You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Toksikologi lingkungan adalah bidang ilmu yang mempelajari racun, yaitu berbagai
senyawa kimia yang dapat mengakibatkan bahaya ketika masuk ke dalam tubuh makhluk
hidup melalui mulut atau kulit di dalam lingkungan. Toksikologi termasuk bidang ilmu yang
terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu lain seperti bidang kedokteran, farmasi,
biokimia, kimia murni, kimia analitik dan bidang ilmu-ilmu lain yang relevan dengan bahaya
zat kimia.
Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan dengan
adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia. Beberapa bahasan
yang dibahas dalam toksikologi lingkungan umumnya ang berhubungan dengan uji toksisitas,
yaitu menggunakan pengujian zat kimia terhadap makhluk hidup. Toksikologi lingkungan
juga m membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat kimia dan daya racunnya yang
mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data tentang pengaruh fisiologi dan
biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat dipergunakan sebagai rujukan dan
pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang dipengaruhi oleh daya
racun suatu zat kimia.
Beberapa bidang ilmu yang menjadi jangkauan toksikologi lingkungan secara khusus
meliputi forensic yang selalu melibatkan Kimia Analitik dalam menjelaskan keberadaan zat
kimia yang dapat menjadi racuk kepada makhluk hidup,umumnya yang berhubungan dengan
aspek legal pemberian zat kimia dalam proses dan aktivitas suatu pengobatan, sehingga
diperoleh informasi yang akurat penyebab suatu kematian. Pada bidang kedokteran,
toksikologi membahas tentang zat kimia yang berhubungan dengan penyakit, yaitu melihat
terjadinya suatu penyakit yang diakibatkan oleh kehadiran zat kimia dalam tubuh. Sementara
di dalam lingkungan, toksikologi dipergunakan untuk mempelajari pengaruh polutan terhadap
kehidupan di dalamsatu ekosistem, yang secara analogi dianggapakan berlaku juga untuk
kehidupan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
1. TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia
terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di
lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis
kerja bidang tertentu. Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari
bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan
untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.

Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan dari :

1. Toxicity : deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis zat kimia

2. Hazard : kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan cidera

3. Risk : besarnya kemungkinan zat kimia menimbulkan karacunan

4. Safety : keamanan

A. Senyawa Kimia Beracun

Toksisitas senyawa kimia didefinisikan sebagai kemampuan senyawa kimia


mengakibatkan bahaya terhadap metabolism jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal
dari zat atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan secara alamiah atau yang
sengaja dibuat oleh manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun kebanyakan berasal dari
aktivitas manusia dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Senyawa kimia beracun juga dapat
hadir di dalam lingkungan secara alamiah. Kehadiran zat kimia beracun alamiah di dalam
lingkungan diasumsikan akan selalu konstan,kecuali ditambah oleh aktivitas manusia seperti
penambahan logam beracun kedalam lingkungan oleh kegiatan-kegiatan industry dan
kemajuan teknologi. Pengaruh kehadiran berbagai jenis zat kimia beracun tersebut di dalam
lingkungan mungkin dapat diketahui dengan cepat,akan tetapi pengaru negative pada
umumnya baru diketahui setelah masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup
lama.
Kehadiran zat kimia beracun alamiah mungkin dapat semakin meningkat atau bahkan
semakin menurun, tergantung kondisi lingkungan. Sebagai contoh, jumlah bakteri dan jamur
yang mengkotaminasi makanan saat ini mungkin semakin berkurang sesuai dengan
tersedianya peralatan yang dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri dan jamur. Akan
tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini juga memungkinkan akan munculnya
species baru yang atahan terhadap berbagai kondisi anti bakteri dan anti jamur baru yang
sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat meningkatkan jumlah racun alamiah di
dalam lingkungan. Beberapa senyawa kimia beracun alamiah dan pengaruh toksiknya
terhadapmakhluk hidup yang suda diidentifikasi seperti pada tabeldi bawah ini :
NO Pengaruh Toksik
Jenis Racun Kehadiran di dalam Pasti Diduga
1 Logam Pb, Hg, Air, makanan dan Inhibitor enzim, sel Karsigonenik,
As, Sb, Cu, Cr, debu atmisfer racun. Efekneurology.
Mn, Se, Ni.
2 Gas CO, NO2, Sedikit do atmosfer Iritasi pada paru-paru
SO2, SO3. dan mata
3 Alkaloid, Pada sayuran,jumlah Efek toksik
peptide, protein besar pada tumbuhan
sterol. beracun
4 Bakteri toksin Di dalam makanan Racun
terkontaminasi
5 Jamur toksin Di dalammakanan Keracunan hati Karsinogenik
fermentasi
6 Radioaktif Di dalam udara, air Mutasi Karsinogenik,
(bukan dan makanan dalam leukaemia.
senyawa) jumlah kecil.

B. Senyawa Beracun dan Lingkungan

Keracunan yang berasal dari zat atau senyawa kimia sudah dikenal sejak ratusan
tahun lalu. Misalnya racun yang berasal dari bisa ular, gigitan serangga dan dari tanaman
telah lama dikenal sehingga pengetahuan untuk menghindari keracunan atau masuknya racun
kedalam tubuh telah menjadi bagian strategi dari makhluk hidup untuk bertahan hidup di
dalam lingkungan. Study terhadap racun tanaman untuk bahan obat telah dikembangkan sejak
abad ke-19, dan pada saat ini perhatian terhadap bahan kimia beracun ini selalu dihubungkan
dengan fenomena polusi lingkungan dan toksikologi. Secara umum jumlah zat kimia yang
terdapat di dalam lingkungan yang berasal dari aktivitas manusia sangat sulit diketahui,
namun dari berbagai sumber penggunaan diperkirakan bahwa lingkungan suatu saat akan
penuh dengan racun yang berasal dari zat kimia seperti diilustrasikan pada tabel berikut :
Tabel. Perkiraan zat kimia yang diperkenalkan ke lingkungan dalam berbagai jenis
sumber
Pengguna zat kimia Diperkirakan Julmah
Zat kimia yang sudah Tahun 1997 >5 juta
diketahui dan Tahun 1985 >7 juta
diidentifikasi Tahun 1994 >13 juta
Zat kimia baru yang ditemukan setiap tahun >600.000
Zat kimia baru yang diperdagangkan setiap >1.000
tahun
Jumlah pestisida yang diproduksi >2.000
Jumlah obat yang dipergunakan >5.000
Jumlah aditif makanan yang dipergunakan >7.000
Jumlah zat kimia yang umum dipergunakan >50.000
Jumlah polutan yang mencemari lingkungan Tidak diketahui

C. Pengaruh Racun Zat Kimia

Setiap orang yang berhubungan dengan zat kimia harus membuat anggap sama seperti
Paracelsus, yaitu bahwa semua zat kimia beracun apabila tidak ditangani dengan baik maka
dengan sendirinya akan memberika efek racun dan potensi bahaya terhadap makhluk hidup
dan lingkungannya. Masuknya racun ke dalam tubuh makhluk hidup dapat melalui berbagai
cara seperti melalui absirbsi, tertelan melalui mulut, terhirup dan lain-lain. Jalur utama bahan
toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui absorpsi, distribusi dan
ekskresi pada paru-paru (pernapasan/inhalasi), kulit (topikal), pencernaan (ingesti) dan
injeksi.

1. Absorpsi
Bahan toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan saluran pencernaan
kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem kelenjar getah bening. Bahan toksik
tersebut kemudian diangkut ke seluruh tubuh. Selain berbahaya tanpa diabsorbsi, bahan
toksik tersebut tajam dan menyebabkan karat (korosif) yang bereaksi pada titik singgungnya.
a. Via paru-paru
Faktor yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem pernapasan adalah
bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran partikel; zat yang terlarut dalam
lemak dan air. Paru-paru dapat mengabsorbsi bahan toksik dalam jumlah besar karena area
permukaan yang luas dan aliran darah yang cepat.
b. Via kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis (lapisan
tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Epidermis dan dermis berisi keringat,
kantung minyak dan akar rambut. Bahan toksik paling banyak terabsorbsi melalui lapisan
epidermis. Absorbsi bahan toksik melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan
kulit, kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat bahan toksik antara
lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit yang terekspos dengan bahan alkali atau
asam dan pengurangan pertahanan epidermis.
c. Via saluran pencernaan
Absorbsi bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan (gastro-
intestinal tract). Faktor yang mempengaruhi terjadinya absorbsi adalah sifak kimia dan fisik
bahan tersebut serta karakteristiknya seperti tingkat keasaman atau kebasaan.
2. Distribusi
Setelah absorbsi bahan toksik terjadi, maka bahan tersebut didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui darah, kelanjar getah bening atau cairan tubuh yang lain oleh darah. Distribusi
bahan beracun tersebut :
Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan lemak
 Dikeluarkan melalui feses, urine atau pernapasan Mengalami biotransformasi atau
metabolisme dimana bentuk akhirnya lebih siap dikeluarkan
3. Ekskresi
Ekskresi bahan toksik dapat terjadi melalui hembusan udara atau pernapasan, dan dari
sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine. Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal,
sebagai metabolit dan atau konjugat.
a. Ekskresi urin
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa dengan
mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme faali, yaitu dengan
filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.
b. Ekskresi empedu
Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan, terutama untuk
senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat yang terikat pada protein
plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari 300. Pada umumnya begitu senyawa ini
berada dalam emped, senyawa ini tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan
lewat feses. Tetapi ada pengecualian, misalnya konugat glukuronoid yang dapat dihidrolisis
oleh flora usus menjadi toksikan bebas yang diserap kembali.
c. Paru-paru
Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat paru-paru.
Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat udara ekspirasi. Cairan yang
mudah larut misalnya kloroform dan halotan mungkin diekskresikan sangat lambat karena
ditimbun dalam jaringan lemak dan karena terbatasnya volume ventilasi. Ekskresi toksikan
melalui paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membran sel.
d. Jalur lain
Saluran cerna bukan jalur utama ekskresi toksikan. Oleh karena lambung dan usus
manusia masing-masing mesekresi kurang lebih tiga liter cairan setiap hari, maka beberapa
toksikan dikeluarkan bersama cairan tersebut. Hal ini terjadi terutama lewat difusi sehingga
lajunya bergantung pada pKa toksikan dan pH lambung dan usus. Ekskresi toksikan lewat air
susu ibu (ASI), ditinjau dari sudut toksikologi amat penting karena lewat air susu ibu ini
racun terbawa dari ibu kepada bayi yang disusuinya. Ekskresi ini terjadi melalui difusi
sederhana. Oleh karena itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal
makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.
Racun yang berasal dari zat kimia umumnya mempunyai pengaruh local dan
sistematik. Pengaruh local adalah pengaruh zat kimia secara local (daerah tertentu) yang
diakibatkan oleh adanya kontak langsung zat kimia dengan objek (bagian tubuh makhluk
hidup),misalnya kebakaran kulit oleh kehadiran asam kuat atau basa kuat. Sedangkan
pengaruh sistematik adalah pengaruh yang diakibatkan oleh zat kimia yang menyebar ke
berbagai bagian tubuh maikhluk hidup yang disebabkan oleh absorbsi zat kimia ke dalam
bagian tubuh, misalnya pengaruh keracunan yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau
timbale ke dalam tubuh yang dapat mempengaruhi berbagai jenis target di dalam tubuh
makhluk hidup dan manusia.
Pengaruh sistematik dapat berupa pengaruh akut dan pengaruh kronik. Pengaruh akut
adalah keracunan yng berlangsung sangat cepat oleh kehadiran zat kimia di dalam tubuh
makhluk hidup, sedangkan pengaruh kronik adalah keracunan yang berlangsung sangat
lambat oleh kehadirn zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup dan pengaruh ini baru
diketahui setelah dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengaruh akut sangat mudah mudah
dikenali karena kehadiran zat kima ke dalam tubuh akan langsung memberikan dampak
negative berupa luka, terbakar, sakit, atau gejala lainnya yang berlangsung sangat cepat.
Akan tetapi pengaruh kronik sangat sulit untuk dikenali karena berlangsungnya lambat, yaitu
meembutuhkan waktu yang lamamulai dari masuknya zat kedalam tubuh sampai terjadinya
gejala penyakit dan sakit yang diakibatkan oleh racun tersebut.
Sebagai contoh, pengaruh sistematik akut dapat dilihat melalui perbandingan
pengaruh beberapa zat kimia yang masuk ke dalam tubuh manusia,yaitu masuknya sianida
ke dalamtubuh dapat mengakibatkan kematian hanya beberap detik saja, masuknya gas CO
pada konsentrasi tertentu akan dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.
Sedangkan kehadiran zat kimia lain seperti parathion ke dalam tubuh akan dapat
mrngakibatkan kematian setelah beberapa jam, sementaran konsumsi thalium akan
mengakibatkan kematian setelah beberapa hari. Keracunan sistematik yang akut dapat juga
tidak diprngsruhi fatal terhadap makhluk hidup karena hanya memberikan luka pada bagian
organ tubuh. Selain jenis zat kimia, pengaruh akut zat kmia ini juga sangat berhubungan
dengan konsentrasi zat kimia yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada dosis yang aman
maka makhluk hidup akan terhindar dari keracunan, sementara pada dosis diluar ambang
batas akan mengakibatkan efek racun.

D. Ukuran Toksisitas Zat Kimia

Untuk menyatakan ukuran daya racun suatu zat kimia, maka perlu diketahui ukuran-
ukuran toksisitas untuk zat kimia. Saecara internasional, ukuran toksisita zat kimia dapat
dinyatakan dalam berbagai cara seperti lethal dose 50 % (LOD50), fatal dose, letal oral dose
50% (LOD50) , dan threshold limit values (TLV). Untuk memberi gambaran tentang
pengukuran toksisitas zat kimia maka berikut ini dijelaskan secara singkat ukuran toksisitas
zat kimia dan cara penentuannya.
1. Lethal Dose 50% (LD50)
Lethal dose 50% (LD50) yaitu disis zat kimia yang akan membunuh sebanyak 50%
dari populasi yang dapat kontak langsung dengan zatb kimia yang dicobakan. Ukuran LD50
adalah berdasarkan berat tubuh dan dinyatakan dalm bentuk unit mg/kg (milligram racun per
kilogram berat badan makhluk hidup). Beberapa kelemahan dari ukuran LD50 adalah
ditemukan kenyataan bahwa besar LD50 masih tergantung pada jenis species makhluk hidup
yang menjadi objek percobaan. Dengan demikian ukuran LD50 untuk tikus akan berbeda dari
ukuran LD50 untuk kelinci atau binatang pengerat yang lainnya. Namun demikian ukuran
LD50 digunakan sebagai perbandingan umum tentang potensi racun yang dimiliki oleh zat
kimia terhadap makhluk hidup sehingga manusia dapat menghindarkan bahaya yang
disebabkan oleh daya racun yang dimiliki oleh zat kimia. Ukuran LD50 dapat juga disebut
sebagai LD50 rendah atau LD50 tinggi, yaitu berbagai untuk menggambarkan potensi rendah
dan tingginya daya racun suatu zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup, sehingga informasi
LD50 yang dimiliki zat kimia tersebut. Beberapa contoh LD50 dari beberapa senyawa kimia
yang sering ditemukan di dalam lingkungan diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel. Besaran LD50 beberapa senyawa kimia terhadap makhluk hidup
LD50 (mg/kg) Nama senyawa alamiah Nama senyawa sintetik
>10.000.000 Gula pasir -
1000 Garam, etanol, phyretrin Malathion, glyphospate,
aspirin
100 Kafein DDT, codeine,
1 Nikotin paracetamol
10-2 Bisa ular Strychnine
10-5 Tetanus -
-

Penentuan LD50 dapat dilakukan dengan membuat perlakuan terhadap sekelompok


hewan percobaan seperti tikus, kelinci dan hewan lain dengan memberikan dosis zat kimia
bervariasi (perkalian) misalnya 1x, 2x, 4x, 8x dan seterusnya 9mg zat kimia per kg berat
badan), dan sebagai control dibuat sekelompok hewan yang tidak diberikan zat kimia.
2. Dosis Fatal
Dosis fatal (fatal dose) adalah jumlah zat kimia (mg) yang diperkirkirakan akan
dapat membunuh satu species,misalnya tikus, kelinci, hewan atau manusia. Dosis fatal dibuat
berdasarkan jenis species dan individu makhluk hidup dengan melihat kenyataan bahwa
masing-masing makhluk hidup akan memiliki system fisiologi yang berbeda terhadap racun
zat kimia, sehingga penentuan ukuran toksisitas zat kimia juga sulit dibuat akurat. Kenyataan
menunjukkan bahwa beberapa species makhluk hidup akan memberikan respon bervariasi
terhadap zat kimia, yaitu ada makhluk hidup yang sensitive terhadap zat kimia tertentu dan
ada juga makhluk hidup yang memiliki kekebalan terhadap zat kimia yang sama, bahkan zat
kimia tersebut tidak memberikan efek pada system fisiologi tubuhnya.
3. Lethal Oral Dose (LOD50)
LOD50 adalah toksisitas zat kimia dapat juga diukur dengan cara memberikan zat
kimia melalui oral kepada makhluk hidup. Pengukuran toksisitas secara LOD50 hampir sama
dengan LD50, bedanya adalah dalam hal masuknya zat kimia tersebut kedalam tubuh makhluk
hidup melalui mulut. Besarnya LD50 dan LOD50 pada species makhluk hidup dapat
dibandingkan sehingga ukuran LOD50 yang diperoleh pada makhluk hidup tertentu langsung
dianggap sebagai LD50, dan berlaku sebaliknya. Ukuran LD50 dan LOD50 zat kimia tertentu
terhadap makhluk hidup juga dapat bervariasi dalam species yang sama atau species yang
berbeda.
Tabel. Ukuran toksisitas beberapa senyawa kimia berdasarkan LD50 dan dosis fatal
Tingkat toksisitas LDD50 Dosis Fatal Contoh Senyawa
6 (super beracun) <5 mg/kg Few drops Sianida
5 (sangat sangat 5-50 mg/kg 0.3 – 3.0 g Timbale
beracun)
4 (sangat bercun) 50-500 mg/kg 3 – 30 g Phenol
3 (beracun) 500-5000 mg/kg 30 – 300 g Methanol
2 (sedikit beracun) 5-15 g/kg >300 g Ethanol
>15 g/kg >1 kg Foods
1 (tidak beracun)

4. Threshold Limit Values (TLV)


TLV adalah ukuran rata-rata maksimum kadar (ppm) senyawa kimia yang aman
dari keracunan zat kimia di atmosfer yang dapat masuk kedalam tubuh manusia selama 8
jam berturut-turut dalam satu hari kerja. Dalam hal ini diperoleh kepastian bahwa dengan
harga TLV zat kimia tertentu bahwa setiap orang yang bekerja selam 8 jam dalam sehari dan
berhubungan dengan zat kimia tersebut diharapkan tidak akan menderita suatu penyakit,
dengan kata lain pekerja kesehatannya akan aman bila berhubungan dengan zat kimia
tersebut. Pengukuran TLV biasanya dilakukan di lingkungan kerja industry, akan tetapi
pengukuran ini juga dapat diterapkan terhadap kondisi lingkungan. American Conference of
Governmental Industrial Hygeniests (ACGIH) membagi TLV berdasarkan lingkungan kerja
seperti berikut :
a. Threshold Limit Value-Time Weighted Average (TLV-TWA)
Yaitu, konsentrasi yang aman diperbolehkan untuk dihirup pekerja selama 8 jam berturut-turut
selama seminggu atau 40 jam selama satu minggu.
b. Threshold Limit Value-Ceiling (TLV-C)
Yaitu konsentrasi zat kimia tertentu yang tidak dapat melebihi pada langit-langit, dan dibuat
sebagai batas absolute yang aman bagi pekerja di dalam ruangan .
c. Threshold Limit Value-Short-Term Exposure Limit (TLV-STEL)
Yaitu konsentrasi zat kimia maksimum yang diperbolehkan dihirupoleh pekerja dalam jangka
waktu sangat singkat 15 menit berturut-turut selama satu hari, dimana setiap pekerja tidak
akan mengalami bahayanya seperti iritasi, luka atau pingsan oleh zat kimia tersebut.

5. Ukuran Toksisitas Lain pada MSDS


Ukuran toksisitas zat lain yang harus disertakan pada material safety data sheet
(MSDS) oleh pabrik kimia yang diperdagangkan adalah :
a. Lethal Consentration 50 (LC50)
Yaitu konsentrasi zat kimia di udara berdasarkan percobaan laboratorium yang diduga akan
membunuh 50% hewan percobaan bila dihirup pada jangka waktu periode tertentu.
b. Lethal Consentration Low (LC LO)
Yaitu menyatakan konsentrasi terrendah zat kimia di udara yang dapat membunuh manusia
atau binatang bila dihirup selama periode tertentu, misalnya 24 sebagai senywa akut atau
lebih sebagai subakut dan kronik.
c. Toxic Consentration Low (TCLO)
Yaitu konsentrasi terrendah zat kimia tertentu di udara yang dapat dijangkau oleh manusia
dan binatang yang dapat menimbulkan efek racun atau dapat mengakibatkan tumor pada
manusia dan hewan.
d. Toxic Dose Low (TDLO)
Yaitu dosis tereandah senyawa kimia tertentu yang masuk ke dalam tubuh manusia atau
hewan pada jangka waktu tertentu akan memberikan efek racun atau menimbulkan tumor dan
menggangguketurunan pada manusia dan hewan.

E. Pengaruh Toksisitas Sistemik Kronik

Pengaruh toksisitas sistematik kronik adalah pengaruh racun yang diakibatkan oleh
kehadiran zat kimia dalam jumlah kecil dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala yang
ditimbulkan dari racun yang bersifat kronik ini baru timbul setelah berlangsung dalam jangka
waktu yang relative lama. Misalnya beberapa tahun setelah kontak atau mengkonsumsi zat
kimia tersebut, sehingga sering kali dalam diagnosisnya nama zat kimia yang menjadi
penyebabnya sulit ditelusuri. Beberapa senyawa yang mempunyai efek kronik digolongkan
sebagai senyawa karsinogenik, mutagenic, teratogenik dan sensitisers.
1. Karsinogenik
Karsinogenik adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan penyakit kanker.
Senyawa karsinogenik diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Karsinogenik Tipe I
Yaitu senyawa kimia yang sudah pasti diketahui menyebabkan kanker pada manusia,
misalnya asbestos, senyawa aromatis.
b. Karsinogenik Tipe II,
Yaitu senyawa kimia yang diketahui sudah pasti menyebabkan kanker kepada hewan dan
diduga akan mengakibatkan kanker pada manusia, misalnya formaldehida.
c. Karsinogenik Tipe III
Yaitu senyawa kimia yang perlu dipertimbangkan dan diduga memiliki potensi akan
mengakibatkan kanker akan tetapi belum cukup data untuk meyakinkannya,misalnya
kloroform.

2. Mutagenic
Mutagenic adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan perubahan kimia bahan
genetic (DNA) di dalaminti sel (nucleus). Efek mutagenic mungkin tidak atau belum nyata
terlihat kepada individu yang terkena senyawa mutagenic tersebut, akan tetapi perubahan
DNA (mutasi) akan dapat mengakibatkan pengaruh terhadap generasi berikutnya, misalnya
terjadinya cacat lahir atau penyakit genetic lainnya pada keturunan pertama atau generasi
berikutnya.
3. Terotogenik
Terotogenik adalah senyawa kimia yang dapat merusak janin yang mengakibatkan
kelainan (cacat lahir). Beberapa senyawa yang diduga memiliki efek teratogenik di dalam
lingkungan diantaranya adalah senyawa dioksin yang dihasilkan dari pembakaran sampah,
senyawa organic merkuri yang terbentuk dari limbah merkuri, dan karbon monoksida yang
dihasilkan dari mesin industry dan kenderaan bermotor.
4. Sensitizer
Sensitizer adalah senyawa kimia yang dapat mengakibatkan alergi terhadap individu
tertentu namun keberadaan senyawa itu ditoleransi oleh sebagian besar populasi di
dalamlingkungannya. Contoh dari efek sensitizer adalah terjadinya gejala berupa gatal-gatal,
asma, sakit kepala, atau bahkan ada yang pingsanoleh kehadiran senyawa penisilin atau racun
di dalam tubuh. Beberapa senyawa lain yang dapat dikategorikan sebagai senyawa sensitizer
adalah formaldehida (HCHO) yang terdapat di dalam plastic, kertas dan lem. Senyawa lain
seperti isosianat yang terdapat di dalam cat, pelingkut dan produk busa plastic juga
dikategorikan sebagai senyawa sensitizer.

F. Identifikasi Senyawa Beracun

Beberapa cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi zat beracun dan karsinogenik
adalah melalui struktur kimia. Harus diakui bahwa sangat sulit untuk memastikan apakah
suatu senyawa kimia bersifat racun, karsinogenik atau bahkan tidak memberika efek. Ada
pedoman umum yang dibuat melalui pengelompokan zat kimia sebagai berikut :
1. Senyawa Beracun Akut
Yaitu hampir semua senyawa halogen beracun seperti brom,klor, flor dan iodium.
Senyawa sianida dan nitril (golongan –CN) bersifat racun aktif seperti hydrogen sianida,
hydrogen sulfide, dan nitrogen dioksida bersifat racun akut.
2. Senyawa Beracun Kronis
Yaitu hampir semua logam berat seperti arsen, cadmium, merkuri diketahui bersifat
racun kronis. Golongan senyawa lain seperti vynil klorida, dan asbestos bersifat racun
kronis.
3. Senyawa Karsinogen
Yaitu hampir semua senyawa alkil seperti alfa-halo-eter, sulfonat, epoksida, elektrofil
alkena dan alkuna, semua senyawa organohalogen, hidrazin, N-nitroso, amina aromatic,
hidrokarbon aromatic, dan banyak senyawa alamiah.

KESIMPULAN
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan
kimia terhadap organisme hidup. Setiap orang yang berhubungan dengan zat kimia harus
membuat anggap sama seperti Paracelsus, yaitu bahwa semua zat kimia beracun apabila tidak
ditangani dengan baik maka dengan sendirinya akan memberika efek racun dan potensi
bahaya terhadap makhluk hidup dan lingkungannya. Masuknya racun ke dalam tubuh
makhluk hidup dapat melalui berbagai cara seperti melalui absirbsi, tertelan melalui mulut,
terhirup dan lain-lain. Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia
adalah melalui absorpsi, distribusi dan ekskresi pada paru-paru (pernapasan/inhalasi), kulit
(topikal), pencernaan (ingesti) dan injeksi.
Racun yang berasal dari zat kimia umumnya mempunyai pengaruh local dan
sistematik. Pengaruh local adalah pengaruh zat kimia secara local (daerah tertentu) yang
diakibatkan oleh adanya kontak langsung zat kimia dengan objek (bagian tubuh makhluk
hidup),misalnya kebakaran kulit oleh kehadiran asam kuat atau basa kuat. Sedangkan
pengaruh sistematik adalah pengaruh yang diakibatkan oleh zat kimia yang menyebar ke
berbagai bagian tubuh maikhluk hidup yang disebabkan oleh absorbsi zat kimia ke dalam
bagian tubuh, misalnya pengaruh keracunan yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau
timbale ke dalam tubuh yang dapat mempengaruhi berbagai jenis target di dalam tubuh
makhluk hidup dan manusia.
Untuk menyatakan ukuran daya racun suatu zat kimia, maka perlu diketahui ukuran-
ukuran toksisitas untuk zat kimia. Saecara internasional, ukuran toksisita zat kimia dapat
dinyatakan dalam berbagai cara seperti lethal dose 50 % (LOD50), fatal dose, letal oral dose
50% (LOD50) , dan threshold limit values (TLV).
Pengaruh toksisitas sistematik kronik adalah pengaruh racun yang diakibatkan
oleh kehadiran zat kimia dalam jumlah kecil dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala
yang ditimbulkan dari racun yang bersifat kronik ini baru timbul setelah berlangsung dalam
jangka waktu yang relative lama. Misalnya beberapa tahun setelah kontak atau
mengkonsumsi zat kimia tersebut, sehingga sering kali dalam diagnosisnya nama zat kimia
yang menjadi penyebabnya sulit ditelusuri. Beberapa senyawa yang mempunyai efek kronik
digolongkan sebagai senyawa karsinogenik, mutagenic, teratigenik dan sensitisers.

You might also like