You are on page 1of 12

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT BANGSA DAN BERNEGARA

Robi Atul Fadhilah (11220184000004)

PIAUD 1A

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

e-mail : robi.atulfadhilah22@mhs.uinjkt.ac.id

Abstract

Learning plays a role in increasing skills and improving the quality of life and dignity
of Indonesian people in the context of efforts to realize national goals. Pancasila is
the basis and way of life of the Indonesian nation which has a function in the life
of the Indonesian nation and state. Philosophy is thinking deeply and seriously to
find the truth. Philosophy of learning is a deep thought about learning based on
philosophy. If we relate the use of Pancasila with the learning system in terms of
learning philosophy, then Pancasila is the nation's living thought that animates in
everyday life. Therefore, the Indonesian national learning system is normal if it is
imbued with, based on and reflects the self-evident Pancasila. Pancasila is a
philosophy which is a code of conduct for the Indonesian people that is compatible
with the culture of the Indonesian nation. Personality learning should indeed be
taken from the values listed in Pancasila. In order to form Indonesian people who
are smart, well-behaved, able to live as a person and socially, fulfill their rights and
obligations as citizens of the country who are good and have faith and piety to God
Almighty. All of them include the learning philosophy of Pancasila which has the
characteristics of being integral, ethical, and religious.

Keywords: Education, Pancasila philosophy, Pancasila

Abstrak

Pembelajaran berperan buat meningkatkan keahlian dan tingkatkan kualitas


kehidupan serta martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan nasional. Pancasila merupakan dasar serta pandangan hidup bangsa

1
Indonesia yang memiliki guna dalam kehidupan bangsa serta negeri Indonesia.
Filsafat merupakan berpikir secara mendalam serta serius buat mencari
kebenaran. Filsafat pembelajaran merupakan pemikiran yang mendalam tentang
pembelajaran bersumber pada filsafat. Apabila kita hubungkan guna Pancasila
dengan sistem pembelajaran ditinjau dari filsafat pembelajaran, hingga Pancasila
ialah pemikiran hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan tiap hari. Sebab itu,
sistem pembelajaran nasional Indonesia normal apabila dijiwai, didasari serta
mencerminkan bukti diri Pancasila. Pancasila merupakan falsafah yang ialah
pedoman berperilaku untuk bangsa Indonesia yang cocok dengan kultur bangsa
Indonesia. Pembelajaran kepribadian memanglah sepatutnya diambil dari nilai-
nilai yang tercantum dalam Pancasila. Supaya terbentuk manusia Indonesia yang
pintar, berperilaku baik, sanggup hidup secara orang serta sosial, penuhi hak serta
kewajiban selaku masyarakat negeri yang baik dan beriman serta bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seluruhnya sudah mencakup filsafat pembelajaran
Pancasila yang memiliki karakteristik, ialah integral, etis, serta reigius.

Kata Kunci : Pendidikan, filsafat pancasila, pancasila

PENDAHULUAN

Pancasila ialah landasan metode hidup warga Indonesia. Terdiri dari 5


dasar yang isinya merupakan bukti diri bangsa Indonesia. Pedoman kehidupan
berbangsa serta bernegara bangsa Indonesia secara totalitas dituangkan dalam
sila- sila dalam Pancasila. Masuknya Pancasila selaku sesuatu pandangan hidup
serta falsafah bangsa Indonesia tidak lepas pula dari kedudukan Bung Karno. Bagi
Sutrisno( 2006), “ Pancasila merupakan sesuatu philosofiche grounfslag ataupun
Weltanschauung yang diusulkan Bung Karno di depan persidangan BPUPKI 1 Juni
1945 selaku dasar negara Indonesia yang setelah itu merdeka.” Warga ataupun
bangsa mengadopsi filsafat selaku metode memandang kehidupan—prinsip
panduan yang menginformasikan seluruh aspek kehidupan tiap hari serta
kehidupan berbangsa, termasuk pembelajaran.

2
Pembelajaran merupakan fasilitas buat menanamkan serta meneruskan
nilai- nilai filosofis ini, sehingga filsafat yang dibesarkan wajib didasarkan pada
filsafat yang dianut oleh sesuatu bangsa. Pembelajaran selaku sistem norma sikap
dan perbuatan yang didasarkan pada landasan filosofis yang dijunjung besar oleh
lembaga pembelajaran serta pendidik dalam sesuatu warga berperan sebagai
suatu institusi. Landasan filosofis serta ilmiah dibutuhkan selaku prinsip normatif
serta pedoman penerapan pembinaan buat menjamin daya guna pendidikan serta
prosesnya.

Selaku suatu falsafah serta suatu pandangan hidup untuk bangsa


Indonesia, Pancasila merupakan bawah dari penerapan seluruh aspek kehidupan
untuk bangsa Indonesia. Salah satunya merupakan dalam bidang pembelajaran.
Dalam UU Nomor. 12 Tahun 2012 Pasal 1 tentang Pembelajaran Besar disebutkan
kalau“ Pembelajaran adalah usaha sadar serta terencana buat mewujudkan
atmosfer belajar serta proses pendidikan supaya partisipan didik secara aktif
meningkatkan kemampuan dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, karakter, kecerdasan, akhlak mulia, dan keahlian
yang dibutuhkan dirinya, warga, bangsa, serta negeri. Dari Undang- undang di atas
bisa dimaknai bahwa pembelajaran di Indonesia merupakan suatu proses
pendidikan yang berupaya untuk tujuan pengembangan kemampuan diri serta
kepribadian untuk peserta didik. Disini Sila- sila Pancasila mencerminkan gimana
sepatutnya pembelajaran wajib dihayati dan diamalkan bagi sila- sila dalam
Pancasila.

Tiap bangsa serta negeri yang mau berdiri kuat kokoh, tidak mudah
terombang- ambing oleh kerasnya perkara hidup berbangsa serta bernegara, telah
benda pasti butuh mempunyai dasar negeri serta pandangan hidup negeri yang
kokoh serta kokoh pula. Tanpa itu, hingga bangsa serta negeri hendak rapuh.
Sebab itu, menekuni Pancasila lebih dalam bisa menimbulkan pemahaman diri
sebagai bangsa yang mempunyai jati diri. Pemahaman ini wajib diwujudkan dalam
pergaulan hidup tiap hari buat menampilkan bukti diri bangsa yang lebih
bermartabat serta berbudaya besar.

3
Nilai- nilai Pancasila selaku sumber acuan dalam menyusun etika
kehidupan berbangsa untuk segala rakyat Indonesia dalam menggapai cita- cita
dan tujuan nasionalnya, hingga paradigma pembangunan nasional wajib
berlandaskan Pancasila. Kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas
dan arah dan tujuan dari sesuatu pertumbuhan pergantian dan proses dalam
sesuatu bidang tertentu, hingga tidak boleh berlawanan dengan nilai- nilai
Pancasila. Sebagai paradigma pembangunan, berarti kalau Pancasila ialah sumber
nilai, dasar, arah serta tujuan dari proses pembangunan. Buat itu seluruh aspek
dalam pembangunan nasional wajib mendasarkan pada hakikat nilai- nilai sila- sila
Pancasila dalam mewujudkan kenaikan harkat serta martabat manusia secara
tidak berubah- ubah bersumber pada pada nilai- nilai hakikat kodrat manusia.

METODE

Metode yang digunakan untuk menyusun penulisan ini adalah study


kepustakaan. Study kepustakaan, yaitu menelaah sumber-sumber, baik itu buku,
artikel, referensi-referensi yang berkaitan dengan filsafat pancasila.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penafsiran Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari
philos ataupun phileinyang yang maksudnya cinta serta shopia yang berarti hikmat
atau kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau
kebijaksanaan. Pancasila pula ialah suatu filsafat sebab pancasila ialah acuan
intelektual kognitif untuk metode berpikir bangsa, yang dalam usahausaha
keilmuan bisa terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel. Menurut
Abdulgani, Pancasila ialah filsafat negeri yang lahir selaku collective ideologie( cita-
cita bersama) dari segala bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang dalam, yang setelah itu dituangkan dalam suatu “ sistem”
yang pas. Sebaliknya Notonagoro melaporkan kalau Filsafat Pancasila
membagikan pengetahuan serta penafsiran ilmiah, ialah tentang hakikat dari
Pancasila.

4
Konsep filsafat Titus, Smith, serta Nolan yang didasarkan pada sifat serta
fungsinya merupakan selaku berikut:

1. Filsafat merupakan sekumpulan perilaku serta keyakinan terhadap


kehidupan serta alam yang umumnya diterima secara tidak kritis.( makna
informal)
2. Filsafat merupakan sesuatu proses kritik ataupun pemikiran terhadap
kepercayaan serta perilaku yang sangat dijunjung besar.( makna resmi)
3. Filsafat merupakan usaha buat memperoleh cerminan totalitas.( arti
komprehensif).
4. Filsafat merupakan analisa logis dari bahasa dan uraian tentang makna
kata serta konsep.( makna analisis linguistik).
5. Filsafat merupakan sekumpulan problematik yang langsung mendapat
atensi manusia serta dicarikan jawabannya oleh ahli- ahli filsafat.( arti
aktual- fundamental).

Prinsip- prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles bisa dipaparkan selaku berikut.

a. Kausa Materialis, artinya karena yang berhubungan dengan modul/ bahan,


dalam perihal ini Pancasila digali dari nilai- nilai sosial budaya yang
terdapat dalam bangsa Indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, artinya karena yang berhubungan dengan wujudnya,
Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD’ 45 penuhi ketentuan
formal ( kebenaran resmi).
c. Kausa Efisiensi, artinya aktivitas BPUPKI serta PPKI dalam menyusun serta
merumuskan Pancasila jadi dasar negeri Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, artinya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya
Pancasila selaku dasar negeri Indonesia merdeka.

Inti ataupun esensi sila- sila Pancasila meliputi:

a. ke- Tuhanan, ialah selaku kausa prima

5
b. kemanusiaan, ialah makhluk orang serta makhluk sosial
c. kesatuan, ialah kesatuan mempunyai karakter sendiri;
d. kerakyatan, ialah faktor absolut negeri, wajib bekerja sama serta gotong
royong; dan
e. keadilan, ialah membagikan keadilan kepada diri sendiri serta orang lain
yang jadi haknya.

Hakikat Nilai- nilai Pancasila

Nilai merupakan sesuatu ilham ataupun konsep tentang apa yang seorang
pikirkan yang ialah perihal yang berarti dalam hidupnya. Nilai bisa terletak di dua
kawasan: kognitif serta afektif. Nilai merupakan inspirasi, dapat dikatakan konsep
serta bisa dikatakan abstraksi. Nilai merupakan hal yang tercantum dalam hati
nurani manusia yang lebih berikan bawah serta prinsip akhlak yang ialah standar
dari keelokan serta efisiensi ataupun keutuhan kata hati( kemampuan).

Langkah- langkah mendasar dari" nilai" dianalogikan dengan konsep


manusia, yang ialah kemampuan utama manusia. Di dunia pengalaman, nilai tidak
terdapat. Dalam jiwa manusia, ia nyata. Dengan kata lain, Simon( 1986)
menegaskan kalau makna nilai yang sesungguhnya merupakan asumsi yang akurat
dan tulus terhadap persoalan" what you are really, really, really, want."

Bangsa Indonesia memegang kepercayaan epistemologis kalau moral dan


nilai- nilai yang berasal dari prinsip Pancasila merupakan hasil dari sublimasi, serta
kristalisasi sistem nilai budaya serta agama bangsa, yang seluruhnya bergerak
secara vertikal, horizontal, serta dinamis dalam kehidupan warga. Bangsa serta
negara Indonesia mau menguasai, menghidupkan, mencerna, dan
mengimplementasikan Pancasila dalam rangka sinkronisasi dasar filosofisideologis
ke dalam wujud bukti diri nasional yang nyata serta aksiologis. Saluran keluarga,
warga, serta sekolah digunakan buat meningkatkan upaya ini.

Gagasan Etika Pancasila melaporkan kalau esensi bangsa Indonesia


merupakan mempunyai hakikat serta kondisi yang mempunyai jiwa Ketuhanan
Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan, berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan,

6
serta berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat Pancasila dijabarkan jadi sistem Etika
Pancasila yang bercorak normatif.

Berikut ini merupakan ciri ataupun karakteristik berfikir filsafat:

1. sistematis,
2. mendalam,
3. mendasar,
4. analitis,
5. komprehensif,
6. spekulatif.
7. representatif, dan
8. evaluatif.

Cabang- cabang filsafat meliputi:

1. Epistemologi( Filsafat Pengetahuan),


2. Etika( Filsafat Moral),
3. Estetikaf Filsafat Seni),
4. Metafisika( membicarakan tentang segala suatu di balik yang ada),
5. Politik( Filsafat Pemerintahan),
6. Filsafat Agama,
7. Filsafat Ilmu,
8. Filsafat Pendidikan,
9. Filsafat hukum,
10. Filsafat Sejarah,
11. Filsafat Matematika, dan
12. Kosmologi( membicarakan tentang seluruh suatu yang terdapat yang
tertib).

Aliran Filsafat meliputi:

1. Rasionalisme
2. Idealisme

7
3. Positivisme
4. Eksistensialisme
5. Hedonisme
6. Stoisme
7. Marxisme
8. Realisme
9. Materialisme
10. Utilitarianisme
11. Spiritualisme
12. Liberalisme

Sistematik Filsafat

Metode menekuni filsafat dibedakan jadi 2 ialah seeara historis dan secara
sistematik. Yang awal menekuni sejarah pertumbuhan pemikiran filsafat semenjak
dini pemunculannya hingga saat ini. Yang kedua menekuni isi, ialah menekuni
pembagian bidang persoalannnya. Tidak hanya sanggup menggambarkan ciri
mereka, permasalahan filosofis dapat dipecah jadi bermacam jenisnya, yang cocok
dengan bermacam cabang filsafat. Terdapat 3 jenis utama permasalahan filosofis:
keberadaan, nilai- nilai, dan pengetahuan.

1. Masalah- masalah keberadaan( being) ataupun eksistensi( ezistence).


Masalah ini bersangkutan dengan cabang tilsafat metafisika.
Permasalahan metafisis. dibedakan jadi 3 ialah permasalahan ontologis,
permasalahan kosmologis dan permasalahan antrapologis.
2. Masalah- masalah pengetahuan( knowledge) ataupun kebenaran( truth).
Pengetahuanlkebenaran ditinjau dari segi isinya bersangkutan dengan
cabang filsafat epistemologi. Pengetahuan/ kebenaran ditinjau dari segi
wujudnya bersangkutan dengan cabang filsafat logika. Masalah- masalah
nilai- nilai( values). Nilai- nilai bisa dibedakan menjadi

8
3. nilai- nilai kebaikan serta nilai- nilai keelokan. Nilai- nilai kebaikan tingkah
laku bertalian dengan cabang filsafat etika. Nilai- nilai keindahan bertalian
dengan cabang lilsafat estetika.

Tantangan Pancasila selaku Sitem Filsafat

Pertama, kapitalisme ialah aliran yang memegang kepercayaan bahwa


kebebasan orang owner modal buat meningkatkan usahanya dalam rangka
menggapai keuntungan terbanyak merupakan upaya buat sejahtera. Tetapi,
tantangan Pancasila selaku sistem filsafat merupakan menempatkan kebebasan
orang dalam jumlah yang kelewatan sehingga bisa mempunyai beberapa akibat
kurang baik, tercantum dominasi, konsumerisme, serta lain- lain.

Kedua, komunisme merupakan pemikiran yang timbul selaku respons


terhadap timbulnya kaitalisme selaku produk warga liberal. Aliran pemikiran yang
diketahui selaku komunisme memegang kepercayaan kalau negara mengatur
kepemilikan modal buat kepentingan seluruh masyarakat negeri. Dominasi negeri
yang kelewatan dalam rangka melenyapkan kedudukan masyarakat dalam
kehidupan bernegara ialah salah satu metode komunisme menantang Pancasila
selaku sistem filsafat.

Esensi Pancasila selaku Sistem Filsafat

Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada kepercayaan bangsa Indonesia


bahwa Tuhan selaku prinsip utama dalam kehidupan seluruh makhluk.

Kedua, hakikat sila kemanusiaan merupakan manusia monopluralis, yang terdiri


atas 3 monodualis, ialah lapisan kodrat( jiwa, raga), watak kodrat( makhluk orang,
sosial), peran kodrat( makhluk individu yang otonom serta makhluk Tuhan)

Ketiga, hakikat sila persatuan terpaut dengan semangat kebangsaan. Rasa


kebangsaan terwujud dalam wujud cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3
tipe, ialah tanah air real, tanah air resmi, serta tanah air mental.

9
Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Maksudnya,
keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk
mufakat, bukan membetulkan begitu saja komentar kebanyakan tanpa peduli
komentar minoritas.

Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam 3 aspek, ialah keadilan distributif,
sah, serta komutatif.

Urgensi Pancasila selaku Sistem Filsafat

Pertama, meletakkan Pancasila selaku sistem filsafat bisa memulihkan


harga diri bangsa Indonesia selaku bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis,
serta juga merdeka dalam mengemukakan ide- ide pemikirannya buat kemajuan
bangsa, baik secara materiil ataupun spiritual.

Kedua, Pancasila selaku sistem filsafat membangun alam pemikiran yang


berakar dari nilai- nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga sanggup dalam
mengalami bermacam pandangan hidup dunia.

Ketiga, Pancasila selaku sistem filsafat bisa jadi bawah pijakan untuk
mengalami tantangan globalisasi yang bisa melunturkan semangat kebangsaan
serta melemahkan sendi- sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak.

Keempat, Pancasila selaku sistem filsafat bisa jadi way of life sekalian way
of thinking bangsa Indonesia buat melindungi penyeimbang serta konsistensi
antara aksi serta pemikiran.

KESIMPULAN

Pancasila selaku sistem filsafat telah diketahui semenjak para pendiri


negara membicarakan permasalahan bawah filosofis negeri( Philosofische
Grondslag) dan pemikiran hidup bangsa( weltanschauung). Walaupun kedua
sebutan tersebut memiliki muatan filsofis, namun Pancasila selaku sistem filsafat
yang memiliki penafsiran lebih akademis membutuhkan perenungan lebih

10
mendalam. Filsafat Pancasila ialah sebutan yang mengemuka dalam dunia
akademis. Terdapat 2 pendekatan yang tumbuh dalam penafsiran filsafat
Pancasila, ialah Pancasila selaku genetivus objectivus serta Pancasila sebagai
genetivus subjectivus. Kedua pendekatan tersebut silih memenuhi sebab yang
awal meletakkan Pancasila selaku aliran ataupun objek yang dikaji oleh aliranaliran
filsafat yang lain, sebaliknya yang kedua meletakkan Pancasila selaku subjek yang
mengkaji aliran- aliran filsafat yang lain.

Berartinya Pancasila selaku sistem filsafat yakni supaya bisa diberikan


pertanggung jawaban rasional serta mendasar menimpa sila- sila dalam Pancasila
selaku prinsip- prinsip politik; supaya bisa dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam penyelenggaraan negeri; supaya bisa membuka diskusi dengan
bermacam perspektif baru dalam kehidupan berbangsa serta bernegara; serta
agar bisa jadi kerangka penilaian terhadap seluruh aktivitas yang bersangkut paut
dengan kehidupan bernegara, berbangsa, serta bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

(Gide, 2015)Gide, A. (2015). Pendidikandan Pelatihan Peningkatan Pemahaman


Hak Konstitusional Warga Negara. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 39.
Taufiqurrahman. (2018). Pendidikan Pancasila.
(Rozak, n.d.)Rozak, A. (n.d.). DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA.
Sarkadi, & Dkk. (2020). Modul Pendidikan Pancasila. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
(Semadi, 2019)Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di
Indonesia. Jurnal Filsafat Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, 2(2), 82–89.
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Baehaqi Arif, D. (2012). Pancasila Sebagai
sistem Filsafat dan Implikasinya. Hibah Materi Pembelajaran Non
Konvensional 2012, 1, 1–18. http://eprints.uad.ac.id/9432/1/Pancasila
Dwi.pdf
Yassa, S. (2018). Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat (aksiologi).
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 1(1), 1. https://doi.org/10.12928/citizenship.v1i1.10442

11
(Astawa, 2017)Astawa, I. P. A. (2017). Pancasila Sebagai Filsafat. V(1), 21.
Rowland, P. F. B. (2013). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Pendidikan Pancasila Di
Perguruan Tinggi, 17.

12

You might also like