You are on page 1of 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Dari berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial,

keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat.

Berbagai perubahan oleh faktor perkembangan zaman tentu saja

memengaruhi corak dan karakteristik keluarga, namun substansi keluarga

tidak terhapuskan. Meningkatnya angka perceraian sebagai salah satu indikasi

dari merosotnya nilai nilai keluarga ini.


Tenaga kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga

Negara Indonesia yang tinggal dalam jangka waktu lama dan unskil yang

bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Timur Tengah, Taiwan,dan lain-lain

dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. 1
Berdasarkan Data Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2011 s.d

2016 (s.d November) : 2

No TAHUN JUMLAH TKI

1 2011 586.802

2 2012 494.609

3 2013 512.168

1https://id.m.wikipedia.org/wiki/tenaga_Kerja_Indonesia diambil tanggal 05 Januari 2017 pukul


17:17 WITA.

2 Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi (PUSLITFO BNP2TKI).


2

4 2014 429.872

5 2015 275.736

(Januari s.d November) 253.688

6 2016 212.900

(Januari s.d November)

*Sumber (BNP2TKI)

Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri saat ini

jumlahnya sudah jutaan orang. Berdasarkan data (BNP2TKI) Kepala Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nusron

Wahid jumlah TKI yang bekerja diluar negeri pada tahun 2016 adalah

193.007 pekerja (januari-oktober 2016).3


Lembaga keluarga tidak selalu menjadi tempat yang baik bagi

perkembangan anak. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah kekerasan

anak yang dilakukan oleh orang terdekat termasuk keluarga. Keluarga

merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Seperti yang dikatakatakan

oleh Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial

yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi,

3 https://m.detik.com/finance/ekonomi-bisnis/2194313/jumlah-tki-capai-65-juta-tersebar-di-142-
negara
3

dan terjadi proses reproduksi. Ada tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti,

keluarga poligami, dan keluarga batih. 4


Pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki-laki dan

perempuan dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan

suami istri. Ketika anak pertama lahir, muncullah bentuk relasi yang baru,

yaitu relasi orang tua-anak, ketika anak berikutnya lahir muncul lagi bentuk

relasi yang lain, yaitu relasi sibling (saudara sekandung). Ketiga macam relasi

tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu keluarga inti.
Lembaga keluarga tidak selalu menjadi tempat yang baik bagi

perkembangan anak. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah kekerasan

anak yang dilakukan oleh orang terdekat termasuk keluarga. Keluarga

merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Menurut Murdock

menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki

karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan terjadi proses

reproduksi. Ada tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti, keluarga poligami, dan

keluarga batih.5
Pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki-laki dan

perempuan dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan

suami istri. Ketika anak pertama lahir, muncullah bentuk relasi yang baru,

yaitu relasi orang tua-anak, ketika anak berikutnya lahir muncul lagi bentuk

relasi yang lain, yaitu relasi sibling (saudara sekandung). Ketiga macam relasi

tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu keluarga inti.

4 Sri Lestari, Psikologi Keluarga; Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga,
(Jakarta: Kencana,2012), h. 1-3.

5 Ibid., h. 1-3.
4

Dalam keluarga yang lebih luas anggotanya atau keluarga batih, bentuk-

bentuk relasi yang terjadi akan lebih banyak lagi, misalnya kakek/nenek-cucu,

mertua-menantu, saudara ipar dan paman/bibi-keponakan. Setiap bentuk

relasi yang terjadi dalam keluarga biasanya memiliki karakteristik yang

berbeda.6
Keluarga menyediakan hubungan sosial dan lingkungan yang penting

demi kebutuhan pembelajaran pertama anak mengenai manusia, situasi, dan

keterampilan yang kelak akan digunakan sepanjang hayatnya sehingga para

orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik dan benar

agar anak-anaknya mampu mengatasi masalah dalam hidupnya.7


Dalam pandangan Islam, sejak dilahirkan, manusia telah di anugerahkan

potensi keberagamaan. Potensi ini baru dalam bentuk sederhana, yaitu berupa

kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu. Agar

kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi ini tidak salah, maka perlu

adanya bimbingan dari luar. Secara kodrati orang tua merupakan pembimbing

pertama yang mula-mula dikenal anak. Oleh karena itu, Rasul Allah SAW

menekankan bimbingan itu pada tanggung jawab kedua orang tua.8


Pembentukan jiwa keagamaan pada anak diawali sejak ia dilahirkan.

Kepadanya diperdengarkan kalimat tauhid dengan mengumandangkan adzan

ditelinga kanannya dan iqamat ke telinga kirinya. Lalu pada usia ketujuh hari

(sebaiknya) sang bayi di aqiqahkan dan sekaligus diberi nama yang baik,

sebagai doa dan titipan harapan orang tua agar anaknya menjadi anak yang

6 Ibid., h. 9.

7 Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010), h. 162.

8 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011), h. 22-23.


5

sholeh. Disamping itu, kepada anak diberikan makanan yang bergizi dan

halal. Pada periode perkembangan selanjutnya, anak diperlakukan dengan

kasih sayang, serta dibiasakan pada perkataan, sikap dan perbuatan yang baik

melalui keteladanan kedua orang tuanya. Lebih lanjut, saat anak menginjak

usia tujuh tahun, secara fisik mereka dibiasakan untuk menunaikan shalat

(pembiasaan). Kemudian setelah mencapai usia sepuluh tahun, perintah untuk

menunaikan shalat secara rutin dan tepat diperketat (disiplin). Pada jenjang

usia ini pun anak-anak diperkenalkan kepada nilai-nilai ajaran agamanya.

Diajarkan membaca kitab suci, sunnah rasul, maupun cerita-cerita yang

bernilai pendidikan.9
Oleh karenanya, saking urgennya pembinaan dan pendidikan sang anak

sehingga bisa menjadi anak yang shalih, Allah ta’ala langsung membebankan

tanggung jawab ini kepada kedua orang tua. Allah ta’ala berfirman:

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu.”10

Tanggung jawab pendidikan anak harus ditangani langsung oleh kedua

orang tua. Para pendidik yang mendidik anak di sekolah–sekolah, hanyalah

partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak. Orang tualah yang

seharusnya berusaha keras mendidik anaknya dalam lingkungan ketaatan

9 Ibid,. h. 24-25.

10 Al-Qur’an dan Terjemahannya Surat At-Tahrim ayat 6.


6

kepada Allah, maka pendidikan yang diberikannya tersebut merupakan

pemberian yang berharga bagi sang anak, meski terkadang hal itu jarang

disadari.

Keluarga menyediakan hubungan sosial dan lingkungan yang penting

demi kebutuhan pembelajaran pertama anak mengenai manusia, situasi, dan

keterampilan yang kelak akan digunakan sepanjang hayatnya sehingga para

orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik dan benar

agar anak-anaknya mampu mengatasi masalah dalam hidupnya. 11

Dalam pandangan islam, sejak dilahirkan, manusia telah di anugerahkan

potensi keberagamaan. Potensi ini baru dalam bentuk sederhana, yaitu berupa

kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu. Agar

kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi ini tidak salah, maka perlu

adanya bimbingan dari luar. Secara kodrati orang tua merupakan pembimbing

pertama yang mula-mula dikenal anak. Oleh karena itu, Rasul Allah SAW

menekankan bimbingan itu pada tanggung jawab kedua orang tua.12

Pembentukan jiwa keagamaan pada anak diawali sejak ia dilahirkan.

Kepadanya diperdengarkan kalimat tauhid, dengan mengumandangkan adzan

ditelinga kanannya dan iqamat ke telinga kirinya. Lalu pada usia ketujuh hari

(sebaiknya) sang bayi di aqiqahkan, dan sekaligus diberi nama yang baik,

sebagai doa dan titipan harapan orang tua agar anaknya menjadi anak yang

11 Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman,
h. 162.

12 Jalaludin, Psikologi Agama, h. 22-23.


7

sholeh. Disamping itu, kepada anak diberikan makanan yang bergizi dan

halal. Pada periode perkembangan selanjutnya, anak diperlakukan dengan

kasih sayang, serta dibiasakan pada perkataan, sikap dan perbuatan yang baik

melalui keteladanan kedua orang tuanya. Lebih lanjut, saat anak menginjak

usia tujuh tahun, secara fisik mereka dibiasakan untuk menunaikan shalat

(pembiasaan). Kemudian setelah mencapai usia sepuluh tahun, perintah untuk

menunaikan shalat secara rutin dan tepat diperketat (disiplin). Pada jenjang

usia ini pun anak-anak diperkenalkan kepada nilai-nilai ajaran agamanya.

Diajarkan membaca kitab suci, sunnah rasul, maupun cerita-cerita yang

bernilai pendidikan. 13

Keluarga juga dapat dikatakan mengalami tekanan dan kecemasan karena

hebatnya pengaruh dari luar yaitu masalah pekerjaan, ingin berkuasa,

persaingan kekayaan dan sebagainya. Perubahan kehidupan keluarga segera

terjadi yakni dari kehidupan yang damai tentram beralih kepada kehidupan

yang serba gelisah, cemas, penuh persaingan, materialistis dan egoistis. Hal

ini dapat memberikan dampak negative terhadap perilaku anak, seperti tidak

betah dirumah walaupun serba mewah, keadaan psikis anak semakin parah

karena orang tua mengalami gangguan emosional, karena persaingan hidup

yang keras serta kebutuhan ekonomi semakin tinggi. 14

Desa Lenek merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Aikmel

Kabupaten Lombok Timur. Sebagian masyarakat di Desa Lenek khususnya

13 Ibid,. h. 24-25.

14 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta,2013), h. 63.


8

para orang tua banyak yang kurang memberikan pembelajaran religiusitas

sehingga banyak anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan agama.

Sebagian besar para orang tua pergi merantau, sehingga pengasuhan

diberikan kepada salah satu anggota keluarga yaitu kakek/nenek.

Dari hasil observasi awal, jumlah TKI di desa lenek sebanyak 48 orang,

sehingga orang tua di Desa Lenek banyak yang tidak menjalankan tanggung

jawabnya sebagai orang tua dalam memberikan pendidikan religiusitas sejak

dini, hal ini dikarenakan permasalahan dalam rumah tangga (perceraian,

kekurangan ekonomi), sehingga banyak anak-anak yang diasuh oleh nenek

mereka yang sudah tua, akibatnya anak-anak kurang mendapatkan kasih

sayang dari orang tua mereka.15

Pada usia anak-anak peran keluarga sangat penting dalam meningkatkan

religiusitas anak, karena keluarga memiliki peran aktif dalam memberikan

pembelajaran kepada anak.


Pada uraian di atas, maka peneliti tertarik meneliti mengenai Peran

Keluarga Dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan Anak (Studi kasus

keluarga TKI di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok

Timur).

B. Fokus Kajian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana peran keluarga TKI dalam meningkatkan prilaku anak

di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur ?

15 Observasi, sabtu, 30 Desember 2016.


9

2. Apa saja hambatan-hambatan yang dialami keluarga TKI dalam

meningkatkan prilaku keagamaan anak di Desa Lenek kecamatan Aik

mel kabupaten Lombok Timur ?


C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Berdasarkan uraian konteks penelitian di atas, maka tujuan dilakukan

penelitian ini adalah :


a. Untuk mengetahui peran keluarga TKI dalam meningkatkan

prilaku keagamaan anak yang ditinggalkan oleh keluarga TKI.


b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami

keluarga TKI dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak di Desa

Lenek kecamatan Aik mel kabupaten Lombok Timur.


2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan ilmu

pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling dan dapat membantu

mahasiswa yang akan menyelesaikan tugasnya khususnya bagi

pembahasan tentang peran keluarga TKI dalam meningkatkan prilaku

keagamaan anak.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan bagi

para keluarga dan orang tua dapat memberikan pembelajaran yang

sesuai dengan tumbuh kembang anak. Serta peneliti sendiri agar dapat

menambah wawasan tentang bagaimana memberikan dan

meningkatkan prilaku keagamaan anak yang baik dan tepat.


D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang akan di teliti, maka yang menjadi

ruang lingkup dalam penelitian ini adalah salah satu keluarga. Sedangkan
10

setting (lokasi/tempat) penelitian dilakukan di Desa Lenek Kecamatan

Aikmel Kabupaten Lombok Timur.

E. Telaah Pustaka
1. Erlin Dwi Kusrina, dengan judul: Gambaran Pola Asuh Balita (1-5

tahun) Pada TKI di Desa Balong Kabupaten Ponorogo.


Hasil penelitian tersebut adalah pola asuh adalah model atau cara

mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua

dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan

masyarakat pada umumnya. Masa balita adalah masa emas dalam rentang

perkembangan seorang individu, di mana anak mengalami pertumbuhan

yang luar biasa dan tahapan ini merupakan masa ideal untuk mempelajari

berbagai keterampilan. Jenis pola asuh ada tiga macam yaitu, otoriter,

pola asuh primitif, dan pola asuh demokratis. Maraknya pemberangkatan

TKI, sehingga rela meninggalkan anaknya di usia balita. Peran besar pada

masa depan terdapat di usia balita. Oleh karena itu penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui Gambaran Pola Asuh Anak Balita (1-5

tahun) pada TKI di desa Balong Kecamatan Balong Kabupaten

Ponorogo.16
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 33 responden diperoleh 3

responden dominan pola asuh otoriter, 6 responden dominan pola asuh

primitif dan 24 responden dominan pola asuh demokratis. Pola asuh yang

diterapkan orang tua dominan pola asuh demokratis.


Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

TKI dan orang tua, sedangkan perbedaannya adalah peneliti tersebut


16 Erlin Dwi Kusrina, Gambaran Pola Asuh Anak Balita (1-5 tahun) pada TKI di Desa Balong
Kecamatan Balong, Ponerogo, (Skripsi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, jurusan
kebidanan,2014), 06 Januari 2017 pukul 12:24.
11

lebih berfokus pada pola asuh anak balita, sedangkan peneliti sendiri lebih

berfokus pada tingkat prilaku keagamaan anak, peneliti lebih berfokus

pada anak usia 7 sampai 12 tahun


2. Skripsi Herniati, Judul : Peran Bimbingan Mental Spiritual Dalam

Membangun Perilaku Beragama Anak Asuh di PSAA Harapan Mataram.

Peran bimbingan mental spiritual dalam membangun perilaku beragama

anak asuh di PSAA Harapan Mataram sudah berjalan dengan baik karena

merupakan pelaksana dalam kegiatan bimbingan mental spiritual. Peran

bimbingan sebgai pembimbing bisa di;ihat dari nasehat-nasehat yang

diberikan kepada anak asuh. Peran seorang pembimbing adalah bisa

menjadi tauladan atau contoh yang baik bagi semua anak asuh yang ada di

PSAA Harapan Mataram. Peran pembimbing mental spiritual memang

benar-benar sangat penting, karena dalam mengembangkan prilaku

beragama anak asuh para pembimbing menggunakan pendekatan dengan

pembiasaan, pendekatan dengan model dan pendekatan dengan pengertian

melalui ganjaran dan hukuman. 17


Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas peran

keagamaan untuk anak, sedangkan perbedaannya adalah peneliti tersebut

lebih berfokus pada mental spiritual anak asuh dan penelitiannya

dilakukan dilembaga, sedangkan peneliti sendiri lebih berfokus pada

tingkat prilaku keagamaan anak dilingkungan masyarakat.


F. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan umum tentang keluarga
a. Pengertian keluarga

17,, Herniati, Peran Bimbingan Mental Spiritual Dalam Membangun Perilaku Beragama Anak
Asuh di PSAA Harapan Mataram (Skripsi, IAIN Mataram Fakultas Dakwah dan Komunikasi
2015). H. 107.
12

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan

anak,tempat pertama bagi anak untuk belajar dan berkembang sebagai

manusiayang utuh dan makhluk sosial,tempat pertama kali anak belajar

mengenal aturan yang berlaku dilingkungan keluarga dan mayarakat.18


Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari

perhubungan laki-laki dan wanita,perhubungan mana sedikit banyak

berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi

keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuan sosial

yang terdiri dari suami,istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan

ini mempunyai sifat-sifat yang sama, di mana saja dalam satuan

masyarakat manusia.
b. Perilaku keagamaan anak
Perilaku keagamaan dapat dijabarkan dengan cara mengartikan

perkataan. Kata perilaku dalam kamus besar bahasa indonesia pusat

bahasa yaitu tanggapan atau reaksi indivdu terhadap rangsangan atau

perilaku19
Perilaku keagamaan seorang anak pada dasarnya tidak terlepas dari

dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran Islam yang dapat diklarifikasikan

menjadi tiga bagian yaitu:


a) Aqidah
Aqidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh

hati, menentramkan jiwa,dan menjadi keyakinan yang tidak

18 Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia, h. 72.

19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa


(Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 859.
13

bercampur dengan keraguan.20 Inti materi dari aqidah adalah

mengenai keimanan sebagaimana terdapat dalam rukun iman, yakni

meyakini tentang Allah, para malaikat,Nabi / Rasul,kitab-kitab

Allah,syurga dan neraka serta qada dan qadar.

b) Syariah
Syariah menurut hukum Islam, sebagaimana dikutip dari buku

karya Muhammad Alim yang berjudul”Pendidikian Agama Islam”

adalah hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah agar

ditaati hamba-hambanya. Syariah juga diartikan sebagai satu sistem

norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia

dengan alam lainnya.21


c) Akhlak
Menurut bahasa akhlak ialah kata jamak dari khuluq (khuluqun)

yang berarti budipekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak

disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Akhlak diartikan

sebagai ilmu tata krama, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku

manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau baik

sesuai dengan norma-norma atau tata susila.22


c. Peran keluarga dalam perspektif Islam
Konsep keluarga menurut islam secara substansial tidak begitu

berbeda dengan bentuk konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum

20 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), H. 204.

21 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung:Remaja Rosda Karya,2006), h. 124.

22 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al QuranI (Jakarta:Amzah, 2007), h. 3.


14

Islam yaitu membentuk rumah tangga yang bernafaskan Islam,

yang mawaddah wa rahmah.


Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, merupakan suatu

keluarga dambaan bahkan merupakan tujuan dalam suatu perkawinan

dan sakinah itu didatangkan Allah SWT. Maka untuk mewujudkan

keluarga sakinah harus melalui usaha maksimal baik melalui usaha

bathiniah (memohon kepada Allah SWT.), maupun berusaha secara

lahiriah (berusaha untuk memenuhi ketentuan baik yang datangnya dari

Allah SWT. dan Rasul-Nya, maupun peraturan yang dibuat oleh para

pemimpin dalam hal ini pemerintah berupa peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku).


Dalam Al-Qur’an istilah keluarga disebut dengan Ahlun,

sebagaimana terdapat dam surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperntahkan.”23


Menjaga keluarga yang dimaksud dalam butiran ayat di atas adalah

dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan mereka dan

membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah, serta melarang mereka

dari bermaksiat kepada-Nya.


Keluarga mempunyai empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi seksual yang membuat terjadinya ikatan di antara

anggota keluarga, antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis

23 Al-Qur’an dan Terjemahan, Surah At-Tahrim ayat 6.


15

kelamin ini secara alami berada pada posisi yang saling

membutuhkan.
2) Fungsi kooperatif untuk menjamin kontinuitas sebuah

keluarga.
3) Fungsi regeneratif dalam menciptakan sebuah generasi

penerus secara estafet.


4) Fungsi genetik untuk melahirkan seorang anak dalam

rangka menjaga keberlangsungan sebuah keturunan.


Seiring perkembangan hidupnya yang diwarnai faktor internal

(kondisi fisik, psikis, moralitas anggota keluarga) dan eksternal

(perubahan sosial budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan

yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh menerapkan

fungsinya, tetapi ada juga keluarga yang mengalami keretakan atau

ketidakharmonisan /disfungsional /tidak normal. Ciri-ciri keluarga yang

mengalami disfungsi adalah:24


a) Kematian orangtua.
b) Kedua orangtua bercerai.
c) Hubungan kedua orangtua (ayah dan ibu) tidak baik.
d) Hubungan orangtua dengan anak tidak baik.
e) Orangtua sibuk dan jarang di rumah.
f) Suasana rumah tanpa kehangatan.
g) Orangtua mempunyai kelainan kepribadian.
h) Sering terjadi kekerasan rumah tangga.
2. Factor-faktor yang membentuk perilaku
a. Teori behavioristik
Hakikat teori Skinner adalah teori belajar, yaitu bagaimana

individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi

lebih tahu. Ia yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan

mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus

menerus dengan lingkungannya. Cara yang paling efektif untuk


24 Syamsu Yusup, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 42.
16

mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan

pengutan, suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu

berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang akan datang.

Konsep dasarnya sangat sederhana yaitu semua tingkah laku dapat

dikontrol. Manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenis

tingkah laku manakala semua konsekuensi atau penguatan yang tersedia

di lingkungan dapat diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki..25

1. Pengaruh lingkungan terhadap perilaku


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar

individu yang bersifat mempengaruhi sikap tingkah laku dan

perkembangan. Perkembangan perilaku keagamaan akan sangat

dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarganya. Oleh karena

itu keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal yang mutlak untuk

diwujudkan, misalnya suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran

dan kerja sama kerap diperlihatkan oleh masing-masing anggota

keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir biasa

dipastikan hal yang sama juga akan dilakukan anak bersangkutan


2. Pengaruh budaya terhadap perilaku
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan

sosial. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola

berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga

membentuk keperibadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya

mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

25Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2010), h. 322.


17

suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka,

kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut..


G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi, yaitu peneliti melihat gejala-gejala atau

fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.


Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap

makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran

yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan pada situasi

yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami

fenomena yang dikaji.26


2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti akan bertindak sebagai observer untuk

mengamati objek yang akan diteliti. Kehadiran peneliti dalam penelitian

ini berperan sebagai instrumen kunci. Nasution menegaskan hanya

manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar

manusia, membaca gerak gerik muka, menyelami perasaan yang


27
terkandung dalam ucapan atau perbuaatan responden. Dalam kehidupan

subjek pada waktu penelitian, sebagai mana yang akan ditetapkan peneliti

sesuai dengan jadwal penelitian.


3. Sumber data
Sumber data dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini akan

menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

primer meliputi: anak yang menjadi pusat penelitian, orang tua dan

26 Ibid., h. 36.

27Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 62.
18

keluarga. Sedangkan sumber data sekunder meliputi buku-buku, majalah,

koran, , data-data tentang anak, data-data tentang keluarga tempat

dilakukannya penelitian.

4. Tehnik Pengumpulan Data


Penggunaan tehnik dan alat pengumpulan data yang tepat

memungkinkan diperolehnya data yang subjektif. Mengingat ini

merupakan jenis penelitian kualitatif dimana jasnis penelitian ini lebih

banyak dibutuhkan pendeskripsian data-data lapangannya, maka dalam

penelitian ini akan digunakan beberapa cara pengumpulan data antara lain:
a. Observasi
Menurut S. Margono, Observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian.28 Tujuan observasi ini untuk mendapatkan data yang

seobjektif mungkin, untuk mendapatkan data tentang anak dan faktor

yang menyebabkan religiusitas anak rendah. Peneliti akan Mengamati

perilaku anak itu sendiri baik di dalam keluarga, kehidupan sehari-hari.


Metode observasi yang akan peneliti gunakan adalah observasi non

partisipan yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan

dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dalam keseharian

informen.29

28Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan; Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi
aksara, 2009), h. 173.

29Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian;Skripsi, Tesis, Disertas dan Karya


Tulis Ilmiah,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 140.
19

Peneliti akan mengamati suatu keluarga dan melihat perilaku-

perilaku yang di tampakkan oleh anak, seperti kondisi keluarga sekitar

dari informen itu sendiri, perilaku informen di lingkungan keluarga,

masyarakat dan pergaulannya sehari-hari.


b. Wawancara
Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur. Menurut Malisnowski menunjukkan

sangat pentingnya wawancara tak berstruktur dalam melakukan

penelitian lapangan dibanding wawancara berstruktur.30 Wawancara

tidak terstuktur yang bertema peran keluarga dalam memeningkatkan

prilaku keagamaan anak keterlibatan orangtua dalam memberikan

pembelajaran non formal kepada anak. Dan hambatanyang dialami

keluarga dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak.


c. Dokumentasi
Yaitu sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu

berbentuk surat, catatan harian, cendera mata, artefak, laporan, dan

foto-foto.
Peneliti akan mencari data tentang peran keluarga dalam

meningkatkan prilaku keagamaan anak yang ditinggalkan oleh keluarga

TKI dan hambatan-hambatan yang dialami keluarga dalam

meningkatkan religisitas anak di Desa Lenek. Struktur Desa Lenek, luas

wilayah, jumlah penduduk, dan gambar-gambar yang terkait.

5. Analisis Data

30 Burhan Bungin, metodologi Penelitian Kualitatif;Aktualisasi metodologis ke Arah Ragam


Varian Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persad, 2015), h. 134.
20

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.31


Pada penelitian kualitatif, analisis data biasanya dilakukan sewaktu

berada di lapangan bersamaan dengan proses pengumpulan data dan

setelah meninggalkan lapangan. Setelah data dikumpulkan melalui metode

di atas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah

didapatkan.
6. Validitas Data
Untuk menetapkan keabsahan data dan untuk memperoleh data yang

valid, peneliti menggunakan beberapa tehnik, antara lain:


a. Trianggulasi data
Trianggulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.32


Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.33


Peneliti akan membandingkan hasil wawancara dan hasil

observasi. Hal ini untuk membandingkan apa yang dilihat daengan apa

yang didengar oleh penulis, sehingga hasil penelitian tidak bertolak

belakang dengan fakta dan realita yang ada.


b. Memperpanjang Kehadiran

31Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 200.

32Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi,(Bandung,: Remaja Rosdakarya,


2014), h. 330.

33Afifuddin dan Beni, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung : Pustak Setia, 2012), h. 143.
21

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaannya tidak hanya dilakukan dalam waktu yang

singkat. Tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian.34
Peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan

pengumpulan data tercapai.


Memperpanjang kehadiran yang akan dimaksud peneliti adalah

untuk mencari informasi yang lebih banyak dan mendapatkan hasil

yang lebih baik dari proses penelitian yang dilakukan.


c. Pemeriksaan dengan Teman Sejawat
Tehnik ini dilakukan dengan cara mengekspos sementara hasil

yang diperoeh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.

Tehnik ini mengandung beberapa maksud untuk membuat agar

peneliti mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Pemeriksaan

teman sejawat memberikan kesempatan awal baik untuk memulai

menyajikan dan menguji dugaan sementara yang muncul dari

penelitian.35
Peneliti akan meminta teman untuk memeriksa kembai dokumen-

dokumen yang akan dikumpulkan oleh peneliti, agar peneliti mudah

memperbaiki apa yang kurang dalam penelitian tersebut.


H. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi berjudul peran lingkungan sosial terhadap

pembentukan kepribadian remaja di Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari

terdiri atas:
1. Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang : konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan dan manfaat dan tujuan penelitian, ruang lingkup

34Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi, h. 327.

35Ibid, h. 332.
22

dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, kerangka teori dan

sistematika pembahasan.
2. Bab II paparan data dan temuan menguraikan tentang: gambaran

umum lokasi penelitian, bagaimana peran lingkungan sosial terhadap

pembentukan kepribadian remaja di Desa Tamansari Kecamatan

Gunungsari, apa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

kepribadian remaja di Desa Tamansari.


3. Bab III Pembahasan menguraikan tentang: gambaran umum lokasi

penelitian, bagaimana peran lingkungan sosial terhadap pembentukan

kepribadian remaja di Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari, apa faktor-

faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja di Desa

Tamansari.
4. Bab IV Penutup kesimpulan dan saran.
23

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Desa Lenek


1. Sejarah Desa Lenek
Desa Lenek, dahulu bernama Desa Sukamulia, penduduknya saat itu

hanya berjumlah 140 orang. Jumlah 140 ini tidak bisa berkembang biak

karena pengaruh desanya. Pada masa itu yang jadi penoak desa (pimpinan

desa) BALOQ DASA. Baloq dasa hanyalah pimpinan desa (bukan seorang

raja). Setelah beberapa tahun memimpin Desa Sukamulia yang berpusat di

Peresak Lenek (sekarang menjadi desa pemekaran yang bernama Desa

Lenek Pesiraman), Raden Wirangbaya selanjutnya memindahkan pusat

pemerintahannya kesebelah utara sejauh kurang lebih satu kilometer,

perkampungan baru yang pertamakali dibuat itu diberi nama Gubuk Koloh

Petung, akan tetapi oleh masyarakat dulu dikenal dengan sebutan

LENDEK, kemudian lama kelamaan oleh masyarakat dikenal

dengansebutan LENEK. Tidak ada catatan tertulis seputar waktu


24

perpindahan tersebut, hanya saja pada waktu itu diketahui nahwa agama

Islam sudah masuk dan berkembang di Desa Sukamulia ini walaupun

belum begitu pesat.


2. Letak Geografis
Desa Lenek merupakan salah satu desa yan ada di Kecamatan Aikmel

Kabupaten Lombok Timur. Desa Lenek terdiri dari sebelas dusun,

diantaranya Dusun. Koloh Motong, Dusun Karang Luar, Dusun Gubuk Jero,

Dusun Karang Ranjong, Dusun Karang Tembar, Dusun Paok Pondong,

Dusun Dasang Montong, Dusun Paok Pondong Lauk, Dusun Kali Sinta,

Dusun Otak Desa Timur dan Dusun Karang Ranjong Baret. Batas-batas

wilayah Desa Lenek sebagai berikut:

Batas Desa/ Kelurahan


Sebelah Utara Desa Lenek Daya
Desa Suralaga, Lenek
Sebelah Selatan
Lauk
Sebelah Timur Desa Aikmel Baret
Sebelah Barat Desa Anjani
Sumber: Profil kantor Desa Lenek36
Sementara luas wilayahnya yang membentang dari Paok Pondong

hingga Kali Sinta adalah 315,978 Ha/M2, jumlah penduduk di desa ini 4.486

jiwa dengan jumlah laki-laki 9.076 orang, jumlah perempuan 4.590

sedangkan jumlah Kepala Keluarga di desa ini 2.810. 37


Desa Lenek membawahi sebelas dusun terdiri dari pegunungan, hutan,

daratan, dan iklim sedang dan menyiapkan sumber-sumber alam yang

belum diolah secara maksimal seperti umbi-umbian, berbagai jenis

pertanian, perkebunan dan kehutanan.

36 Profil kantor Desa Lenek 2017

37
25

Jarak desa dengan dusun dengan desa lumayan dekat dapat di tempuh

dengan waktu yang lumayan singkat. Keadaan jalan yang menghubungkan

antara desa dan dusun cukup baik, karena banyak kendaraan yang

melewati jalan tersebut. Seperti Mobil Keri, Sepeda Motor, Cidomo dan

jenis angkutan lainnya.


Lenek merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Aikmel,

Kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Desa

Lenek merupakam satu dari 9 desa dan kelurahan yang ada di kecamatan

Aikmel. Desa ini memiliki kode post 83653.


3. Struktur Organisasi Desa Lenek
Desa Lenek dipimpin oleh H. Ihsan, sekertarisnya bernama. bendahara

desa ini bernama Untuk menjalankan roda pemerintahan yang sistematis.

Desa ini memiliki struktur organisasi pemerintahan yang jelas. Sehingga

terlihat arah dan koordinasi antara kepala desa, staf dan para kepala dusun.

Struktur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Bagan 1

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA LENEK KECAMATAN


AIKMEL KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2017

KEPALA DESA
BPD
H.ICHSAN
26

SEKRETARIS DESA

TOHRI,S.Ag

Kaur Pem Kaur Pemb Kaur Kesra


JAMILUDIN MUZAKAR ZAENAL

Kaur tramtib Kaur keu Kaur umum

Sopyan Hadi Isnaeni H. Munawir

Dasan Gunung Perempung limb Limb Mt Rendan


Bara sari selatan utara sager g bajur
Mahsun
H.M.Ath M.Taufik Yahya Zahrul M.saleh Nengah
ar mayadi renge

Medas Medas Medas Medas Medas Mds barat Medas


bawak BeduguL baru munawara Bentaur kokoq Pintu
bagek h air
Riduan Bahrain Murhad Mahrup
38
Lukman Sumber: Profil Desa Lenek Hanafi Junaidi

Berdasarkan gambar di atas, bisa diketahui bahwa struktur

pemerintahan yang ada di Desa Lenek terdiri dari kepala desa sebagai

pemegang pemerintahan tertinggi yang bertanggung jawab langsung

kepala BPD sekaligus membawahi kepala dusun, kemudian sekertaris desa

yang bertugas membawahi beberapa KAUR yang ada. Dalam menjalankan

pemerintahan, Kepala Desa Tamansari senantiasa bekerjasama dengan

38 Dokumentasi. Profil Desa Tamansari 2016


27

seluruh komponen masyarakat desa, Sekertaris Desa (SEKDES), enam

orang kepala urusan (KAUR), dan empat belas orang kepala dusun

(KADUS), dengan perincian sebagai berikut:


a. Kaur pemerintahan
b. Kaur ekonomi pembangunan
c. Kaur keuangan
d. Kaur administrasi umum
e. Kaur kesra
f. Kaur trantib

Sedangkan kepala Dusun (KADUS) terdiri dari tujuh kadus yaitu:

a. Kadus Koloh Motong, , Dusun, Dusun, Dusun, Dusun, Dusun,

Dusun, Dusun, Dusun dan Dusun Gunungsari


b. Kadus Karang Luar
c. Kadus Gubuk Jero
d. Kadus Karang Ranjong
e. Kadus Paok Pondong
f. Kadus Paok Pondong Lauk
g. Kadus Dasang Montong
h. Kadus Karang Tembar
i. Kadus Kali Sinta
j. Kadus Otak Desa Timur
k. Kadus Karang Ranjong Baret
4. Keadaan penduduk
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh staf Desa Lenek

Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, pada akhir tahun 2017

seperti yang peneliti kutip pada buku profil desa, jumlah penduduk Desa

Lenek adalah 9565 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebnyak 4.486 jiwa dan

perempuan sebanyak 4.590 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan

pada tabel berikut :

Tabel. 2.1

Jumlah Penduduk Desa Lenek


28

4.48 Ora
Jumlah Laki-laki
6 ng
4.59 Ora
Jumlah Perempuan
0 ng
9.07 Ora
Jumlah Total
6 ng
2.81
Jumlah Kepala Keluarga KK
0
Sumber : profil Desa Tamansari39

5. Keadaan Msyarakat
a. Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi masarakat Desa Tamansari sebagian besar

menengah ke bawah.40dari segi mata Pencaharian sebagaian besar

sebagai petani dan sebagian kecil bekerja sebagai pegawai Negeri,

Pedagang, Peternak, Montir, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya

mengenai mata pencaharian penduduk Desa Lenek Kecamatan Aikmel

dapat di lihat dari tabel berikut:

Tabel 2.2

Jenis pekerjaan Desa Tamansari

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan


Oran
Petani 25 Orang
490 g
2
Oran
Buruh Tani 1.04 86 Orang
g
3 1
Oran
Buruh Migran Perempuan 10 Orang
2 g
9
Oran
Buruh Migran Laki-laki Orang
263 g 23

39 Dokumentasi, Profil Desa Tamansari 2016

40 Ibid., h. 12.
29

Oran
Pegawai Negeri Sipil Orang
28 g 18
Pengrajin Industri Rumah Oran
21 Orang
Tangga 4 g
8
Oran
Pedagang Keliling Orang
16 g 14
Oran
Peternak Orang
367 g 36
Oran
Nelayan Orang
- g -
Oran
Montir Orang
7 g -
Oran
Dokter Swasta Orang
- g -
Oran
Bidan Swasta Orang
- g 3
Oran
Perawat Swasta Orang
- g 5
Oran
Pembantu Rumah Tangga Orang
1 g 16
Oran
TNI Orang
1 g -
Oran
POLRI Orang
3 g -
Pensiunan PNS/ TNI/ Oran
Orang
POLRI 4 g -
Pengusaha Kecil dan Oran
Orang
Menengah 23 g 22
Oran
Pengacara Orang
- g -
Oran
Notaris Orang
- g -
Oran
Dukun Kampung Terlatih Orang
2 g 5
Oran
Jasa Pengobatan alternatif Orang
- g -
Oran
Dosen Swasta Orang
- g -
Oran
Pengusaha Besar Orang
3 g -
Oran
Arsitektur Orang
- g -
Oran
Seniman/ Artis Orang
- g -
Karyawan Perusahaan Oran Orang
30

Swasta 1 g 2
Karyawan Perusahaan Oran
Orang
Pemerintah 3 g -
Sumber: profil Desa Lenek41

b. Keadaan Agama
Keadaan agama masyarakat Desa Lenek 100 % masyarakat yang

menganut agama Islam. Adapun mengenai ketaatan menjalankan

ajaran agamanya dari semua kalangan taat menjalankan ajaran agama.

Dilihat dari kegiatan sholat berjama’ah dari anak-anak, remaja maupun

orangtua banayak yang melakukan sholat berjama’ah. Begitu pula jika

dilihat dari kegiatan kegiatan agama yang lainnya seperti kegiatan

hiziban yang dilaksanakan setiap malam malam Jum’at. Semua

informen yang peneliti teliti beragama islam.

Tabel 2.3

Agama

Agama Laki-laki Perempuan


Ora 4. Ora
Islam 4.48
ng 590 ng
6
Ora Ora
Kristen
- ng - ng
Ora Ora
Khatolik
- ng - ng
Ora Ora
Hindu
- ng - ng
Ora Ora
Budha
- ng - ng
Ora Ora
Khonghucu
- ng - ng
Kepercayaan Kepada Ora Ora

41 Profil Desa Tamansari, 2016


31

Tuhan YME - ng - ng
Aliran Kepercayaan Ora Ora
Lainnya - ng - ng
Ora 4. Or
Jumlah 4.48
ng 590 ang
6
Sumber: profil Desa Lenek42

Adapun mengenai sarana peribadatan di Desan Lenek berjumlah 3

buah masjid dan 20 buah musholla. Dan tiap-tiap tempat peribadatan

iniditempati anak-anak TPQ (Tempat Pendidikan Al-Qur’an) pada sore

hari atau setelah sholat ashar, dan yang menjadi tenaga pengajar adalah

remaja putra maupun remaja putri yang ada di Dususn Lenek.

Bu
Jumlah Masjid 3
ah
2 Bu
Jumlah Musholla
0 ah
Sumber: profil Desa Lenek

c. Pendidikan dan Lembaga Pendidikan


Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya merupakan

salah satu motivasi untuk anak-anak mereka sekolah dan belajar. Kondisi

pendidikan di desa ini baik dan sebagian besar bersekolah walaupun

kebanyakan pendidikan terakhirnya SMA. Untuk lebih jelasnya lagi

mengenai keadaan pendidikan Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari

dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel. 2.4
Tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan


Usia 3-6 tahun yang belum Oran
Orang
masuk TK 240 223 g
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ Oran
Orang
Play Group 44 49 g
42 Propil Desa Tamansari 2016
32

Usia 7-18 tahun yang tidak Oran


Orang
pernah sekolah 11 12 g
Usia 7-18 tahun yang sedang Oran
Orang
sekolah 804 716 g
Usia 18-56 tahun tidak pernah Oran
Orang
sekolah 387 421 g
Usia 18-56 tahun pernah SD Oran
Orang
tetapi tidak tamat 334 386 g
Oran
Tamat SD/ Sederajat Orang
743 809 g
Jumlah Usia 12-56 tahun tidak Oran
Orang
tamat SLTP 176 158 g
Jumlah Usia 18-56 tahun tidak Oran
Orang
tamat SLTA 151 156 g
Oran
Tamat SMP/ Sederajat Orang
260 313 g
Oran
Tamat SMA/ Sederajat Orang
234 259 g
Oran
Tamat D-1/ Sederajat Orang
10 11 g
Oran
Tamat D-2/ Sederajat Orang
9 12 g
Oran
Tamat D-2/ Sederajat Orang
1 3 g
Oran
Tamat S-1/ Sederajat Orang
76 54 g
Oran
Tamat S-2/ Sederajat Orang
1 1 g
Oran
Tamat S-3/ Sederajat Orang
- - g
Oran
Tamat SLB A Orang
- - g
Oran
Tamat SLB B Orang
- - g
Oran
Tamat SLB C Orang
- - g
Oran 3
Jumlah 3.48 Orang
g .583
1

Keadaan pendidikan di suatu wilayah akan mempengaruhi

kehidupan masyarakat secara umum di wilayah tersebut. Hal ini wajar


33

adanya karena pendidikan sangat menentukan kualitas sumber daya

manusia. Sarana pendidikan yang tidak baik atau buruk tentu akan

menghambat proses belajar mengajar secara optimal. Sarana pendidikan

yang memadai sangat menunjang kelancaran proses dan kegiatan belajar

mengajar guna mencetak sumberdaya manusia yang handal. Sumber daya

manusia yang handal sangat menentukan gerak lajupembangunan suatu

daerah atau wilayah. Oleh karena itu Desa Lenek Kecamatan Aikmel

Kabupaten Lombok Timur telah mengupayakan keberadaan sarana dan

lembaga pendidikan yang memadai sebagai sarana belajar masyarakat.

Tabel1.3
Jumlah Lembaga Pendidikan Di Desa Lenekt Kecamatan Lombok
Timur

Status Jumlah Jumlah


Kepemilikan
(Terdaftar, Tenaga Siswa/
Nama Jumlah
Terakre Peme Penga Maha
Swasta Dll
Ditasi rintah jar Siswa
Sekolah
- - - - - - -
Islam
Raudhatul
- - - - - - -
Athfal
Ibtidaiyah 1 √ - √ - 25 180

1 √ - √ - 30 230
Tsanawiyah
Aliyah - - - - - - -
Ponpes - - - - - - -
Perguruan
- - - - - - -
Tinggi
SLB - - - - - - -
Sumber : Profil Desa Lenek

d. Keadaan sistem nilai dan kebudayaan


34

Sistem nilai dan kebudayaan di desa ini masih kental dan masih di

terapkan sampai sekarang. Baik itu dalam bidang agama, sosial maupun

adat istiadat43
1) Bidang Keagamaan
Aktivitas keagamaan di desa ini yang diadakan masyarakat

setempat, misalnya: Pelaksanaan nuzulul Qur’an pada bulan

Ramadhan, pelaksanaan Isra’ Mi’raj, Hidziban setiap malam jumat,

Tahlilan, dan Yasinan setiap malam jumat.


2) Bidang adat
Kebiasaan adat istiadat masyarakat Desa Lenek tidak jauh

berbeda dengan kehidupan masyarakat pada umumnya, penduduk

Desa Tamansari sama halnya dengan penduduk desa lainnya yang

sangat menjujung tinggi adat istiadat para pendahulunya, yaitu

kebiasaan yang sudah mendarah daging di desa ini. Adapun adat

yang ada di desa Tamansari yang masih dilaksanakan sampai

sekarang misalnya Begawe, Nyongkolan dan Nyombe.

3) Bidang social
Kebiasaan adat istiadat masyarakat Desa Tamansari tidak jauh

berbeda dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Adapun adat

yang ada di Desa Tamansari yang masih dilaksanakan sampai

sekarang misalnya kegiatan Gotong Royong setiap hari Jumat.


B. Peran Keluarga TKI dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan Anak

di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur


Banyaknya prilaku menyimpang yang terjadi baik dari usia anak sampai

dewasa, tidak terlepas dari kokoh pondasi yang dibangun oleh lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyaraka. Pentingnya bimbingan dan penanaman


43 Ibid, h. 14.
35

keagamaan pada anak tidak hanya akan melandasi tingkah laku yang nampak,

tetapi juga mewarnai sikap, pemikiran dan kemauan bimbingan agama serta

penanaman pempentukan religiusitas (keagamaan) pada anak, sangat baik

sebagai landasan yang kuat untuk menghadapi perjalanan menuju dewasa.


Desa Lenek merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Aikmel

Kabupaten Lombok Timur. Sebagian masyarakat di Desa Lenek khususnya

para orang tua banyak yang kurang memberikan pembelajaran religiusitas

sehingga banyak anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan agama.

Sebagian besar para orang tua pergi merantau, sehingga pengasuhan

diberikan kepada salah satu anggota keluarga yaitu kakek/nenek.


Dari hasil observasi awal, jumlah TKI di desa lenek sebanyak 48 orang,

sehingga orang tua di Desa Lenek banyak yang tidak menjalankan tanggung

jawabnya sebagai orang tua dalam memberikan pendidikan religiusitas sejak

dini, hal ini dikarenakan permasalahan dalam rumah tangga (perceraian,

kekurangan ekonomi), sehingga banyak anak-anak yang diasuh oleh nenek

mereka yang sudah tua, akibatnya anak-anak kurang mendapatkan kasih

sayang dari orang tua mereka.44


Masyarakat Desa Lenek mayoritas beragama islam memandang

pendidkan dari keluarga suatu hal yang harus dan wajib dilaksanakan karena

mengingat anak adalah amanah dan tanggung jawab yang harus dididik dari

kecil, masyarakat Desa Lenek selalu mengajarkan anak-anaknya tentang

tatakrama dan ajaran agama untuk membekali anak-anak mereka dalam

menjalankan roda kehidupan yang semakin berkembang. Salah satu cara

mereka mendidik anak-anak mereka yaitu dengan menyerahkan anak-anak

44 Observasi, sabtu, 30 Desember 2016.


36

mereka ke tempat pengajian sehingga anak-anak mereka sudah bisa

melaksanakan sholat dan menghapal tentang iman, islam dan ibadah lainnya

tidak terlepas dari cara tersebut, orang tua juga mencontohkan prilaku baik

sesuai dengan ajaran agama Islam.


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa peran

keluargaTKI dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak.


Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari salah satu tokoh

agama sekaligus menjadi tokoh masyarakat di Desa Lenek mengatakan:


“salah satu peran yang saya lakukan selaku keluarga adalah dengan
cara membekali anak dengan pengetahuan agama terutama tentang
iman sehingga untukmenjalankan kehidupan bersosial seorang anak
akan mempunyai bekal untuk membedakan mana yang baik dan yang
tidak baik dan ketika disinggung tentang peran kedua orang tua dalam
pendidikan beliau mengatakan bahwa anak kecil merupakan amanat
bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata
alami yang bersih dari pahatan dan bentukan. Jika dibiasakan dan
diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah
kedua orang tuanya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Namun
sebaliknya bila anak dibiasakan dengan kejelekan, maka akan menjadi
pribadi jahat. Maka orang tua harus memelihara, mendidik dan
membina serta mengajarinya akhlak yang baik kepada anak-anaknya.
anak akan sangat tergantung terhadap pendidikan yang diajarkan oleh
orang tua ketika berada di rumah. Apabila dalam keluarganya, keluarga
memberikan pendidikan yang baik, maka hal tersebut akan terbawa ke
dalam kepribadian anak tersebut sampai ke sekolah maupun dalam
masyarakat.”45

Sedangkan dari informasi lain yang penulis peroleh dari salah satu

orang tua a di Ledang jero Desa Lenek Inaq Halimah mengungkapkan bahwa:

“salah satu cara untuk meningkatkan prilaku keagamaan anak adalah


dengan memberikan fasilitas/kebutuhan belajar sehingga tidak akan
merasa kekurangan dan tidak akan mencuri, selain dari kecil anak-
anaknya diajarkan tentang tatakrama dan pengetahuan agama salah satu
cara mendidik anaknya adalah setelah lulus Sekolah Dasar para orang
tua memasukkan anaknya ke yayasan atau pondok pesantren supaya
45 Bahar(orangtua), Wawancara , 2 April 2017
37

anak-anaknya mempunyai moral dan budi pekerti yang baik sehingga


mereka mampu beradaptasi dan bisa membedakan prilaku yang baik
dan buruk serta menambah wawasan keagamaan.”46

Menurut pak Jumahir di tempat berbeda yang juga warga Desa Lenek

yang mengatakan bahwa:

“Peran keluarga dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak adalah


dengan cara memasukkan anak ke pondok pesantren dan dengan
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anak sehingga anak akan
merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya dengan perhatian yg
diberikan tersebut.”47

Dari hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa peran

yang dilakukan oleh orang tua diantaranya, orangtua

C. Hambatan-Hambatan yang dialami Keluarga TKI dalam

Meningkatkan Prilaku Keagamaan Anak di Desa Lenek kecamatan Aik

mel kabupaten Lombok Timur


Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah

seorang nenek, yang bernama inaq Endong yang mengatakan bahwa:

“hambatan dialami keluarga dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak yang


salah satu orang tuanya pergi ke luar negeri (TKI) adalah anak minder dari
temantemannya,
tingkah laku yang bebada dari sebelumnya, motivasi dalam
belajar kurang. Dampak dari perceraian orang tua juga seperti cara
berpakaian anak tersebut jarang diperhatikan sehingga pakaian yang
dipakai sekolahpun kadang tidak teratur, anak tersebut juga akan
mengalami kesulitan dalam belajar karena tidak ada lagi yang
memberikan dia perhatian dan melengkapi kebutuhan-kebutuhan
belajarnya.Anak yang dari keluarga broken home dengan yang
keluarga yang masih utuh tentu berbeda. Apalagi anak yang ditinggal

46 Inaq Halimah (orangtua), Wawancara , 3 April 2017

47 Hj. Nurmiati, Wawancara, 5 April 2017


38

nikah oleh orangtuanya dan si anak tinggal bersama kakek atau


neneknya mereka akan minder untuk bermain bersama temantemannya.
Bisa dikatakan bahwa dampak dari keluarga broken home
lebih banyak dampak negatifnya dibandngkan dengan dampak
negatifnya. Saya mengatakan seperti ini karena saya pernah
mengalaminya.56
Senada dengan apa yang dikatakan oleh H.Safri yaitu yang sudah menjadi
penghulu Desa selama kurang lebih 25 tahun dan berakhir pada awal tahun
2015 dan sekaligus menjadi guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah) mengatakan
bahwa :
“Dampak dari perceraian orang tua itu sangat besar dampaknya
terlebih terhadap anak, jika kita lihat dari tingkah lakunya yang
56Wawancara, Hilman Yuswardi, Merce Barat, 11 Mei 2015.
menjadi cepat marah, kurang fokus dalam belajar, motivasi belajarnya
kurang, kurang aktif di dalam kelas.Jika di lihat dari tingkah lakunya
di rumah dia minder dengan temannya, lebih pendiam, dan sebagainya.
Bentuk dari kesulitan belajar anak keluarga broken home seperti anak
tersebut kurang fokus dalam belajar sehingga nilaiya juga akan
menurun. ”57
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Nurul Wathan salah seorang guru di
MI (Madrasah Ibtidaiyah) mengatakan bahwa:
“Keluarga broken home akan berdampak terhadap kesulitan belajar
anak karena kurangnya perhatian orangtua sehingga anak akan
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Begitu pula dengan
tingkahlaku yang ditunjukkan oleh anak-anak yang keluarganya
broken home berbeda dengan tingkahlaku anak-anak yang
keluarganya masih utuh. Bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh
anak-anak dari keluarga broken home ketika si anak menemukan
kesulitan dalam belajarnya dan tidak ada tempat bertanya maka dia
akan jenuh dengan pelajarannya”. 58
Begitu pula apa yang disampaikan oleh Hj.Ihsaniati Rahmani,S.Pd.I yang
sekaligus sebagai kepala sekolah MI NW Mercapada mengungkapkan bahwa:
“Anak yang keluarganya bercerai sangat banyak dampaknya terhadap
anak. Kita bisa lihat dari kegiatn sehari-harinya anak yang tinggal
bersama ibu tiri ataupun bapak tirinya, maupun tiggal bersama nenek
ataupun kakeknya, jika diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
maka mereka jarang untuk mengerjakannya karena tidak ada yang
mengontrolnya di rumah. Akan tetapi kalau dia diberikan tugas di
sekolah maka dia mengerjakannnya. Prestasi yang diraih oleh anak
yang keluarganya masih utuh juga berbeda jika dibandingkan dengan
39

prestasi anak yang keluargaya bercerai. Karena alasan tadi tidak


adanya perhatian yang didapati oleh anak yang keluarganya
bercerai”.59
Begitupula dengan apa yang dikataka oleh Rahman Haris seorang guru di
SMP (Sekolah Menengah Pertama) mengatakan bahwa:
“Dampak keluarga broken home terhadap anak tentu sangat banyak,
seperi: minder pada teman-temannya, pemurung, konsentrasi dalam
57Wawancara, H.safri, Merce Barat, 19 Mei 2015.
58Wawancara, Nurul wathan, Merce Barat, 14 April 2015.
59Hj.Ihsaniati Rahmani, S.Pd.I, Iwawancara, MI NW mercapada, 20 Mei 2015.

belajar kurang dan sebagainya. Anak akan mengalami kesulita belajar


karena tidak ada yang memberikan semangat supaya anak tersebut
giat untuk belajar, dan control dari orang tuanya kurang didapati
sehingga mereka malas untuk belajar.60
Begitu pula dengan apa yang disampaikan oleh anak-anak yang keluarganya
broken home. Irwan Maulana anak dari Mawardi mengatakan bahwa
“pelajaran yang paling saya adalah pelajaran agama karena setiap kali
diberikan tugas saya selalu mendapatkan nilai 100. Berbeda dengan
pelajaran matematika saya pernah mendapatkan nilai 0. Saya tidak
pernah didampingi belajar oleh bapak atau ibu tiri saya, kalau saya
mempunyai tugas yang mengajarkan adalah teman-teman. Saya lebih
sering tinggal bersama kakek dan yang member makan saya adalah
kakek karena ayah saya sering pergi bekerja dan pekerjaannya itu
membuat dia harus tinggal di sana untuk waktu lebih dari semiggu”.61
Sebagaimana dikatakan pula oleh Rian Aditia Yudistira yang berumur 9
tahun dan kelas 3 MI (Madrasah Ibtidaiyah) /sederjat mengatakan bahwa:
“Saya tinggal bersama nenek saya, jika disuruh milih harus tinggal
sama bapak atau nenek saya akan memilih tinggal bersama nenek.
Akan tetapi saya merasa diperhatikan oleh bapak seperti sering
memberikan uang, mengajak ke pantai membelikan pakaiandan
sebagainya.Akan tetapi saya tidak pernah didampingi belajar oleh
bapak dan saya hanya belajar di sekolah saja, bisa dikatakan saya
jarang belajar di rumah.Di sekolah saya mendapatkan peringkat kelas
27 dan 28 dari 30 siswa”.62
Senada dengan apa yang dikatakn oleh Mediana Yasmin yang berumur 12
tahun dan sekarang dia kelas 5 SD mengatakan bahwa :
“saya senang pelajaran agama dan saya kurang menykai pelajaran
matematika karena sulit. Siapa yang mau mengajar saya, setelah ibu
bapak saya bercerai, kemudian ibu pergi merantau ke Malaysia untuk
menjadi TKW. Sekarang saya tinggal bersama kakek dan nenek
saya.Ketika saya mempunyai tugas dari sekolah saya belajar dengan
40

meminjam buku paket dari sekolah dan ketika saya menemukan


60Rahman Haris, S.Pd,wawancara, Merce Timur, 20 Mei 2015.
61 IrwanMaulana , wawancara, Merce Barat, 9 Mei 2015.
62Rian Aditia Yudistira, wawancara, Merce Barat, 10 Mei 2015.

kesulitan di dalam belajar saya menanyakan kepada teman-teman di


sekolah”.63
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh yudi Saputra berumur 14 tahun
dan sekarang kelas 1 SMP mengatakan bahwa:
“Pelajaran yang paling saya sukai adalah pelajaran sejarah karena
menurut saya seru dan saya paling tidak senang pelajaran matematika.
Saya mendapatkan perhatian yang lebih dari nenek dan kakak saya
semua kebutuhan yang saya perlukan baik itu pakaia sekplah, makan
seharai-hari, uang jajan dan sebagainya. Dan saya lebih senang tinggal
bersama nenek dibandingkan dengan ibu ataupun bapak.Ibu
memberikan saya uang kadang-kadang apalagi bapak, sekali satu
tahun dikasi uang.Karena orang tua saya sudah sama-sama menikah
lagi dan memiliki istri dan anak lagi menurut saya dia mempunyai
tanggung jawab yang besar.Jika saya mempunyai tugas dari sekolah
saya belajar sendiri kalau saya tidak bisa menyelesaikannya saya
bertanya pada teman-teman di sekolah.”64
Peristiwa perceraian itu menimbulkan berbagai akibat terhadap orang tua dan
anak.Tercipta perasaan yang tidak menentu.Sejak saat ini ayah dan ibu
menjadi tidak berperan efektif sebagai orang tua.Mereka tidak lagi
memperlihatkan tanggung jawab penuh dalam mengasuh anak.65
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Algi anak dari Supriadi yang
berumur 11 dan sekarang kelas 5 MI (Madrasah ibtidaiyah) mengungkapkan
bahwa:
“Di rumah saya tinggal bersama ibu tiri, bapak, adik, kakek dan nenek
saya. Walaupun saya tinggal satu rumah dengan bapak saya akan
tetapi saya lebih senang tinggal bersama nenek da kakek saya. Karena
saya tinggal bersama nenek sejak kecil dan segala kebutuuhan
dipenuhi oleh mereka.Walaupun kadang-kadang saya diberikan uang
oleh bapak.Saya jarang belajar di rumah belajarnya hanya di sekolah
saja, tapi kalau saya mendapatkan tugas dari sekolah saya
mengerjakannya dengan teman-teman.Terkadang saya merasa iri pada
adik saya yang tinggal bersama ibu kandungnyadan bapaknya, dia
63Mediana Yasmin, wawancara, Merce Timur, 22 Mei 2015.
64Yudi Saputra, wawancara, Merce Timur, 22 Mei 2013.

65Ibid, h. 115.

sering diajak jalan-jalan, dibelikan mainan, berangkat ke sekolah


selalu diantar dan banyak lagi”.66
41

Terlihat jelas perbedaan antara anak yang keluarganya masih utuh dengan
anak yang keluarganya broken home. Anak yang keluarganya broken home
lebih senang menyendiri dalam bermain, kurang ingin bekerja sama, kurang
teratur, kurang kreatif. Mereka lebih senang mengamati permainan daripada
ikut bermain. Ketika ia ingin bermain bersama temannya, ia lebih memilih
teman main yang usianya lebih kecil atau lebih cenderung memilih teman
putri daripada ia memilih teman pria yang sebaya. 67
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa anak yang
dari keluarga broken home jika bermain mereka akan memilih teman yang
lebih kecil darinya. Irwan Maulana yang sudah berumur 7 tahun lebih
memilih teman bermainnya yaitu anak umur 4 atau 5 tahun. Yudi saputra
yang sudah berumur 14 tahun lebih memilih teman bermainnya yaitu anakanak
yang berumur 7-10 tahun, begitu pula denagn Arman yang sudah
berumur 14 tahun lebih memilih teman bermain anak berumur 7-10 tahun.68
Masih membahas tentang dampak keluarga broken home terhadap kesulitan
belajar anak. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang
tua, Sahuri ibu tiri dari Irwan Maulana mengungapkan bahwa:
“Kami bercerai karena sudah tidak adanya kecocokan antara kami dan
itu semua dikarenakan banyak hal salah satunya yaitu karena saya
ingin mempunyai seorang anak. Walaupun saya sebagai ibu tiri saya
sering menyuruh dia untuk belajar tapi dia yang tidak mau untuk
belajar.Karena dia tidak mau untuk belajar maka saya tidak tahu dia
mengalami kesulitan atau tidak dalam belajarnya.”69
66Algi,wawncara, merce Timur, 22 Mei 2013.
67Dagun, Psikologi, 121.

68Observasi, Merce Barat, 11 Mei 2015.

69Mawardi, wawancara,Merce Barat, 23 Mei 2015.

Senada dengan yang disampaikan oleh Mawardi ayah kandung dari Irwan
Maulana mengatakan bahwa:
“Memang saya tidak pernah mendampinginya dalam belajar karena
saya jarang di rumah karena tuntutan pekerjaan. Tapi jka saya di
rumah, saya memberikan bimbingan supaya dia rajin sekolah dan
mengaji.Ketika dia tidak mendengarkan perkataan saya dia akan
mendapatkan hukuman.”70
Senada dengan yang disampaikan oleh Nawar ayah dari Rian Aditia Yudistira
mengatakan bahwa:
“Saya memberikan perhatian kepada anak-anak saya seperti mengajak
bermain, memberikan uang, membelikan mainan. Saya tidak pernah
mendampinginya dalam belajar karena dia lebih sering tinggal
bersama kakek dan neneknya. Akan tetapi saya selalu menyuruhnya
untuk belajar, mengaji, akan tetapi anaknya yang kadang-kadang tidak
42

mau belajar.71
Senada dengan yang disampaikan oleh Helinawati ibu dari Yudi Saputra
mengatakan bahwa:
“Walaupun saya tidak tinggal bersama anak saya karena saya menikah
lagi, tapi saya masih memperhatikan pendidikannya. Akan tetapi saya
sering pulang untuk melihat keadaannya dan memberikan uang.Saya
tidak pernah mendampinginya dalam belajar karena kita tidak tinggal
bersama, dan menurut saya ada pamannya yang akan
mengajarainya”.72
Hal yag sama disampaikan oleh Supriadi orang tua dari Algi mengatakan
bahwa:
“Saya selalu memperhatikan anak saya seperti menyuruhnya untuk
belajar dan sebagainya, orang tua mana yang tidak mau supaya
anaknya mendapatkan yang terbaik.Akan tetapi anak saya lebih
senang tinggal bersama kakek dan neneknya mungkin itu karena saya
jarang di rumah karena saya harus bekerja. Akan tetapi semua yang
saya kerjakan untuk membahagiakan keluarga dan anak-anak
70Sahuri,wawancara, Merce Barat, 23 Mei 2015.
71Nawar, wawancara, Merce Barat, 23 Mei 2015.
72Helinawati, wawancara, Merce Barat, 23 Mei 2015.

saya.Untuk mendampingiya dalam belajar bisa dikatakan jarang


sekali..73
43

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan pokok bahasan yang diajukan dalam penyusunan skripsi ini

dan sesuai dengan paparan data dan temuan dalam bab sebelumnya, maka dalam

bab ini diuraikan dalam bentuk penafsiran terhadap apa yang diperoleh dari

lapangan, yaitu Peran Keluarga TKI dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan

Anak di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur yang melipui

dua masalah yaitu Peran Keluarga TKI dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan

Anak di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Hambatan-

Hambatan yang dialami Keluarga TKI dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan

Anak di Desa Lenek kecamatan Aik mel kabupaten Lombok Timur.

A. Peran Keluarga TKI dalam Meningkatkan Prilaku Keagamaan Anak

di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur


44

B. Hambatan-Hambatan yang dialami Keluarga TKI dalam

Meningkatkan Prilaku Keagamaan Anak di Desa Lenek kecamatan Aik

mel kabupaten Lombok Timur

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap persoalan yang dibahas dalam bab

sebelumnya. Secara global dapat penulis simpulkan sebagai berikut :


1. Peran keluarga TKI dalam meningkatkan prilaku keagamaan anak

di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur sebagai

berikut :
Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk remaja seperti sarana olah raga,

sarana keagamaan, sarana rekreasi, dan lain-lain. Selain itu juga harus

tercipta keluarga yang tenang, damai, penuh kasih sayang, dan perhatian
45

kepada anak-anaknya. Membimbing dan mengawasi anak dalam

melakukan kegiatan di luar rumah serta mengarahkan anak dalam

menentukan teman bermain. menyerahkan anak-anaknya ke tempat

pengajian/TPA memberikan pendidikan sesuai ajaran agama Islam yaitu

pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan,

pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan memberikan perhatian, dan

pendidikan dengan memberikan hukuman.


B. Saran-saran
Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari kekesalahan dan

kekeliruan. Karena itu tidak ada salahnya jika kita saling mempringati dalam

hal kebaikan (Amar Ma’ruf Nahi Mungkar). Adapun saran-saran yang ingin

penulis sampaikan dalam hal ini adalah sebagai berikut :


1. Bagi orang tua, harus selalu memberikan dan menunjukkan

perhatian dan kasih sayang kepada anaknya. Jadilah tempat curhat yang

nyaman dan Perlunya penanaman dasar agama yang kuat pada anak-anak

sejak dini.
2. Untuk anak hendaklah menyadari bahwa masa depanmu berada

ditangan kalian sendiri dan sangat tergantung dari keberhasilanmu pada

masa sekarang ini.


3. Kepada semua lapisan masyarakat saatnya kita menyadari bahwa

anakanak adalah generasi penerus bangsa dimana kita memiliki tanggung

jawab bersama dalam mendidik anak, entah itu anak pejabat, anak tuan

guru, maupun anak penjahat.

You might also like