You are on page 1of 43

SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan


lalu lintas, parkir, angkutan umum, polusi dan masalah kemacetan lalu
lintas. Kemacetan lalu lintas akan selalu menimbulkan dampak negatif baik
terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan
lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan lalu lintas akan
menimbulkan ketegangan (stress). Untuk memperlancar mobilitas
penduduk Kota Surabaya, dalam menunjang kegiatan sehari-hari tentunya
diperlukan angkutan kota yang memadai, yang dapat menjangkau seluruh
wilayah di Kota Surabaya. Kendaraan Umum, sebagai salah satu elemen
dari sistem transportasi kota yang memegang peranan yang sangat penting
dan strategis dalam pengembangan dan pembangunan kota dalam hal ini
adalah Kota Surabaya, diperlukan suatu angkutan umum dengan
karakteristik yang dimilikinya, seperti : biaya murah, lancar, aman, nyaman
dan dapat menjangkau tempat-tempat yang strategis serta memiliki faktor
muat yang lebih banyak. Hal inilah yang merupakan suatu kondisi
gambaran kendaraan umum yang diharapkan dan dapat menjadi pilihan
tepat bagi masyarakat luas yang selama ini menggunakan kendaraan
pribadi agar beralih ke kendaraan umum.
Sejalan dengan pembangunan Kota Surabaya khususnya
pembangunan dibidang ekonomi membawa dampak tumbuhnya pusat-
pusat kegiatan baru maupun perkembangan pusat-pusat kegiatan yang
sudah ada. Kota Surabaya dengan jumlah penduduk mendekati angka tiga
juta jiwa dan luas area 326,4 km2, menjadi pusat kegiatan perdagangan,

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 1


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

pemerintah, pendidikan, industri dan pusat-pusat jasa distribusi lainnya,


tentunya akan sangat mempengaruhi mobilitas penduduk.
Namun demikian keberadaan Angkutan kota yang dilayani dengan
bis kota maupun mikrolet pada beberapa koridor di wilayah Surabaya masih
menyimpan berbagai permasalahan, yaitu :
a. Beberapa angkutan bis maupun mikrolet yang melayani di rute utama
nantinya akan berhimpitan dengan rencana pengembangan angkutan
massal di dalam Kota.
b. Trayek yang ada maupun rencana pengembangan jaringan nantinya
belum ada integrasi jaringan feeder dibeberapa ruas di wilayah
Surabaya.
c. Minimnya pangkalan angkutan feeder pada angkutan kota yang resmi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu kiranya dilakukan evaluasi
kinerja pelayanan angkutan umum, dalam rangka pengembangan jaringan
pelayanan angkutan umum di dalam kota Surabaya Metropolitan Area,
dengan melakukan Kajian Tingkat Pelayanan Angkutan Umum untuk
program pengembangan ke depan.
Tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh kendaraan angkutan umum
okupansi tinggi yang ada, sama sekali tidak memuaskan. Hal ini terlihat dari
indikator kinerja angkutan umum ditinjau dari sisi pengguna jasa, sebagai
contoh waktu antara kendaraan (headway) terlalu lama dan kecepatan
perjalanan rendah, maupun dari sisi operator seperti faktor muat (load
factor) rendah yang menunjukkan bahwa memang perlu dilakukan
perbaikan pelayanan angkutan agar angkutan umum kembali diminati
masyarakat dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang
pertumbuhannya tidak seimbang dengan pertumbuhan panjang jalan.
Dalam keadaaan sekarang, angkutan umum tidak dapat memberikan suatu
alternatif sebagai moda parjalanan yang handal bagi pemakai angkutan
umum.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 2


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Permasalahan angkutan umum yang terjadi di Kota Surabaya selama


ini perlu diberikan suatu solusi pemecahan permasalahan dengan melihat
kondisi eksisting di lapangan. Dengan mengetahui kondisi yang terjadi di
lapangan, maka setiap dasar permasalahan yang menjadi pemicu
permasalahan tersebut, dapat diidentifikasi sebagai dasar dalam
mencarikan solusi secara global agar segala sesuatunya dapat teratasi
dengan baik. Hal ini dilakukan karena pada saat ini sebagian besar pemakai
angkutan umum masih mengalami beberapa aspek negatif sistem angkutan
umum jalan raya seperti hal-hal berikut ini :
1. Tidak adanya jadwal yang tetap
2. Pola rute memaksa terjadinya transfer yang harus dilakukan oleh
penumpang kendaraan umum
3. Kelebihan penumpang pada saat jam sibuk
4. Cara mengemudikan kendaraan umum yang sembarangan dan
membahayakan keselamatan
5. Kondisi internal dan eksternal yang buruk
Masalah lain yang tak kalah pentingnya ialah fasilitas angkutan
umum. Angkutan umum perkotaan, yang saat ini didominasi oleh angkutan
bus dan mikrolet masih terasa kurang nyaman, kurang aman, dan kurang
efesien. Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih
kurang berfungsi untuk angkutan umum perkotaaan. Berdesak-desakkan di
dalam angkutan umum sudah merupakan pandangan sehari-hari. Pemakai
jasa angkutan masih terbatas pada kalangan bawah dan sebagian pada
kalangan menengah. Orang-orang berdasi masih enggan memakai
angkutan umum, karena comforbility angkutan umum yang masih mereka
anggap terlalu rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang begitu
nyaman dengan pelayanan dari pintu ke pintu.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 3


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Berikut beberapa daftar angkutan umum yang beroperasi di Kota


Surabaya
Tabel 1. Trayek Mikrolet
KODE
NO RUTE TRAYEK
TRAYEK
1 BJ Benowo-Kalimas Barat PP.
2 BK1 Bangkingan-Karang Pilang PP.
3 BK2 Gadung – Bangkingan - Karang Pilang PP.
4 D Joyoboyo-Pasar Turi-Sidorame PP.
5 DA Pasar Atom-Citra Raya PP.
6 DKB Dukuh Kupang- Benowo PP.
7 DKM Dukuh Kupang-Menanggal PP.
8 DP1 Kalimas Barat-Manukan Kulon
9 DP2 Kalimas Barat-HR. Muhammad-Mnk Kulon PP.
10 DP3 Kalimas Barat-PTC PP.
11 DWM Balongsari-Pangkalan Karah PP.
12 E1 Petojo-Sawahan PP.
13 E2 Petojo-Simo Rukun PP.
14 E3 Petojo-Balongsari PP.
15 G1 Joyoboyo-Karang Menjangan PP.
16 G2 Joyoboyo-Karang Pilang PP.
17 G3 Joyoboyo-Lakarsantri PP.
18 I Dukuh Kupang-Benowo PP.
19 IM Benowo-Simokerto PP.
20 K Ujung Baru-Kalimas Barat-Pasar Loak PP.
21 LK Manukan Kulon-Pasar Loak-Kenjeran PP.
22 LMJ Lakarsantri-Manukan Kulon-Kalimas Barat PP.
23 O.1 Kalimas Barat-Keputih PP.
24 O.2 Tambak Wedi-Petojo-Keputih PP.
25 R Kalimas Barat-Kapasan-Kenjeran PP.
26 R.1 Kalimas Barat-Nambangan-Kenjeran PP.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 4


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

27 TV.1 Joyoboyo-Citra Raya PP.


28 TV.2 Joyoboyo-Manukan Kulon PP.
29 TV.3 Joyoboyo-Banjar Sugihan PP.
30 V Joyoboyo-Tambak Rejo PP.
31 W.1 Dukuh Kupang-Kapas Krampung-Kenjeran PP.
32 W.2 Dukuh Kupang-Karang Menjangan PP.
33 WK Tambak Oso Wilangun-Petojo-Keputih PP.
34 WLD.1 Wonoarum-Dukuh Kupang PP.
35 WLD.2 Bulak Banteng-Dukuh Kupang PP.
36 Z Kalimas Barat-Benowo PP.
37 Z.1 Benowo-Ujung Baru PP.

Tabel 2. Trayek Bus Kota


KODE
NO RUTE TRAYEK
TRAYEK
1 A2 Purabaya - Semut PP.
2 C Purabaya - Perak PP.
3 D Purabaya - Bratang PP.
4 E Purabaya - Darmo – T.O.W.
5 E1 Purabaya - Joyoboyo PP.
6 E2 Joyoboyo - JMP PP.
7 F Purabaya - Diponegoro - T.O.W. PP
8 F1 Purabaya - Rajawali PP.
9 L Tambak Oso Wilangun - Ujung Baru PP.
10 P1 Purabaya - Perak PP.
11 P2 Purabaya - TOW PP.
12 P4 Purabaya - PERAK PP.
13 P5 Purabaya - SEMUT PP.
14 P6 Purabaya - TOW PP.
15 P7 Purabaya - TOW PP.
16 P8 Purabaya - TOW PP.
17 PAC1 Purabaya - Perak PP.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 5


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

18 PAC4 Purabaya - Tol Waru - Perak PP.


19 PAC 5 Purabaya - SEMUT PP.
20 PAC 6 Purabaya - TOW PP.
21 PAC 8 Purabaya - TOW PP.

Tabel 3. Trayek MPU Antar Kota Yang Masuk Kota Surabaya

No Kode Trayek Rute Trayek

1 H1 Pangkalan Wonokromo-Sepanjang

2 X Terminal Joyoboyo-Tambak Sawah

3 H4w Pangkalan Wonokromo-Sedati

4 H4J Terminal Joyoboyo-Sedati

5 JSP Joyoboyo-Sidoarjo-Porong

6 Bison Malang Pangkalan Ngagel-Pandaan-Malang

Bison Pangkalan Ngagel-Terminal


7
Mojokerto LespadanganMojokerto

8 Bis Hijau Terminal Joyoboyo-Terminal Kertajaya

Jembatan Merah-Bunder-Terminal
9 SG
Gubernur Suryo Gresik

10 PTG Pasar Turi-Terminal Gubernur Suryo

11 BP Balong Panggang-Pasar Turi

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 6


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 7


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

1. Terminal Bayangan Angkutan Umum

Gambar : Lyn JSP Yang berhenti Di Sembarang Tempat Sebagai


Tempat Peristirahatan Sementara Yang Akhirnya
Dijadikan Sebagai Pangkalan

Gambar diatas merupakan gambaran situasi disebabkan


sebagai akibat jumlah kendaraan umum dalam hal ini Lyn JSP yang
kurang mampu memenuhi jumlah kapasitasnya. Sehingga mereka
berjalan sangat lambat dan tidak jarang dari mereka sering berhenti
pada pinggir-pinggir jalan yang mereka rasa sangat nyaman untuk
tempat pemberhentian sementara sambil beristirahat dan tidak
jarang dari mereka menggunakan waktu luangnya untuk
membersihakan kendaraannya sambil mencari penumpang.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 8


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Gambar : Angkutan Umum Yang Berhenti Di Sembarang Tempat


Tanpa Mempedulikan Kemacetan Lalin Di Sekitarnya

Gambar diatas merupakan gambaran situasi dimana beberapa


jumlah angkutan umum yang terdiri dari taxi dan mikrolet (lyn SG)
yang berjalan secara perlahan (berurutan) dan berhenti di
sembarangan tempat sambil menunggu penumpang tanpa
mempedulikan kemacetan lalu lintas yang terjadi di sekitarnya.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 9


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Gambar : Angkutan Umum Yang Berhenti Di Ruas Jalan A.Yani


Surabaya

Gambaran kondisi diatas adalah suatu gambaran dimana


banyak sekali perilaku angkutan umum yang berhenti di sembarang
tempat dalam hal ini adalah ruas jalan A.Yani Surabaya yang
berstatus jalan arteri primer. Tindakan yang dilakukan oleh
angkutan umum tersebut dalam menunggu penumpang yang
hendak manggunakan jasa angkutan umum tersebut merupakan
salah satu problematika adanya penumpukan jumlah kendaraan
angkutan umum yang beroperasi dalam keadaan kapasitas yang
tidak dapat memenuhi nilai load faktor yang disarankan. Dampak
negatif yang timbul sebagai akibat dari kejadian ini adalah
terjadinya penumpukan antara kendaraan pribadi dengan
kendaraan umum yang berjalan secara perlahan tanpa mematuhi
peraturan lalu lintas yang ada, dimana hal-hal tersebut sering

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 10


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

membuat kemacetan lalu lintas di perkotaan Surabaya semakin


meningkat tanpa adanya solusi pemecahan yang jelas.

Gambar : Lyn SG - Pangkalan Tidak Resmi Yang Akhirnya


Berubah Status Menjadi Terminal Bayangan

Gambaran situasi diatas merupakan suatu gambaran dimana


banyak tempat pemberhentian sementara tidak resmi yang akhirnya
dijadikan sebagai terminal bayangan. Hal ini terjadi di seluruh trayek
angkutan umum yang ada di wilayah Surabaya Metropolitan Area,
jumlah trayek yang beroperasi sebanyak 37 trayek lyn, 21 trayek bus
kota, dan 11 trayek angkutan antar kota yang masuk ke dalam kota
Surabaya. Secara keseluruhan angkutan umum mampu menjangkau
seluruh daerah di kota Surabaya. Jumlah angkutan umum yang ada
memerlukan ketersediaan pangkalan resmi yang cukup untuk
memfasilitasi keberadaan angkutan umum serta pengguna jasa
angkutan umum. Dari pengamatan yang dilakukan di beberapa titik
yang dilalui trayek angkutan umum, hampir semua trayek angkutan
umum mempunyai pangkalan bayangan atau terminal bayangan
dimana di titik tersebut terdapat tarikan dan bangkitan penumpang
seperti pasar, sekolah, mall, tempat hiburan, dll. Hal ini menjadi

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 11


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

salah satu indikator bahwa ketersediaan fasilitas pangkalan resmi


yang ada masih kurang untuk memenuhi kebutuhan armada
angkutan umum dan penumpang pengguna jasa. Hal ini mungkin
saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan
pengorganisasian dalam kelompok angkutan umum. Apabila kita
lihat bus kota yang sama-sama sebagai angkutan umum mempunyai
sistem yang terorganisasi dengan adanya organda yang
manaunginya, sehingga lebih mudah untuk mengendalikan setiap
adanya pelanggaran maupun sosialisasi kebijakan baru yang
mengatur tentang angkutan umum, tidak seperti halnya angkutan
umum lyn yang merupakan milik perorangan sebagai operatornya.
Hal demikian ini sangatlah sulit untuk dapat mengendalikan setiap
adanya pelanggaran maupun adanya sosialisasi peraturan baru yang
terjadi di angkutan umum khususnya angkutan umum lyn. Kembali
kepada ketersediaan terminal resmi yang sudah ada kurang mampu
untuk menampung jumlah angkutan umum baik lyn maupun bus
kota, serta pengelolaannya yang kurang optimal mengakibatkan
kenyamanan calon penumpang kurang maksimal. Sebagai gambaran
umum mengenai trayek yang dilalui oleh angkutan umum yang lebih
banyak melewati titik keramaian publik sudah sewajarnya
memerlukan pengaturan angkutan umum yang memang secara
operasional mencari dan menunggu calon penumpang ditempat
dimana berpotensi mendapatkan penumpang untuk memenuhi
setoran yang pada akhirnya berujung pada biaya operasional dan
keuntungan yang didapat. Dengan kondisi seperti ini sepertinya
permasalahan yang timbul berbentuk lingkaran permasalahan yang
saling terkait satu sama lainnya baik pemerintah sebagai pengatur
kebijakan, pengemudi angkutan sebagai operator, dan masyarakat
sebagai pengguna jasa.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 12


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Banyaknya jumlah terminal bayangan yang ditimbulkan


sebagai akibat dari kurangnya kesadaran pengemudi angkutan
umum banyak memberikan dampak negatif bagi permasalahan lalu
lintas perkotaan. Dari gambaran kondisi di lapangan ini, seharusnya
pihak-pihak yang terkait dengan keberadaan angkutan umum perlu
memberlakukan peraturan-peraturan tegas dan tertulis dalam
mengatur tertibnya operasional kinerja angkutan umum agar berjalan
mematuhi prosedur yang ada. Sehingga tindakan-tindakan seperti
berhenti di pinggir jalan yang sembarangan terutama di pinggir jalan
pada ruas jalan arteri tidak dilakukan oleh para pengemudi
kendaraan umum. Hal ini perlu diatur dalam peraturan yang cukup
tegas, agar pembentukan terminal bayangan yang lebih banyak lagi
dapat diminimalkan jumlahnya.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 13


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

2. Headway dan Frekuensi

Gambar : Lyn BP (Balongpanggang-Psr.Turi) dengan frekuensi


rendah – headway tinggi

Gambaran diatas merupakan suatu gambaran kondisi dimana


angkutan umum mengalami frekuensi rendah – headway tinggi.
Dimana arti dari waktu antara (Headway) angkutan umum merupakan
jangka waktu antara angkutan yang satu dengan yang lainnya,
semakin rendah headway semakin banyak frekuensi angkutan umum,
kondisi diatas adalah headway angkutan umum cenderung
meningkat, sehingga frekuensi semakin berkurang. Berkurangnya
frekuensi angkutan umum yang beroperasi berpengaruh terhadap
jumlah kendaraan yang ada dalam memenuhi kebutuhan penumpang
yang beraneka ragam tujuannya. Hal ini menyebabkan kurangnya
minat dari pengguna jasa untuk mempertahankan moda angkutan
umum sebagai moda transportasinya sehari-hari.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 14


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

3
1 2

Gambar : Lyn Yang Jalan Berurutan dengan frekuensi tinggi –


headway rendah

Berdasarkan gambaran situasi diatas, dimana ada beberapa


jumlah angkutan umum yang melewati ruas jalan Wonokromo secara
berurutan. Salah satu permasalahan angkutan umum tersebut di Kota
Surabaya adalah banyaknya jumlah kendaraan yang melayani salah
satu rute tertentu saja sangatlah banyak jumlahnya (frekuensi
tinggi) dengan selang waktu keberangkatan yang terjadi kira2
(headway rendah) 0.5 menitan. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, gambaran situasi kendaraan umum yang memiliki jumlah
frekuensi dan headway tersebut menyebabkan kurangnya efesiensi
kinerja operasioanal angkutan umum. Hal ini sangat tidak efesien
karena terlalu banyaknya jumlah kendaraan yang tidak sebanding
dengan tingkat kebutuhan penumpang yang dilayani oleh kendaraan
umum tersebut. Sehingga terjadi pemborosan dari segi BBM dan
operasional lainnya.
Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel perbandingan
headway yang disarankan dengan headway yang terjdi saat ini baik
itu headway yang dihasilkan oleh bus kota maupun mikrolet.
GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 15
DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Tabel. Perbandingan Headway Bus Kota


No Bus Kota Rata-rata Rata-rata
Headway Ideal Headway Di
(menit) Lapangan
1 C 10-20 menit 70,00
2 P6 10-20 menit 68,00
3 A2 10-20 menit 62,50
4 F1 10-20 menit 41,50
5 P8 10-20 menit 70,00
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Tabel. Perbandingan Headway Mikrolet


No Mikrolet Rata-rata Rata-rata
Headway Ideal Headway Di
(menit) Lapangan
1 DKB 5-10 menit 21,50
2 O.2 5-10 menit 20,00
3 TV.1 5-10 menit 18,50
4 DKM 5-10 menit 18,00
5 E2 5-10 menit 17,50
6 E1 5-10 menit 16,00
7 WK 5-10 menit 16,00
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Hasil survei primer diatas merupakan salah satu gambaran


headway yang dihasilkan oleh bus kota maupun mikrolet yang berada
di bawah headway rata-rata yang dianjurkan dan perlu mendapatkan
perbaikan. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat
kenyamanan penumpang, dimana waktu tunggu lama, headway
tinggi, dan frekuensi rendah yang terjadi pada angkutan umum tidak

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 16


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

bisa diterima baik oleh beberapa masyarakat terutama masyarakat


dari kalangan menengah keatas.

3. Angkutan Antar Kota Yang Masuk ke Dalam Kota.

Gambar : Bus Hijau, Lyn SG, Bison Malang Sebagai Salah Satu
Gambaran Moda Angkutan Umum Antar Kota

Angkutan antar kota yang beroperasi di dalam kota Surabaya


sebanyak 11 angkutan umum, yang terdiri dari 9 angkutan umum,
1 bison, 1 minibus. Semuanya adalah angkutan umum yang
menghubungkan Kota Surabaya dengan 2 kabupaten yaitu
kabupaten Sidoarjo dan Gresik. Trayek yang dilalui angkutan
perbatasan ini seharusnya berhenti pada terminal perbatasan yaitu
terminal Bungurasih dan Tambak Osowilangun, pada kenyataannya
angkutan perbatasan ini beroperasi sampai masuk kedalam kota
Surabaya. Peraturan yang ada masih belum bisa mengatur
permasalahan ini yang ujung-ujungnya menambah masalah
kemacetan didalam kota Surabaya yang untuk menampung

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 17


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

kendaraan dalam kota saja sudah kewalahan apalagi ditambah


dengan jumlah angkutan umum yang masuk dan berhenti mencari
penumpang didalam kota. Dilihat dari banyaknya jumlah angkutan
antar kota yang tersedia dengan kebutuhan penumpang yang
menggunakannya sampai masuk ke dalam kota sangat tidak efisien.
Hal ini dapat dilihat dengan indikator angkutan yang memiliki nilai
load faktor rendah dibawah 70%, trayek yang sama. Hal ini menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan kemacetan di Kota Surabaya
semakin meningkat dan tidak terkendali ditambah dengan
angkutan antar kota yang masuk ke dalam kota.
Selain itu angkutan antar kota yang masuk ke dalam kota ini
juga menimbulkan masalah persaingan antar trayek angkutan
dalam kota dengan antar kota, dilihat dari jalur yang dilalui adalah
sama dan terjadi himpitan antara beberapa angkutan umum.
Memang dari jumlah penumpang yang bermacam-macam tujuannya
bisa memanfaatkan angkutan perbatasan yang masuk kota ini
dengan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dari pada harus oper
beberapa kali angkutan umum sampai ke tujuan kota tetangga.
Permasalahan angkutan antar kota yang lain adalah dilihat
dari segi aksesibilitas dalam mendapatkan moda transportasi
tersebut mudah atau tidak. Salah satu potret permasalahan
transportasi perkotaan Surabaya adalah masalah yang menyangkut
trayek Bus Hijau Surabaya - Mojokerto jika dilihat dari Terminal
pemberangkatannya yaitu dari Surabaya (Terminal Joyoboyo)
sedangkan dari arah Mojokerto (Terminal Mojokerto). Dimana waktu
tunggu yang dialami penumpang sangat berbeda jauh dalam
mendapatkan/menunggu Bus hijau.
Berikut akan dijelaskan dalam bentuk tabel perbedaan waktu
tunggu penumpang dari terminal pemberangkatan yang berbeda.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 18


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Tabel. Waktu Tunggu Penumpang Berdasarkan Waktu Yang Ada


No Jam Asal Terminal Waktu tunggu
Pemberangkatan
1 06.00 – 09.00 12.028
2 11.00 – 14.00 Terminal Joyoboyo 18.750
3 16.00 – 19.00 20.917
1 06.00 – 09.00 39.444
Terminal
2 12.00 – 14.00 48.333
Mojokerto
3 15.00 – 19.00 34.333
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Berdasarkan hasi analisis survei primer diatas dapat


disimpulkan bahwa keberadaan/rute bus hijau dapat dicapai
dengan mudah oleh masyarakat (aksesibilitasnya tinggi), apabila
masyarakat menunggu kedatangan Bus Hijau di Terminal Joyoboyo.
Hal sebaliknya yang terjadi apabila masyarakat menunggu bus hijau
di Terminal Mojokerto, maka keberadaan/rute bus hijau belum
dapat dicapai dengan mudah oleh masyarakat (aksesibilitasnya
rendah).
Salah satu alternatif pemecahan dalam menangani masuknya
angkutan antar kota yang lain adalah seharusnya ada sub-sub
terminal yang harus disediakan di setiap perbatasan kota yang akan
masuk kedalam kota Surabaya itu sendiri. Hal ini dilakukan guna
mencegah masuknya angkutan antar kota agar masalah
transportasi perkotaan Surabaya dapat diminimalkan dampak
negatifnya sebagai akibat berhimpitnya angkutan antar kota dengan
angkutan dalam kota itu sendiri dalam jalur (ruas jalan) yang sama
yang harus dilalui oleh kedua angkutan umum tersebut dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 19


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Untuk lebih mudahnya fasilitas pemberhentian itu bisa


diintegrasikan dengan terminal perbatasan yang sekarang sudah
ada, seperti terminal Purabaya pada pintu masuk sisi selatan yang
berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan terminal Tambak Oso
Wilangun pada sisi utara Kota Surabaya yang berbatasan dengan
Kabupaten Gresik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini alternatif pemberhentian angkutan perbatasan yang
masuk ke dalam Kota Surabaya.

Tabel. Alternatif Pemberhentian Angkutan Perbatasan

Alternatif
No Kode Trayek Terminal
Perbatasan

1 JSP Joyoboyo-Sidoarjo Bungurasih

2 H1 Wonokromo-Sepanjang Bungurasih

3 Bison Malang Pangkalan Ngagel-Pandaan Bungurasih

4 Bison Mojokerto Pangkalan Ngagel-Mojokerto Bungurasih

5 Bis Hijau Joyoboyo-Mojokerto Bungurasih

6 X Joyoboyo-Tambak Sawah Bungurasih

7 BP Balong Panggang-Pasar Turi Benowo

8 SG Jemb. Merah-Bunder Osowilangun

9 PTG Ps. Turi-Gubernur Suryo Osowilangun

10 H4W Wonokromo-Sedati Alternatif


Pangkalan

11 H4J Joyoboyo-Sedati Alternatif


Pangkalan

Sumber : Hasil Analisa

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 20


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

4. Adanya 2 Jenis Lyn (Kendaraan Umum) Yang Melayani Rute Yang


Sama (Dari Terminal Asal Yang Berbeda)

Gambar : Lyn JSP Yang Mangkal Gambar : Lyn JSP Yang


Di Terminal Wonokromo Mangkal Di Terminal Joyoboyo

Situasi gambar diatas adalah merupakan salah satu gambaran


permasalahan transportasi dalam hal ini masalah yang menyangkut
kondisi angkutan umum di wilayah kota Surabaya salah satunya
adalah adanya 2 jenis angkutan umum yang melayani satu rute
trayek dengan tujuan yang sama, namun berasal dari terminal asal
yang berbeda.
Hal ini terjadi pada jenis lyn JSP W dan JSP J, dimana JSP W
yang berasal dari Terminal Wonokromo dan memiliki tujuan yang
sama (Joyoboyo-Sidoarjo-Porong) dengan JSP J yang berasal dari
Terminal Joyoboyo. Dari gambaran kondisi di lapangan seperti ini
menyebabkan terjadinya penumpukan angkutan umum yang
melayani rute yang sama. Sehingga pada saat beroperasi mencari
penumpang kedua jenis angkutan umum ini banyak yang masih
kosong jumlah kapasitas di dalam kendaraannya. Hal-hal seperti ini
sering terjadi pada saat di luar jam-jam sibuk yaitu berkisar antara
pukul 08.00-15.00 WIB. Dalam jangka waktu yang lama tersebut
angkutan umum tidak dapat memenuhi targetnya dalam mencari

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 21


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

penumpang sebanyak-banyaknya, sehingga penumpang yang


melakukan aktivitasnya di luar jam sibuk akan dilayani oleh
angkutan umum dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan karena pengemudi mengemudikan kendaraannya
sangat lambat sekali karena sering berhenti sejenak di pinggir jalan
(ngetem) untuk mencari penumpang.

Gambar : Lyn JSP dan Bison Malang Yang Melayani Rute Yang
Sama Dari Arah Sidoarjo Ke Surabaya

Permasalahan lain yang ditimbulkan oleh kedua angkutan


umum seperti JSP W dan JSP J juga timbul permasalahan lain yaitu
terjadinya persaingan melayani trayek yang hampir sama dengan
angkutan umum Bison Malang dengan tujuan Pandaan dan JSP
yang memiliki tujuan trayek yang sama yaitu Porong. Dimana kedua
angkutan umum ini akan melewati jalur-jalur yang sama dalam
melayani tujuan trayeknya tersebut. Walau tidak jarang Bison
Malang tidak beroperasi sampai dengan Pandaan dan berhenti di

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 22


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

perbatasan Sidoarjo kemudian berbelok arak kembali masuk ke


Kota Surabaya. Hal-hal seperti inilah yang akhirnya dapat
menimbulkan adanya 2 jenis angkutan umum yang pada mulanya
memiliki tujuan trayek berbeda akhirnya memiliki tujuan trayek
yang sama. Perlakuan yang dilakukan oleh pengemudi Bison Malang
yang tidak sampai ke tujuan akhirnya yaitu Pandaan disebabkan
karena sepinya penumpang sebagai akibat terlalu banyaknya
jumlah kendaraan yang melewati jalur-jalur menuju Kota Sidoarjo.

Lyn H4W Di
Terminal
Wonokromo

Gambar : Lyn H4J Dan


H4W Yang Berhenti Di
Tempat Yang Sama
(Ngetem) Dalam Mencari
Penumpang.
Arah lyn dari Sidoarjo-
Surabaya

Lyn H4J Di
Terminal
Joyoboyo

Gambar diatas merupakan suatu gambaran kondisi di


lapangan, dimana dalam melayani rute trayek Sedati - Surabaya
dilayani oleh dua jenis kendaraan angkutan umum dalam jumlah
yang cukup besar. Walaupun didalam kenyataannya lyn H4J dan
H4W berasal dari Terminal pemberangkatan yang berbeda jika lyn

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 23


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

tersebut berangkat dari arah Surabaya. Akan tetapi dalam melewati


tiap-tiap ruas jalan dalam menuju Sedati Sidoarjo tetap melewati
ruas jalan yang sama. Sehingga tidak jarang dari kedua jenis lyn
tersebut banyak menimbulkan permasalahan transportasi
perkotaan sama seperti yang ditimbulkan oleh lyn JSP W,JSP J, dan
Bison Malang dalam pembahasan sebelumnya (di atas).
Dari gambaran kondisi permasalahan tersebut diatas
seharusnya dilakukan suatu upaya penanganan penekanan jumlah
armada dengan menekan jumlah ijin trayek yang ada secara lugas
dan tegas. Sehingga dalam melayani tingkat kebutuhan penumpang
dengan memberikan ijin trayek dibuat suatu konsep secara
sistematis dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada
Karena pada kenyataannya saat ini banyak sekali
bermunculan angkutan umum baru yang pada akhirnya melayani
trayek-trayek yang sebelumnya sudah dilayani oleh angkutan umum
yang sudah ada. Sehingga fenomena yang menimbulkan dampak
negatif sebagai suatu permasalahan transportasi kota Surabaya
yang seharusnya mulai dipikirkan cara meminimalkan permasalahan
yang ada, akhirnya semakin bertambah rumit dan tidak terkendali.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 24


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

5. Load Faktor

Gambar : Lyn H4J dan Bison Malang Yang Sedang Beroperasi


Dalam Keadaan Load Faktor Rendah

Load faktor yang disarankan dalam melayani angkutan umum


adalah 70% untuk segala jenis angkutan umum yang ada.
Pada kenyataanya sekarang ini angkutan umum pada saat jam-jam
tidak sibuk tidak mampu memenuhi jumlah nilai load faktor yang
disarankan. Hal ini terjadi sebagai akibat terlalu banyaknya jumlah
trayek yang melayani rute Joyoboyo – Sedati. Dimana rute yang
dilalui oleh H4J sama dengan rute yang dilalu oleh H4W yang
melayani rute Wonokromo – Sedati pula.
Selain itu gambaran situasi diatas merupakan gambaran
dimana Bison Malang dalam keadaan Load Faktor rendah sebagai
akibat terlalu banyaknya trayek yang melayani rute Surabaya –
Sidoarjo. Dimana trayek Surabaya – Sidoarjo tersebut pada saat ini
sudah dilayani oleh 3 jenis angkutan umum yaitu JSP W, JSP J, dan
Bison Malang.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 25


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Gambar : Lyn JSP Dalam Keadaan Load Faktor Rendah Berhenti


Di Sembarang Tempat Dalam Mencari Penumpang

Gambar diatas merupakan gambaran situasi dimana angkutan


umum banyak yang berhenti disebabkan karena kurang memenuhi
jumlah Load Faktor yang disarankan dalam melakukan kinerjanya
melayani penumpang. Hal-hal diatas sering terjadi pada saat jam-
jam di luar jam sibuk, dimana banyak pengguna jasa sudah
melakukan aktivitasnya di tempatnya masing-masing.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 26


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Gambar : Lyn H1 Dalam Keadaan Load Faktor Melebihi Nilai


Yang Disarankan

Gambaran diatas merupakan suatu gambaran angkutan


umum pada saat jam-jam sibuk tidak mampu memenuhi jumlah
nilai load faktor yang disarankan dan menyebabkan muatan
angkutan umum melebihi kapasitas yang ada, seperti halnya yang
dialami oleh lyn H1 diatas. Kejadian diatas merupakan suatu
gambaran yang sangat memilukan dimana dalam dunia
perhubungan masih banyak penumpang yang kurang diperhatikan
kenyamanannya dalam menggunakan jasa angkutan umum. Akan
tetapi pada saat di luar jam-jam sibuk tidak jarang dari jumlah
kendaraan angkutan umum yang ada pada wilayah Surabaya
Meteropolitan Area dalam keadaan load faktor dibawah nilai yang
disarankan. Hal ini terjadi sebagai akibat kurangnya efektivitas dan
efesiensi kinerja operasional angkutan umum dalam melayani
tingkat kebutuhan penumpang yang ada.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 27


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Gambar : Bangku Tambahan Yang Dipasang Sendiri Oleh Pemilik


Kendaraan Angkutan Umum

Pada saat angkutan umum melayani penumpang pada peak


hours, tidak jarang penumpang yang diangkut melebihi kapasitas
yang ada. Dimana para penumpang harus rela berdesak-desakkan
dengan penumpang lainnya karena jumlah kapasitas yang ada di
dalam angkutan umum tidak sebanding dengan tempat duduk yang
disediakan. Tidak jarang untuk dapat mengatasi keadaan seperti itu
para pengemudi angkutan umum menambah jumlah tempat
duduk (bangku) yang dipasang sendiri di dalam angkutannya.
Sehingga kenyamanan yang seharusnya dapat diterima oleh para
penumpang terpaksa harus diabaikan sejenak. Karena yang
terpenting disini adalah dari pihak pengemudi berpikir dapat
memperoleh keuntungan sedikit dari kelebihan beban penumpang
yang diterimanya. Sedangkan dari pihak penumpang yang tidak
memiliki pilihan lain untuk menjalankan aktivitasnya dalam

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 28


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

menggunakan moda transportasi yaitu angkutan umum yang


terpenting adalah dapat cepat sampai tujuan.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbandingan Load Faktor
yang dihasilkan oleh Bus Kota maupun mikrolet dalam bentuk tabel.

Tabel. Perbandingan Load Faktor Bus Kota dan Mikrolet


No Kendaraan Load Faktor Tertinggi Terendah
Yang
Disarankan
1 P4 (Bus Kota) 70% 73,10% -

2 PAC (Bus 70% - 30,76%


Kota)
3 BK1 70% 78,50% -
(Mikrolet)
4 Z (Mikrolet) 70% - 35%
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 29


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

6. Kecepatan Perjalanan
Kecepatan perjalanan merupakan salah satu dasar terpenting
dalam memberikan pelayanannya terhadap penumpang angkutan
umum. Karena dalam memberikan pelayanannya tidak jarang
angkutan umum yang ada selama ini mengemudikan kendaraannya
dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan keinginan mayarakat,
sehingga untuk mencapai tujuannya masyarakat sering mengalami
keterlambatan waktu yang disebabkan waktu tempuh yang terlalu
lama. Fenomena seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh
masyarakat pada umumnya, sehingga masih banyak masyarakat kita
yang kurang tertarik untuk menggunakan kendaraan umum.
Kecepatan perjalanan yang terlalu lama yang mengakibatkan waktu
tempuh yang terlalu panjang merupakan salah satu potret tingkat
pelayanan yang belum dapat diberikan oleh kendaraan umum yang
kita miliki saat ini. Sehingga tujuan kendaraan umum yang
seharusnya dapat memberikan tingkat pelayananan yang aman,
cepat, dan lancar belum dapat terpenuhi dengan baik.
Kecepatan perjalanan yang disarankan pada saat jam-jam
sibuk adalah untuk bus kota adalah 12 km/jam dan untuk mikrolet
25 km/jam, maka trayek bus kota dan mikrolet yang mempunyai
kecepatan perjalanan lebih kecil dari rata-rata kecepatan tersebut
perlu dilakukan perbaikan.
Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel mengenai kecepatan
perjalanan bus kota dan mikrolet dengan nilai yang diwakili adalah
nilai tertinggi dan terendah dari tiap-tiap perjalanan yang ada. Selain
itu akan dijelaskan pula dalam bentuk tabel Hubungan antara
kecepatan perjalanan dengan waktu tempuh perjalanan.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 30


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Tabel. Perbandingan Kec. Perjalanan Bus Kota dan Mikrolet


No Kendaraan Kec. Perjalanan Tertinggi Terendah
Yang
Disarankan
1 PAC 8 (Bus 12 Km/Jam 35,34 -
Kota) Km/Jam
2 E1 (Bus Kota) 12 Km/Jam - 8,18
Km/Jam
3 O.2 (Mikrolet) 25 Km/Jam 29,64 -
Km/Jam
4 DP1 25 Km/Jam - 8,38
(Mikrolet) Km/Jam
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Tabel. Kec. Perjalanan dan Waktu Perjalanan Bus Kota dan


Mikrolet
No Kendaraan Kec. Perjalanan Waktu
Perjalanan
1 PAC 8 (Bus Kota) 35,34 Km/Jam 65,1 Menit

2 E1 (Bus Kota) 8,18 Km/Jam 40,5 Menit


3 O.2 (Mikrolet) 29,64 Km/Jam 52,5 Menit
4 DP1 (Mikrolet) 8,38 Km/Jam 70,0 Menit

Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Jika dilihat dari hasil analisis survei diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa kecepatan perjalanan yang dilakukan oleh
angkutan umum dalam menjalankan kinerjanya masih jauh dari
angka yang disarankan. Hal ini menyebabkan waktu perjalanan
yang terlalu panjang dan harus dialami oleh penumpang dalam
menggunkan fasilitas angkutan umum.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 31


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

7. Waktu Tunggu

Angkutan
Angkutan
umum sudah
umum hanya
terdapat
ada 1
beberapa
penumpang
penumpang

Angkutan umum
sudah penuh dengan
penumpang dan
mulai bergerak maju

Gambar : Waktu tunggu Yang Harus Dilalui Oleh Penumpang Di


Dalam Kendaraaan, Dimana Kendaraan Akan Mulai Begerak Maju Jika
Penumpang Sudah Mulai Penuh

Gambaran diatas merupakan suatu bentuk permasalahan


pelayanan angkutan umum yang diberikan bagi penggunanya.
Waktu tunggu yang lama merupakan salah satu problematika yang
harus dihadapi oleh calon penumpang pada saat jam-jam sibuk
maupun pada saat jam-jam di luar jam sibuk. Fenomena ini

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 32


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

merupakan suatu gambaran kondisi di lapangan yang sering terjadi


baik itu bagi calon penumpang yang menunggu angkutan umum di
terminal maupun bagi calon penumpang yang menunggu di
pinggiran ruas jalan. Hal-hal seperti inilah yang sering membuat
calon penumpang menjadi kurang senang dengan pelayanan yang
diberikan angkutan umum pada saat ini. Situasi yang kurang
menguntungkan bagi penumpang, dimana penumpang yang
menunggu angkutan umum di terminal harus bisa bersabar diri
menunggu gilirannya menaiki angkutan umum kosong lainnya
sampai angkutan tersebut dipenuhi dengan penumpang, barulah
angkutan tersebut bergerak maju secara perlahan. Waktu yang
harus dilalui oleh penumpang untuk menunggu gilirannya
mendapatkan angkutan umum yang kosong belum lagi ditambah
dengan waktu tunggu agar angkutan yang sudah dinaikinya
menjadi penuh dengan penumpang lainnya membuat para
penumpang merasa jenuh dan semakin tidak sabar karena waktu
yang semakin mendesak menunjukkan waktu aktivitasnya segera
dimulai.
Bagi calon penumpang yang menunggu di pinggir jalan,
harus bersabar diri mendapatkan angkutan umum yang masih
cukup kapasitasnya dalam menampung dan mengantarkannya ke
tempat tujuan.
Berikut ini akan dijelaskan gambaran kondisi waktu tunggu yang
harus dialami oleh penumpang Bus Hijau trayek Surabaya-Mojokerto
yang akan diwakili pada waktu-waktu tertentu yaitu pagi,siang, dan
sore.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 33


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Tabel. Perpindahan Moda Perjalanan Penumpang dari


Terminal Joyoboyo
No. Jam Perpindahan Penumpang Waktu
Menunggu
Ya Tidak
Bus (menit)
1 Kali 2 Kali > 2 Kali
1. 06.00 – 09.00 WIB 13 12 8 6 12,028
2. 11.00 – 14.00 WIB 14 5 7 13 18,750
3. 16.00 – 19.00 WIB 14 10 6 12 20,917
Rata-rata 41 27 21 31 17,232
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

Dari keseluruhan waktu survei yang berawal dari Terminal


Joyoboyo, diperoleh bahwa responden/penumpang yang mengalami
pergantian moda kendaraan 1 kali sebesar 41 orang, dan yang tidak
mengalami pergantian moda sebanyak 31 orang. Dari kondisi ini
disimpulkan bahwa keberadaan/rute bus hijau dapat dicapai dengan
mudah oleh masyarakat (aksesibilitasnya tinggi).
Waktu menunggu bus rata-rata sebesar 17,232 menit dan paling
lama sebesar 20,917 menit. Dari hasil ini kemungkinan diperlukan
upaya perbaikan kualitas pelayanan ditinjau dari waktu tunggu
sehingga lebih mendekati kondisi ideal sebesar 5 – 10 menit.

Tabel. Perpindahan Moda Perjalanan Penumpang dari


Terminal Mojokerto
No. Jam Perpindahan Penumpang Waktu
Menunggu
Ya Tidak
Bus (menit)
1 Kali 2 Kali > 2 Kali
1. 06.00 – 09.00 WIB 7 29 0 0 39,444
2. 12.00 – 14.00 WIB 0 27 0 0 48,333
3. 15.00 – 19.00 WIB 4 32 0 0 34,333
Rata-rata 11 88 0 0 40,703
Sumber: Hasil analisis survei primer (2006)

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 34


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Dari keseluruhan waktu survei yang berawal dari Terminal


Mojokerto, diperoleh bahwa responden/penumpang yang mengalami
pergantian moda kendaraan 1 kali sebesar 11 orang, dan yang
mengalami pergantian moda 2 kali sebanyak 88 orang. Dari kondisi
ini disimpulkan bahwa keberadaan/rute bus hijau belum dapat
dicapai dengan mudah oleh masyarakat (aksesibilitasnya rendah).
Waktu menunggu bus rata-rata sebesar 40,703 menit dan paling
lama sebesar 48,333 menit. Dari hasil ini kemungkinan diperlukan
upaya perbaikan kualitas pelayanan ditinjau dari waktu tunggu
sehingga lebih mendekati kondisi ideal sebesar 5 – 10 menit.

8. Angkutan Umum Yang Berbalik Arah Kembali Ke Arah


Sebelumnya

Gambar : Lyn U Yang Berbalik Arah Ke Arah Sebelumnya

Gambar diatas merupakan suatu gambaran dimana lyn U


sudah mulai membelokkan kendaraannya di ruas jalan Rungkut Kidul
ke arah sebelumnya, padahal rute trayek yang harus dilayani oleh lyn
U tersebut berakhir di pangkalan Rungkut. Hal ini banyak dilakukan
oleh beberapa kendaraan angkutan umum jika di dalam

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 35


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

kendaraannya hanya terdapat (sekitar 2-3 penumpang saja), dimana


jumlah penumpang ini masih jauh dari jumlah load faktor yang
diharapkan. Setelah angkutan umum ini menurunkan penumpangnya
di tengah jalan dan telah dioperkan kepada angkutan umum lainnya,
mereka berputar balik ke arah trayek sebelumnya dengan harapan
untuk mendapatkan penumpang yang lebih banyak lagi.
Tindakan yang dilakukan oleh pengemudi angkutan umum ini
banyak yang membuat para penumpang angkutan umum menjadi
kecewa karena tidak jarang dari pihak angkutan umum baru yang
merupakan hasil operan angkutan umum lama menarik biaya lagi
kepada pihak penumpang. Kondisi seperti inilah yang membuat
masyarakat kita kurang tertarik menggunakan angkutan umum
karena pengeluaran yang harus dikeluarkan tidak sedikit jumlahnya

9. Perlakuan Pengemudi Angkutan Umum Yang Kurang Ramah


Terhadap Penumpang

Salah satu hal yang perlu diperhatikan agar penumpang


merasa nyaman menggunakan angkutan umum adalah perlunya
perlakukan pengemudi angkutan umum yang ramah terhadap
penumpangnya.
Hal ini perlu menjadi salah satu sorotan yang perlu dibenahi dalam
memberikan pelayanan kepada penumpang. Karena tidak sedikit
pengemudi yang menunjukkan tingkah laku yang kurang baik kepada
penumpangnya. Hal-hal yang sering dilakukan oleh pihak pengemudi
dan dirasa merugikan pihak penumpang adalah :
1. Pengemudi sering menjalankan kendaraanya dengan kencang
sekali tanpa mempedulikan keselamatan penumpangnya. Hal
inilah yang sering membuat penumpang merasa takut terhadap
keselamatannya dalam menggunakan angkutan umum. Jika ada
salah satu penumpang yang menyarankan pengemudi untuk

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 36


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

2. memperlambat kendaraannya, pengemudi malah berkomentar “


bayar murah koq mau selamat”.
3. Pengemudi terlalu cepat menjalankan kendaraanya pada saat
penumpang yang baru naik kendaraannnya belum sempat
menduduki tempat duduknya. Hal seperti inilah yang membuat
penumpang sering terjatuh di dalam angkutan umum tersebut.
4. Pengemudi sering melakukan tindakan yang sangat tidak disukai
oleh penumpangnya, yaitu memberikan kembalian uang kepada
penumpang yang tidak sesuai jumlahnya. Hal ini sering terjadi
apabila penumpang membayar dengan nilai nominal yang cukup
besar dan perlu uang kembalian.

10. Keamanan Yang Kurang Terjamin


Salah satu hal yang sangat ditakuti oleh penumpang adalah
masalah keamanan dalam menggunakan kendaraan umum. Hal ini
disebabkan semakin maraknya/semakin banyaknya tindakan
kejahatan di dalam kendaraan umum. Tidak jarang tindakan
kejahatan tersebut sering menimpa penumpang angkutan umum
terutama pada penumpang perempuan.
Tindakan kejahatan yang terjadi di dalam kendaraan umum
seharusnya perlu mendapatkan perhatian yang sangat khusus dari
dinas setempat sebagai pengelola kendaraan umum. Hal ini tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut agar masalah keamanan tidak menjadi
momok bagi penggunanya. Karena tindakan kejahatan yang terjadi
saat ini sangat merugikan dan dapat menjadi salah satu kendala
yang menghambat program pemerintah untuk menarik perhatian
masyarakat luas terutama masyarakat ber-kendaraan pribadi untuk
beralih ke kendaraan umum.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 37


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

11. Bau Yang Kurang Sedap

Gambar : Asap Rokok Yang Ditimbulkan Oleh Penumpang


Perokok

Didalam angkutan umum tidak jarang timbul bau yang


kurang sedap yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : bau
yang ditimbulkan oleh asap rokok, dan bau yang ditimbulkan dari
keringat penumpang lainnya. Hal seperti inilah yang kurang dapat
memberikan kenyamanan bagi sebagian besar pengguna angkutan
umum yang tidak menyenangi bau kurang sedap tersebut. Hal-hal
yang kelihatan kecil seperti inilah yang akhirnya menyebabkan
sebagian besar masyarakat kita terutama dari kalangan menengah
ke atas kurang tertarik dalam menggunakan angkutan umum yang
kita miliki sekarang ini.
Pada kenyataannya permasalahan kemacetan lalu lintas yang
terjadi saat ini disebabkan terjadinya penumpukan antara kendaraan
umum dengan kendaraan pribadi. Bagaimana solusi pemecahan
masalah kemacetan dapat mencapai sasaran dengan baik, apabila
masih banyak dari masyarakat kita terutama masyarakat dari
GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 38
DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

kalangan menengah ke atas dapat tertarik menggunakan angkutan


umum jika angkutan umum tersebut tidak dapat memberikan
kenyamanan yang diinginkan.

12. Era Pasar Globalisasi

Gambar : Banyaknya Pengguna Sepeda


Motor Sebagai Akibat Mudahnya
Mendapatkan Sepeda Motor Dengan
Harga Yang Terjangkau

Pada masa sekarang ini, dimana era pasar bebas sudah mulai
diberlakukan. Indonesia negara yang sedang berkembang
merupakan negara sasaran yang sangat mudah dimasuki oleh
negara-negara lainnya dalam menjual hasil produktivitas negaranya.
Salah satu hasil produktivitas yang sangat diminati adalah sepeda
motor sarana transportasi vital bagi masyarakat, dimana kualitas
yang baik dan harga terjangkau yang ditawarkan merupakan daya
tarik tersendiri bagi sebagian besar masyarakat kita. Fenomena

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 39


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

seperti inilah yang membuat sebagian besar masyarakat kita lebih


tertarik menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasinya.
Sehingga kemacetan yang selama ini menjadi permasalahan utama
bagi sistem transportasi perkotaan Surabaya Metropolitan Area
belum dapat diberikan solusi yang tepat dalam pemecahannya.
Keadaan angkutan umum yang belum dapat diandalkan
tingkat pelayanannya menjadi salah satu pendorong masyarakat kita
lebih senang menggunakan kendaraan pribadi terutama sepeda
motor. Karena dengan bentuknya yang simpel ditambah lagi dengan
harga yang sangat terjangkau oleh segala lapisan masyarakat dalam
mendapatkannya menjadikan sepeda motor pada saat ini menjadi
salah satu andalan transportasi masyarakat saatt ini pada umumnya.
Dimana waktu perjalanan dan biaya yang harus dikeluarkan dalam
melakukan aktivitas dengan menggunakan sepeda motor sangat
efesien dan sangat terjangkau.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 40


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

Problem yang juga seringkali terjadi di daerah perkotaaan


adalah kurang berfungsinya angkutan umum secara optimal.
Sejarah kota-kota besar dunia telah membuktikan bahwa salah satu
cara yang paling efektif untuk mereduksi kemacetan di kota-kota
besar adalah dengan optimalisasi angkutan umum. Namun hampir
di seluruh kota besar di Indonesia , angkutan publiknya tidak
berfungsi dengan baik dan cenderung menjadi opsi terakhir
masyarakat sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan oleh
berbagai hal, seperti ktidaknyamanan, ketidakamanan, jadwal yang
yang tidak teratur, kesemrawutan, berhenti dan ngetem di
sembarang tempat, tidak terintegrasi dengan angkutan lain,
sehingga tarif cenderung naik dan tidak diimbangi dengan kenaikan
pelayanan.
Dalam mengatasi permasalahan angkutan umum di
perkotaan, maka perlu adanya regulasi yang jelas terhadap
eksistensi angkutan umum, yang menyangkut :
1. Pembatasan dan efesiensi jumlah armada yang dimaksudkan
agar mencapai load faktor ideal, sehingga kelangsungan
pengusaha angkutan umum dapat terjamin
2. Optimalisasi dan modifikasi trayek secara periodik,
diperlukan agar angkutan umum dapat menjangkau seluruh
wilayah perkotaan, sehingga dapat digunakan oleh seluruh
wilayah perkotaan sehingga dapat digunakan oleh seluruh
lapisan masyarakat, dengan seminimal mungkin berganti
moda.
3. Optimalisasi infrastruktur pendukung angkutan umum yang
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada pengguna
agar dapat memilih jenis angkutan umum yang sesuai dengan
GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 41
DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

4. kondisi pengguna, misalnya dengan membuat angkutan


umum eksekutif, patas, dan lain-lain.
5. Memberikan prioritas kepada angkutan umum seperti
misalnya membangun lajur khusus bus, jalan khusus bus
(busway), dan memberikan fasilitas hijau menerus pada
angkutan umum yang sedang melintas di simpang bersinyal.
6. Peningkatan pelayanan angkutan umum sebagai langkah
upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
serta meningkatkan efesiensi penggunaan prasarana.
Langkah yang dilakukan yaitu dengan melakukan evaluasi
terhadap kapasitas dan frekuensi yang tersedia dan
mengembangkan sistem angkutan umum/massal yang
terpadu dan efesien dengan kemudahan pindah layanan.
7. Menyusun strategi tahapan-tahapan pengembangan sistem
angkutan umum/massal perkotaan dalam bentuk sub-sub
sistem teknologi angkutan yang dapat ditingkatkan
kapasitasnya sesuai pertumbuhan permintaan jasa angkutan
umum/massal.
8. Melakukan tinjau ulang dan penyempurnaan terhadap
peraturan –peraturan pendukung operasional dan perijinan
bagi penyelenggaraan angkutan umum/massal di wilayah
perkotaan dan mendorong peran serta masyarakat/swasta
dalam pengembangannya.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 42


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA
SUB DINAS TEKNIK SARANA DAN PRASARANA, DLLAJ JATIM

1. Undang-undang No. 14 tahun 1992, tentang angkutan umum


adalah Pasal 36
2. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003, tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan
Umum pada Pasal 21
3. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003, tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan
Umum pada Pasal 1
4. PP No. 41 1993 tentang Angkutan Jalan.
5. KM 70 1993 tentang ”Tarif Angkutan Penumpang dan Barang di
Jalan”
6. Peraturan Daerah Kota Surabaya No.7 Tahun 2006 tentang
”Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan
Umum”.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993
Tentang ”Kendaraan dan Pengemudi”.

GAMBARAN PROBLEMATIKA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM 43


DI KAWASAN SURABAYA METROPOLITAN AREA

You might also like