This document provides an introduction to a soil mechanics laboratory report. It discusses the background and definitions of soil, including particle size, water content, and the Atterberg limits that define the different states of fine-grained soils. The objectives of the experiment are to compact soil samples to remove air from pores, determine the best compaction method, and find the maximum compaction value at different water contents.
This document provides an introduction to a soil mechanics laboratory report. It discusses the background and definitions of soil, including particle size, water content, and the Atterberg limits that define the different states of fine-grained soils. The objectives of the experiment are to compact soil samples to remove air from pores, determine the best compaction method, and find the maximum compaction value at different water contents.
This document provides an introduction to a soil mechanics laboratory report. It discusses the background and definitions of soil, including particle size, water content, and the Atterberg limits that define the different states of fine-grained soils. The objectives of the experiment are to compact soil samples to remove air from pores, determine the best compaction method, and find the maximum compaction value at different water contents.
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukiuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-lain. Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan adanya daya serap air (absorbed water) di sekililing permukaan dari partikel lempung. Pada awal tahun 1990, seorang ilmuwan dari swedia bernama Atterberg mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar air sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lempek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu: padat, semi-padat, plastis, dan cair. Kadar air dinyatakan dalam persen, di mana terjadi transisi dari keadaan padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Kadar air di mana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limit), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal juga sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg Limit).
Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang pemadatan tanah.Pemadatan adalah proses pengeluaran udara-udara yang berada dalam pori- pori tanah dengan cara mekanis. Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat memahami tentang penentuan batas cair dan batas plastis serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
1.2 Tujuan percobaan:
1. Untuk mengelurkan udara yang ada dalam tanah. 2. Untuk mengetahui cara serta perhitungan dari pemadatan tanah 3. Untuk mengetahui nilai maksimum dari pemadatanyang terbaik/maksimum pada kondisi kadar air.