Professional Documents
Culture Documents
1 (2014)
Yunita Kristinawati
Yunita3ak6@yahoo.com
Bambang Suryono
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to evaluate the financial report presentation of non – profit
organization. Evaluation is conducted to find out the non – profit organization financial report in
accordance with Accounting Standard Statement (PSAK) No. 45. The both qualitative and
quantitative data are used in the period of 2012, by using descriptive qualitative approach with the
case study method.The research result shows that Wahana Visi Indonesia Surabaya has not presented
the financial report according to PSAK No. 45 yet. Wahana Visi Indonesia Surabaya has the financial
report which consists of project activity and explanation of the budget variance. The evaluation result
based on this research shows that several things need to be improved in the preparation of financial
report which are, the recognition to the depreciation cost for the fixed assets. Depreciation should be
acknowledged every year which will decrease the book value on each of the fixed assets owned by the
non – profit organization. By using three kinds of financial reporting which is in accordance with
PSAK No. 45. Therefore, the financial report will be easier to understand, relevant, reliable, and have
high comparable value.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyajian laporan keuangan organisasi
nirlaba. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan
organisasi nirlaba telah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45. Data yang dipergunakan adalah data kualitatif dan
data kuantitatif periode 2012, dengan pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan metode
studi kasus.Hasil evaluasi dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperbaiki dalam penyusunan laporan keuangan yaitu, pengakuan terhadap
biaya penyusutan untuk aktiva tetap. Penyusutan harus diakui untuk setiap tahunnya yang
akan mengurangi nilai buku dari tiap aktiva tetap yang dimiliki oleh organisasi nirlaba.
Pencatatan untuk penyusutan adalah beban penyusutan pada akumulasi penyusutan.
Dengan penggunaan ketiga jenis laporan keuangan sesuai PSAK No. 45 maka laporan
keuangan dapat lebih mudah dipahami, relevan, andal, dan memiliki daya banding yang
tinggi.
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
Organisasi Nirlaba
Menurut Widodo dan Kustiawan (2001:3) menyatakan organisasi non profit adalah:
“Suatu institusi yang menjalankan operasinya tidak berorientasi untuk mencari laba”.
Namun tidak berarti bahwa organisasi tidak diperbolehkan menghasilkan keuntungan
dalam setiap kegiatan operasionalnya, akan tetapi jika kegiatan organisasi nirlaba
menghasilkan keuntungan maka keuntungan yang diperoleh tidaklah dibagikan kepada
manajemen tetapi kembali digunakan untuk menutup biaya operasional kegiatan utama.
Dalam organisasi nirlaba terdapat dua jenis penerimaan sumbangan (IAI,2009), yaitu
Sumbangan terikat bersifat permanen dan temporer, adalah sumber daya yang
penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali dan sumbangan tidak terikat, adalah sumber daya
yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali. Dalam hal ini Lembaga Swadaya Masyarakat
sebagai organisasi swasta yang kegiatannya ditujukan untuk membebaskan penderitaan,
memajukan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan
dasar masyarakat, atau menangani pengembangan masyarakat merupakan bagian dari
organisasi nirlaba. Dalam arti luas, istilah LSM merupakan organisasi yang berbasis nilai
yang secara keseluruhan atau sebagian tergantung pada lembaga donor dan pelayanan
sukarela. Prinsip altruisme dan voluntarisme ditetapkan sebagai definisi karakater kunci
LSM.
Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan, di samping untuk menunjukkan akuntabilitas organisasi
terhadap sumber daya terpercaya dengan cara menyediakan informasi mengenai sumber-
sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan; menyediakan informasi mengenai
bagimana organisasi LSM mendanai aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya;
menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM
untuk mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban serta komitmennya;
Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan
di dalamnya; dan menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja organisasi LSM dari segi biaya, efisiensi, dan pencapaian tujuan (Bastian, 2007a:85).
Perbedaan akuntansi keuangan LSM dan organisasi lainnya terletak pada tujuan organisasi,
struktur pembiayaan, pola pertanggungjawaban, dan struktur organisasi.
andal, dan memiliki daya banding yang tinggi. Adapun laporan keuangan menurut PSAK
NO. 45:
2. Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas sesuai PSAK No. 45 (2011:45.8) adalah menyediakan
informasi mengenai :
1. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva
bersih,
2. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan
3. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau
jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk :
1. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
2. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan
jasa, dan
3. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Merupakan bagian dari laporan keuangan yang tak terpisahkan karena berisikan
penjelasan-penjelasan rinci atas akun-akun dalam laporan keuangan. Dalam catatan ini
dijelaskan mengenai kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan oleh organisasi
yang bersangkutan sehingga diperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut,
serta memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai angka-angka tersebut.
Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh organisasi
sektor publik (termasuk LSM), yaitu (Mardiasmo, 2009: 150-154):
1. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran melakukan teknik yang mencatat dan menyajikan akun
operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah belanja
yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai, kemudian apabila belanja
tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada
menunjukkan jumlah anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi
anggaran dapat membandingkan secara sistematik dan kontinyu jumlah anggaran
dan realisasinya, bila terjadi varians maka dapat segera dilakukan tindakan koreksi.
Kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah sifatnya yang kompleks.
2. Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order
dikeluarkan. Transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak
juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih
awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima. Dengan akuntansi komitmen
akan membantu pelaksanaan pengendalian anggaran melalui informasi berapa besar
anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan menggunakan perhitungan
berdasarkan order yang telah dikeluarkan.
3. Akuntansi Dana
Pencarian sumber dana dan alokasi dana adalah masalah penting bagi
organisasi sektor publik. Organisasi dipandang sebagai rangkaian dana. Dana
dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk
sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan didalamnya. Laporan keuangan
organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan
dana yang menjadi bagian organisasi. Metode akuntansi dana ini menekankan pada
pelaporan pemanfaat dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri.
4. Akuntansi Kas
Akuntansi kas mencatat pendapatan pada saat kas diterima, dan pengeluaran
pada saat kas dikeluarkan. Akuntansi kas mampu mencerminkan pengeluaran yang
aktual, riil, dan objektif. Namun pencatatan tersebut tidak mencerminkan kinerja
yang sesungguhnya. Dengan akuntansi kas, tingkat efisiensi dan efektivitas
suatukegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
dapat dipercaya, lebih akurat, lebih komprehensif, dan relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politk. Pendapatan dicatat saat diperoleh (earned) dan
beban dicatat saat terjadi (incurred). Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut
tidak mutually exclusive. Penggunaan salah satu teknik tersebut tidak berarti menolak
penggunaan teknik yang lain. Meskipun demikian, Pernyataan Standar Akuntansi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
6
Keuangan Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (PSAK No. 45)
yang berlaku bagi organisasi nirlaba (temasuk LSM) menggunakan teknik akuntansi
akrual.
Rerangka Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki konsep pemikiran yang dijabarkan sebagai
berikut:
1. Melakukan proses evaluasi terhadap kinerja LSM dengan cara tanya jawab dengan
bagian akuntansi mengenai kebijakan akuntansi yang diterapkan dan pengumpulan
data keuangan kemudian menilai penerapan pelaporan keuangan Wahana Visi
Indonesia Surabaya dengan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi
nirlaba.
2. Melakukan proses analisis data-data keuangan yang dimiliki oleh Wahana Visi
Indonesia Surabaya antara lain, jurnal pendukung, catatan keuangan yang terkait,
kebijakan akuntansi yang diterapkan, dan laporan keuangan entitas.
3. Menilai hasil analisis kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari
penelitian.
ANALISIS
KESIMPULAN
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif,
dimana sumber data diperoleh secara langsung oleh penulis dari informan Wahana Visi
Indonesia Surabaya,serta dari hasil penelitian kepustakaan, melalui literatur atau dari studi
kepustakaan yang berguna sebagai landasan teori, serta dokumen-dokumen yang berupa
laporan keuangan Lembaga swadaya Masyarakat (Wahana Visi Indonesia Surabaya). Dari
data yang ada maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
Keadaan kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan industry yang berkembang,
membuat bertambahnya jumlah orang yang datang ke Surabaya. Akan tetapi tidak
diimbangi dengan pengembangan program yang baik, adanya kemiskinan yang
mengakibatkan mempekerjakan anak dibawah umur, tingkat kesehatan dan gizi yang
terabaikan karna minimnya keadaan keluarga. Hal ini yang menggerakkan Wahana Visi
Indonesia, sebuah organisasi Kristen yang berfokus pada peningkatan hidup anak untuk
ikut serta dalam penyelesaian masalah yang ada di Surabaya khususnya. Saat ini
pendekatan program di Surabaya menggunakan pendekatan ADP. ADP (Area Development
Program) adalah sebuah program pemberdayaan masyarakat jangka panjang yang meliputi
upaya perbaikan gizi balita, menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan
pengembangan ekonomi masyarakat. Wilayah kerja mencakup, Kecamatan Genteng,
Tegalsari, dan Sawahan. Dengan periode yang cukup panjang, yaitu 15 tahun (2001 – 2016).
Program kerja yang sedang dikerjakan adalah, sebagai berikut: Nutrisi, lingkungan aman
untuk anak, pengembangan ekonomi, manajemen sponsor, pengembangan ekonomi @ work.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
8
Mulai
Budget
Budget
PlanBudget
Plan
Plan Divisi
Budget
Budget
Budget
Plan
Plan
Plan
Review
Budget
Budget
Budget
Plan
Plan
Plan
T
Approve
Budget
Budget Budget
Plan ADP
Plan ADP Plan ADP
Approve
Meminta
RK dari Menerima
bank terkait konfirmasi
Proses
Penerimaan
Pemberian Uang
dana
Rekening
Koran Surat
Konfirmasi
Gambar 2
71
Mulai
Review
Budget kesesuaian
Budget
Plan Cash dan ACC
Plan
Advance
Review
Sesuai?
kelengkapan
dan siapkan
CA Tolak Cash Voucher
Advance
CA Tolak
Menyiapkan
Voucher Cek
T Review Cek
Keakuratan
Cek & ACC
Pencairan
dana ke
Beri cap Bank &
PAID
siapkan
Voucher BPB
BPB Voucher
BPB
Rp
Rp
Penggunaan
T
dana
Gambar 3
71
Mulai 1
Menyusun LPJ
DP dilengkapi DP
UM>Biaya
Rp LPJ
UM>Biaya DP
Menyusun LPJ
DP
CA
Sesuai?
Rp LPJ
DP Siapkan
Rp CA
LPJ BSB& Setor
DP
Ke bank
Rp
CA
LPJ Review voucher
DP Voucher &
ACC
1
Beri Cap BSB
PAID
T T
Sumber : Diolah Oleh Penulis dari Bagian Keuangan Wahana Visi Indonesia
Gambar 4
Dalam laporan aktivitas proyek ini terdapat rincian yang memuat sumber
pendapatan dan rincian pengeluaran setiap proyek yang dijalankan. Dalam laporan
proyek ini setiap program yang dijalankan oleh Wahana Visi Indonesia ADP Surabaya
dilaporkan secara terpisah baik pendapatan maupun pengeluarannya. Selain itu untuk
setiap beban diklasifikasikan ke beberapa section, antara lain; berdasarkan akun beban,
berdasarkan kategori proyek, dan sumber perolehan dana. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengelompokan pertanggungjawaban dana berdasarkan proyek.
a. Pendapatan
Dalam pos pendapatan ada beberapa jenis pendapatan yang terdapat pada akun
Wahana Visi Indonesia antara lain; pendapatan yang diterima dari kantor nasional,
pendapatan dari non ministry, pendapatan bunga dari perolehan investasi,
pendapatan penjualan kendaraan / property kantor. Akan tetapi pada tahun 2012 ini
pendapatan proyek hanya diperoleh dari kantor nasional (National Office) Wahana
Visi Indonesia yang berpusat di Jakarta.
b. Beban
Pada pos beban, Wahana Visi Indonesia menggunakan system pembiayaan terpisah.
Dimana seluruh beban yang terjadi dikelompokkan berdasarkan divisi atau program
kerja yang dilaksanakan. Pencatatan setiap biaya program yang dilaksanakan oleh
Wahana Visi Indonesia diklasifikasikan berdasarkan jenis beban dan kategori
program. Format laporan aktivitas proyek dapat dilihat pada table 1.
2. Laporan Daftar Aktiva Tetap
Tujuan pelaporan aktiva tetap pada Wahana Visi Indonesia Surabaya adalah
untuk mengetahui kondisi aktiva tetap yang dimiliki, guna melakukan pembaharuan
ataupun penghapusan pada aktiva yang sudah tidak terpakai. Pelaporan dilakukan
setiap akhir tahun buku, dan aktiva dicatat berdasarkan nilai perolehan. Format
pelaporan aktiva tetap dapat dilihat pada table 2.
TABEL 1
WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA
PROGRAM CORE REPORT
PERIODE 30 SEPTEMBER 2013
Current Actual Current Budget Varians Annual Budget Remaining balance
Funding from National Office:
Cash Funding Rp 9,769,581,148 Rp 10,589,387,231 8% Rp 10,589,387,231 Rp 819,806,083
Funding By Program:
CSMP Rp 2,851,388,969 Rp 3,129,642,903 9% Rp 3,129,642,903 Rp 278,253,934
Economic Empowerment Rp 405,625,813 Rp 728,174,148 44% Rp 728,174,148 Rp 322,548,335
Nutrition Rp 1,656,726,593 Rp 1,671,828,688 1% Rp 1,671,828,688 Rp 15,102,095
save Environment Rp 3,004,484,789 Rp 3,191,074,708 6% Rp 3,191,074,708 Rp 186,589,919
Economic Development Rp 1,851,354,985 Rp 1,868,666,784 1% Rp 1,868,666,784 Rp 17,311,799
Total Funding Rp 9,769,581,149 Rp 10,589,387,231 8% Rp 10,589,387,231 Rp 819,806,082
Expense by Account:
800 Salaries Rp 3,811,607,112 Rp 4,351,428,762 12% Rp 4,351,428,762 Rp 539,821,650
801 Benefit Rp 581,944,298 Rp 494,637,881 -18% Rp 494,637,881 Rp (87,306,417)
802 Staff training Rp 109,410,526 Rp 265,535,238 59% Rp 265,535,238 Rp 156,124,712
810 Office Supplies Rp 199,047,573 Rp 178,025,543 -12% Rp 178,025,543 Rp (21,022,030)
815 Ministry supplies Rp 3,188,966,776 Rp 3,218,690,073 1% Rp 3,218,690,073 Rp 29,723,297
820 Travel Rp 694,676,625 Rp 639,238,228 -9% Rp 639,238,228 Rp (55,438,397)
830 Inter-Office Charges Rp - Rp 209,061,000 100% Rp 209,061,000 Rp 209,061,000
840 Occupancy Rp 369,239,706 Rp 414,931,884 11% Rp 414,931,884 Rp 45,692,178
850 Telephon & Postages Rp 287,044,600 Rp 242,208,872 -19% Rp 242,208,872 Rp (44,835,728)
860 Hospitality Rp 149,387,633 Rp 145,867,592 -2% Rp 145,867,592 Rp (3,520,041)
864 Printing Rp 44,409,081 Rp 112,177,558 60% Rp 112,177,558 Rp 67,768,477
865 Advertising Rp 1,151,741 Rp 13,442,560 91% Rp 13,442,560 Rp 12,290,819
870 Fees and taxes Rp 137,472,150 Rp 62,191,776 -121% Rp 62,191,776 Rp (75,280,374)
875 Consultancy Rp 190,801,844 Rp 241,953,264 21% Rp 241,953,264 Rp 51,151,420
880 Capital Expenditure Rp 4,421,484 Rp - -100% Rp - Rp (4,421,484)
Total Expense Rp 9,769,581,149 Rp 10,589,390,231 8% Rp 10,589,390,231 Rp 819,809,082
Lanjutan tabel 11
Current Actual Current Budget Varians Annual Budget Remaining Balance
Expense by Project category:
P04 Children In crisis Rp 155,047,295 Rp 165,377,397 6% Rp 165,377,397 Rp 10,330,102
P05 Christian Commitment Rp 78,220,367 Rp 90,852,891 14% Rp 90,852,891 Rp 12,632,524
P09 Economic Development Rp 1,687,549,757 Rp 1,886,204,323 11% Rp 1,886,204,323 Rp 198,654,566
P10 Education Rp 1,346,616,565 Rp 1,382,117,401 3% Rp 1,382,117,401 Rp 35,500,836
P12 Environment Rp 256,578 Rp - -100% Rp - Rp (256,578)
P15 Health Rp 68,762,159 Rp 70,240,135 2% Rp 70,240,135 Rp 1,477,976
P16 HIV/AIDS Rp 775,454,590 Rp 837,667,288 7% Rp 837,667,288 Rp 62,212,698
P18 Leadership Development Rp 98,806,763 Rp 136,971,890 28% Rp 136,971,890 Rp 38,165,127
P19 Nutrition Rp 1,161,390,622 Rp 1,157,941,175 0% Rp 1,157,941,175 Rp (3,449,447)
P21 Project Management Rp 1,965,003,647 Rp 2,085,257,807 6% Rp 2,085,257,807 Rp 120,254,160
P24 Sponsorship management Rp 2,166,774,338 Rp 2,373,376,973 9% Rp 2,373,376,973 Rp 206,602,635
P26 Monitoring & Evaluation Rp 265,698,468 Rp 403,379,951 34% Rp 403,379,951 Rp 137,681,483
Total Expense by proj. cat. Rp 9,769,581,149 Rp 10,589,387,231 8% Rp 10,589,387,231 Rp 819,806,082
Expense by DPC/IPC:
Direct Project Cost Rp 7,557,300,733 Rp 8,305,420,370 1% Rp 8,305,420,370 Rp 748,119,637
Indirect Project Cost Rp 534,251,333 Rp 446,403,263 1% Rp 446,403,263 Rp (87,848,070)
Office Operating Cost Allocation Rp 1,678,029,081 Rp 1,837,563,598 1% Rp 1,837,563,598 Rp 159,534,517
Total Expense by DPC/IPC: Rp 9,769,581,147 Rp 10,589,387,231 8% Rp 10,589,387,231 Rp 819,806,084
TABEL 2
WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA
DAFTAR AKTIVA TETAP
periode 30 september 2013
NO. AKTIVA JENIS AKTIVA TAHUN HARGA PEROLEHAN
001 sepeda motor / Honda 2003 Rp 11,650,000
002 sepeda motor / Honda 2003 Rp 11,650,000
003 sepeda motor / Honda 2003 Rp 12,230,000
004 sepeda motor / Honda 2003 Rp 11,400,000
005 sepeda motor / Honda 2003 Rp 11,400,000
006 sepeda motor / Honda 2004 Rp 12,950,000
007 sepeda motor / Honda 2005 Rp 13,250,000
008 sepeda motor / Honda 2006 Rp 13,450,000
009 sepeda motor / Honda 2006 Rp 13,375,000
010 sepeda motor / Honda 2006 Rp 13,375,000
011 sepeda motor / Honda 2006 Rp 13,375,000
012 sepeda motor / Honda 2006 Rp 13,375,000
013 sepeda motor / Honda 2009 Rp 16,300,000
014 sepeda motor / Honda 2009 Rp 16,300,000
015 sepeda motor / Honda 2007 Rp 8,000,000
016 mobil / toyota kijang 2004 Rp 160,000,000
017 mobil / Izusu panther 2005 Rp 175,200,000
018 sepeda motor / Honda 2013 Rp 16,700,000
total kendaraan Rp 543,980,000
Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
15
TABEL 3
WAHANA VISI INDONESIA SURABAYA
VARIANCE EXPLAINATION
Line item YTD Budget of + or - 10% must be explained if total project budget is over USD100,000
Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya
Pembahasan
Perolehan sumber daya organisasi nirlaba yang berbeda dengan organisasi laba,
merupakan ciri khusus yang menjadi karakter organisasi nirlaba. Sumber daya tersebut
diperoleh melalui sumbangan, yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas
program dan operasionalnya. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya PSAK No. 45
tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Pelaporan keuangan yang diatur dalam
PSAK No. 45 terdapat empat laporan keuangan yang harus disusun organisasi nirlaba, yaitu
Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan. Sebagaimana yang ditetapkan dalam PSAK No. 45, Oleh karena itu, diperlukan
penyusunan laporan posisi keuangan dalam laporan keuangan Wahana Visi Indonesia
Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
16
Guna penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45 maka ada
beberapa akun yang perlu disesuaikan. Ayat-ayat jurnal yang menjelaskan penyesuaian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan perolehan dana dari kantor nasional
Kas Bank Rp 10,589,387,231
Pendapatan Rp 10,589,387,231
Penyesuaian:
Pendapatan Rp 10,589,387,231
Sumbangan terikat permanen Rp 10,589,387,231
(mengakui pendapatan dari kantor nasional)
Pendapatan diperoleh untuk setiap divisi program secara terpisah. Pencatatan dan
pelaporan juga dilakukan secara terpisah untuk setiap program kerja Wahana Visi
Indonesia, yang akan dialokasikan untuk setiap operasional program yang ada. Sedangkan
untuk pengakuan pendapatan dilakukan saat transaksi terjadi sesuai dengan prinsip accrual
basis. Dalam hal perubahan akun pendapatan tidak mempengaruhi akun lain karena
Wahana Visi Indonesia Surabaya tidak membuat laporan posisi keuangan. Sehingga saldo
dari pendapatan untuk setiap program akan ditambahkan pada pada anggaran periode
berikutnya. Sedangkan dalam hal pengakuan Wahana Visi Indonesia Surabaya sudah sesuai
dengan pernyataan yang berlaku umum. Berikut adalah pencatatan saldo untuk prefunding
Wahana Visi Indonesia Surabaya:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
17
1) Pencatatan Prefunding:
Income Rp xxx
Income Rp xxx
Income Rp xxxx
Laporan Aktivitas Wahana Visi yang sesuai dengan PSAK No.45 dapat dilihat pada tabel 4.
1. Asset
a. Asset Lancar
1) Kas kecil
Pada pos kas ini dibedakan menjadi dua, yaitu kas kecil yang digunakan
untuk keperluan insidentil kantor yang kurang dari Rp 250.000. Untuk
memudahkan pencatatan, maka digunakan dana kas dengan system imprest
(jumlah tetap sepanjang periode) dengan nilai Rp 2.000.000.
2) Kas Bank
Sedangkan kas bank digunakan untuk pengeluaran kas yang lebih dari Rp
250.000, untuk keperluan pelaksanaan program kerja.
b. Asset Tetap
Aktiva yang dimiliki oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya dinilai dengan nilai
wajar pada saat akan terjadi penghapusan. Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan
yang berlaku saat ini, dimana aktiva tetap harus disusutkan nilainya berdasarkan
kriteria aktiva tersebut. Oleh karena itu dalam penyusunan laporan posisi
keuangan ini, aktiva disajikan beserta penyusutannya. Metode penyusutan yang
digunakan adalah penyusutan garis lurus.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
18
2. Liabilitas
Selama periode ini tidak ada traksaksi ataupun catatan yang berkaitan dengan akun
hutang yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya, sehingga pada periode
ini akun hutang tidak ada.
3. Asset Neto
a. Asset neto tidak terikat
Asset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali. Aktiva yang diklasifikasikan ke dalam aktiva bersih tidak
terikat hanyalah akun kas kecil, karena dalam akun aktiva lancar yang dimiliki
WVI Surabaya hanyalah kas kecil yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu.
b. Asset neto terikat temporer
Dikarenakan tidak adanya penggolongan aktiva di awal pada Wahana Visi
Indonesia Surabaya, maka penulis mengklasifikasikan Aktiva tetap pada aktiva
bersih terikat temporer. Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam lapangan,
bahwa Wahana Visi Indonesia Surabaya memperoleh dana tersendiri untuk
pembelian asset untuk mendukung operasional proyek berjalan dengan baik,
maka semua asset tetap yang dimiliki diklasifiksikan pada aktiva bersih terikat
temporer. Tentunya nilainya juga menyesuaikan dengan nilai buku yang telah
dikurangi dengan penyusutan selama periode yang berjalan.
c. Asset neto terikat permanen
Aktiva yang diklasifikasikan kedalam aktiva bersih terikat permanen adalah
pendapatan yang diperoleh dari kantor nasional Wahana Visi Indonesia yang
diperuntukan hanya untuk proyek-proyek tertentu yang dilakukan oleh Wahana
Visi Indonesia Surabaya sesuai dengan anggaran yang telah disepakati bersama.
Bentuk laporan posisi keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45 dapat dilihat
pada table 7.
Laporan arus kas WVI disajikan kedalam laporan kas metode langsung yang telah
disesuaikan dengan PSAK No.45. Bentuk laporan arus kas yang sesuai dengan PSAK No.45
dapat dilihat pada table 8.
Catatan atas laporan keuangan yang dibutuhkan untuk menjelaskan laporan aktivitas dan
laporan posisi keuangan Wahana Visi Indonesia Surabaya yang telah disesuaikan dengan
PSAK No. 45.
Catatan A
Penyajian atas setiap dana yang diperoleh organisasi ditetapkan menjadi sumbangan terikat
permanen, temporer, ataupun tidak terikat. Dana yang diberikan oleh pemberi dana yang
memberikan pembatasan untuk penggunaan terhadap proyek tertentu untuk periode yang
tidak terbatas maka sisa dana harus dilaporkan dan kembali digunakan untuk proyek yang
sama. Selama periode ini Wahana Visi Indonesia Surabaya memperoleh dana dari dua
sumber yang berbeda untuk pendanaan proyek-proyeknya. Uraian pendapatan atau sumber
dana dapat dilihat pada tabel 9.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
19
Catatan B
Berdasarkan laporan aktivitas yang dibuat oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya ada
pengklasifikasian beban untuk setiap proyek. Guna mengetahui detail dari pengeluaran
proyek maka pengklasifikasian beban tetap digunakan dalam penyesuaian laporan aktivitas,
sehingga informasi tentang beban proyek selama periode tertentu masih dapat diakses.
Untuk uraian masing-masing pengeluaran proyek dapat dilihat pada tabel 6.
TABEL 4
WAHANA VISI INDONESIA ADP SURABAYA
LAPORAN AKTIVITAS
periode 30 September 2013
KETERANGAN TIDAK TERIKAT TERIKAT JUMLAH
TERIKAT TEMPORER PERMANEN
Pendapatan:
Pendapatan dari kantor nasional Rp 2,000,000 Rp 10,589,387,231 Rp 10,591,387,231
(catatan A)
Jumlah pendapatan Rp 2,000,000 Rp 10,589,387,231 Rp 10,591,387,231
Beban:
CSMP Rp 2,851,388,969 Rp 2,851,388,969
Economic Empowerment Rp 405,625,813 Rp 405,625,813
Nutrition Rp 1,656,726,593 Rp 1,656,726,593
save Environment Rp 3,004,484,789 Rp 3,004,484,789
Economic Development Rp 1,851,354,985 Rp 1,851,354,985
(catatan B)
beban insidentil Rp 1,850,000 Rp 1,850,000
Jumlah Beban Rp 1,850,000 Rp 9,769,581,149 Rp 9,771,431,149
Sumber: diolah penulis dari informasi Bagian keuangan Wahana Visi Indonesia ADP Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
20
Tabel 5
Wahana Visi Indonesia Surabaya
Rincian Asset Bersih Terikat Permanen
per 30 september 2013
Tabel 6
Wahana Visi Indonesia Surabaya
Rincian Pengeluaran Dana Per Proyek
Keterangan PROYEK
CSMP EEW Nutrition Save Environment Economic Developm.
Salaries Rp 1,048,542,080 Rp 249,168,312 Rp 762,017,984 Rp 964,339,488 Rp 787,539,247
Benefit Rp 156,289,482 Rp 26,789,270 Rp 131,675,441 Rp 132,603,752 Rp 134,586,353
Staff training Rp 39,580,469 Rp 13,444,952 Rp 18,597,551 Rp 20,063,989 Rp 17,723,565
Office Supplies Rp 56,392,477 Rp 10,646,978 Rp 19,673,857 Rp 89,638,412 Rp 22,695,848
Ministry supplies Rp 879,985,012 Rp 18,514,300 Rp 360,479,986 Rp 1,374,226,633 Rp 555,760,336
Travel Rp 206,087,563 Rp 21,353,141 Rp 172,891,815 Rp 161,018,893 Rp 133,325,214
Inter-Office Charges
Occupancy Rp 100,431,179 Rp 14,219,993 Rp 78,007,960 Rp 100,675,148 Rp 75,905,424
Telephon & Postages Rp 190,462,221 Rp 19,451,706 Rp 23,494,971 Rp 32,048,985 Rp 21,586,716
Hospitality Rp 31,833,861 Rp 3,398,664 Rp 36,556,873 Rp 41,060,098 Rp 36,538,137
Printing Rp 8,717,330 Rp 17,894,130 Rp 3,095,748 Rp 4,670,811 Rp 10,031,062
Advertising Rp 353,325 Rp 56,674 Rp 181,412 Rp 333,427 Rp 226,903
Fees and taxes Rp 75,045,386 Rp 2,528,360 Rp 16,185,204 Rp 26,146,879 Rp 17,566,322
Consultancy Rp 56,751,536 Rp 7,901,973 Rp 32,803,311 Rp 56,347,057 Rp 36,997,967
Capital Expenditure Rp 917,049 Rp 257,361 Rp 1,064,477 Rp 1,310,708 Rp 871,890
Tabel 7
Wahana Visi Indonesia Surabaya
Laporan Posisi Keuangan
per 30 September 2013
Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya
Tabel 8
Wahana Visi Indonesia Surabaya
Laporan Arus Kas
per 30 September 2013
AKTIVITAS OPERASI
Kas dari NO Rp 10,589,387,231
Salaries Rp 3,811,607,112
Benefit Rp 581,944,298
Staff training Rp 109,410,526
Office Supplies Rp 199,047,573
Ministry supplies Rp 3,188,966,776
Travel Rp 694,676,625
Inter-Office Charges Rp -
Occupancy Rp 369,239,706
Telephon & Postages Rp 287,044,600
Hospitality Rp 149,387,633
Printing Rp 44,409,081
Advertising Rp 1,151,741
Fees and taxes Rp 137,472,150
Consultancy Rp 190,801,844
Capital Expenditure Rp 4,421,484
Total Expense Rp 9,769,581,149
Kenaikan neto dalam Kas bank Rp 819,806,082
kas dan setara kas pada awal periode Rp -
Kas Pada akhir periode Rp 819,806,082
Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
22
Tabel 9
Wahana Visi Indonesia Surabaya
Rincian Sumber Dana
No Keterangan Jumlah
1 Wahana Visi Australia Rp 5,423,987,965
2 Wahana Visi USA Rp 5,165,399,266
Total Rp 10,589,387,231
Sumber: diolah oleh penulis dari bagian keuangan wahana Visi Indonesia Surabaya.
Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis dan pembahasan yang dikemukakan oleh penulis tentang
“Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba “ (Studi Kasus Pada Wahana Visi Indonesia
Surabaya) dan setelah memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan dari
Wahana Visi Indonesia Surabaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)
Wahana Visi Indonesia Surabaya sebagai lembaga swadaya masyarakat ditingkat lokal telah
melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam melayani masyarakat (terkhusus
bidang anak-anak) dengan baik. Hal ini tercermin dari terlaksananya proyek yang
ditetapkan oleh organisasi. (2) Mekanisme pengelolaan dana pada Wahana Visi Indonesia
Surabaya sudah berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dalam tata cara penerimaan dana
dan pengeluaran dana serta terdapat suatu bentuk pertanggungjawaban terhadap
penggunaan dana yang telah diperoleh. Semua mekanisme pengelolaan dana sudah berjalan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (3) Laporan keuangan Wahana Visi
Indonesia Surabaya setelah disesuaikan dengan PSAK No.45 terdapat ketidaksesuaian
antara penerapan laporan keuangan yang disajikan oleh Wahana Visi Indonesia Surabaya
dengan laporan keuangan berdasarkan PSAK No.45. Wahana Visi Indonesia Surabaya hanya
membuat 2 laporan keuangan saja, yaitu: Laporan Aktivitas Proyek, dan Daftar Aktiva tetap,
disertai Penjelasan atas Varians Anggaran.
Keterbatasan
dilakukan pada Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Surabaya saja. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat bmelakukan penelitian di organisasi lainnya (selain LSM,
yayasan, sekolah, dan gereja) untuk mengetahui bagaimana penerapan pelaporan keuangan
organisasi nirlaba sesuai PSAK No. 45 sebagai standar Akuntansi berlaku umum di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA