pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas
merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan
dan obesitas pada anak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko
diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak
seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas
Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia
mengalami obesitas(WHO,2013). Hal ini di dukung penelitian Nur Widyawati (2014) yang
mengalami overwight. Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan,
ada sebanyak 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 10,8% menderita
obesitas. Riskesdas 2013 juga menyatakan prevalensi obesitas pada anak yang disertai dengan
Obesitas mwmpunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak tertutama dalam aspek organic
dan psikososial. Obesitas pada anak beresiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai peyebab kesakitan dan kematian, antara lain penyakit kardiovasular
A. OBESITAS
1. Definisi Obesitas
Faktor Makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang
dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi
makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan
disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan
diatas.
Seiring berkembangnya dunia modernisasi,masyarakat secara tidak sadar
cenderung lebih mengkonsumsi makanan berkalori tinggi,seperti makanan cepat
saji,makanan yang dibakar dan kudapan yang memiliki andil dalam peningkatan berat
badan. Meningkatnya jumlah junk food yang masuk ke pasar Indonesia pun
memunculkan fenomena baru, yaitu obesitas atau berat badan berlebih.Makanan siap
saji banyak dipilih masyarakat umumnya mahasiswa dan pegawai kantoran. Makanan
siap saji kandungan lemaknya sangat tinggi, begitu pula kandungan kalorinya.
Sementara kandungan nutrisi yang menyehatkan, nyaris tidak ada.Selain itu, jajanan
gorengan,makanan jenis ini kurang baik bagi kesehatan karena umumnya digoreng
dengan minyak yang tidak diganti setiap kali menggoreng. Masih banyak lagi,seperti :
daging olahan,es krim,permen dan minuman bersoda.
Faktor Keturunan
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi
karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Dari hasil penelitian gizi di
Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai
10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila
salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila
kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orangtua
yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk.
Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energ
akan berkurang. Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi
penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan
berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan
menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Sebagian orang
makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif seperti sedih,
bosan, atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti
dorongan makan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang,
atau kebiasaan ngemil yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko
terhadap kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus, seperti konseling
atau terapi psikolog lainnya.
3. Patofisiologi Obesitas
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh
serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak
di sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme
neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan
sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan
energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah
mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot). Sinyal-
sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran
energi) dan dapat pula bersifat katabolik 13 (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi)
dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived
hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi
(Sherwood, 2012). Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah.
Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi
resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu
makan (Jeffrey, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Disain studi adalah potong lintang (cross sectional). Variabel terikat adalah
obesitas, sedangkan variabel bebas adalah umur, jenis kelamin, riwayat obesitas
orang tua, tingkat pendidikan, kebiasaan olah raga dan merokok, perilaku
konsumsi makan. Populasi adalah seluruh anak laki-laki maupun perempuan
yang berusia 5-15 tahun yang menetap/tinggal di wilayah penelitian. Sedangkan
sampel adalah seluruh anak laki-laki maupun perempuan yang berusia 5-15
tahun.
Kriteria inklusi adalah mempunyai data IMT (indeks massa tubuh) yang
lengkap, tidak mengalami cacat fisik dan mental, sedangkan kriteria eksklusi
adalah subyek memiliki berat badan/umur (BB/U) dan tinggi badan/umur
(TB/U) melebihi batasan menurut CDC.2 Kerangka pengambilan sampel yang
digunakan dalam Riskesdas adalah kerangka sampel Susenas Tahun 2007.
Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan berat badan digital
merek AND (satuan dalam kg).
Sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur tinggi badan
'microtoise' dalam posisi berdiri (satuan dalam sentimeter). Hasil pengukuran
kemudian diterjemahkan ke dalam nilai indeks massa tubuh (kg/m2 ). Data
asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan kuesioner recall 1 x 24 jam,
melalui wawancara langsung dengan menanyakan seluruh makanan yang
dimakan oleh subyek di hari kemarin (selama 24 jam yang lalu).
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data IMT untuk
anak kelompok usia 2-20 tahun, dengan kategori obesitas (persentil >95),
overweight (persentil 75-95), normal (persentil 25-75) dan kurang (persentil
95,00)' dan 'tidak obesitas (persentil 25,00-95,00). Data lain yang dikumpulkan
adalah karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, riwayat ‘obese' orang tua dan karakteristik perilaku (kebiasaan
merokok dan olahraga serta perilaku konsumsi makan). Manajemen data
meliputi cleaning, amputasi dan weighting.. Analisis data statistik menggunakan
piranti lunak meliputi analisis univariat, bivariat (uji kai-kuadrat) dan
multivariat (uji regresi logistik ganda).
DAFTAR PUSTAKA
.Wahyu, Genis Ginanjar. (2009). Obesitas Pada Anak. Padjajaran: Bentang Pustaka.
Akhmad, Edi Yanuar. (2016). Diet Sehat dan Aman Untuk Anak –
Arisman. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia.
Jakarta : ECG
Khomsan, Ali. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sjaris DR. (2002). Obesitas Pada Anak dan Permasalahannya. Jakarta: In Hot