Professional Documents
Culture Documents
OLEH
FISABILILLAH
710014189
II.BIDANG ILMU
Teknik pertambangan
III.LATAR BELAKANG
IV .IDENTIFIKASI MASALAH
terbuka.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang efektif dan efisien, maka masalah
yang akan dibahas perlu dibatasi pada beberapa hal yang dirumuskan sebagai
berikut :
Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai, maka masalah pokok
yang akan dikaji dan dianalisa adalah faktor apa saja yang akan dianalisis pada
analisa geoteknik dalam perencanaan disposal ini, bagaimana merencanakan
disposal dengan geoteknik yang baik, dan bagaimana analisa ekonomi yang
menguntungkan dalam perencanaan disposal.
Penelitian ini dilakukan pada area disposal dengan tujuan sebagai berikut:
1.Mengetahui faktor apa saja yang akan dianalisis pada analisa geoteknik
dalam perencanaan disposal.
2.Mengetahui perencanaan disposal dengan geoteknik yang baik.
3.Mengetahui analisa ekonomi yang menguntungkan dalam perencanaan
disposal.
VII MANFAAT PENELITIAN.
Manfaat Akademik
penelitian.
Manfaat Praktis
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan kepada perusahaan
untuk dapat menentukan geoteknik perancangan disposal di area penimbunan
disposal dan hal-hal yang dapat mengganggu aktivitas saat penimbunan disposal
D. Pembuatan Section
Gambar section dapat diperoleh dengan menggunakan software ini dari rancangan
disposal yang disayat berupa garis. Hasil akhirya akan diperoleh penampang 2
dimensi dari hasil rancangan.
E. Luas Catchment area
Data ini dapat diperoleh dengan membuat garis tertutup yang menutupi perkiraan
catchment area.
F. Sistem drainage
Sistem drainage adalah usaha untuk mengatur air yang masuk secara langsung ke
disposal, yaitu berupa pembuatan dimensi saluran, pembuatan backslope dan
drainage yang bertujuan untuk meminimalisir potensi terjadinya erosi pada disposal.
Data ini di peroleh dari data curah hujan pada periode tertentu, daerah tangkapan
hujan di disposal, serta parameter-parameter yang menunjang untuk perhitungan-
perhitungan dimensi saluran pada disposal.
G. Final Slope Disposal
Data ini didapat dari kemajuan penimbunan material di disposal, dengan cara
berkoordinasi bersama team survey disposal. Apabila kemajuan penimbunan sudah
sesuai dengan design, maka akan dilakukan sloping sesuai dengan rekomendasi
kemiringan slope yang sudah ditentukan berdasarkan acuan kemiringan dari
batterpeg.
H. Overburden Management (PAF dan NAF)
untuk Overburden Management ini ditentukan dari material mana yang berpotensi
membentuk air asam tambang dan mana yang tidak berpotensi membentuk air asam
tambang. Material PAF akan membentuk air asam tambang jika terpapar langsung
dengan udara bebas dan air hujan, sehingga cara penanganannya material PAF
ditempatkan dibagian bawah kemudian diatasnya ditimbun material NAF. Data ini
dari rekomendasi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, yaitu SOP penempatan
material PAF dan NAF.
5. Penyusunan Penelitian
Hasil yang didapat dari analisa data kemudian disajikan dalam bentuk satu laporan.
6. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dan analisa data yang
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti sehingga mencapai suatu usulan alternatif
penyelesaian masalah.
Mulai
Mulai
Perumusan
Perumusan
masalah
masalah
Pengambilan
Pengambilan data
data
Data
Data Primer
Primer Data
Data Sekunder
Sekunder
Data
Data truck
truck count
count alat
alat Data
Data geology
geology
angkut
angkut Data
Data curah
curah hujan
hujan
Data
Data cycle
cycle time
time Data
Data target
target produksi
produksi bulanan
bulanan
bulldozer
bulldozer Peta
Peta kontur areal
kontur areal penambangan
penambangan
Data
Data rencana
rencana penambangan
penambangan
Rekomendasi
Rekomendasi lereng
lereng timbunan
timbunan
Batas
Batas wilayah
wilayah penambangan
penambangan PT.PT.
Amman
Amman Mineral
Mineral Nusa
Nusa Tenggara
Tenggara
Peta
Peta design
design pit
pit tamabang
tamabang emas
emas
Spesifikasi
Spesifikasi alat
alat
Pengolahan
Pengolahan Data
Data
Perancangan disposal
Perancangan disposal
Perhitungan
Perhitungan volume
volume dan
dan luas
luas disposal
disposal
Pembuatan
Pembuatan section
section
Luas
Luas catchment
catchment area
area
Sistem
Sistem drainage
drainage
Final
Final slope
slope disposal
disposal
Overburden
Overburden management
management (PAF(PAF dan
dan NAF)
NAF)
Analisa
Analisa ekonomi
ekonomi perencanaan
perencanaan disposal
disposal
Rancangan
Rancangan Analisa
Analisa ekonomi
ekonomi
Kesimpulan
Kesimpulan dan
dan saran
saran
Selesai
Selesai
IX. TINJAUAN PUSTAKA
A. Disposal
Disposal sering disebut juga sebagai dump site, spoil dump, spoil disposal, dan disposal
dump. Disposal merupakan timbunan material tidak berharga, baik itu material dengan kadar
rendah atau lapisan penutup (overburden) yang ditempatkan disuatu tempat dekat dengan
lokasi penambangan. Disposal dibentuk berdasarkan jumlah material overburden yang akan
dipindahkan. Dalam jumlah material ini ditentukan oleh nisbah pengupasan yang telah
ditentukan. (Arif, I dan Gatut S. Adisoma, 2005)
B. Jenis-Jenis Disposal
Dalam perancangannya terdapat beberapa jenis disposal yang tergantung terhadap
kondisi yang dihadapi dilapangan. Jenis-jenis disposal, yaitu :
a. Valley Fill/Crest Dumps
Pada jenis disposal Valley Fill, material overburden akan ditumpahkan dari tebing
dan akan diratakan dengan menggunakan bulldozer setelah tinggi material sama dengan
tinggi tebing pembuangan. Pada jenis timbunan ini dapat diterapkan di daerah yang
mempunyai topografi curam. Dalam prakteknya timbunan ini dapat menimbulkan
terbentuknya lahan yang tidak stabil terutama material lunak apabila terjadi curah hujan
yangtinggi dan membutuhkan usaha yang besar dalam memadatkan material.
ANGLE OF REPOSE
3. Crest advance rate: tingkat kemajuan crest (kepala lereng) material timbunan yang
akan menjadi pertimbangan dalam tingkat kecepatan penimbunan suatu disposal.
4. Crest line (kepala lereng): Bagian pinggir atas suatu lereng, tempat dimana lereng
bagian atas bertemu dengan bench.
5. Toe line (kaki lereng): Bagian terendah dari lereng, titik dimana lerengan di arah
bawah bertemu dengan bench.
Gambar 8.5. Crest line dan Toe line
6. Cross fall: Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang
horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang
cembung.
7. Direct Dumping: Dumping di bagian ujung dari crest suatu dump, biasanya dibatasi
berdasarkan tinggi dump yang tidak melebihi 30 meter.
8. Indirect Dumping: Dumping di bagian sisi crest, yang kemudian material dumping
akan di dorong oleh bulldozer.
9. Ditch (saluran): sebuah paritan yang berfungsi untuk menyalirkan air limpasan dari
permukaan.
10. Dump Dimension (dimensi timbunan): Tinggi, lebar dan kemiringan permukaan
disposal.
11. Dumping sequence (tahapan penimbunan): Tahapan-tahapan dari penimbunan
material di disposal itu sendiri, dimana tahapan-tahapanan penimbunan ini
disesuaikan dari tahapan-tahapan penggalian yang ada di pit yang disesuaikan
dengan target produksi overburden.
12. Dump Width : Jarak horizontal efektif di antara tanggul pada platform dump; lebar
minimum dump yang diperlukan harus memenuhi kebutuhan lalu-lintas haul truck.
Sumber : Anonim, 2005
Gambar 8.7. Lebar Disposal
Sumber : Anonim,
2005
Gambar 8.8. Tinggi
Disposal
13. Gradien :
pengukuran
berapa banyak
perubahan sesuatu
pada saat bergerak dari satu bidang ke bidang lain.
14. Grade jalan : Kemiringan pada jalan angkut tambang (tanjakan), dengan maksimal
kemiringan antara 8 %. Tiap jarak 50 meter maka penurunan tinggi jalan pada
tanjakan yaitu 4 meter.
Grade (α)
16. Single slope : Kemiringan individual slope (kemiringan antara crest dan toe dalam
satu slope di daerah penimbunan)
17. Overall slope : Kemiringan total dari beberapa slope yaitu dari crest tertinggi
sampai toe yang paling dalam.
E.METODE-METODE ANALISIS
Metode Analisis Kesetimbangan Batas Metode analisis yang umum digunakan
pada tinjauan kestabilan lereng pada tanah dan batuan karena alasan kemudahan
adalah analisis kesetimbangan batas (AKB, limit equilibrium analysis). Metode ini
membutuhkan beberapa asumsi dalam memodelkan mekanisme keruntuhan yang
terjadi. Solusi pada umumnya berupa suatu nilai faktor keamanan (FK), yang
menggunakan beberapa persamaan kesetimbangan. Solusi yang diperoleh pada
metode ini umumnya berupa solusi batas atas. Solusi yang diperoleh ini umumnya
memberikan jawaban yang lebih tinggi daripada kondisi beban nil. Hal ini terjadi
karena mekanisme keruntuhan yang terjadi di lapangan umumnya lebih efisien dan
lebih nyata daripada yang diasumsikan.
Terdapat kelemahan pada solusi yang dihasilkan. Kelemahan ini terletak pada
jumlah persamaan kesetimbangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
variabel yang tidak diketahui. Oleh karena itu, dalam aplikasinya perlu dilakukan
determinasi dengan menghilangkan friksi yang terjadi antar baji. Pada analisis ini pun,
tidak dapat memodelkan bidang diskontinuitas pada lereng.
Ditinjau dari pemodelan tegangan terhadap regangan, keruntuhan akan segera
terjadi setelah mencapai tegangan geser puncak {peak strength). Namun demikian,
setelah mencapai tegangan puncak, kondisi lereng dimungkinkan terjadi keruntuhan
progresif di mana kuat geser yang dimobilisasi bisa jadi lebih rendah daripada
tegangan geser puncak.
Pada metode ini, tidak terdapat informasi deformasi yang terjadi sepanjang
bidang gelincir. Hal ini terjadi karena pemodelan ini didasarkan pada model massa
tanah yang umumnya dibagi dalam baji-baji sebagai material solid yang kaku. Hal ini
jelas mempengaruhi hasil dimana dapat memberikan nilai FK yang jauh lebih tinggi
daripada yang sesungguhnya terjadi. Hal ini memiliki kontradiksi dengan kenyataan
bahwa material tanah sendiri merupakan material yang bersifat kompresibel.
Kelemahan lain dari AKB adalah kuat geser sepajang bidang keruntuhan
diasumsikan bekerja konstan. Pada kondisi sesungguhnya, nilai FK adalah bervariasi
sepanjang bidang keruntuhan akibat keruntuhan tanah yang bersifat progresif. 20
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 1, No. 1, Januari 2004:19-28 Pada metode AKB ini, FK
diperoleh dengan cara membagi massa tanah menjadi baji-baji di mana kuat geser
tanah berada dalam kondisi yang seimbang. Cara penentuan FK ini masih masuk akal
mengingat bahwa dalam penentuan kuat geser pun, harga kuat geser memiliki derajat
ketidakpastian terbesar (Lowe, 1976).
X. JADWAL PELAKSANAAN
Rencana pelaksanaan penelitian tugas akhir ini adalah mulai bulan juni
akhir 2018 sampai dengan agustus awal 2018 dengan jadwal pelaksanaan sebagai
berikut :
Minggu
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Orientasi Lapangan
XI. PENUTUP
Demikianlah proposal pengajuan ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi
Bapak/Ibu agar dapat menerima untuk melaksanakan Tugas Akhir Pada PT.Agincourt
Resources ,Batangtoru ,Tapanuli Selatan ,Sumatera Utara
. Selanjutnya penulis sangat mengharapkan bimbingan serta arahan dari
Bapak/Ibu dalam pelaksanaan penelitian ini nantinya.Dan dari segala perhatian
saya ucapkan terima kasih.
Arif, I dan Gatut S. Adisoma. 2005. Perencanaan Tambang (Buku Ajar). Bandung : Institut
Teknologi Bandung, hal. VIII-2.
Budiarto, 1997, Diktat Kuliah Sistem Penirisan Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan,
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Yogyakarta, hal 21.
Rochmanhadi, 1992. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Cetakan IV, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta, hal.28-32.
Suratna GDE, dkk. 2008. Pelatihan Geoteknik Terapan. PT Pama Persada Nusantara.Jakarta,
hal.F-2.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta, hal 150.
Suwandhi, A., 2004, Perencanaan Jalan Tambang, Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
UNISBA, Bandung, hal. 2-13
Suwandhi, A., 2004, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Diklat Perencanaan Tambang
Terbuka, UNISBA,hal. 9-10.