You are on page 1of 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia, yang terdiri dari lima

sila negara yang perumusannya tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945. Pancasila merupakan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia dihayati sebagai corak yang khas dan

tidak bisa dipisahkan dari bangsa Indonesia. Pancasila juga berfungsi sebagai

pandangan hidup bangsa yang didalamnya terkandung konsepsi dasar mengenai

kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan

mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itu, Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai luhur

budaya bangsa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.

Pancasila memiliki nilai-nilai luhur dalam setiap sila Pancasila yang harus

di amalkan oleh seluruh rakyat Indonesia agar dapat mencapai tujuan hidup

bangsa. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur bangsa yaitu nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila tersebut

tumbuh dan berkembang dari dalam diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila

bagi bangsa Indonesia manjadi landasan, dasar, serta motivasi atas segala

perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.

Dengan perkataan lain, nilai-nilai Pancasila merupakan das “Sollen” atau cita-cita

tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das

“Sein”.
2

Pancasila adalah dasar tertinggi bangsa Indonesia di mana nilai- nilai yang

terkandung di dalam rumusan Pancasila mencakup seluruh aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara tak terkecuali di lingkungan akademik dan

kemahasiswaan atau disebut sebagai “Masyarakat Intelektual”, karena Mahasiswa

adalah miniatur masyarakat intelektual yang memiliki keberagaman pemikiran,

gagasan dan ide-ide penuh kretif. Mahasiswa tidak hanya dituntut pandai dan

mampu dalam bidang akademik yang ditekuni, akan tetapi mahasiswa harus

menjadi The Power of Change yaitu mahasiswa yang mampu menjadi ujung

tombak pembangunan masa depan bangsa.

Contoh kecil mahasiswa dalam memperaktekkan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan akademik dan kemahasiswaan adalah:

1. Bermoral. berperilaku baik, santun terhadap sesama, oranglain dan pengajar.

2. Mentaati peraturan-peraturan yang ada di kampus.

3. Ikut berperan dalam menentukan program-program, aturan-aturan dan

kesejahteraan dari lembaga yang ada di kampus.

4. Kritis terhadap suatu masalah atau persoalan yang ada.

5. Menciptakan terobosan-terobosan, ide-ide dan gagasan baru yang berdampak

positif bagi kehidupan lingkungan kampus dan masyarakat sekitar kita.

Bermoral, berperilaku baik, dan santun adalah awal dari sebuah image

masyarakat atau orang lain terhadap m6ahasiswa dalam mempraktekkan nilai-

nilai Pancasila.Mentaati peraturan-peraturan yang ada di kampus juga merupakan

nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan kehidupan akademik yang lebih baik.

Keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi kampus dapat

mengembangkan pengetahuan di bidang moralitas dan sosial, di mana


3

perkembangan tersebut merupakan kekuatan bagi perguruan tinggi yang handal,

tantangannya adalah adanya polarisasi antara kegiatan akademik dan kegiatan

sosial.

Mahasiswa yang kritis terhadap suatu masalah akan melahirkan

masyarakat intelektual yang mampu menciptakan terobosan-terobosan, ide-ide

dan gagasan baru yang berdampak positif bagi kehidupan lingkungan kampus,

masyarakat, bangsa dan negara.

Mahasiswa dapat menguraikan nilai-nilai Pancasila di dalam organisasi,

karena melalui organisasi mahasiswa akan bersosialisasi dan bekerja sama dengan

rekan-rekan yang bisa jadi berbeda latar belakang, suku, ras maupun agama.

Kaitannya dengan sila ke-1 adalah terciptanya toleransi antar umat beragama

yang nantinya dapat mencegah adanya diskriminasi sehingga perlakuan kepada

setiap orang sama tanpa alasan. Dari kesetaraan perlakuan inilah nantinya antar

aktivis di dalam organisasi tersebut akan merasakan sikap saling meghormati dan

menghargai sehingga kedepannya mereka yang dapat menjalin kebersamaan di

antara mahasiswa, bersatu, bulat tidak terpecah karena di dalam organisasi setiap

anggota memiliki tujuan yang sama dalam mengembangkan organisasinya.Namun

pada prakteknya dalam menjalankan tujuan organisasi pasti selalu ada kendala-

kendala yang jika diperhatikan memang memberi kesan tersendiri dalam

penanggapannya, melalui permasalahan tersebut organisasi dapat menerapkan

sila ke-4 Kemusyawaratan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusayawaratan Perwakilan, asas demokrasi terealisasi disini, mahasiswa juga

mendapat kesempatan untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin.


4

Implementasi Pancasila dalam organisasi mahasiswa yakni sebagai

berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa

Toleransi antar umat beragama membawa kita kepada suatu jalur visi dan misi

yang sama dalam kehidupan berorganisasi.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Mengakui persamaan derajat hak dan kewajiban manusia serta menghormati

adanya perbedaan gender, ras, kasta, angkatan atau sesama anggota.

3. Persatuan Indonesia

Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keselamatan umum diatas

kepentingan pribadi atau golongan.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

Mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap

pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama. Musyawarah untuk

mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menjunjung tinggi rasa

keadilan.

Dari beberapa poin Pancasila dalam organisasi kemahasiswaan ada beberapa

nilai Pancasila yang tumbuh dalam badan organisasi yaitu antara lain :

1. Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan

atas setiap keputusan.


5

2. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai

mufakat dengan mengusung asas kebersamaan.

3. Menghargai adanya perbedaan pendapat sebagai suatu fenomena yang wajar

terjadi dalam sebuah organisasi demi terciptanya dinamika.

4. Menghargai perbedaan gender, ras, agama, suku dll.

5. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

6. Memupuk rasa kekeluargaan pada tiap anggota.

Namun pengamalan Pancasila dalam tubuh organisasi mahasiswa belum

sepenuhnya di lakukan. Masih banyak organisasi kemahasiswaan yang berdiri

atas kepentingan golongan atau pribadi. Penyelewengan demokrasi dalam

organisasi masih banyak kita jumpai di Indonesia. Contohnya, mahasiswa masih

ada yang melakukan demonstrasi secara anarkis. Masih banyak juga mahasiswa

yang tidak menggunakan etika sebagai kaum intelektual di forum-forum resmi.

Dan masih banyak pula mahasiswa yang menjadikan organisasi

kemahasiswaannya sebagai kendaraan politik demi keuntungan pribadi atau

golongannya.

Keikutsertaan mahasiswa dalam sebuah perkumpulan/organisasi

kemahasisaan (Ormawa) merupakan hak yang melekat dalam diri mahasiswa

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang

Perguruan Tinggi pasal 109 ayat 1 point (h) dan (i) yang menyatakan bahwa:

1. Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui perwakilan/organisasi

kemahasiswaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan tata

kehidupan bermasyarakat.

2. Ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa perguruan tinggi yang


6

bersangkutan.

Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan oleh penulis

permasalahan mahasiswa dalam berorganisasi khususnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar seperti tawuran, konflik antar kelompok terjadi karena

kurangnya pemahaman nilai-nilai Pancasila. Indikasi mulai berkurangnya

pengetahuan dan pengamalan Pancasila pada mahasiswa antara lain masih di

temukan mahasiswa yang tidak hafal sila Pancasila, mulai lunturnya rasa

persatuan dan kesatuan antar pengurus organisasi dalam berorganisasi dan

berkurangnya sikap cinta tanah air dan terjadinya degradasi moral di kalangan

mahasiswa.

Di Universitas Muhammadiyah Makassar masih dijumpai beberapa

perilaku berorganisasi mahasiswa yang belum menampilkan akhlak yang

mencerminkan pengalaman sila Pancasila. Sikap ramah, sopan santun, suka

menolong, dan menghormati orang lain sepertinya masih kurang melekat pada

diri sebagian mahasiswa. Namun demikian, banyak juga perilaku berorganisasi

mahasiswa yang sudah menampilkan akhlak terpuji yang mencerminkan

pengamalan sila Pancasila.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti berpendapat bahwa

organisasi mahasiswa juga mempunyai peran yang sangat penting dalam

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Mengingat pentingnya implementasi

nilai-nilai Pancasila dalam berorganisasi dan untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai pengamalan nilai-nilai Pancasila di Universitas Muhammadiyah

Makassar maka peneliti tertarik melakukan penelitian “Implementasi Nilai-nilai

Pancasila terhadap Perilaku Berorganisasi Mahasiswa di Universitas


7

Muhammadiyah Makassar”

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai moral Pancasila terhadap perilaku

berorganisasi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dalam mengimplementasikan

nilai-nilai moral Pancasila terhadap perilaku berorganisasi mahasiswa di

Universitas Muhammadiyah Makassar?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam mengimplementasikan

nilai-nilai moral Pancasila terhadap perilaku berorganisasi mahasiswa di

Universitas Muhammadiyah Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui:

1. Implementasi nilai-nilai moral Pancasila terhadap perilaku

berorganisasi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Faktor-faktor yang mendukung dalam mengimplementasikan nilai-

nilai moral Pancasila terhadap perilaku berorganisasi mahasiswa di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Faktor-faktor yang menghambat dalam mengimplementasikan nilai-

nilai moral Pancasila terhadap perilaku berorganisasi mahasiswa di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

D. Manfaat Penelitian
8

Selain memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

pendidikan mengenai implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap perilaku

mahasiswa melalui organisasi mahasiswa.

2. Manfaat kebijakan

Secara kebijakan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemikiran

dasar orang banyak yang menganggap bahwa pendidikan nilai-nilai Pancasila

di Indonesia hanya sebatas hapalan semata dan tidak diaplikasikan. Apabila

masalah ini dibiarkan saja maka ditakutkan masyarakat tidak akan percaya

lagi kepada pendidikan di Indonesia.

3. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:

1. Bahan masukan bagi pengambil kuliah, berpartisipasi aktif dalam

penanaman nilai-nilai moral Pancasila kepada anggota masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang mengkaji masalah ini

namun dalam pendekatan dan penyajian yang lebih komprehensif.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Nilai-nilai Pancasila

1). Pengertian Nilai

(Rukiyati, 2013: 51) menyatakan bahwa istilah ”nilai dipakai untuk


menunjukkan kata benda abstrak yang artinya“Keberhargaan” atau
kebaikan. Disamping itu nilai juga menunjuk kata kerja yang
artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau
melakukan penilaian”.

Dalam nilai terkandung cita-cita, harapan serta keharusan, maka

jika berbicara tentang nilai maka yang dibicarakan tentang hal yang ideal.

Nilai dipakai manusia sebagai landasan, motivasi dan pedoman dalam

segala perbuatan dalam hidupnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

adalah sifat yang melekat pada suatu objek yang didalamnya terdapat

cita-cita, harapan dan keharusan dan sesuatu yang dianggap ideal.

2). Pengertian Pancasila

a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis

Pengertian Pancasila secara etimologis berarti memaknai

Pancasila berdasarkan asal usul kata Pancasila. Secara etimologis istilah

“Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta.

Menurut Muhammad Yamin (Kaelan, 2011: 21) dalam bahasa


Sansekerta Pancasila memiliki 2 macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”, “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”,
“alas”, atau“dasar”, “syiila” vockal I panjang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
10

Kata-kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dan

diartikan “susila” yang berkaitan dengan moralitas. Oleh karena hal

tersebut secara etimologis diartikan sebagai “Panca Syila” yang memiliki

makna berbatu sendi lima atau secara harafiah berarti “dasar yang

memiliki lima unsur”.

Berdasarkan Penjelasan di atas maka secara etimolgis Pancasila

dapat diartikan sebagai dasar/landasan hidup yang berjumlah lima unsur

atau memiliki lima unsur.

b. Pengertian Pancasila Secara Historis

Proses perumusan Pancasila dimulai pada sidang pertama Badan

Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh

dr. Radjiman Widyodiningrat. Pada sidang Badan Penyelidik Usaha

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang pertama dibahas mengenai

masalah rumusan dasar negara yang akan dibentuk. Pada sidang BPUPKI

ini ada tiga tokoh yang mengusulkan rumusan dasar negara yaitu

Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, dan Dr. Soepomo.

Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato mengenai calon

rumusan dasar negara yang diberi nama Pancasila. Pancasila memiliki arti

lima dasar. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan pada

tanggal 18 Agustus 1945 disahkan Undang-Undang dasar 1945 termasuk

Pembukaaan Undang-Undang dasar 1945. Dalam Pembukaan Undang-

Undang dasar 1945 termuat lima prinsip dasar yang dijadikan dasar negara

yang kemudian dikenal dengan istilah Pancasila. Sejak saat itu Pancasila

menjadi istilah umum walaupun dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar


11

1945 tidak disebutkan istilah “ Pancasila”, namun dasar negara Indonesia

dikenal dengan istilah Pancasila.

c. Pengertian Pancasila Secara Terminologis

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

melahirkan negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia

membutuhkan seperangkat alat-alat perlengkapan sebagai negara seperti

negara-negara lain yang merdeka. Dalam sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 berhasil

mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.

Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tercantum

rumusan Pancasila yaitu :

(1) Ketuhanan yang Maha Esa

(2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

(3) Persatuan Indonesia

(4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

(5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagimana tercantum dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar

sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang

mewakili seluruh rakyat Indonesia.

3). Makna Sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka Pancasila merupakan suatu

sistem nilai. Dalam sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang


12

memiliki perbedaan satu sama yang lainnya tetapi nilai-nilai tersebut

merupakan sautu kesatuan yang sistematis. Nilai-nilai sila Pancasila tidak

dapat dilepaskan keterkaitannya dengan nilai-nilai pada sila Pancasila yang

lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila adalah sebagai

berikut:

a. Sila Ketuhanan yang maha Esa

Sila Ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai-nilai yang

menjiwai keempat sila lainnya. Negara di dirikan sebagai penjawantahan

tujuan manusia sebagai Makhluk Tuhan yang Maha Esa. Segala hal yang

berkaitan dengan penyelenggaraan negara harus dijiwai oleh nilai-nilai

Ketuhanan yang Maha Esa.

Rukiyati, dkk (2013: 58) arti dan makna sila Ketuhanan yang

Maha Esa antara lain adalah sebagai berikut:

1) Mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa yang merupakan


pencipta seluruh apa yang ada di alam semesta.
2) Menjamin penduduk untuk dapat memeluk suatu agama dan
dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-
masing.
3) Warga negara wajib mempunyai agama dan tidak di
perbolehkan atheis.
4) Menjamin tumbuh dan berkembangnya agama dan saling
toleransi antar umat beragama.
5) Negara menjadi fasilitator tumbuh dan berkembangnya agama
serta menjadi moderator jika terjadi konflik antar agama.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung arti

kesadaran sikap dan perilaku manusia sesuai nilai-nilai moral dengan

memperlakukan sesuatu dengan semestinya. Dalam sila Kemanusiaan

yang Adil dan Beradab terkandung nilai-nilai bahwa negara harus dapat
13

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia harus dapat mewujudkan tujuan

tercapainya harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia adalah hal

yang paling dasar yang harus dijamin dalam pemerintahan di Indonesia.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan perwujudan manusia

yang bermoral, berbudaya dan beragama.

Kehidupan berbangsa dan bernegara harus dilandasi oleh sifat adil

karena hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya

harus mempunyai sifat adil. Dalam hukum di Indonesia manusia

mempunyai kedudukan yang sama serta mempunyai hak yang sama

sebagai warga negara Indonesia. Manusia harus bersikap adil terhadap diri

sendiri, sesama manusia, masyarakat bangsa dan negara, lingkungan serta

kepada Tuhan yang Maha Esa.

Darmadiharjo (1996) dalam Kaelan (2010: 81) bahwa “konsekuensi


nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghargai
kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, agama, ras
keturunan, dan status sosial. Mengembangkan sikap saling mencintai
sesama manusia, saling meghormati, serta menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan”.

c. Sila Persatuan Indonesia

Makna persatuan artinya menjadi satu dan tidak terpecah atau

terpisah- pisah. Makna Persatuan Indonesia sering dikaitkan degan rasa

Nasionalisme. Nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air dan adanya

perasaan bersatu sebagai suatu bangsa atau negara. Nilai-nilai

nasionalisme harus tercermin dalam segala aspek kehidupan berbangsa

dan bernegara.
14

Rukiyati dkk (2013: 61) menyatakan bahwa “pokok-pokok pikiran


yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia adalah
nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, menggalang persatuan
dan kesatuan bangsa, menghilangkan penonjolan atau kekuasaan
keturunan dan perbedaan warna kulit serta menumbuhkan rasa
senasib dan seperjuangan”.

Berdasarkan berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

sila Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai yang dapat menjadikan

Indonesia bersatu, tidak terpecah belah dan menumbuhkan sikap rasa

nasionalisme serta kebersamaan sebagai suatu bangsa. Persatuan Indonesia

menghendaki warga masyarakat bersatu padu demi mencapai tujuan

bersama sebagai bangsa dan negara yang berdaulat.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai filosofis yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang di

pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

adalah bahwa hakikat negara adalah perwujudan dari sifat manusia sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial. Rakyat merupakan sekelompok

manusia yang hidup bersama di suatu wilayah negara untuk mencapai

tujuan bersama. Rakyat adalah kekuatan terbesar negara. Negara adalah

oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Dalam sila Kerakyatan yang di

pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

terkandung nilai demokrasi. Demokrasi dalam negara harus dijamin secara

bebas namun demokrasi juga harus disertai dengan rasa tanggung jawab

oleh warga negara.

Sila Kerakyatan yang di pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan juga mengandung pokok pikiran tentang


15

permusyawaratan yang artinya mengusahakan keputusan bersama secara

bulat yang dilakukan dengan pengambilan keputusan secara bersama.

Dalam menjalankan keputusan bersama harus disertai dengan rasa

kejujuran dan tanggung jawab bersama.

Dapat disimpulkan dalam sila Kerakyatan yang di pimpin oleh

Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung

nilai demokrasi yang bertanggung jawab bagi warga negara, penjaminan

hak warga negara untuk berpendapat dimuka umum, dan pengambilan

suatu keputusan secara bulat dan bijaksana serta dilaksanakan dengan

penuh rasa kejujuran dan tanggung jawab.

e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan artinya adalah memberikan sesuatu hal kepada seseorang

sesuai dengan haknya. Dalam sila kelima nilai keadilan harus terwujud

dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut harus

dijiwai oleh hakikat keadilan yaitu adil terhadap diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Rukiyati dkk (2013: 63) menyatakan “pokok pikiran yang perlu


dipahami dalam sila kelima ini adalah kemakmuran yang merata
bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat, seluruh
kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan
bersama menurut potensi masing-masing, serta melindungi yang
lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
bidangnya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

keadilan harus diwujudkan dalam kehidupan sosial atau kehidupan

bersama warga negara. Negara juga harus memberikan keadilan kepada

setiap warga negara sesuai dengan hak dan kewajibannya. Nilai-nilai


16

keadilan juga harus dapat dijadikan dasar oleh negara untuk mewujudkan

tujuan negara yaitu mensejahterakan seluruh rakyat, melindungi seluruh

rakyat, dan juga mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.

5). Implementasi Nilai-nilai Pancasila

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan definisi implementasi tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila adalah pelaksanaan atau pengamalan

nilai-nilai Pancasila yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas.

Pancasila sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus

dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan agar cita-cita dan harapan

bangsa Indonesia dapat tercapai.

Butir-butir pengamalan sila Pancasila berdasarkan Tap MPR Nomor

I/MPR/2003:

a) Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya

terhadap Tuhan yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan yang Maha Esa,

sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara

pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda


17

terhadap Tuhan yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esaadalah masalah

yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang Maha

Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan

ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang

Maha Esa kepada orang lain.

b) Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap

manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,

jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.
18

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan

bangsa lain.

c) Sila ketiga: Persatuan Indonesia

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila

diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d) Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaran / Perwakilan

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia

mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat

kekeluargaan.
19

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai

sebagai hasil musyawarah.

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan

melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani

yangluhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan

kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk

melaksanakan pemusyawaratan.

e) Sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan


20

dan gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan

dan kesejahteraan bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial. (Tap MPR no 1/MPR/2003)

Secara umum, pengamalan sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Pengamalan secara objektif

Pengamalan objektif dilakukan dengan menataati peraturan

perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang berdasarkan

Pancasila. Menurut Kaelan (2010: 259) menyatakan bahwa pengamalan

Pancasila yang obyektif yaituaktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang

kehidupan bernegara yang meliputi kelembagaan negara dan bidang-bidang

lainnya seperti ekonomi, politik, hukum terutama penjabarannya dalam

undang-undang.

Pengamalan secara objektif membutuhkan dukungan kekuasaan

negara dalam menerapkannya. Setiap warga negara atau penyelenggara

negara tidak boleh menyimpang dari peraturan perundang-undangan, jika

menyimpang maka akan dikenakan sanksi. Pengamalan secara objektif

bersifat memaksa artinya jika ada yang melanggar aturan hukum maka akan

dikenakan sanksi. Pengamalan secara objektif ini merupakan konsekuensi


21

dari mewujudkan nilai Pancasila sebagai norma hukum negara.

b. Pengamalan secara subjektif

Pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-

nilai Pancasila secara pribadi atau kelompok dalam berperilaku atau bersikap

pada kehidupan sehari-hari. Pengamalan secara subjektif dilakukan oleh siapa

saja baik itu warga negara biasa, aparatur negara, kalangan elit politik

maupun yang lainnya.Pancasila menjadi sumber etika dalam bersikap dan

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Melanggar norma etik tidak

mendapat sanksi hukum namun akan mendapat sanksi dari diri sendiri.

Adanya pengamalan secara subjektif ini merupakan konsekuensi dari

mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik bangsa dan negara.

Inti nilai-nilai Pancasila beserta indikator kaedah implementasinya

menurut Ketut Rindjin (2012: 192-193) sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator kaedah implementasi nilai-nilai Pancasila

Pancasila Nilai-nilai Kaidah Implementasi

1. Ketuhanan yang 1. Ketakwaan personal 1. Sembahyang,berdoa, membaca


Maha Esa buku suci, berguru pada tokoh
agama
2. Mengakui kebebasan
beragama/kepercayaan kepada
Tuhan yang Maha Esa
2. Ketakwaan 1. Menyayangi semua makhluk
sosial/publik ciptaan tuhan yang Maha Esa
2. Mengakui keberagaman
agama/kepercayaan pada Tuhan
yang Maha Esa
3. Mempunyai toleransi
22

agama/kepercayaan kepada Tuhan


yang Maha Esa
4. Membantu yang lemah, menderita
dan miskin

2. Kemanusiaan yang 1. Kemanusiaan 1. Mengakui kesamaan derajat


Adil Dan Beradab manusia
2. Menyayangi ,menolong, kerja
sama sesama manusia
3. Mengakui kebutuhan jasmani
rohani dan individusosial
4. Memegang teguh dan menerapkan
kejujuran, kebenaran dan keadilan
1. Memberlakukan semua manusia
2. Keadilan dan sama
keberadaban 2. Memberlakukan aturan emas
3. Menaati semua norma yang
berlaku
4. Mengakui hak atas perlindungan
dari kekerasan mengembangkan
diri dan memeroleh pendidikan
5. Berlaku sopan santun, ramah,
tamah, dan rendah hati

3. Persatuan Indonesia 1. Persatuan 1. Mengakui negara persatuan


2. Menyatupadukan semua unsur
yang berbeda
3. Mengakui manfaat persatuan
4. Mengutamakan kepentingan
masyarakat dan bangsa diatas
kepentingan pribadi dan golongan

4. Kerakyatan yang 1. Kerakyatan 1. Mengakui daulat rakyat


23

Dipimpin oleh 2. Kekuasaan berasal dari rakyat dan


Hikmat untuk rakyat
Kebijaksanaan dan 3. Kebebasan berserikat, berkumpul,
Permusyawaratan dan menyatakan pendapat
Perwakilan 1. Mengambil keputusan
2. Dipimpin oleh
berdasarkan pikiran yang rasional
hikmat
dan bijaksana
kebijaksanaan
2. Mengutamakan pengambilan
dalam
keputusan berdasarkan
permusyawaratan
musyawarah mufakat
perwakilan
3. Mengikutsertakan anggota/rakyat
dalam kehidupan berorganisasi,
bernegara dan berbangsa

5. Keadilan Sosial 1. Pengakuan hak 1. Menciptakan pekerjaan sendiri,


bagi Seluruh Rakyat hidup manusia tetapi pemerintah menciptakan
Indonesia sesuai dengan lapangan pekerjaan serta
harkat dan memberikan jaminan sosial
martabatnya 2. Mereka yang menganggur diberi
2. Pengakuan hukum pelatihan kerja
kerja dan etos kerja
3. Menganjurkan
kerja gotong royong

2. Perilaku Organisasi

1). Pengertian Perilaku

Sebagai makhluk sosial (zoon politicon),manusia tidak akan terlepas dari

berinteraksi sesamanya. Manusia membutuhkan manusia lain, bahkan

dalam bentuk yang paling sederhana misalnya meminta selembar kertas

untuk menulis. Keberadaan sebagai makhluk sosial inilah yang kemudian


24

mendorong inidvidu untuk senantiasa menjalin hubungan dengan individu

lainnya. Selain antar individu, hubungan yang terjadi pun dapat dalam

bentuk hubungan antar kelompok, hubungan dalam organisasi, dan

hubungan lainnya. Dalam kerangka inilah yang kemudian muncul istilah

perilaku.

Menurut Marihot (2006: 1) “Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau


reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Ini mensyaratkan
bahwa sebuah perilaku hanya akan terjadi jika terdapat rangsangan
yang menstimulus individu. Dengan kata lain, perilaku hanya akan
terjadi ketika individu memberikan respon terhadap rangsangan yang
dia terima dari lingkungannya”.

Oleh karena itu, Adanya perilaku sejalan dengan adanya reaksi tau

respon yang diberikan individu terhadap rangsangan yang dia terima ketika

melakukan proses interaksi.

2). Pengertian organisasi dan Tujuan Organisasi

Organisasi adalah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang

untuk bekerjasama, terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu.

Organisasi biasanya memanfaatkan suatu sumber daya tertentu misalnya

lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang, dan beberapa sumber

daya lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Orang-orang

yang terkumpul dalam sebuah organisasi sepakat untuk mencapai tujuan

tertentu melalui sumber daya secara sistematis dan rasional yang terkendali

dan adanya pemimpin organisasi yang akan memimpin operasional

organisasi dengan terencana.

Menurut Robbins (2006: 9) “Organisasi adalah kesatuan sosial


yang di koordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang
dapat diidentifikasi, untuk mencapai tujuan bersama dan sistem
yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara
25

teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk


mencapai suatu tujuan”.

Pada dasarnya organisasi memiliki tujuan, baik itu tujuan pribadi

ataupun tujuan bersama yang harus dilakukan dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Tujuan organisasi itu harus dirumuskan dan

ditetapkan dengan jelas. Wursanto (2003: 220) memandang tujuan

organisasi penting karena alasan sebagai berikut :

1. Tanpa tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan mempunyai


arah.
2. Tanpa tujuan yang jelas, organisasi tidak dapat ada artinya dan
hanya menimbulkan pemborosan belaka.
3. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan
bentuk dan struktur organisasi.
4. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan
jumlah dan menetapkan pegawai.
5. Tujuan yang jelas akan memberikan perangsang kerja pada para
anggota organisasi.
6. Tujuan yang jelas akan mempermudah pelaksanaan kordinasi,
karena sadar semua anggota organisasi bekerja ke tujuan yang
sama, yaitu tujuan organisasi.
7. Tujuan yang jelas merupakan awal dari penerapan
strategi,siasat, metode dan prosedur yang akan dipergunakan.
8. Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada organisasi.

3). Perilaku Individu dalam Organisasi

Perilaku Organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-

aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok

tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi

terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh

manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah

untuk mendeterminasi bagaimanakan perilaku manusia itu mempengaruhi

usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Perilaku organisasi dalam buku Marihot (2006:3) merupakan “sikap


dan tingkah laku anggota sebagai individu, sebagai anggota suatu
26

kelompok, dan sebagai anggota organisasi dalam lingkup suatu


organisasi otau lingkungan kerja (Work setting), bukan dalam
lingkungan umum misalnya masyarakat”.

Karakter yang dibawah individu ke dalam tatanan organisasi

kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman

masa lalunya. Ini semuanya adalah karakteristik yang dipunyai individu,

dan karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala ia akan memasuki

sesuatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya.

Gito Sudarmo (2000: 4) memberikan defenisi bahwa “perilaku


keorganisasian adalah merupakan bidang ilmu yang mempelajari
tentang interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara
sistematis tentang perilaku, struktur dan proses di dalam organisasi”.

Untuk jelasnya dapat di ilustrasikan dalam gambar model perilaku

organisasi seperti dibawah ini.

Karakteristik
Individu Kemampuan
Kebutuhan
Kepercayaan
Pengalaman
Pengharapan

Perilaku Individu
dalam Organisasi

Karakteristik
Organisasi Hirarki
Tugas-tugas
Wewenang Tanggung
jawab Sisten reward
Sistem Kontrol
Bagan 1. Model Perilaku Organisasi
27

3. Organisasi Mahasiswa

1). Pengertian Mahasiswa

Menurut M. Rusli Karim (1985: 312) “Mahasiswa adalah


kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu
dalam lembaga pendidikan formal dan menekuni berbagai bidang
tersebut di suatu tempat yang di namakan universitas. Kelompok
ini sering juga disebut sebagai “Golongan intelektual muda” yang
penuh bakat dan potensi”.

Disamping itu mahasiswa juga semestinya mempunyai perilaku

yang patut menjadi teladan para adik – adiknya yang masih duduk di

bangku sekolah. Namun posisi yang demikian ini sudah barang tentu

bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi

mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam

kehidupan suatu negara atau masyarakat. Sebagai kontrol sosial,

Masyarakat adalah sekumpulan populasi dengan beragam karakter.

Banyak sekali aspek sosial yang harus dipenuhi agar tidak terjadi

ketimpangan yang rentan memicu konflik. Jika kondisinya berlawanan,

maka dapat dipastikan adanya konflik kecil yang bisa timbul di

mahasiswa maupun masyarakat. Di sinilah peran mahasiswa. Kontrol

dari kondisi-kondisi sosial merupakan implementasi nyata mahasiswa

untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat. Memanfaatkan

media sangat atraktif bila diterapkan. Jika menyadari peran dalam

masyarakat sewajarnya mahasiswa menjadi harapan masyarakat dan

bukan sekadar penganut hedonistik. Sebagai cadangan potensial,

sebagaimana pengertian mahasiswa sendiri yang berarti suatu kelompok

yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu. Disinilah kesadaran para

mahasiswa yang harus ditekankan, bahwa sebagai mahasiswa yang


28

nantinya akan mempunyai suatu keahlian dalam bidang-bidang ilmu

tertentu harus wajib mengamalkannya dalam masyarakat luas. Ini semua

semata-mata untuk kemajuan Bangsa dan Negaranya sendiri.

Dari uraian diatas bisa diambil fungsi dan peran mahasiswa yaitu:

a. Agent Of Change

Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat

pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya

mengusir penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan

pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat.

Dalam artian kita tidak hanya menjadi penggagas perubahan,

melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut.

Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar

dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi

gerah dan cemas.

b. Direct Of Change

Mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena sumber

daya manusianya yang banyak.

c. Iron Stock

Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang calon

pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi

yang telah ada, sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu

spesifik saja. Perlu adanya soft skill seperti leadership, kemampuan

memposisikan diri, dan sensitivitas yang tinggi.


29

d. Moral Force

Mahasiswa adalah kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.

Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam

peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu

mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya

dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik

bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa

adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang

memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih

tinggi. Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak

ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada

kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah

dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah

ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan

lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan

generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat

dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar

memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.

e. Social Control

Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang

tidak beres atau ganjil dalam masyrakat. Mahasiswa sudah

selayaknya memberontak terhadap kebusukan-kebusukan dalam

birokrasi yang selama ini dianggap lazim.


30

2). Pengertian Organisasi Mahasiswa

Organisasi mahasiswa (Ormawa) merupakan suatu kelompok

orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama di bawah satu

kepemimpinan yang beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat,

minat, dan potensi mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan dibagi menjadi

dua, yaitu organisasi intra kampus dan ekstra kampus.

Organisasi mahasiswa intra kampus adalah organisasi mahasiswa

yang berada di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat pendanaan

kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi atau dari

Kementerian/Lembaga. Misalnya seperti Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ).

Sedangkan organisasi ekstra kampus merupakan organisasi

mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau

perguruan tinggi. Organisasi mahasiswa ekstra kampus di Indonesia

antaralain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),

HimpunanMahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia(KAMMI),dll.Organisasi-organisasi kemahasiswaan tersebut

baik intrakampus maupun ekstra kampus telah memberikan peran positif

dalam memberikan pemahamanterhadap kehidupan demokrasi di

lingkungan kampus.

Sukirman (2004: 72) menjelaskan bahwa “Organisasi


kemahasiswaan merupakan bentuk kegiatan di perguruan tinggi
yang di selenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
mahasiswa”.
31

Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan

diri mahasiswa kearah perluasan wawasan praktikkehidupan bernegara,

dalam hal ini organisasi kemahasiswaan dapat berbentuk sebagai

organisasi intra universitas maupun organisasi ekstra universitas.

Menurut Sudarman (2004:34-35) yang mengatakan bahwa


“Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan
kegiatan ekstra kulikuler mahasiswa di perguruan tinggi yang
meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat, dan
kegemaran mahasiswa itu sendiri”.

Dengan demikian mahasiswa dapat mengembangkan

kreativitas,kepekaan, daya kritis, keberanian dan kepemimpinan serta

kebangsaan.Menurut Darmawan (2010:5-6) organisasi kemahasiswaan

didalamnyasetidaknya meliputi:

1. Sumber Daya Manusia yang beragam (karena organisasi adalah


kumpulan manusia).
2. Sumber daya alam dan lingkungan.
3. Tujuan yang hendak dicapai.
4. Sarana atau instrument yang digunakan dalam mencapai tujuan
yang dimaksud.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia

sangat berbeda-beda, sejauh mana organisasi tersebut akan bertahan dengan

jati diri dan untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi tersebut. Dengan

demikian apabila salah satu komponen diatas tidak ada, maka organisasi

tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

3). Macam-macam organisasi mahasiswa

Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan

sarana pengembangan diri mahasiswa yang diharapkan dapat

meningkatkan penalaran dan keilmuan serta arah profesi mahasiswa

menampung kebutuhan, menyalurkan minat, dan kegemaran serta


32

meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Silvia Sukirman (2004:72-73) “Organisasi kemahasiswaan


terdiri dari Organisasi kemahasiswaan intra universitas, disebut juga
organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi adalah organisasi
kemahasiswan yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang
bersangkutan, seperti; Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT),
Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ)”.

Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan

pendidikan tertinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak di seluruh

aspek kehidupan serta merupakan generasi yang bersinggungan langsung

dengan kehidupan akademis dan politik. Oleh karenanya, mahasiswa

berorganisasi dengan membentuk student government dalam rangka

pengembangan dirinya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan

ekstra kampus. Organisasi-organisasi kemahasiswaan tersebut baik intra

kampus maupun ekstra kampus telah memberikan peran positif dalam

memberikan pemahaman terhadap kehidupan demokrasi di lingkungan

kampus.

4). Manfaat organisasi untuk generasi muda

Peran mahasiswa terhadap bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di

depan meja dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga

mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk

bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang

melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum,

sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak


33

moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharuan yang

memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif

yang ada pada suatu kaum.

Dengan mengikuti organisasi mahasiswa, manfaatnya banyak sekali

untuk masa depan. Dengan catatan, harus berperan sebagaipartisipan aktif,

bukan sebagai anggota yang sekedar terdaftar namanya saja dan jarang

mengikuti kegiatan yang diadakan. Kalau hanya namanya yang terdaftar,

maka akan melewatkan kesempatan-kesempatan untuk mempelajari soft

skills yang nantinya berguna di dunia kerja. Di bawah ini dijelaskan

beberapa diantaranya:

a. Melatih Leadership. Ketika ikut organisasi, pastinya akan ada

banyak hal yang harus kamu urus seperti acara-acara organisasi,

yang tentunya melibatkan banyak orang, baik itu sesama mahasiswa

anggota organisasi ataupun orang-orang di luar organisasi.

Mahasiswa yang ikut organisasi kampus umumnya memiliki sikap

dan karakter yang lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut

organisasi. Mereka lebih banyak terlatih dalam mengutarakan

pendapat di hadapan orang lain ataupun menggerakkan dan

mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika organisasi sedang

mengadakan suatu acara. Jika saat ini belum terbayang seperti apa

rasanya mengarahkan teman-teman sendiri, jika nanti sudah

berpartisipasi dalam organisasi, sadar atau tidak sadar, kamu akan

terperangah bahwa sesungguhnya kamu mampu melakukannya. Di

dunia kerja, keterampilan leadership ini pasti bermanfaat sekali.


34

Seringkali di lowongan-lowongan kerja memasukkan leadership

sebagai salah satu kriteria untuk calon karyawan barunya, meskipun

untuk posisi level staf yang sebenarnya tidak memiliki bawahan.

Kamu yang mengikuti organisasi mahasiswa dipandang lebih

memiliki inisiatif serta dapat memotivasi dan mengarahkan diri

sendiri dan rekan dalam bekerja. Atasan juga lebih senang karena

tidak harus mengarahkan kamu terus menerus.

b. Belajar Mengatur Waktu. Dengan ikut organisasi, memang waktu

yang biasa kamu gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akan

berkurang. Sementara itu, kuantitas tugas kuliah tetap sama saja

antara kamu yang ikut organisasi dan teman-teman lain yang tidak

ikut organisasi. Agar keduanya dapat berjalan sama-sama lancar dan

tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik mutlak

harus kamu lakukan. Mungkin pada awalnya, kamu akan sedikit

kewalahan membagi waktu untuk kuliah dan organisasi. Tapi, lama-

lama kamu akan semakin terbiasa. Selanjutnya, kebiasaan ini dapat

terus terbawa sepanjang sisa hidup kamu. Setelah bekerja di kantor

nanti, kamu akan lebih terlatih dalam mengelola tugas-tugas yang

jumlahnya tidak sedikit dan menetapkan prioritas tugas mana yang

harus lebih dulu dikerjakan.

c. Memperluas Jaringan atau Networking. Di dalam organisasi akan

banyak orang baru yang kamu kenal. Teman-teman mahasiswa

seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan lain, orang lain atau

praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kamu pilih, dan


35

sebagainya. Mereka ini (bisa juga disebut sebagai jaringan) jangan

diremehkan, karena merupakan aspek yang penting, terutama bagi

fresh graduate dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Dari

mereka, kamu akan dapat memperoleh informasi mengenai

lowongan pekerjaan. Entah itu dari kantor tempat mereka bekerja

atau dari informasi yang mereka miliki. Dan menurut kebiasaan di

berbagai perusahaan, rekomendasi kandidat dari karyawan yang

sudah bekerja di perusahaan tersebut biasanya prosesnya bisa lebih

cepat, karena mereka telah memiliki gambaran dari karyawan dalam

tersebut mengenai kamu sebagai calon karyawan baru.

d. Mengasah Kemampuan Sosial. Mereka yang tergabung dalam

organisasi, umumnya secara sosial juga lebih aktif dibanding mereka

yang tidak ikut organisasi. Jika ikut organisasi, kamu juga akan

terlatih berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang. Tidak hanya

teman-teman satu jurusan, tapi juga dengan teman-teman dari

program studi yang lain. Dengan ini, tentu akan semakin

memperluas pemahaman kamu akan berbagai karakteristik orang.

Sesuai pengetahuan umum, manusia adalah individu unik. Semakin

luas pergaulan kamu, maka pemahaman kamu akan manusia dapat

semakin kaya. Saat bekerja nanti, keterampilan ini akan sangat

membantu. Kamu akan lebih berpengalaman berinteraksi dengan

berbagai karakter rekan kerja, sehingga nantinya akan memudahkan

kinerjanya kamu.

e. Problem Solving dan Manajemen Konflik. Banyak


36

berinteraksidengan orang dengan berbagai karakteristiknya,

merupakan hal yang lumrah jika satu atau dua kali terlibat konflik

dengan mereka. Demikian juga di dunia kerja, di mana deadline

yang mendesak, rekan kerja yang kurang kooperatif atau sukanya

menjatuhkan rekan kerja di depan atasan, dan lainnya yang rentan

menimbulkan konflik. Jika sudah terbiasa mengatasi masalah dan

konflik, kamu tidak akan kaget lagi dan sudah terbayang hal-hal

yang sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan masalah agar tidak

sampai menurunkanperformakerja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi

mahasiswa berperan sebagai ajang simulasi atau latihan dunia kerja yang

sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena bangku sekolah atau perkuliahan

tidak mengajari kemampuan-kemampuan yang tergolong soft skills seperti ini.

Saat berada di dalam kelas, kita sebatas mendapat pengetahuan teknis

akan suatu disiplin ilmu. Di buku-buku teks yang banyak dijual di pasaran

sebenarnya banyak mencantumkan teori-teori dan tips-tips praktis mengenai

soft skills ini. Karena berkaitan dengan soft skills ini, ada perbedaan mendasar

antara tahu teori dan mampu mempraktekkannya ke dalam kehidupan sehari-

hari, termasuk di kantor. Berdasarkan pengalaman para recruiter perusahaan,

seringkali memiliki riwayat organisasi memang merupakan nilai tambah bagi

calon pegawai baru.

Seperti poin-poin mengenai manfaat organisasi di atas, kebanyakan

perusahaan berpendapat bahwa calon pegawai yang memiliki pengalaman

organisasi lebih terlatih jiwa kepemimpinannya, memiliki manajemen waktu


37

yang lebih baik, jaringannya yang lebih luas, keterampilan interpersonalnya

juga lebih baik, serta pemilihan solusi dan pemecahan masalah yang lebih baik

dan lebih terlatih menyelesaikan konflik jika dibanding mereka yang tidak

memiliki pengalaman organisasi.

B. Penelitian Yang Relevan

Untuk mengetahui sejauh mana keaslian dan faktualisasi penelitian ini,

maka peneliti mengadakan telaah pustaka dari peneliti-peneliti sebelumnya

yang berkaitan dengan judul dan permasalahan dengan mempertimbangkan

kedekatan-kedekatan variabel-variabel yang digunakan. Adapun beberapa

telaah pustaka yang digunakan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Susanti dalam skripsi yang berjudul“

Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kegiatan Pemberdayaan dan

Kesejahteraan Keluarga PKK di Desa Kunir Kecamatan Dempet

Kabupaten Demak”. Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas

Muhammadiyah Purwokerto,2013”.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sekar Sari dalam skripsi yang berjudul“

Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kegiatan Pramuka di SMP

Negeri 3 Purwokerto”. Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan,, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas

Muhammadiyah Purwokerto,2014”.

C. Kerangka Pikir

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang bersumber dari nilai-

nilai luhur budaya bangsa. Pancasila juga merupakan ideologi bangsa


38

Indonesia yang dijadikan sebagai pandangan hidup dan pedoman dalam setiap

kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila harus tertanam dalam

diri setiap warga negara utamanya dikalangan mahasiswa. Cara yang dapat

dilakukan yaitu melalui organisasi yang ada dikampus. Organisasi mahasiswa

sebagai salah satu lembaga dimana mahasiswa mempunyai tanggung jawab

yang besar dalam penanaman nilai-nilai Pancasila tersebut. Namun dalam

kenyataannya penanaman nilai-nilai Pancasila masih kurang optimal. Banyak

kekacauan yang terjadi didalam perilaku berorganisasi mahasiswa. Bahkan,

beberapa mahasiswa ikut melakukan penyimpangan nilai-nilai Pancasila.

Sehinggamahasiswatersebut menunjukan mahasiswa masih nilai-nilainya

dalam berorganisasi, pengetahuan mengenai Pancasila juga harus dipahami.

Oleh karena pentingnya penanaman Pancasila dalam berorganisasi,

maka peneliti perlu meneliti pengetahuan dan pengamalan nilai-nilai

Pancasila dalam berorganisasi agar kita dapat mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai pengetahuan dan pengamalan Pancasila.

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan, dibawah ini digambarkan

dalam bentuk conceptual framework (kerangka pemikiran) seperti dibawah

ini:

Pancasila

Perilaku Berorganisasi Faktor Pendukung


Mahasiswa Nilai-nilai Dan Penghambat
Pancasila

Implementasi Nilai-nilai Pancasila


39

Gambar 2. Kerangka Pikir

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa

indonesia sehingga menjadi jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber

nilai atas kebenaran,kebaikan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam hidup

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek

tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.

3. Organisasi mahasiswa merupakan suatu kelompok orang-orang yang

sedang bekerja kearah tujuan bersama di bawah satu kepemimpinan yang

beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat, dan potensi

mahasiswa.
40

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Jenispenelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah.

2. Pendekatan Penelitian

Teknik pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pendekatan sosiologis yaitu mempelajari/mendekati subjek penelitian

tentang implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap perilaku berorganisasi

mahasiswa yang terjadi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

B. Lokasidan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Waktu Peneltian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018.

C. Informan Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Badan

Eksekutif Mahasiswa Universitas(BEM U) ,Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP), dan Himpunan

Mahasiswa Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (HMJ FKIP) di

Universitas Muhammadiyah Makassar.


41

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu:

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan, penyusunan instrument

peneliti.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti ini peneliti mengumpulkan data, mengelola data,

menganalisis data yang diperoleh kemudian melakukan penarikan

kesimpulan.

3. Penyelesaian

Pada tahap ini peneliti menulis laporan penelitian, diskusi perbaikan, dan

penggandaan laporan skripsi.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yakni menggambarkan

suatu keadaan yang berhubungan dengan perilaku berorganisasi

mahasiswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal daridata primer

dan data sekunder.

a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh

peneliti, yang diperoleh melalui wawancara secara intensif


42

terhadap beberapa informan yang ditetapkan sebagai subjek

penelitian.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,

catatan-catatan, laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cara-cara memperoleh data yang dipergunakan untuk penelitian. Teknik

pengumpulan data ini menggunakan instrumen observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau

kejadian yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Secara rinci teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Pada

penelitian ini peneliti melakukan observasi mengenai implementasi nilai-

nilai Pancasila terhadap perilaku berorganisasi mahasiswa di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang

dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam

setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang

telah ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama


43

dalam proses memahami. Wawancara akan dilakukan peneliti kepada

pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U) ,Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM

FKIP), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (HMJ PPKn) di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data berupa keterangan langsung

dari pelaksana dalam implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap perilaku

berorganisasi mahasiswa.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai

cara seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dicatat secara

objektif dan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan Data yang

dikumpulkan berkaitan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

perilaku berorganisasi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Reduksi Data

Dalam tahap reduksi data, data yang diperoleh peneliti dipilih mana

yang penting dan yang tidak perlu digunakan dalam penelitian ini. Peneliti

akan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

membuang yang tidak perlu.

c. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari tahap reduksi data maka data selanjutnya

disajikan dan dibandingkan dengan kajian teori yang telah dibuat.


44

d. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi

Data yang telah diolah dan disajikan tersebut kemudian akan ditarik

kesimpulan yang dapat menjawab fokus masalah atau rumusan masalah

dalam penelitian ini.

You might also like