Professional Documents
Culture Documents
PIAUD 1A
e-mail : robi.atulfadhilah22@mhs.uinjkt.ac.id
Abstract
Learning plays a role in increasing skills and improving the quality of life and dignity
of Indonesian people in the context of efforts to realize national goals. Pancasila is
the basis and way of life of the Indonesian nation which has a function in the life
of the Indonesian nation and state. Philosophy is thinking deeply and seriously to
find the truth. Philosophy of learning is a deep thought about learning based on
philosophy. If we relate the use of Pancasila with the learning system in terms of
learning philosophy, then Pancasila is the nation's living thought that animates in
everyday life. Therefore, the Indonesian national learning system is normal if it is
imbued with, based on and reflects the self-evident Pancasila. Pancasila is a
philosophy which is a code of conduct for the Indonesian people that is compatible
with the culture of the Indonesian nation. Personality learning should indeed be
taken from the values listed in Pancasila. In order to form Indonesian people who
are smart, well-behaved, able to live as a person and socially, fulfill their rights and
obligations as citizens of the country who are good and have faith and piety to God
Almighty. All of them include the learning philosophy of Pancasila which has the
characteristics of being integral, ethical, and religious.
Abstrak
1
Indonesia yang memiliki guna dalam kehidupan bangsa serta negeri Indonesia.
Filsafat merupakan berpikir secara mendalam serta serius buat mencari
kebenaran. Filsafat pembelajaran merupakan pemikiran yang mendalam tentang
pembelajaran bersumber pada filsafat. Apabila kita hubungkan guna Pancasila
dengan sistem pembelajaran ditinjau dari filsafat pembelajaran, hingga Pancasila
ialah pemikiran hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan tiap hari. Sebab itu,
sistem pembelajaran nasional Indonesia normal apabila dijiwai, didasari serta
mencerminkan bukti diri Pancasila. Pancasila merupakan falsafah yang ialah
pedoman berperilaku untuk bangsa Indonesia yang cocok dengan kultur bangsa
Indonesia. Pembelajaran kepribadian memanglah sepatutnya diambil dari nilai-
nilai yang tercantum dalam Pancasila. Supaya terbentuk manusia Indonesia yang
pintar, berperilaku baik, sanggup hidup secara orang serta sosial, penuhi hak serta
kewajiban selaku masyarakat negeri yang baik dan beriman serta bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seluruhnya sudah mencakup filsafat pembelajaran
Pancasila yang memiliki karakteristik, ialah integral, etis, serta reigius.
PENDAHULUAN
2
Pembelajaran merupakan fasilitas buat menanamkan serta meneruskan
nilai- nilai filosofis ini, sehingga filsafat yang dibesarkan wajib didasarkan pada
filsafat yang dianut oleh sesuatu bangsa. Pembelajaran selaku sistem norma sikap
dan perbuatan yang didasarkan pada landasan filosofis yang dijunjung besar oleh
lembaga pembelajaran serta pendidik dalam sesuatu warga berperan sebagai
suatu institusi. Landasan filosofis serta ilmiah dibutuhkan selaku prinsip normatif
serta pedoman penerapan pembinaan buat menjamin daya guna pendidikan serta
prosesnya.
Tiap bangsa serta negeri yang mau berdiri kuat kokoh, tidak mudah
terombang- ambing oleh kerasnya perkara hidup berbangsa serta bernegara, telah
benda pasti butuh mempunyai dasar negeri serta pandangan hidup negeri yang
kokoh serta kokoh pula. Tanpa itu, hingga bangsa serta negeri hendak rapuh.
Sebab itu, menekuni Pancasila lebih dalam bisa menimbulkan pemahaman diri
sebagai bangsa yang mempunyai jati diri. Pemahaman ini wajib diwujudkan dalam
pergaulan hidup tiap hari buat menampilkan bukti diri bangsa yang lebih
bermartabat serta berbudaya besar.
3
Nilai- nilai Pancasila selaku sumber acuan dalam menyusun etika
kehidupan berbangsa untuk segala rakyat Indonesia dalam menggapai cita- cita
dan tujuan nasionalnya, hingga paradigma pembangunan nasional wajib
berlandaskan Pancasila. Kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas
dan arah dan tujuan dari sesuatu pertumbuhan pergantian dan proses dalam
sesuatu bidang tertentu, hingga tidak boleh berlawanan dengan nilai- nilai
Pancasila. Sebagai paradigma pembangunan, berarti kalau Pancasila ialah sumber
nilai, dasar, arah serta tujuan dari proses pembangunan. Buat itu seluruh aspek
dalam pembangunan nasional wajib mendasarkan pada hakikat nilai- nilai sila- sila
Pancasila dalam mewujudkan kenaikan harkat serta martabat manusia secara
tidak berubah- ubah bersumber pada pada nilai- nilai hakikat kodrat manusia.
METODE
Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari
philos ataupun phileinyang yang maksudnya cinta serta shopia yang berarti hikmat
atau kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau
kebijaksanaan. Pancasila pula ialah suatu filsafat sebab pancasila ialah acuan
intelektual kognitif untuk metode berpikir bangsa, yang dalam usahausaha
keilmuan bisa terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel. Menurut
Abdulgani, Pancasila ialah filsafat negeri yang lahir selaku collective ideologie( cita-
cita bersama) dari segala bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang dalam, yang setelah itu dituangkan dalam suatu “ sistem”
yang pas. Sebaliknya Notonagoro melaporkan kalau Filsafat Pancasila
membagikan pengetahuan serta penafsiran ilmiah, ialah tentang hakikat dari
Pancasila.
4
Konsep filsafat Titus, Smith, serta Nolan yang didasarkan pada sifat serta
fungsinya merupakan selaku berikut:
5
b. kemanusiaan, ialah makhluk orang serta makhluk sosial
c. kesatuan, ialah kesatuan mempunyai karakter sendiri;
d. kerakyatan, ialah faktor absolut negeri, wajib bekerja sama serta gotong
royong; dan
e. keadilan, ialah membagikan keadilan kepada diri sendiri serta orang lain
yang jadi haknya.
Nilai merupakan sesuatu ilham ataupun konsep tentang apa yang seorang
pikirkan yang ialah perihal yang berarti dalam hidupnya. Nilai bisa terletak di dua
kawasan: kognitif serta afektif. Nilai merupakan inspirasi, dapat dikatakan konsep
serta bisa dikatakan abstraksi. Nilai merupakan hal yang tercantum dalam hati
nurani manusia yang lebih berikan bawah serta prinsip akhlak yang ialah standar
dari keelokan serta efisiensi ataupun keutuhan kata hati( kemampuan).
6
serta berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat Pancasila dijabarkan jadi sistem Etika
Pancasila yang bercorak normatif.
1. sistematis,
2. mendalam,
3. mendasar,
4. analitis,
5. komprehensif,
6. spekulatif.
7. representatif, dan
8. evaluatif.
1. Rasionalisme
2. Idealisme
7
3. Positivisme
4. Eksistensialisme
5. Hedonisme
6. Stoisme
7. Marxisme
8. Realisme
9. Materialisme
10. Utilitarianisme
11. Spiritualisme
12. Liberalisme
Sistematik Filsafat
Metode menekuni filsafat dibedakan jadi 2 ialah seeara historis dan secara
sistematik. Yang awal menekuni sejarah pertumbuhan pemikiran filsafat semenjak
dini pemunculannya hingga saat ini. Yang kedua menekuni isi, ialah menekuni
pembagian bidang persoalannnya. Tidak hanya sanggup menggambarkan ciri
mereka, permasalahan filosofis dapat dipecah jadi bermacam jenisnya, yang cocok
dengan bermacam cabang filsafat. Terdapat 3 jenis utama permasalahan filosofis:
keberadaan, nilai- nilai, dan pengetahuan.
8
3. nilai- nilai kebaikan serta nilai- nilai keelokan. Nilai- nilai kebaikan tingkah
laku bertalian dengan cabang filsafat etika. Nilai- nilai keindahan bertalian
dengan cabang lilsafat estetika.
9
Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Maksudnya,
keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk
mufakat, bukan membetulkan begitu saja komentar kebanyakan tanpa peduli
komentar minoritas.
Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam 3 aspek, ialah keadilan distributif,
sah, serta komutatif.
Ketiga, Pancasila selaku sistem filsafat bisa jadi bawah pijakan untuk
mengalami tantangan globalisasi yang bisa melunturkan semangat kebangsaan
serta melemahkan sendi- sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak.
Keempat, Pancasila selaku sistem filsafat bisa jadi way of life sekalian way
of thinking bangsa Indonesia buat melindungi penyeimbang serta konsistensi
antara aksi serta pemikiran.
KESIMPULAN
10
mendalam. Filsafat Pancasila ialah sebutan yang mengemuka dalam dunia
akademis. Terdapat 2 pendekatan yang tumbuh dalam penafsiran filsafat
Pancasila, ialah Pancasila selaku genetivus objectivus serta Pancasila sebagai
genetivus subjectivus. Kedua pendekatan tersebut silih memenuhi sebab yang
awal meletakkan Pancasila selaku aliran ataupun objek yang dikaji oleh aliranaliran
filsafat yang lain, sebaliknya yang kedua meletakkan Pancasila selaku subjek yang
mengkaji aliran- aliran filsafat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
11
(Astawa, 2017)Astawa, I. P. A. (2017). Pancasila Sebagai Filsafat. V(1), 21.
Rowland, P. F. B. (2013). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Pendidikan Pancasila Di
Perguruan Tinggi, 17.
12