You are on page 1of 113

P u s a t Fasilitasi I n f r a s t r u k t u r D a e r a h Sekretariat Jenderal

K e m e n t e r i a n Pekerjaan U m u m d a n P e r u m a h a n Rakyat

MODUL PETUNJUK PENYUSUNAN


PERENCANAAN TEKNIS DAN PEMROGRAMAN
BANTUAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK BIDANG IRIGASI
TAHUN ANGGARAN 2021

Nomor Kontrak : KU.02.02/17.29.1-S5/IV/2021


Tanggal Kontrak : 29 April 2021
PENDAHULUAN

• Sebagian besar Pemerintah Daerah belum melaksanakan


perencanaan teknis dan pemrograman.
• Beberapa Pemerintah Daerah telah melaksanakan
perencanaan dan pemrograman, namun masih belum sesuai
dengan pedoman perencanaan teknis dan pemrograman
• Modul Petunjuk Penyusunan Perencanaan Teknis dan
Pemrograman ini disusun agar pemerintah daerah dapat
melakukan Perencanaan Teknis dan Pemrograman sesuai
dengan pedoman yang berlaku
• Acuan utama yang digunakan dalam penyusunan modul ini
adalah Kriteria Perencanaan (KP) Irigasi dan standart lain
yang berlaku.
BAGIAN 1
IRIGASI PERMUKAAN
PEDOMAN
1. Perencanaan Teknis Irigasi (KP 01 – 09 tahun 2013)
2. Persyaratan Teknis Irigasi (PT 01 – 04 tahun 2013)
3. Standart Gambar Teknis Irigasi (BI 01 – 03 tahun
2013)
4. SNI 8063:2015 tentang Tata cara desain hidraulik
tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe
MDO dan MDS
5. SNI 1724:2015 tentang Analisis hidrologi, hidraulik
dan kriteria desain bangunan di sungai
6. SNI 03-7043-2004 tentang Tata cara desain
hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam
energi tipe MDL
7. SNI 6455.2:2000 tentang Metode Pengukuran Debit
Pada Saluran Terbuka Dengan Bangunan Ukur
Ambang V-Rata
8. SNI 6395:2000 tentang Spesifikasi Alat Ukur Debit
Orifice
9. Permen PUPR 28 Tahun 2016 Tentang Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Sumber Daya Air
RUANG LINGKUP MODUL

Ruang lingkup Modul Petunjuk Penyusunan Perencanaan Teknis Dan Pemrograman


1. Survei Inventarisasi Desain (SID)
2. Detail Engineering Desain (DED)
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4. Backup Volume
5. Usulan Rencana Kegiatan DAK Tahunan

Usulan Rencana
SID DED RAB Backup Volume
Kegiatan DAK
1. Pengumpulan Data 1. Analisis Hidrolika 1. Hasil BOQ 1. Gambar Desain 1. Penyusunan e-PAKSI
2. Survei Pendahuluan 2. Analisis Struktur 2. Haga Dasar Upah 2. Perhitungan Rinci Volume 2. Penanganan program
3. Harga Dasar Material prioritas
3. Hasil e-Paksi 3. Penggambaran Desain
4. Harga Dasar Peralatan - Penanganan preventif
4. Data Teknis Irigasi 4. Penyusunan Spektek
5. Analisa Harga Satuan (A - Penanganan korektif
5. Survei Topografi 5. Penyusunan Metode Kerja HSP Permen PUPR No. - Penanganan rehabilitatif
6. Penyelidikan Geotek 6. Perhitungan BOQ 28 tahun 2016) 3. Monitoring dan Evaluasi
7. Survei Hidrologi 7. Perhitungan RAB 6. Harga Satuan Pekerjaan - Monitoring
8. Survei Inventarisasi 8. Penyusunan Pedoman 7. RAB - Evaluasi
dan Usulan Pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan - Pengendalian Risiko
ALUR KEGIATAN PERENCANAAN TEKNIS
SURVEI INVENTARISASI, PENGUKURAN DAN INVESTIGASI
Inventarisasi Kondisi Fisik Topografi Geologi Teknik
Eksisting
Inventarisasi kondisi fisik Survei Topografi bertujuan untuk Tujuan pekerjaan Penyelidikan
jaringan dan bangunan irigasi mengumpulkan data kondisi Geologi Teknik adalah untuk
bertujuan untuk mengetahui topografi yang rinci sebagai dasar mengetahui keadaan geologi dan
kondisi Saluran dan Bangunan penyusunan detail desain. Kegiatan aspek geoteknik lokasi rencana
Irigasi. Kegiatan ini mengacu Survei Topografi meliputi: bangunan yang direncanakan,
pada hasil e-Paksi. 1. Pemasangan Patok BM dan CP. borrow area dan quarry. Kegiatan
Dari hasil e-Paksi dan hasil 2. Pengukuran Rencana Trase Geologi Teknik meliputi:
inventarisasi lanjutan dapat Saluran. 1. Pemetaan geologi permukaan
dibuat: 3. Pemetaan/Updating Peta DI 2. Penyelidikan Lapangan:
1. Skema Jaringan Irigasi 4. Pengukuran Situasi a. Bor Inti
2. Skema Bangunan Irigasi 5. Pengukuran Potongan b. Bor Tangan
3. Skema Pengaliran Memanjang. c. Sondir
4. Album Gambar 6. Pengukuran Potongan Melintang. d. Test Penetrasi Standart (SPT)
Inventarisasi 7. Penggambaran e. Sumur Uji
Acuan: PT-02 3. Pengujian Loboratorium Mektan:
a. Indeks Propertis (‫ז‬n, Gs, w,
grain size)
** Kegiatan inventarisasi dilakukan oleh tenaga ahli terutama b. Parameter Tanah (c, Ø, qult)
ahli irigasi dan melibatkan P3A Acuan: PT-03
SURVEI INVENTARISASI, PENGUKURAN DAN INVESTIGASI
Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi mengacu pada PT-02 - Pemetaan Topografi


PT-02 terbagi menjadi 4 sub bagian
Sub Bagian 1 : Pemetaan Fotogrametris
Pemetaan foto udara dalam posisi vertikal, hasil foto udara stereoskopis skala
1:10.000. foto udara stereoskopis digunakan untuk peta ortofoto atau garis skala
1:5.000.
Sub Bagian 2 : Pemetaan Terestris
Pemetaan terestris dimaksudkan agar semua data yang diperlukan untuk membuat
peta sesuai dengan skala yang diperlukan dengan melakukan pengukuran langsung
di lapangan (darat)
Sub Bagian 3 : Pemetaan Trase rencana saluran dan lokasi khusus
Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua) pendekatan. Yaitu sistem kontur dan
system intersection point (IP).
Untuk pekerjaan irigasi < 10.000 Ha digunakan system kontur
Untuk pekerjaan irigasi > 10.000 Ha digunakan system intersecion point (IP)
Sub Bagian 4 : Pemetaan Sungai dan Lokasi Bendung
Pemetaan lokasi bendung dilakukan minimal 0,5 km ke arah hulu bendung dan 0,5
km kearah hilir bendung, hal ini untuk menunjang perencanaan bendung dan
komponen lainnya
SISTEM PLANNING
Lay Out Jaringan Rencana Tata
Kebutuhan Air Ketersediaan Air
Irigasi Tanam
1. Peta Ikhtisar 1. Jenis Tanaman 1. Penyiapan Lahan 1. Cahtment Area
2. Skema Jaringan 2. Sistem Irigasi 2. Penggunaan 2. Curah Hujan Rerata
3. Skema Bangunan (penggolongan) Konsumtif 3. Evapotranspirasi
4. Skema Pengaliran 3. Lamanya 3. Rembesan & 4. Karekteristik
pertumbuhan Perkolasi Vegetasi
4. Luasan berapa 4. Curah Hujan Efektif
Hektar 5. Water Layer
5. Kapan awal tanam Replacement (WLR)

Neraca Air Usulan Penanganan Prioritas Usulan Pedoman OP

1. Kebutuhan Air Usulan Pekerjaan Daftar Skala Prioritas 1. Kelembagaan OP


2. Ketersediaan Air digunakan sebagai (Rekomendasi) 2. Tanggung Jawab OP
3. Faktor K, FKR 3. Pengaturan dan
dasar tahapan detail mengacu pada hasil e-
4. Kebutuhan air lainnya
(jika ketersediaan air desain. Paksi Pembagian Air
berlebih) 4. Klasifikasi kerja dan
akomodasi
STANDAR SKEMA JARINGAN IRIGASI
STANDAR SKEMA BANGUNAN IRIGASI
CONTOH SKEMA PENGALIRAN
KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan air dipengaruhi oleh Perkolasi
1. Penyiapan lahan 1. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah
2. Penggunaan konsumtif (dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola
3. Perkolasi dan rembesan pemanfaatan lahan)
4. Pergantian lapisan air 2. Untuk tanah lempung berat dengan pengolahan baik
5. Curah hujan efektif hanya sekitar 1 – 3 mm/hari
3. Tanah yang lebih ringan laju perkolasi menjadi lebih
Penyiapan Lahan tinggi

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya


menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada Penggantian Lapisan Air
suatu sistem irigasi. Faktor–faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan 1. Dilakukan dua kali, masing-masing 50 mm (ATAU 3,3
lahan adalah : mm/hari selama 0,5 bulan) selama sebulan dan dua
1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk bulan setelah transplantasi Sesuai standar KP-01
menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan 2. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan
2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan dan mengganti Lapisan air menurut kebutuhan

Curah Hujan Efektif


Diperhitungkan sebesar 70% curah hujan minimum tengah
bulanan dari curah hujan 10 tahun
KETERSEDIAAN AIR
Pengertian

1. Agar kebutuhan air untuk tanaman terjamin selama


pertumbuhan, perlu diketahui kapasitas dan
kontinuitas debit sumber air
2. Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan ter-penuhi sejumlah air untuk
kebutuhan tanaman;
3. Kemungkinan (probabilitas) terpenuhi ditetapkan
80%.
4. Debit andalan ditentukan untuk periode tengah
bulanan
5. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit
sungai harian rerata.
6. Dan diperlukan catatan data paling sedikit 20 tahun
DESAIN RINCI

Bangunan Utama Saluran Bangunan Gambar Desain


1. Lokasi Bendung 1. Debit Rencana 1. Bangunan Bagi Gambar Desain Irigasi
2. Tipe Bendung 2. Kemiringan Saluran 2. Bangunan Sadap harus mengacu pada
3. Debit Rencana 3. Dimensi Saluran 3. Gorong – gorong Standart Gambar Teknis
4. Pemodelan Hidrolis 4. Koefisien Kekasaran 4. Bangunan Terjun Irigasi (BI-01 s/d BI-03)
Pintu Intake dan 5. TMA 5. Siphon
Penguras 6. Bentuk penampang 6. Talang
5. Perhitungan Struktur saluran 7. Bangunan Pengeluar sedimen
6. Perhitungan Stabilitas 7. Lining saluran 8. Bangunan ukur
Bendung terhadap 9. Pelimpah samping
guling, geser, 10. Bangunan Pembuang silang
terperosok, dan Erosi 11. Trash rack / penyaring sampah
Buluk 12. Bangunan Pembilas
13. Bangunan Pelindung pintu
14. Bangunan Sanggar Tani
15. Jalan inspeksi di sepanjang
saluran drainase
DESAIN RINCI
Perencanaan Petak Tersier

Aspek - aspek yang harus dipertimbangkan dalam


penentuan layout peta tersier:
 Luas petak tersier
 Batas - batas petak tersier
 Bentuk yang optimal
 Kondisi medan
 Jaringan irigasi yang ada
 Operasi jaringan.

Kebutuhan untuk operasi dan pemeliharaan harus dibuat


minimum. Pembagian air harus adil, seimbang dan efisien

Petak tersier ideal :


 jika masing - masing pemilikan sawah memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air
langsung ke jaringan pembuang. Petak tersier yang ideal
 petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan
mesin atau ternak mereka ke dari sawah melalui jalan
petani yang ada Acuan: KP-05
DESAIN RINCI
Perencanaan Petak Tersier

Ukuran optimum suatu petak tersier adalah


antara 50 dan 100 ha.
Ukurannya dapat ditambah sampai maksimum
150 ha jika keadaan topografi memaksa demikian.

petak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi


akan menjadi lebih tinggi karena:
 lebih sedikit titik - titik pembagian air
 Saluran - saluran yang lebih pendek sehingga
kehilangan air yang lebih sedikit
 Lebih sedikit petani yang terlibat, jadi kerja
sama lebih baik
 Pengaturan (air) yang lebih baik sesuai
dengan kondisi tanaman
 Perencanaan lebih fleksibel sehubungan
dengan batas - batas desa. Bentuk Optimal Petak Tersier

Acuan: KP-05
BAGIAN 2
IRIGASI RAWA
RAWA

DEFINISI RAWA
PERMEN PUPR Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rawa:

• Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di
dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk
secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan
mineral atau gambut dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu
ekosistem.

• Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di tepi pantai, dekat
pantai, muara sungai atau dekat muara sungai dan tergenangi air
yang dipengaruhi pasang surut air laut.
RAWA

KARAKTERISTIK LAHAN RAWA


Rawa merupakan genangan air secara alamiah yang terjadi terus
menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta
mempunyai ciri – ciri khusus secara phisik, kimiawi dan biologi.

 Ciri secara phisik adalah bentuk permukaan lahan yang Cekung,


kadang-kadang bergambut.
 Ciri kimiawi adalah derajad keasaman airnya rendah.
 Ciri biologi adalah terdapatnya ikan ikan rawa, tumbuhan rawa dan
hutan rawa.
RAWA

Irigasi Rawa
• Buang genangan air, agar tanah
• dapat ditanami (Drainasi)
• Beri air segar saat kering (Irigasi)
• Membutuhkan sumber air dan
• energi untuk mengalirkan. 4.80 Pasang
4.60
• Energi Pasang Surut 4.40
4.20
Surut

– Tergantung pada hidrotopografi 4.00


3.80 Elevasi
– ( elevasi lahan terhadap elevasi 3.60
3.40
muka sungai) 3.20
3.00
2.80
2.60
2.40
2.20
200 224 248 272 296
RAWA

Hidrotopografi

Hidrotopografi  perbandingan relatif antara elevasi lahan dengan elevasi muka air sungai atau muka
air disaluran terdekat.

Faktor faktor yang mempengaruhi hidrotopograf:


1. Permukaan air sungai yang dipengaruhi pas
ang surut air laut.
2. Peredaman flutuasi pasang surut disaluran
(dimensi saluran,jarak dr sungai)
3. Tinggi curah hujan setempat.
4. Tinggi permukaan yang dapat berubah
karena :
• Subsidence
• Pembakaran gambut.
• Perataan lahan.
RAWA

Rawa Pasang Surut dibedakan menjadi empat tipe luapan

1. Rawa Tipe Luapan A, Rawa dalam klasifikasi ini merupakan rawa


yang selalu terluapi oleh air pasang tertinggi dari adanya variasi el
evasi pasang surut air sungai.
2. Rawa Tipe Luapan B, Rawa yang termasuk dalam kategori ini
ialah rawa yang kadang-kadang (tidak selalu terluapi) oleh air
pasang tinggi dari variasi pasang surut air sungai.
3. Rawa Tipe Luapan C, Daerah rawa (RPS) dalam kategori ini didefi
nisikan sebagai daerah rawa yang tidak pernah terluapi oleh air pa
sang tertinggi dari variasi elevasi pasang surut air sungai, namun
memiliki kedalaman muka air tanah tidak lebih dari 50 cm dari per
mukaan tanah.
4. Rawa Tipe Luapan D, Daerah rawa (RPS) ini adalah rawa yang m
enurut hydrotopografinya tidak pernah terluapi oleh air pasang terti
nggi dari variasi elevasi pasang surut air sungai, dan memiliki kedal
aman air tanah > 50 cm dari permukaan tanah.
RAWA
BAGAN ALIR PERENCANAAN IRIGASI RAWA
DATA DATA YANG DI BUTUHKAN

1. DATA SEKUNDER 2. DATA PRIMER


 Data RTRW (renana tata ruang wilayah  Survey Topografi
 Data Klimatologi  Survey Hidrometri
 Data Curah Hujan  Survey Hidrologi
 Data Daerah Dalam Angka  Survey Tanah Pertanian
 Data / Laporan / Gambar terdahulu yang pern  Survey Mekanika Tanah
ah ada  Survey Sosio Agro Ekonomi

BERDASARKAN SURAT EDARAN DIRJEN SUMBER DAYA AIR:


SE Dirjen SDA No. 19/SE/D/2017 Ttg Pedoman Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Pasut;

Kegiatan survai dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di lapangan
yang meliputi:
1) survey topografi;
2) survey hidrologi / hidrometri;
3) survey tanah pertanian;
4) survey mekanika tanah;
5) survey sosial agro ekonomi; dan
6) survey prasarana yang ada.
SURVEY LAPANGAN

1. SURVEY TOPOGRAFI 2. SURVEY HIDROMETRI 3. SURVEY HIDROLOGI


 Peta dasar  Tinggi muka air jangka panjang  Pengumpulan data iklim,
 Kerangka Dasar (BM)  Tinggi muka air serempak jangka  Pengumpulan data curah hujan
 Ketinggian tempat pendek bulanan
 Penampang melintang sungai alam  Tanda banjir disepanjang sungai  Pengumpulan data harian maximum
 Penampang melintang saluran yang  Pengukuran pengeluaran Pengumpulan data harian jam-jamam
ada  Pengukuran salinitas, Ph
 Penampang memanjang saluran baru  Contoh air
 Survei situasi lapangan kontruksi  Contoh endapan 6. SURVEY SOSIO AGRO EKONOMI
 Penampang melintang sungai  Pengumpulan informasi statistik mengenai
4. SURVEY TANAH PERTANIAN
penduduk, lahan pertanian, dll.
 Pengeboran s/d kedalaman 1,20 m 5. SURVEY MEKANIKA TANAH  kegiatan ekonomi di areal tersebut
 Lubang profil tanah  ketersediaan buruh, suplai masukan dan
 Contoh tanah untuk analisa laboratorium  Pemboran Tangan (Hand Boring)
 Tes permeabilitas fasilitas pemasaran, jaringan transportasi
 Inventarisasi tipe , sifat dan jenis tanah dan distribusi
serta penjebarannya  Analisa sample tanah berbagai lokasi
 Pengujian triaksial  kepemilikan lahan, konsesi hutan, dan
 Inventarisasi serta lokasi masalah tanah tuntutan hukum dan biasa atas areal
seperti : Pirit, tanah sulfat masam,  Pengujian oedometer
 Pengujian gesekan tanah (vane shear) tersebut
keasaman, kegaraman dan masalah  organisasi petani dan daerah kerja petugas
gambut  Pengujian penetrasi kones
pemerintah di lapangan (Pengamat, Juru
 Penggambaran peta penyebaran jenis Pengairan, PPL, dll)
tanah ketebalan gambut, kedalaman  data agronomi : pola tanam, varitas.
lapisan pirit, kedalaman muka air tanah
dan genangan
SURVEY LAPANGAN TOPOGRAFI

1. Pemasangan Bench Mark (BM) da


n Control Point (CP)
2. Pengukuran Kerangka Horisontal.
3. Pengukuran Kerangka Vertikal.
4. Pengukuran Situasi Detail.
5. Pengukuran Penampang Sungai /
Saluran.
SURVEY LAPANGAN HIDROMETRI

Pengamatan Pasang Surut 15 Hari

Penelitian Kualitas Air

Uji Sedimen Dasar dan Sedimen Layang

Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus


SURVEY LAPANGAN MEKANIKA TANAH

Pemboran tanah sampai kedalaman 8 m atau sampai pada satu lapisan


keras (undisturbed sample).

Uji penetrasi (Penetration Test) sampai batas maksimum tekanan


ujung P = 100 kg/cm2 atau paling sedikit sampai pada kedalaman 10
m dengan pembacaan ujung setiap kedalaman 0,20 m.

Pembuatan lubang uji (Test Pit) untuk pengambilan contoh tanah


terganggu (Disturbed Sample) pada setiap perubahan lapisan tanah.

Uji gesekan tanah (Vane shear test) sampai pada kedalaman 6 m


dengan pembacaan kekuatan geser pada setiap interval 0.50 m.

Uji kelulusan air (Hydraulic Conductivity Test) dengan menggunakan


metode Auger Hole atau Penetrometer.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA
Kriteria Lokasi Satuan Nilai Keterangan
KRITERIA Drainase maksimum Semua saluran
PERENCANAAN Persyaratan Drainase Semua saluran pada lahan kelas A dan B
Dasar Drainase Semua saluran pada lahan kelas A dan B
SALURAN Kemampuan Drainase Tanaman padi 30 cm Muka air tanah yang diperlukan selama 1 kali curah
Tanaman Lahan Kering 30 – 60 cm hujan tinggi bulanan dalam 5 tahun
Tanaman Keras 60 cm
Irigasi Pasang surut Semua saluran pada lahan kelas A dan B Lihat Bagian 5.1.5
Waktu Navigasi Saluran Primer, Fungsi navigasi mayor 24 jam / hari Musim kemarau, dua kapal lebar 3 m, sarat muatan 1 m
Saluran primer, fungsi navigasi minor 12 jam / hari Musim kemarau, satu kapal lebar 3 m, sarat muatan 1 m

Dimensi Awal Saluran Ditentukan dengan rumus Manning Lebar atas saluran ditentukan menurut kemiringan
lereng.
Koefisien kekerasan Kedalaman saluran < 1 m 0.050 n-Manning
Kedalaman saluran 1-2 m 0.040 n-Manning
Kedalaman saluran 2-3 m 0.033 n-Manning
Kedalaman saluran > 3 m 0.025 n-Manning
Kecepatan Maksimum Semua Saluran 0.70 m/detik
Semua Bangunan 2.00 m/detik
Tinggi bebas Tanggul banjir 0.75 m
Saluran primer 0.75 m
Saluran Sekunder 0.30 m
Bangunan 0.30 m
Lereng sisi Kedalaman saluran < 1 m 1:1 Sama seperti utk tanggul < 1 m
Kedalaman saluran 1-2 m 1 : 1.5 Sama seperti utk tanggul 1-2 m
Kedalaman saluran > 2 m 1:2 Sama seperti utk tanggul > 2 m
Lebar berm Saluran Primer 5m
Saluran sekunder 3m
Saluran Tersier 2m
Penyusutan Tanah gambut 10-20 cm/tahun
Tanah Mineral 2-4 cm/tahun
Kelebihan tinggi untuk pembuatan Tanah Liat belum matang 30 – 50 % Tanah gambut tidak dipergunakan untuk pembuatan
bangunan Sampai setengah matang tanggul
Tanah Liat matang 15 – 30 %
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DRAINASE MAKSIMUM

Selama terjadi hujan lebat :


tinggi muka air (tanah) untuk sementara waktu melebihi tinggi muka air yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman.
tinggi muka air ini akan kembali normal dalam periode waktu tertentu. Tergantung atas jenis
tanaman
Kriteria ini ditetapkan untuk tanaman sebagai berikut :
• Tanaman Padi : Curah hujan 3 harian maksimum, 1 kali dalam 5 tahun, dikurangi
dengan kenaikan penampungan lahan sebesar 50 mm, harus dikosongkan dalam
waktu 3 hari
• Tanaman Palawija : Curah hujan selama 4 harian maksimum 1 kali dalam 5 tahun
harus dikosongkan dalam waktu 4 hari. Selama dua hari pertama pada umumnya
terjadi limpasan permukaan, dan selama dua hari berikutnya pada umumnya terjadi
limpasan air tanah.
• Tanaman Keras : Curah hujan selama 6 harian maksimum 1 kali dalam 5 tahun harus
dikosongkan dalam waktu 6 hari. Selama tiga hari pertama pada umumnya terjadi
limpasan permukaan, dan selama tiga hari berikutnya terjadi limpasan air tanah.

Drainase harus dilakukan pada waktu tinggi muka air saluran tersier berada 10 cm dibawah
tinggi muka air ( tanah ) yang diinginkan pada lahan tersebut
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DRAINASE MAKSIMUM

Modul drainase dan Kriteria tinggi muka air


Limpasan Permukaan Limpasan Permukaan Bawah
Jenis Penggunaan Muka air saluran Muka air saluran
Pengeluaran Pengeluaran
Lahan tersier m dari tesier m dari NG
lt/detik/ha lt/detik/ha
NGL L
Padi Sawah 4.9 - 0 .10 - -
Tanaman Pangan 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
lahan kering
Tanaman Keras 4.9 - 0.10 4.5 - 0.60
Lahan Pekarangan 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
Areal Ekonomi 15.0 - 0.10 - -
Areal Umum 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
Jalur Hijau 3.0 - 0.10 - -
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DRAINASE MAKSIMUM

Modul Drainase untuk padi sawah dan jalur hijau


PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DRAINASE MAKSIMUM

Modul drainase untuk palawija dan lahan pekarangan


PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DRAINASE MAKSIMUM

Modul Drainase untuk tanaman keras


PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

PERSYARATAN DRAINASE

Persyaratan drainase diperhitungkan dengan cara mengalikan modul drainase


dengan luas areal kotor. Faktor penurunan areal sebesar 0,9 dapat diterapkan
untuk areal-areal yang luasnya melebihi 1.000 ha

DASAR DRAINASE

Dasar drainase akan diambil dari rata-rata fluktuasi muka air pasang surut pada
sungai yang memiliki tinggi muka air paling tinggi selama bulan musim tanam.
Untuk perhitungan awal dasar drainase dapat ditetapkan pada tinggi muka air rata-
rata selam periode tersebut. Selanjutnya, drainase biasanya dapat dilakukan kira-
kira 12 jam per hari. Jika dipilih dasar drainase yang lebih rendah, maka waktu
drainase tersebut akan dikurangi sebagaimana mestinya.

KEMAMPUAN DRAINASE

Pada waktu terjadi curah hujan normal, sistem drainase harus mampu
mempertahankan kedalaman air tanah sebagai berikut :
 Tanaman Padi 30 cm
 Tanaman Lahan Kering ( Palawija ) 30 – 60 cm
 Areal Rumah dan Desa 30 – 50 cm
 Tanaman Keras 60 cm
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

IRIGASI PASANG SURUT

Persyaratan irigasi diperhitungkan dari keseimbangan air tanaman bulanan :


IRR = k.ETo + Persiapan Lahan + Perkulasi/pencucian –
Reff

Dimana :
ET = evapotranspirasi referensi, diperhitungkan dari data iklim
bulanan dengan mempergunakan metode penman
K = Faktor tanaman, yang tergantung atas jenis dan tahap
pertumbuhan tanaman ; dari literatur.
Reff = Curah hujan efektif (90 % di musim hujan, 100% di musim
kemarau
Persiapan lahan = Jumlah air yang diperlukan pada awal musim tanam untuk
persiapan lahan, diperkirakan 150 mm untuk tanaman padi
musim hujan dan 50 mm untuk tanaman palawija
Perkulasi/pencucian = Perkulasi air dibawah zona akar.

Pada lahan rawa pasang surut, hal ini penting untuk pencucian unsur-unsur asam
dan racun.
Untuk padi sawah, IRR menganjurkan sebesar 8 mm/hari. Jumlah tambahan
diperlukan pada awal musim untuk mencuci unsur asam yang berkembang selam
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

IRIGASI PASANG SURUT

Contoh peritungan kebutuhan air (padi lokal)


(a) Padi unggul - Padi unggul, rata-rata curah hujan 8 mm/hari untuk perkolasi/pencucian

No Kriteria Simbol Sat Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 172 183 259 325 233 203 276 270 171 123 103 94 2412
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 172 165 233 293 210 183 248 243 171 123 103 94 2237
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Pola tanam PADI UNGGUL PADI UNGGUL

Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.1
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 34 104 149 150 100 32 568
9 Persiapan tanaman LP mm 100 50 150
8 Perkolasi/pencucian P mm 100 60 180 240 240 180 60 1060

Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.1
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 33 109 158 146 110 34 590
8 Persiapan tanaman LP mm 50 25 75
9 Perkolasi/pencucian P mm 50 60 180 240 240 180 60 1010

10 Kebutuhan air tanaman a mm 100 194 334 389 390 330 235 314 398 386 290 94 3453
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 0 27 58 29 0 0 29 94 469
12 Total kebutuhan air b mm 217 281 362 389 390 357 292 343 398 386 319 188 3921

13 Neraca air c mm -45 -117 -129 -96 -180 -174 -44 -100 -227 -263 -216 -94 -1684
14 Kebutuhan irigasi mm 45 117 129 96 180 174 44 100 227 263 216 94 1684
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

IRIGASI PASANG SURUT

Contoh peritungan kebutuhan air (padi lokal)


(b) Padi unggul - Padi unggul, curah hujan minimum satu kali per 5 tahun 8 mm/hari untuk perkolasi/pencucian

No Kriteria Simbol Satuan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mai Jun Jul Ags Total
1 Curah hujan P mm 133 146 191 254 226 158 216 202 139 89 98 75 1927
2 Curah hujan effektif A % 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 100% 100%
3 Curah hujan effektif A mm 133 131 172 229 203 142 194 182 139 89 98 75 1788
4 Referensi Evapo-transpirasi ETo mm 117 117 111 110 111 107 115 116 117 108 117 125 1371
Pola tanam PADI UNGGUL PADI UNGGUL

Musim hujan
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.10
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 34 104 149 150 100 32 568
8 Persiapan tanaman LP mm 100 50 150
9 Perkolasi/pencucian L mm 100 60 25 240 240 180 60 905

Musim kemarau
5 Pengguna lahan % 25 75 100 100 75 25
6 Koefisien tanaman Kc - 1.15 1.25 1.35 1.35 1.25 1.10
7 Evapo-transpirasi tanaman ETc mm 33 109 158 146 110 34 590
8 Persiapan tanaman LP mm 50 25 75
9 Perkolasi/pencucian L mm 50 60 180 240 240 180 60 1010

10 Kebutuhan air tanaman a mm 100 194 179 389 390 330 235 314 398 386 290 94 3298
11 Evapo-transpirasi tanah ETt mm 117 88 28 0 0 27 58 29 0 0 29 94 469
12 Total kebutuhan air b mm 217 281 207 389 390 357 292 343 398 386 319 188 3766

13 Keseimbangan air c mm -84 -150 -35 -160 -186 -215 -98 -161 -259 -297 -221 -113 -1979
14 Kebutuhan irigasi mm 84 150 35 160 186 215 98 161 259 297 221 113 1979
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

IRIGASI PASANG SURUT

Contoh peritungan kebutuhan air (padi lokal)


Keterangan :
1, 2, 4, 5, 6 R dan ETo dari data cuaca. Kc dari literatur. Tataguna lahan diperkirakan
3 Curah hujan efektif A = R x curah hujan efektif (%)
7 ETc = ETo x Tataguna lahan
9 Perkolasi yang disarankan untuk menghindari asam adalah 8 mm/hari (IRRI)
10 Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L
11 Evapotranspirasi tanah (lahan tanpa tanam) = Eto x (100 - Tataguna lahan)
12 Total kebutuhan air = Kebutuhan air tanaman + Evapotranspirasi tanah
13 Keseimbangan air = Curah hujan efektif - total kebutuhan air
14 Kebutuhan air irigasi sama dengan kekurangan keseimbangan air selama musim tanam
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

NAVIGASI

Saluran-saluran primer dapat difungsikan sebagai saluran navigasi. Saluran-


saluran sekunder biasanya tidak difungsikan sebagai saluran navigasi. Kriteria
navigasi saluran-saluran primer tergantung atas kepentingan navigasi saluran
tersebut, dan jenis boat yang akan dipergunakan.
Petunjuk kasar kriteria navigasi tersebut adalah sebagai berikut :
 Saluran-saluran yang banyak memiliki fungsi navigasi akan memiliki lebar
dasar minimum 6 m. pada waktu musim kemarau saluran tersebut harus
dapat dilalui selama 24 jam per hari oleh dua buah kapal dengan masing-
masing lebar 3 m, sarat muatan 1,0 m dan ruang bebas 0,5 m diatas dasar
saluran.
 Saluran-saluran yang kurang memiliki fungsi navigasi akan memiliki lebar
minimum dasar 3 m. Pada waktu musim kemarau saluran tersebut harus
dapat dilalui selama 12 jam per hari oleh sebuah kapal yang lebarnya 3 m,
sarat muatan 1,0 m, dan ruang bebas 0,5 m diatas dasar saluran.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

DIMENSI SALURAN

Dimensi saluran harus cukup besar untuk memenuhi masing-masing fungsi saluran

Tipikal Potongan Melintang Saluran


PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

LEBAR BERM

Untuk mencegah agar tanggul tidak longsor serta untuk tujuan pemeliharaan, maka harus
diterapkan berm dengan lebar minimum 5 m sepanjang saluran primer/navigasi, 3 m
sepanjang saluran sekunder dan 2 m sepanjang saluran tersier

TINGGI BEBAS

 Untuk tanggul yang terdapat disepanjang saluran primer/navigasi, diperlukan tinggi bebas
0,75 m diatas tinggi muka air tinggi dimusim hujan ( satu kali berulang dalam periode 20
tahun ).
 Untuk saluran dan bangunan sekunder, diperlukan tinggi bebas 0,30 m.
 Pada areal-areal dimana terdapat perbedaan kecil antara tinggi muka air di musim hujan dan
kemarau dan jarak pasang surut yang kecil, maka tinggi bebas yang diijinkan adalah sebesar
0,50 m untuk tanggul disepanjang saluran primer/navigasi.

KEMIRINGAN SISI SALURAN DAN TANGGUL

Kemiringan sisi saluran tergantung atas kedalaman saluran tersebut :


 Kedalaman saluran < 1 m : kemiringan sisi 1 : 1
 Kedalaman saluran 1-2 m : kemiringan sisi 1 : 1.5
 Kedalaman saluran > 2 m : kemiringan sisi 1 : 2
Kemiringan sisi tanggul dll harus memenuhi kriteria yang sama.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

KOEFISIEN KEKASARAN

Koefisien kekerasan manning yang harus diterapkan untuk desain saluran dikaitkan dengan
kedalaman saluran yang bersangkutan :
 Kedalaman saluran < 1 m : n=0,050
 Kedalaman saluran 1-2 m : n=0,040
 Kedalaman saluran 2-3 m : n=0,033
 Kedalaman saluran > 3 m : n=0,025

KECEPATAN MAKSIMUM ALIRAN AIR

Kecepatan maksimum aliran air di seluruh saluran tidak boleh melebihi 0,70 m/detik.
Pada barrel bangunan, kecepatan maksimum aliran air ini diperbolehkan sebesar 2,0 m

PENYUSUNAN TANAH

Setelah kegiatan reklamasi dan drainase ditingkatkan, penyusutan permukaan tanah dapat
diperkirakan sebagai berkut :
a). Tanah Gambut : 10 sampai 20 cm per tahun
b). Tanah Mineral : 2 sampai 4 cm per tahun
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

PENURUNAN TANAH GALIAN

Untuk pembuatan tanggul, harus dipergunakan bahan tanah yang baik dan harus diberikan
kelebihan tinggi untuk mengantisipasi penurunan tanah galian, tanpa mengindahkan standard
persyaratan pemadatan tanah.
Bahan tanah gambut tidak boleh dipergunakan untuk pembuatan tanggul, dan harus dibuang.
Untuk tanah yang belum matang.

PEMBILASAN SALURAN

 Pada areal-areal dimana pembilasan saluran penting dilakukan, saluran-saluran sebaiknya


dihubungkan ganda.
 Saluran-saluran yang ujungnya tertutup selalu mengakibatkan air tergenang pada bagian
ujung saluran tersebut, kualitas air yang buruk dan pertumbuhan rumput yang berlebihan.
Untuk meningkatkan pembilasan, maka diperlukan bangunan pengendali air dimana dikedua
ujung saluran, pada saluran yang dihubungkan ganda, dan dibagian muara saluran pada
saluran yang ujungnya tertutup.
 Pembilasan saluran berjalan baik jika tinggi dasar saluran pada pintu masuk saluran tersebut
berada disekitar tinggi muka air pasang surut rata-rata dimusim kemarau. Hal ini
memungkinkan saluran tersebut betul-betul kosong pada waktu air surut, dan berisi waktu air
pasang.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

PENGISIAN KEMBALI AIR TANAH

Pengisian kembali tinggi muka air tanah melalui infiltrasi air dari saluran-saluran menghendaki
jaringan saluran yang padat. Besarnya infiltrasi air adalah sepadan dengan kepadatan saluran
(panjang total saluran per ha).
Tinggi dasar saluran harus berada dibawah tinggi muka air tinggi dimusim kemarau, untuk
memungkinkan agar aliran air masuk dengan mudah pada waktu air pasang.
Bangunan pengendali air diperlukan untuk mencegah agar aliran air tidak keluar pada waktu air
surut.

LEBAR TANGGUL
Standar lebar tanggul minimum ditetapkan sbb :

- Tanggul yang akan dilalui oleh kendaraan beroda Lebarnya sama seperti disain jalan
empat :
- Tanggul yang akan dilalui oleh sepedah motor dan Lebar minimum 3 meter
peralatan pertanian kecil :
- Tanggul yang akan dipergunakan sebagai jalan Lebar minimum 1 meter
setapak (biasanya disepanjang saluran tersier untuk
menuju lahan-lahan pertanian) :
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

Perencanaan Saluran Rawa

Rumus dan Kriteria Hidrolis


Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk
itu diterapkan rumus Strickler.

Dimana :
Q = Debit Saluran, m3 / dt
v = Kecepatan Aliran, m / dt
A = Luas Potongan Melintang Aliran, m2
R = Jari-jari Hidraulis, m
P = Keliling Basah, m
B = Lebar Dasar Saluran, m
H = Tinggi Air, m
I = Kemiringan Energi (kemiringan Salura
n)
k = Koefisien Kekasaran Strickler, m1/3 / dt
m = Kemiringan Talud (1 vertikal : m horizo
ntal)
IDEA
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

Perencanaan Saluran Rawa

Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan m
enyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan (0.
088 mm).
Erosi
Kecepatan – kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS)

IDEA
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

Perencanaan Saluran Rawa

Faktor – faktor koreksi terhadap kecepatan dasar (SCS)

vmaks = vb x A x B x C

dimana :
vmaks = kecepatan maksimum yang d
iizinkan, m/dt
vb = kecepatan dasar, m/dt
A = faktor koreksi untuk angka po
ri permukaan saluran
B = faktor koreksi untuk kedalama
n air
C = faktor koreksi untuk lengkung

Dan kecepatan dasar yang diizinkan


vba = vb x A
IDEA
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI RAWA

Perencanaan Saluran Rawa


Tinggi Muka Air
Kecepatan Maksimum yang diizinkan (oleh Portier dan Scobey)
Material N V m/det V m/det
(air bersih) (air yg
mengangkut
lanau koloid)

Pasir halus, non kolloidal 0,020 0,457 0,762

Lempung kepasiran, non kolloidal 0,020 0,533 0,762


Silt loam, non kolloidal 0,020 0,610 0,914
Lumpur Alluvial, non kolloidal 0,020 0,610 1,067
Ordinary ferm loam 0,020 0,762 1,067
Abu vulkanis 0,020 0,762 1,067
Lempung kaku sangat kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lumpur alluvial, kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lempung keras 0,025 1,829 1,829
Kerikil halus 0,020 0,762 1,524
Graded loam to cobbles, non
0,030 1,143 1,524
colloidal
Graded silt to cobbles when
0,030 1,219 1,676
IDEA colloidal
Kerikil kasar, non colloidal 0,025 1,219 1,829
Cobbles and shingles 0,035 1,524 1,678
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA IKHTISAR

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA TOPOGRAFI

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA TATA GUNA LAHAN

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA KESESUAIAN LAHAN

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA KLASIFIKASI LAHAN

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

PETA JARINGAN IRIGASI RAWA DAN TATA GUNA LAHAN

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

TIPIKAL PINTU SORONG

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

DETAIL PINTU SORONG

IDEA
PETA PETA DAN GAMBAR YANG DIHASILKAN

GAMBAR JEMBATAN

IDEA
BAGIAN 3
PEMROGRAMAN
PEMROGRAMAN

Lingkup Pemrograman
1. Penentuan Kegiatan Prioritas
2. Penyampaian Usulan DAK Bidang Irigasi
3. Verifikasi Data Teknis dan Usulan Rencana Kegiatan
4. Persetujuan Rencana Kegiatan
5. Perubahan Rencana Kegiatan

Permen PUPR No. 5 Tahun 2021


ALUR KEGIATAN PEMROGRAMAN

Penentuan Penyampaian Verifikasi Data Persetujuan Perubahan


Kegiatan Usulan DAK Teknis dan Rencana Rencana
Prioritas Bidang Irigasi Usulan Rencana Kegiatan Kegiatan
Kegiatan

1. Rehabilitasi 1. Kegiatan 1. Tahap 1. Tahap • Persetujuan


Jaringan Rehabilitasi/ Persiapan Persiapan terhadap
Irigasi Peningkatan/ 2. Tahap 2. Tahap Verifikasi perubahan RK
2. Peningkatan Pembangunan Verifikasi Bidang Irigasi
Jaringan Jaringan Irigasi 3. Tahap dapat
Irigasi 2. Kegiatan Finalisasi diberikan
3. Pembangunan Pembangunan sepanjang
Jaringan Infrastruktur memenuhi
Irigasi Pengendali persyaratan
4. Pembangunan Banjir
Infrastruktur
Pengendalian
Banjir
PENENTUAN KEGIATAN PRIORITAS
Rehabilitasi Jaringan Irigasi

a. merupakan D.I yang sudah terdaftar dalam Permen PUPR No 14/PRT/M/2015;


b. merupakan D.I. yang menjadi prioritas penanganan Pemerintah Daerah dalam dokumen perencanaan
(RPJMD/Renstra SKPD/Renstra DAK);
c. wajib tuntas/menyeluruh dalam satu D.I sebelum beralih ke D.I. lainnya, serta harus dapat langsung
fungsional (dapat ditanami) setelah kegiatan dilaksanakan;
d. memiliki dokumen teknis (DED) dan dokumen pendukung yang lengkap.

Peningkatan Jaringan Irigasi

a. merupakan D.I yang sudah terdaftar dalam Permen PUPR No 14/PRT/M/2015;


b. merupakan D.I. yang menjadi prioritas penanganan Pemerintah Daerah dalam dokumen perencanaan
(RPJMD/Renstra SKPD/Renstra DAK);
c. wajib tuntas/menyeluruh dalam satu D.I sebelum beralih ke D.I. lainnya, serta harus dapat langsung
fungsional (dapat ditanami) setelah kegiatan dilaksanakan;
d. memiliki dokumen teknis (SID / DED) dan dokumen pendukung yang lengkap.
PENENTUAN KEGIATAN PRIORITAS

Pembangunan Jaringan Irigasi

a. belum terdaftar sebagai D.I. kewenangan Pemda berdasarkan Permen PUPR No 14/PRT/M/2015;
b. memiliki luasan yang sesuai dengan kewenangan Pemda, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23
tahun 2014;
c. memenuhi 8 syarat kegiatan pembangunan baru jaringan irigasi;
1) mempunyai kesuburan lahan, sesuai dengan tanaman padi/pangan;
2) tersedianya potensi air dengan kualitas sesuai, dan kuantitas yang mencukupi;
3) adanya penduduk, atau petani penggarap lahan pertanian;
4) ada akses jalan ke lokasi
5) status tanah untuk jaringan irigasi dan areal pengembangan adalah milik petani (daerah
budidaya dan bukan hutan lindung);
6) tidak ada banjir dan genangan air;
7) lahan yang dikembangkan sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Rilayah (RTRW); dan
8) tidak ada masalah sosial (pembebasan tanah, dll)
d. merupakan D.I. yang menjadi prioritas penanganan Pemerintah Daerah dalam dokumen
perencanaan (RPJMD/Renstra SKPD/Renstra DAK);
e. memiliki dokumen teknis (SID / DED) dan dokumen pendukung yang lengkap
PENENTUAN KEGIATAN PRIORITAS
Pembangunan Infrastruktur Pengendalian Banjir

a. memiliki kewenangan Wilayah Sungai (berdasarkan Permen PUPR No. 4 Tahun 2015);
b. memiliki kewenangan daerah irigasi permukaan berdasarkan dengan Permen PUPR No. 14 Tahun
2015;
c. daerah irigasi terdampak banjir luapan sungai dengan frekuensi lebih dari 2 kali dalam 5 tahun;
d. memiliki surat keterangan dampak bencana dari BPBD serta mendapat verifikasi dari BBWS/BWS
setempat;
e. memiliki dokumen teknis (SID / DED) dan dokumen pendukung yang lengkap.

Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survey identifikasi permasalahan dan kebutuhan rehabilitasi/ peningkat
an/ pembangunan baru (selektif) secara partisipatif, dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan
skala prioritas.
Dalam menentukan kriteria penanganan (rehabilitasi/peningkatan) dilihat dari kondisi kerusakan fisik jaringan
irigasi. Untuk menilai kondisi kerusakan fisik, dilakukan dengan menentukan indeks kondisi jaringan irigasi
Indeks kondisi jaringan irigasi merupakan indikator kondisi fisik jaringan irigasi yang dinyatakan dengan suatu
angka dari 0 hingga 100
Apabila indeks kondisi suatu jaringan irigari di atas 60 atau sama dengan 60 maka jaringan irigasi tersebut
diarahkan untuk pemeliharaan
Apabila indeks kondisi suatu jaringan irigasi di bawah 60 maka jaringan irigasi tersebut diarahkan untuk
direhabilitasi
PENYAMPAIAN USULAN DAK BIDANG IRIGASI
Penyampaian usulan DAK Bidang Irigasi dilakukan melalui Sistem Informasi Perencanaan
dan Penganggaran yang Terintegrasi. Periode pengusulan mengikuti jadwal yang ditentukan
oleh Kementerian PPN/Bappenas
Usulan yang disampaikan sekurangkurangnya memuat data/informasi:
a. menu kegiatan;
b. nama daerah irigasi;
c. target outcome (ha);
d. jenis dan target komponen/output (m/buah);
e. harga satuan;
f. nilai usulan;
g. lokasi (kecamatan/desa dan koordinat geografis);
h. metode pengadaan;

VERIFIKASI DATA TEKNIS DAN USULAN RENCANA KEGIATAN


• Kementerian PUPR melaksanakan kegiatan Verifikasi Data Teknis dan Usulan Rencana
Kegiatan DAK Bidang Irigasi,
• wajib diikuti oleh seluruh Pemerintah Daerah pengusul DAK Bidang Irigasi.
• dapat diselenggarakan sebelum ataupun sesudah batas akhir periode pengusulan dalam
Sistem Informasi Perencanaan dan Penganggaran yang Terintegrasi
PERSETUJUAN RENCANA KEGIATAN
Setelah alokasi DAK Bidang Irigasi ditetapkan,
• Kementerian PUPR melaksanakan Konsultasi Program Penyusunan Rencana Kegiatan
DAK Irigasi dengan mengundang seluruh Pemda yang mendapatkan alokasi.
• Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah melakukan verifikasi dan persetujuan
terhadap rencana kegiatan yang diajukan oleh Pemda sesuai dengan penetapan alokasi
DAK

PERUBAHAN RENCANA KEGIATAN

Pemerintah Daerah dapat mengajukan perubahan terhadap Rencana Kegiatan Bidang Irigasi.
Persetujuan terhadap perubahan RK Bidang Irigasi dapat diberikan sepanjang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Mengikuti mekanisme yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
3 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020,
pasal 6.
2. Usulan perubahan Rencana Kegiatan merupakan usulan yang telah disetujui dalam
tahapan verifikasi data teknis dan usulan rencana kegiatan.
3. Disetujui setelah mengikuti mekanisme verifikasi Rencana Kegiatan
RENCANA KEGIATAN
P u s a t Fasilitasi I n f r a s t r u k t u r D a e r a h Sekretariat Jenderal
K e m e n t e r i a n Pekerjaan U m u m d a n P e r u m a h a n Rakyat

TERIMAKASIH
BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)

Bagian – bagian Bendung Pemilihan Tipe Bendung


1. Mercu atau pintu pengatur elevasi m.a 1. Letak pada alur sungai, hulu; tengah atau
2. Bangunan Pengambilan hilir
3. Bangunan Pembilas 2. Morfologi sungai
4. Kantong Lumpur 3. Jenis angkutan sedimen yang dominan
5. Bangunan Penguras 4. Pengaruh pasang surut
5. Kegiatan masyarakat disekitar alur
Penentuan Lokasi Bendung
Langkah Desain Bendung
1. Diusahakan pada ruas sungai yang
1. Penetapan Debit Banjir dan Debit Irigasi
lurus
2. Desain Hidrolis Mercu
2. Pada palung sungai yang stabil, terkait
3. Desain Hidrolis Kolam Olak
dengan kondisi geo teknik dilokasi
4. Tinggi Jagaan (free board) dan tanggul
tersebut
banjir
3. Keandalan debit sungai memadai
5. Desain Bangunan Pengambilan dan
4. Dapat menjangkau areal yang cukup
Pembilas
luas dikaitkan dengan analisis ekonomi
6. Desain Kantong Lumpur dan Penguras
7. Perhitungan Stabilitas
BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)
Desain Hidrolis Mercu Tipe ogee

Gambar : Tekanan pada mercu bendung bulat sebagai fungsi


Gambar : Bendung Dengan Mercu Bulat perbandingan H2lr

Gambar Harga-harga koef C untuk bendung mercu Ogee dengan m


Gambar : Harga-harga koef C untuk bendung ambang bulat sebagai fu
uka bulat melengkung
ngsi perbandingan H2lr
BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)

RUMUS SARINGAN BAWAH


Pertimbangan Desain Bendung
Saringan Bawah
1. Tidak pada sungai dengan fluktuasi q0
2.
angkutan sedimen besar
Degradasi dasar sungai berlebihan L  2,561
3.

4.
Saringan harus tahan benturan batu
dan mudah dibersihkan dari sumbatan
kantong lumpur yang memadai untuk
 hi
pembilasan
5. Perlu pelimpah samping pada bagian Dimana ;
pertama saluran L = panjang kerja saringan ke arah aliran, m
q = debit per meter lebar, m3/dt.m
λ = фµ√2gcosѲ
Ѳ = n/m
µ = 0,66 ф-0,16( m/h1)0,13untuk 0,3<m/h1<5,0
g = percepatan gravitasi, m/det2 ( 9,8)
Ѳ= kemiringan saringan, derajat
h1 = c.2/3 H
H = kedalaman energi di hulu saringan, m
BANGUNAN PENGAMBILAN

Definisi dan Ketentuan


Rumus Debit Pintu Pengambilan
1. Bangunan Pengambilan berfungsi
mengelakkan air sungai sesuai dalam

2.
jumlah yang dibutuhkan
Letak sedekat mungkin dengan as
bendung dan bangunan pembilas
Q   .b.a 2.g .z
3. Kapasitas pengambilan harus
sekurang-kurangnya 120% debit yang
dibutuhkan
Dengan : Q = debit pengambilan, m3/dt
Dimensi Pintu Pengambilan :
µ= koefisien debit, 0.8
b= lebar bukaan
1.2 Q = µ*b*a*√2*g*z
a= tinggi bukaan
g= percepatan gravitasi
Dengan Q = 2.0 m3/dt
z= kehilangan tinggi energi pada bukaan
b=3m
z = 0.15
µ = 0.90
Didapat besaran bukaan pintu a = 0.52 m
BANGUNAN PINTU PEMBILAS
KANTONG LUMPUR
Perhitungan
1. Dimensi
2. Kemiringan dasar saluran
3. Waktu Pengurasan
4. Bed Load
5. Suspended Load
KANTONG LUMPUR
STABILITAS BENDUNG
Data-data yang diperlukan :

• Berat jenis pasangan batu (Y ps) : .... t/m3


• Berat jenis tanah basah ( Y tn bs ) : .... t/m3
• Berat jenis air ( Y Air ) : .... t/m3
• Sudut geser : .... derajad
• Tegangan ijin tanah : .... Kg/cm2 atau Ton/m2
• Tinggi mercu : .... m
• Dalam pondasi hulu : .... m
• Dalam pondasi hilir : ..... m

Perhitungan :
Gaya Lebar Tinggi Berat Jarak Momen
(m) (m) (ton) (m) (t.m)
G1
G2
Gdst
STABILITAS BENDUNG
STABILITAS BENDUNG
STABILITAS BENDUNG
STABILITAS BENDUNG
STABILITAS BENDUNG
SALURAN IRIGASI

Untuk mendapatkan dimensi saluran yang Untuk perencanaan saluran, aliran dianggap sebagai
direncanakan maka perlu diketahui debit rencana aliran tetap dan untuk mencari dimensi saluran itu di
nya. Debit rencana saluran dapat dihitung dengan pakai rumus Strickler :
rumus sebagai berikut : Q = Aluas x V
V = K x R2/3 x I1/2
A = B x h (Saluran Persegi)
=
A = (B + mh) h (Saluran Trapesium)
P = B + 2 x h (Saluran Persegi)
Keterangan : P = B + 2h (m2 + 1)0.5 (Saluran Trapesium)
Qren = Debit rencana saluran ( l/det ) R = A/P (Saluran Trapesium dan Persegi)
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah,
(l/det.ha) (1.5 – 2.0)
Koefisien kekasaran Strickler k (m1/3/dt) yang
A = luas bersih daerah irigasi di hilir ruas
dianjurkan pemakaiannya adalah :
saluran tersebut, (ha)
• Pasang batu 60 (m1/3/dt)
C = Koefisien rotasi
• Pasang beton 70 (m1/3/dt)
E = Efisiensi
• Pasang tanah 35 – 45 (m1/3/dt)
• Ferrocemen 70 (m1/3/dt)
SALURAN IRIGASI

Kemiringan Talud Saluran Tinggi Jagaan


Batas Q Tanggul (F) Pasangan (F1)
Bahan Tanah Simbol Kemiringan ( m3/dt ) (m) (m)
Talud
Batu < 0,25 < 0,50 0,40 0,20

Gambut kenyal Pt I-2 0,5 -1,5 0,50 0,20


Lempung kenyal 1 - 1,5
1,5 -5,0 0,60 0,25
Tanah halus CL, CH, MH 1-2

Lempung pasiran, tanah pasiran 1 - 1,5 5,0-10,0 0,75 0,30

Kohesif SC, SM 1,5 - 2,5 10,0-15,0 0,85 0,40


Pasir lanauan SM 2-3
> 15,0 1,00 0,50
Gambut lunak Pt 3- 4
SALURAN IRIGASI
Lebar Tanggul
Q Tanpa Jalan Inspeksi Tinggi Jagaan
( m3/dt ) (m) (m)
Q<1 1,00 3,00
1<Q<5 1,50 5,00
5< Q <10 2,00 5,00
10 < Q < 15 3,50 5,00
Q > 15 3,50 5,00
SALURAN IRIGASI
Saluran Terowongan ( Tunnel ) & Saluran Tertutup
Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila tanggul
Saluran Terowongan ( Tunnel )
saluran mudah longsor dan juga dalam
Saluran terowongan dibuat apabila
keadaan dimana saluran terpaksa dibuat
penggalian saluran terlalu dalam yaitu > 15 m,
menyusur tepi sungai sedangkan saluran
ataupun bila saluran melalui batuan keras.
berada di bawah muka air maksimum di hilir
bendung.

Saluran Terowongan ( Tunnel ) Saluran Tertutup


• Pengaliran : bebas • Pengaliran : bebas
• Bentuk penampang : bulat,persegi • Bentuk penampang : bulat, persegi empat,
empat,tapal kuda • Bahan : Beton atau pasangan
• Bahan : Beton atau batu
pasangan batu • Kecepatan aliran : ≤ 3 m/dt
• Kecepatan aliran : ≤ 3 m/dt • Ukuran minimum : 0,70 m
• Ukuran minimum : 1,8 – 2 m dan
tergantung pada
panjang terowongan
SALURAN IRIGASI
Perhitungan hidrolis saluran

Q=A. V
V ditetapkan tidak lebih dari 3 m/dt.
Kehilangan tekanan pada terowongan.
n2v 2 z = hf + hi + hc + hd
I
R 4/3

hf = kehilangan tekanan karena geseran


Ls V 2 hi = kehilangan tekanan pada pemasukan
hf  f . ;
4F 2g hc dan hd = kehilangan tekanan pada transisi
 0,0005078  L = panjang terowongan
f  1,5  0,01989  
 4R  S = keliling basah
F = penampang basah
V2 1 R = jari-jari hidrolik
hi  fi ; fi   1  μ  0,80  0,85
g2 μ2 V = kecepatan pada terowongan
2 2
V1 = kecepatan pada bagian pemasukan
V  V V2 = kecepatan pada bagian pengeluaran
1
hc  fc ; fc  0,15  0,20
2g
2 2 Kehilangan tekanan pada saluran tertutup hanya diperhitungkan
V  V
hd  fd 2
; fd  0,25  0,30 akibat geseran dan pemasukan.
2g
SALURAN IRIGASI

Perhitungan stabilitas

1. Guling

M
F  t dimana : F = faktor keamanan (1,5 – 2)
M Mt = momen tahan
g
Mg = momen guling

2. Geser

f  ΣV dimana : F = faktor keamanan (1,5 – 2)


F 
ΣH V = jumlah gaya vertikal
H = jumlah gaya horisontal
f = koefisien geser antara konstruksi dan tanah
PINTU PENGATUR MUKA AIR

SKOT BALK CHECK GATE


Skot Balk adalah balok-balok kayu yang Check gate atau pintu pengontrol adalah pintu
terlepas satu sama lain yang disusun vertikal sorong yang terbuat dari baja atau kayu.
memotong arah aliran sesuai dengan Sifat aliran : aliran lewat lubang (orifice)
kebutuhan.
Sifat pengaliran : Pelimpah dengan ambang Q  μbh 2gz
tajam.
dimana :
Q  μbh 2gz Q = debit (m3/dt)
µ = koefisien pengaliran (0,7 – 0,8)
dimana : b = lebar pintu (m)
Q = debit (m3/dt) h = tinggi lubang (m)
µ = koefisien pengaliran (0,8 – 0,9) z = kehilangan tekanan ~ 0,10 m
b = lebar saluran pada potongan
skot balk (m)
h = tinggi air di saluran pada
potongan skot balk(m)
z = kehilangan tekanan ~ 0,05 m
GORONG - GORONG
1. Gorong-gorong bulat terisi penuh
Pengaliran penuh tetapi memerlukan kehilangan tekanan yang
besar.
Perhitungan hidrolis
2 3 1 2
Q  A.V  V  k.R .I
Kehilangan tekanan :
V2  S 
z   1  fi  fL 
2g  4F …………………………….. pipa persegi
V2  L 
z   1  fi  f  ………………………………... pipa bulat
2g  D 
1
fi   1  μ  0,80  0,85
μ2
 0,0005078 
f  1,5  0,01989   ……. pipa bulat
 D 
 0,0005078 
f  1,5  0,01989   ……. pipa persegi
 4R  s = keliling basah
F = luas penampang basah
D = diameter gorong-gorong
L = panjang gorong-gorong
V = kecepatan
R = jari-jari hidrolis
GORONG - GORONG

2. Gorong-gorong tidak terisi penuh


Untuk saluran garis tinggi dengan pengaliran tidak penuh
(prinsip saluran terbuka).

Perhitungan hidrolis

2
h  h
1 3
Q  μbh 2gz dimana :
1 µ = 0,85 – 0,90
b = lebar gorong-gorong
h = dalam air di depan gorong-gorong
2 h1 = dalam air dalam gorong-gorong
h  h
1 3 z = kehilangan tekanan
Q  0,385  μbh 2gh
TALANG
Talang terdiri dari bagian :
a. Landasan
b. Bak dan Pilar

Kecepatan air
Konstruksi beton, v = 2 & 2,5 m/dt
Kontruksi baja v = 3 m/dt.

Ukuran talang
Konstruksi pasangan batu :
Perbandingan ukuran lebar dan tinggi profil melintang bak
talang diambil 2 : 1.
Konstruksi dengan material lain dapat diambil perbandingan
yang lain.
TALANG

Konstruksi talang :
Perhitungan hidrolis :
1. Talang dari pasangan batu
Tahan lama. 
 V 2 
2. Talang dari konstruksi baja Q  μbh 2g z 
 2g 
V = 3 m/dt  
Untuk kerangka digunakan profil baja V  k.R 2/3 1/2
I
Untuk bak digunakan baja U kanal atau plat baja.
Untuk talang panjang, dipasang dilatasi pada tiap dimana : b = lebar talang
sambungan. Dilatasi dapat berupa pelat kuningan h = tinggi talang
yang dilengkungkan dengan jari-jari 10 – 12 cm. z = kehilangan tekanan
v = kecepatan
3. Talang dari konstruksi beton k = koefisien kekasaran
V = 2 – 2,5 m/dt R = jari-jari hidrolik
I = kemiringan memanjang talang
Tabel Koefisien kekasaran

Material k
Kayu 60
Beton 70
Besi 80
TALANG

Dimensi Talang
1. Tergantung perhitungan hidrolis dan kekuatan bahan.
1. Kekuatan bahan talang dapat dilihat pada PKKI, PBI, VOSB.
2. Abutment ditetapkan berdasarkan perhitungan kestabilannya, sedangkan
pilar (bila ada) ditetapkan berdasarkan perhitungan kekuatan konstruksi dan
kestabilannya.
3. Tembok sayap berdasarkan kestabilannya.

Perhitungan kestabilan :
1. Stabilitas abutment diperhitungkan terhadap geser, guling dan kekuatan
, pendukungnya.
tanah
Terhadap geser dan guling P M
σ  
F W

Terhadap kekuatan tanah : σ  σ tanah

2. Stabilitas pilar (bila ada), sama seperti pada butir 1.4.


3. Stabilitas tembok sayap, sama seperti pada butir 1.4.
SIPHON

Berfungsi untuk membawa air irigasi dimana muka air hanya sedikit
lebih tinggi dari muka air di sungai atau permukaan jalan raya atau
jalan kereta api, sehingga harus dilewatkan melalui bawah.

Kriteria Siphon :
1. Pengaliran melalui pipa yang terisi penuh.
2. Siphon dibuat dengan persilangan tegak lurus terhadap sungai
maupun jalan raya dan kereta api, agar siphon tidak terlalu
panjang.
3. Kecepatan dalam siphon berkisar 5 – 2 m/dt.
4. Ukuran minimum pipa diambil 0,70 m.
5. Pipa dibuat persegi empat ataupun bulat dari beton tumbuk
6. Untuk pipa siphon yang besar umumnya dibuat segi empat dari
beton bertulang.
7. Bagian hilir pipa dibuat kemiringan tidak lebih dari 1 : 3.
8. Bagian pemasukan dilengkapi dengan sponning dan saringan
untuk menahan kotoran-kotoran besar.
SIPHON
Perhitungan hidrolis :
Q=A. V
1/2
 
 H 
Q  A 2g  …………………(pipa)
L 
 1  fi   fm  f 
 D 
1/2
 
 H 
Q  A 2g   ………...….(persegi)
S
 1  fi   fm  f.L 
 4A 
dimana:
Q = debit
D = diameter pipa
fi = koefisien kehilangan tekanan pada pemasukkan
f = koefisien kehilangan tekanan karena geseran
∑fm = total koefisien kehilangan tekanan kecuali karena geseran dan pemasukan
L = panjang siphon
H = beda muka air antara pemasukkan dan pengeluaran
S = keliling basah
A = luas penampang basah
SIPHON
Kehilangan tekanan pada siphon dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya :
1. Geseran
2. Pemasukan
3. Saringan (Screen)
4. Belokan
5. Transisi
a. Transisi dari saluran ke siphon
b. Transisi dari siphon ke saluran

Total kehilangan tekanan harus ± 10% lebih kecil dari pada


perbedaan muka air pada pemasukan dan pengeluaran yang
tersedia.
Garis energi

hf + hi + hs + hb + hc + hd ≤ 90%H Garis tinggi tekanan

v 22  v12
2g
BANGUNAN TERJUN
Perhitungan hidrolis :

1.Tinggi air di atas mercu :


Ho = Q / (1,71 m B)2/3
dimana :
Ho = tinggi air di atas mercu (m)
Q = debit ( m3/det)
m = koefisien (m = 1,2)
B = lebar mercu (m)
2. Kedalaman dan panjang ruang olakan :
D = L = R = 1,1 z + B
dimana :
D = Kedalaman ruang olakan (m)
L = Panjang ruang olakan (m)
R = Jari-jari hidrolis
z = Kehilangan tekanan (m)
H= Tinggi garis energi terhadap mercu (m)
3. Tinggi dan lebar ambang hilir
a = 0,15 H (H/Z)1/2
w = 2a
dimana :
a = tinggi ambang hilir (m)
w= lebar ambang hilir (m)
BANGUNAN GOT MIRING
Bentuk hidrolis dan kriteria
terdiri dari : bagian pemasukan, bagian peralihan, bagian normal dan bagian
kolam olakan.
Kecepatan air di ujung penghabisan saluran ialah : v  2g (h  k)
dimana : 2
v = tinggi air jatuh k v
2g
Perhitungan hidrolis
1.Bagian pemasukan : v2 
 v 2 
Q  0,35b(h  ) 2g  h 
2g 2g 
 
dimana :
Q = debit (m3/dt)
b = lebar pemasukan (m)
v = kecepatan di saluran (m2/dt)
h = tinggi muka air di saluran (m)
BANGUNAN GOT MIRING

2. Bagian normal (bagian aliran seragam) : Vo  Kt  R 2/3 sin 1/2 α


dimana :
Vo = kecepatan pada got miring (m2/dt)
Ko = koefisien pengaliran (80) 4. Perhitungan ruang olakan
 = sudut got miring 5. Perhitungan lubang kolam olakan :
R = jari-jari hidrolis = F/O
Kt = Ko ( 1 – sin  ) Q  μF 2gz
dimana :
3. Bagian peralihan : Vo  V1  μ 2gh Q = debit (m3/dt)
dimana : µ = 0,85
V0 = kecepatan got miring (m2/dt) z = 0,03 m
V1 = kecepatan pada pemasukan = F/O (m2/dt)
h = tinggi air pada bagian peralihan (m)
µ = 0,85
BANGUNAN GOT MIRING
Dimensi :
Disesuaikan dengan kebutuhan stabilitas.

Got Miring

Kolam Olakan Got Miring Tipe II

Bangunan ditempatkan di hilir gorong-gorong atau drainase alam agar dapat segera membuang kelebihan air
akibat banjir atau masuknya air hujan ke saluran atau kelebihan air yang tidak terkontrol di dalam saluran.
BANGUNAN PELIMPAH
1. Pelimpah samping terbuka
Bentuk hidrolis : Ogee atau Vlugter
Ditempatkan pada tanggul saluran dimana mercu pelimpah sejajar dengan arah
saluran. Apabila air di dalam saluran melewati mercu, otomatis air kelebihan
tersebut akan terbuang ke saluran alam yang terdekat.

H (m) Tinggi mercu Perhitungan hidrolis


Q
(m3/s) Tinggi air di atas terhadap MAN di Lebar mercu : Q = 1,84 L H(3/2)
mercu saluran (m) dimana :
2 0,10 0,05 Q = debit (m3/dt)
L = lebar mercu (m)
2-5 0,12 0,08 L < 10 m dipakai tipe pelimpah samping
5–8 0,15 0,10 L ≥ 10 m dipakai tipe pelimpah tengah
H = tinggi di atas mercu (m)
8 – 15 0,18 0,12
Q pelimpah= Q max – Q normal
25 - 20 0,25 0,15 Q pelimpah= 20 % x Q normal
BANGUNAN PELIMPAH

2. Pelimpah samping Heuvel

Keuntungan dari peluap heuvel adalah :


a. Dapat segera bekerja secara penuh sebelum air banjir mencapai puncaknya.
b. Bila terjunan tinggi, kecepatan air di dalam heuvel jadi besar, sehingga profil heuvel
kecil dan biaya pembangunan tidak kecil.

Kerugian dari peluap heuvel adalah peluap heuvel dapat tersumbat, maka dari itu bangunan
peluap heuvel jangan dibuat pada air yang banyak kotoran kasar.

Perhitungan hidrolis
Q  0,75  μF 2gh
dimana : H = tinggi terjunan (m)
F = luas pipa heuvel
µ = 0,85 – 0,90
BANGUNAN PENGELUAR SEDIMEN (SEDIMENT EXCLUDER)

Kondisi-kondisi yang tepat untuk pembuatan saluran pengeluar sedimen antara lain :
1. Kebutuhan debit yang tersedia harus mencukupi kebutuhan irigasi
 karena bahan sedimen yang tertangkap alat ini harus dibuang secara rutin ke
sungai melalui saluran penguras.
 Kebutuhan debit yang disyaratkan  10% sampai 25% debit maksimum yang
masuk saluran.
2. Elevasi dasar saluran dan dasar sungai harus mempunyai perbedaan tinggi yang
cukup.
3. Efisiensi yang masuk kedalam bangunan pengeluar sedimen antara 40% sampai
80% sedimen yang terbawa aliran dalam saluran. Setelah melalui bangunan ini debit
menjadi berkurang. Jika saluran memerlukan efisiensi penangkap sedimen yang
besar, maka jenis tabung pusaran (vortex tube) atau terowongan penyaring sedimen
ini tidaklah sesuai, kecuali jika dengan menggunakan beberapa bangunan penangkap
sedimen kontrol lainnya.
4. Saluran pengeluar sedimen tidak cocok untuk saluran yang banyak mengandung
lumpur atau lempung, karena sedimen halus ini melayang tercampur merata dalam
aliran air.
BANGUNAN PENGELUAR SEDIMEN (SEDIMENT EXCLUDER)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi bangunan pengeluar sedimen ada


6 (enam) hal yaitu:

1. Intake  posisi sedimen excluder dipilih cukup jauh dari bendung sedemikian
sehingga elevasi muka air saluran pembuang lebih tinggi dari muka air sungai
2. Kemiringan Dasar Sungai  dasar sungai di bagian aliran keluar saluran
pembuang bangunan pengeluar sedimen perbedaannya harus cukup dalam
3. Lengkung Saluran  posisi sedimen excluder ini harus cukup jauh sedemikian
sehingga memungkinkan aliran tenang dan sedimen dapat mengendap
4. Sungai Alam  dapat digunakan sebagai saluran pembuang sedimen dari
prasarana bangunan pengeluar sedimen
5. Anak sungai memungkinkan untuk digunakan sebagai saluran pembuang
6. Lokasi alat penyaring sedimen (extractor) yang ideal oleh alasan tertentu tidak
diterima karena saluran pembuangnya panjang
BANGUNAN PENGELUAR SEDIMEN (SEDIMENT EXCLUDER)
1. BangunanTabung Pusaran (Vortex Tube)

merupakan bangunan tersendiri berupa sendiri (iii) Tabel Perencanaan Panjang Tabung
saluran tunggal atau lebih yang diletakkan
Nilai L maksimum adalah 30 m,
didasar saluran pembawa.
jika L rencana > panjang maksimum
Salah satu ujung penyaring sedimen ini dipasang
maka bangunan pengeluar sedimen harus
turbulen, sedang diujung yang lain dipasang
direncanakan lebih dari satu tabung.
secara tertutup
(i) Panjang total tabung = Ltotal
M = jumlah tabung
L = Panjang masing-masing tabung (m)

(ii) Debit yang melalui Tabung

Qc = debit saluran (m3/dt)


R = rasio ekstraksi dari bangunan pengeluar sedimen
BANGUNAN PENGELUAR SEDIMEN (SEDIMENT EXCLUDER)
2. Terowongan Penyaring Sedimen (Tunnel Sediment Excluder)
terdiri dari jalur terowongan ditempatkan didasar Perkiraan konsentrasi sedimen dalam terowongan
saluran yang akan membagi aliran air dan aliran adalah XT
sedimen yang terdapat didekat dasar saluran.
Ada 2 (dua) kriteria prosedur desain yang harus di
penuhi yaitu: XT = konsentrasi sedimen dalam terowongan (mpm)
1) dalam terowongan tidak terjadi sumbatan XC = perkiraan konsentrasi sedimen di hulu bangunan
2) total kehilangan energi atau tinggi hilang yang pengeluar sedimen (mpm)
melintasi terowongan tidak berlebihan TE25 = efisiensi trapping dari bangunan ini pada rasio 25%

(i) Tentukan debit pembuang sebesar 25% dari debit Menentukan ht (tinggi terowongan yang tidak
saluran utama diendapi sedimen) dan memprediksi Rasio RT:
(ii) Perhitungan aliran melalui terowongan yaitu:

bt = lebar terowongan
Tinggi terowongan (ht) = Rt x bt
QT = aliran melalui terowongan (m3/dt)
M = jumlah jalur terowongan
Qpembuang = debit pembuang (m3/dt)
BANGUNAN PENGELUAR SEDIMEN (SEDIMENT EXCLUDER)

Prinsip Kerja Terowongan Penyaring Sedimen dan Denah Perencanaan Terowongan Penyaring
Elevasi Letak Terowongan Sedimen
ALAT UKUR DEBIT

Syarat alat ukur debit antara lain :


1. Dapat digunakan bahan setempat yang mudah.
2. Pembuatannya sedapat mungkin mudah.
3. Ketelitian pengukuran cukup baik.
4. Tinggi tekanan yang tersedia.
5. Mudah dioperasikan oleh petugas yang mempunyai pendidikan
rendah.
6. Dalam satu sistem irigasi sedapat mungkin dipergunakan satu tipe
alat ukur, maximum digunakan dua tipe.
7. Biaya pemeliharaan tidak tinggi.
ALAT UKUR DEBIT
Alat Ukur Ambang Lebar Tetap ( Broad Crest Weir )
Alat ukur ini ditempatkan (20 – 30) m Kapasitas maksimum alat ukur sama dengan
setelah pintu pengambilan, sebelum kapasitas saluran.
bangunan bagi, bangunan sadap atau Qmax
Ketelitian pengukuran , γ   6-8
bangunan bagi dan sadap yang pertama. Qmin

Pengaliran pada alat ukur ini adalah berarti alat ukur ini masih dapat mengukur dengan teliti
merupakan pengaliran sempurna pada apabila Qmin tidak lebih kecil dari pada Qmax
ambang lebar. Ambang depan mempunyai 8
jari-jari tertentu sedangkan bagian hilir
mempunyai dinding tegak.
Perhitungan hidrolis :
Q  1,71  b  h 3/2
2/3
 Q 
H    h  1,5H
 1,71  b 
2/3
Qmax Q 
Qmin   H   min 
68 1  1,71b 
 
2
h  H → z perlu = H – h1
1 3 1
DESAIN RINCI
Perencanaan Petak Tersier

 Batas - batas petak tersier didasarkan pada kondisi topografi.


 diatur sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah administratif desa agar
O & P jaringan lebih baik.
 Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk membagi petak tersier
tersebut menjadi dua petak sub tersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing -masing.

Topografi suatu daerah akan menentukan layout tipe - tipe medan diklasifikasi sebagai berikut
serta konfigurasi yang paling efektif untuk saluran
Tipe Medan Kemiringan Medan
atau pembuang.
Medan terjal Diatas 2%
Medan bergelombang 0,25 - 2%
Medan berombak Kemiringan 0,25% - 2% pada umumnya kurang
dari 1%
Medan sangat datar Ditempat - tempat tertentu kemiringan lebih
besar Kurang dari 0,25%

Acuan: KP-05
DESAIN RINCI
Perencanaan Petak Tersier

Skema Layout Petak Tersier pada Medan Terjal Skema Layout Petak Tersier Pada Medan Agak Terjal

You might also like