You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/299585076

Penerapan Standar Akuntansi Nasional Pada Organisasi Nirlaba Bidang Sosial


Kemanusiaan di Bali

Article  in  Journal of Accounting and Investment · July 2016

CITATIONS READS

0 220

2 authors:

Made Aristia Prayudi I Made Narsa


Ganesha University of Education Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
16 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    46 PUBLICATIONS   44 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Anastasia View project

Psychological Capital and The Escalation of Commitment: An Experimental Study in the Frame of Agency Theory View project

All content following this page was uploaded by I Made Narsa on 11 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penerapan Standar Akuntansi Nasional Pada Organisasi
Nirlaba Bidang Sosial Kemanusiaan di Bali

MADE ARISTIA PRAYUDI1* & MADE NARSA21


Program Studi Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Udayana No.11 Singaraja, Indonesia.
1

Program Studi Akuntansi, Universitas Airlangga, Kampus B Jl. Airlangga No.4, Surabaya, 60286, Telp. +62 31 5033642 Indonesia
2

*Corresponding author, E_mail address: prayudimadearistia.acc@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study are to evaluate organization compliance level with Indonesian GAAP No. 45: ‘Financial Statement of Not-for-Profit Organi-
zation’, investigate preparers’ and users’ perceptions toward the standard; and determine whether or not there is a significant difference between the
perceptions of the two groups. Data were collected through questionnaires were distributed to 30 financial staffs of 10 units of Indonesian Red Cross
Society (as the preparer group) and to 30 local government officers (as the user group) of Health Department, Social Service Department, and Public
Welfare Bureau in Bali Province of Indonesia. The data was analyzed descriptively and using the Independent t-Test and Mann-Whitney test. The
results show that only one-third of the organizations are categorized as compliant, users have higher perceptions of the importance and usefulness
of the standard and there are significant differences between the groups in their perception toward the standard.
Keywords: Indonesian GAAP No. 4;Not-For-Profit Organization; Indonesian Red Cross Society; Compliance; Perception.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan organisasi dengan PABU Indonesia Nomor 45: ‘Laporan Keuangan Tidak-
untuk-Laba Organisasi’, menyelidiki persepsi preparers ‘dan pengguna’ terhadap standar dan menentukan apakah atau tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi dari dua kelompok. Data dikumpulkan melalui kuesioner yan didistribusikan ke 30 staf keuangan dari 10 unit Palang
Merah Indonesia (sebagai kelompok preparer) dan 30 petugas pemerintah daerah (sebagai kelompok pengguna) dari Departemen Kesehatan,
Departemen Sosial, dan Kesejahteraan Masyarakat Biro di Provinsi Bali Indonesia. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Independent
t-Test dan Mann-Whitney tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) hanya sepertiga dari organisasi dikategorikan sebagai compliant; (b) pengguna
memiliki persepsi yang lebih tinggi tentang pentingnya dan kegunaan standar; dan (c) ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam
persepsi mereka terhadap standar.
Kata Kunci:PABU No. 45; Organisasi Nirlaba; Institusi Palang Merah Indonesia;Kepatuhan; Persepsi.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

PENDAHULUAN
Banyak peneliti pada bidang Akuntansi kondisi keuangan organisasi sehingga mampu
sependapat bahwa standar akuntansi merupakan menyediakan informasi yang juga akan lebih
salah satu faktor penting, di antara faktor-faktor relevan bagi pihak-pihak berkepentingan dalam
lainnya, yang dapat menentukan kualitas pelaporan pengambilan keputusan. Meskipun demikan,
keuangan suatu organisasi (mis: Levitt, 1998; Hope, terdapat bukti empiris bahwa beberapa organisasi
2003; Barth, Landsman, dan Lang, 2008; pada negara-negara di wilayah Asia justru
Holthausen, 2009; Hossain dan Nurunnabi, 2011). menunjukkan sikap ketidakpatuhan dalam hal
Ketika diterapkan secara memadai, standar penerapan standar akuntansi yang berlaku secara
akuntansi diyakini akan menghasilkan angka-angka nasional, misalnya sebagaimana diamati oleh
akuntansi yang merefleksikan secara lebih baik Rahman (2000) pada organisasi bisnis di Korea,

DOI: 10.18196/jai.2015.0036.110 -120


VOL. 16 NO.2 JULI 2015 111

Thailand, Indonesia, Malaysia dan Filipina; oleh tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2010)
Dang-Duc (2011) pada Usaha Mikro, Kecil dan Penelitian terkait kepatuhan penerapan standar
Menengah (small and medium-sized enterprises—SMEs) pelaporan keuangan pada organisasi nirlaba
di Vietnam; dan oleh World Bank (2007) pada menjadi sesuatu yang urgen dengan
Badan Usaha Milik Negara (state-owned enterprises— mempertimbangkan karakteristik lingkungan
SOEs) di Pakistan. Temuan ini mengindi-kasikan pertanggungjawaban keuangan pada jenis organisasi
bahwa isu terkait perilaku kepatuhan organisasi ini. Secara umum, perhatian terhadap aspek
terhadap standar akuntansi dalam penyusunan akuntabilitas pada organisasi nirlaba memang lebih
laporan keuangan masih layak untuk lemah jika dibandingkan dengan organisasi laba
diperdebatkan, khususnya pada organisasi dalam (Kreander et al., 2009). Stakeholder organisasi
lingkup regional Asia. nirlaba memiliki insentif pengawasan yang lebih
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk rendah jika dibandingkan para stakeholder (investor)
mengevaluasi tingkat kepatuhan penerapan standar organisasi laba yang secara langsung
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan berkepentingan secara ekonomis terhadap
pada organisasi nirlaba bidang sosial kemanusiaan, pengelolaan modal yang telah diinvestasikan.
yaitu Palang Merah Indonesia (selanjutnya Kondisi seperti ini tak pelak dapat memunculkan
dinyatakan dengan PMI). PMI merupakan suatu sikap-sikap keacuhan organisasi atas kewajiban
organisasi nasional yang berdiri atas azas peri- pengelolaan yang transparan dan akuntabel.
kemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak Di sisi lain, hasil penelitian Rahman (2000) juga
membeda-bedakan bangsa, golongan dan paham menemukan adanya perilaku menyimpang berupa
politik (Keppres RI No. 246 tahun 1963). Dalam resistensi terhadap transparansi (resistance to trans-
pelaksanaan fungsinya, PMI memperoleh parency) yang melekat dalam tradisi pengelolaan
dukungan donasi yang begitu besar dari berbagai keuangan organisasi di beberapa negara di Asia.
pihak dengan latar belakang yang berbeda, baik Konsekuensinya, para penyusun laporan keuangan
donor perorangan maupun institusi, mulai dari di negara-negara tersebut seringkali justru
pemerintah hingga organisasi bisnis (Palang Merah menghindari penerapan standar-standar akuntansi
Indonesia, 2011). yang sejatinya dapat membuat laporan keuangan
Sebagai sebuah organisasi nirlaba yang organisasi menjadi lebih transparan (Rahman,
berkedudukan di Indonesia, PMI diwajibkan untuk 2000). Mempertimbangkan fenomena tersebut,
melaksanakan pelaporan keuangan berdasarkan penelitian ini juga bertujuan untuk menginvestigasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor persepsi para penyusun laporan keuangan terhadap
45 (PSAK 45) tentang Pelaporan Keuangan penerapan standar keuangan yang berlaku relevan
Organisasi Nirlaba (Palang Merah Indonesia, 2010). bagi organisasi.
PSAK 45 diterbitkan dan disahkan oleh Ikatan Di samping itu, investigasi dilakukan pula
Akuntan Indonesia (IAI) pada 23 Desember 1997 terhadap persepsi pengguna laporan keuangan
serta telah berlaku efektif sejak 1 Januari 2000. karena pada hakikatnya laporan keuangan
Standar akuntansi ini selanjutnya menjadi acuan merupakan media komunikasi dan representasi
baku bagi penyusunan laporan keuangan organisasi pemenuhan kepentingan antara pihak penyusun
nirlaba di Indonesia yang memenuhi karakteristik dan pengguna laporan keuangan. Terakhir,
sebagaimana telah disyaratkan dalam standar penelitian ini sekaligus bertujuan untuk

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


112 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

menentukan kemungkinan adanya perbedaan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva
persepsi di antara kedua belah pihak yang bersih dan informasi mengenai hubungan di antara
dimaksud. Bagian selanjutnya dalam tulisan ini unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu; (b)
menjabarkan beberapa literatur dan argumen laporan aktivitas yang menyediakan informasi
teoretis yang mendasari dirumuskannya hipotesis mengenai (i) pengaruh transaksi dan peristiwa lain
penelitian, diikuti pembahasan atas metode yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, (ii)
pengumpulan dan analisis data berikut hasil-hasil hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan
yang menjadi temuan. Tulisan ini kemudian (iii) bagaimana penggunaan sumber daya dalam
ditutup dengan penyampaian kesimpulan, pelaksanaan berbagai program atau jasa; (3) laporan
implikasi, saran serta keterbatasan penelitian. arus kas yang menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN periode, dan catatan atas laporan keuangan.
HIPOTESIS Penerapan PSAK untuk pelaporan keuangan
PENYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN suatu entitas selanjutnya merupakan suatu bentuk
NOMOR 45 (PSAK 45) kewajiban bagi organisasi. Hal ini dapat ditelusuri
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dari beberapa ketetapan yang dikeluarkan
Nomor 45 (PSAK 45) secara khusus membahas pemerintah, misalnya sebagaimana Undang-undang
tentang pelaporan keuangan pada organisasi Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 69
nirlaba. Pernyataan ini berlaku bagi laporan ayat 1 menyebutkan:
keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba “Laporan keuangan yang disampai-kan kepada
yang memenuhi karakteristik berupa perolehan Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip
sumber daya entitas yang berasal dari para akuntansi yang berlaku umum”.
penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang Demikian pula, dalam Keputusan Ketua Badan
sebanding dengan jumlah sumber daya yang Pengawas Pasar Modal Tentang Perubahan
diberikan. Ketentuan lain, organisasi merupakan Peraturan Nomor VIII.G.7 Tentang Pedoman
entitas yang menghasilkan barang dan/atau jasa Penyajian Laporan Keuangan bagian 1 (b)
tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu menyatakan:
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak “… bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian
pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik laporan keuangan yang tidak diatur dalam peraturan
entitas tersebut. Status kepemilikannya tidak ini, harus mengikuti Pernyataan Standar Akuntansi
seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak Akuntan Indonesia (IAI)”
dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau
kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi TEORI STAKEHOLDER DAN PERSEPSI PENYUSUN
pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi DAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
atau pembubaran entitas. Teori stakeholder mengajukan suatu konsep
Bentuk laporan keuangan untuk organisasi keorganisasian berupa argumentasi bahwa seluruh
nirlaba sebagaimana diatur dalam PSAK 45 terdiri pihak yang bekepentingan memiliki hak untuk
dari (a) laporan posisi keuangan yang menyediakan memperoleh informasi mengenai aktivitas

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


VOL. 16 NO.2 JULI 2015 113

organisasi (Ousama et al., 2011). Informasi tersebut penelitian berbeda, Ousama et al. (2011)
harus dapat merefleksikan pemenuhan kewajiban menemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi
manajemen organisasi terkait penyediaan informasi antara penyusun dan pengguna laporan keuangan
kepada para stakeholder. Meskipun demikian, terkait kebermanfaatan informasi terkait Modal
dengan mempertimbangkan bahwa stakeholder Intelektual (Intellectual Capital) yang tersaji dalam
bersifat sangat luas dan variatif, harapan dan laporan keuangan organisasi. Berdasarkan teori dan
kebutuhan atas informasi bagi pihak-pihak tersebut hasil-hasil penelitian terdahulu, dapat kemudian
tentunya dapat sangat beragam. Konsekuensinya, dirumuskan hipotesis tunggal dalam penelitian ini
prosedur-prosedur dan teknik-teknik pelaporan sebagai berikut:
keuangan yang diharapkan dapat diterapkan oleh H1: terdapat perbedaan persepsi antara kelompok
manajemen organisasi dalam rangka penyediaan penyusun dan pengguna laporan keuangan organisasi
informasi tersebut pun dapat dipersepsikan PMI terkait penerapan PSAK 45
berbeda antar stakeholder yang ada.
Perihal persepsi pihak penyusun dan pengguna METODE PENELITIAN
laporan keuangan sebelumnya telah banyak Penelitian ini menggunakan pendekatan
diinvestigasi, misalnya terhadap atribut-atribut penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan
kualitas audit di Amerika (Carcello et al., 1992); data survei melalui penyebaran kuesioner kepada
terhadap perubahan metode akuntansi pada univer- responden. Data yang dikumpulkan merupakan
sitas di Australia (Jarrar et al., 2007); terhadap data primer, berupa data subjektif mengenai teknik
aspek-aspek pelaporan keuangan pada organisasi dan konsep pelaporan keuangan yang digunakan
bisnis di Kuwait (Naser et al., 2003); terhadap pada PMI Provinsi dan PMI Kabupaten/Kota di
implementasi US dan UK GAAP (Reinstein dan wilayah Provinsi Bali serta pernyataan sikap,
Weirich, 2002); atau terhadap integrasi dan pemikiran, pandangan, dan pendapat berkaitan
pengendalian pada sistem akuntansi manajemen di dengan penerapan PSAK 45 pada organisasi
Jerman (Weißenberger et al., 2012). Beberapa tersebut. Selain itu, digunakan juga data dalam
penelitian terdahulu ini memberikan hasil yang tak bentuk informasi demografi responden, seperti
jauh berbeda, yaitu diperolehnya bukti adanya umur, jenis kelamin, jabatan dalam organisasi,
perbedaan persepsi di antara kedua belah pihak tingkat pendidikan, dan sebagainya.
berkepentingan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Jarrar et al. PENGUMPULAN DATA
(2007), misalnya, menemukan bahwa penyusun dan Data dikumpulkan melalui penyebaran
pengguna laporan keuangan memberikan persepsi kuesioner kepada 30 staf bagian keuangan pada 10
berbeda terhadap hubungan pemengaruhan antara unit organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) se-
variabel kesuksesan pengimplementasian sistem Provinsi Bali (kelompok penyusun laporan
Pembebanan Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity keuangan) dan 30 pegawai pemerintahan pada
Based Costing (ABC)) dan beberapa variabel Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Biro
independen yang diajukan, berupa dukungan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Bali (kelompok
keterlibatan manajemen puncak, sinkronisasi pengguna laporan keuangan). Pemilihan sampel
sistem ABC dengan strategi kompetitif organisasi, pada kelompok pengguna didasarkan pada
dan budaya serta sumberdaya keorganisasian. Pada pertimbangan bahwa masing-masing dari ketiga

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


114 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

organisasi pemerintahan tersebut secara sebagaimana didefinisikan sebelumnya.


kelembagaan memiliki kepentingan yang signifikan Pengukuran variabel dilakukan dengan
atas informasi kinerja yang disajikan dalam laporan menggunakan skala Likert lima point dengan skor
keuangan PMI. Biro Kesejahteraan Rakyat ‘1’ bernilai ‘Sangat Tidak Setuju’ hingga ‘5’ bernilai
merupakan unsur staf Pemerintah Provinsi Bali ’Sangat Setuju’.
sebagai donatur utama PMI yang berkepentingan
atas pelaporan keuangan organisasi terkait TEKNIK ANALISIS DATA
pengelolaan sumber dana yang diberikan. Dinas Eksplorasi terhadap variabel ‘Tingkat
Kesehatan memiliki kepentingan atas pelaporan Kepatuhan’ serta variabel ‘Persepsi’ kelompok
keuangan PMI berkaitan dengan penyelenggaraan penyusun dan pengguna laporan keuangan
program-program di bidang kesehatan. Sementara dilakukan dengan menggunakan teknik statistika
itu, Dinas Sosial memiliki kepentingan atas deskriptif, yaitu melalui penentuan nilai mean (rata-
pelaporan keuangan PMI berkaitan dengan rata) jawaban tiap-tiap item pertanyaan. Nilai
penyelenggaraan program-program di bidang tendensi sentral ini dihitung dengan membagi nilai
kemanusiaan dan kesejahteraan sosial masyarakat. total skor variabel dari tiap responden dengan
jumlah skor ideal untuk variabel tersebut. Skor
PENGUKURAN VARIABEL ideal yang dimaksud adalah nilai maksimum yang
Variabel ‘Kepatuhan Penerapan’ didefinisikan dapat dicapai dalam pengisian kuesioner, yaitu
sebagai ukuran besarnya intensitas kesesuaian tata apabila semua responden memilih pilihan jawaban
cara dan sistematika pelaporan keuangan yang dengan skor tertinggi untuk seluruh pertanyaan
mengacu pada standar atau spesifikasi tertentu, dalam kuesioner.
dalam hal ini yaitu PSAK 45. Responden Nilai mean yang diperoleh kemudian
(kelompok penyusun) diberikan 30 item pertanyaan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan
terkait praktek pencatatan Akuntansi organisasi sebelumnya untuk menentukan ukuran kualitatif
yang mengacu pada PSAK 45 sehubungan dengan tingkat kepatuhan penerapan PSAK 45 serta
Prinsip Pengakuan (19 item pertanyaan), Prinsip persepsi kelompok penyusun dan pengguna laporan
Pengungkapan (empat item pertanyaan), dan keuangan organisasi PMI. Kriteria-kriteria yang
Prinsip Penyajian (7 item pertanyaan). Pengukuran dimaksud terklasifikasi menjadi beberapa kategori
variabel dilakukan dengan menggunakan skala sebagaimana disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Likert lima point dengan skor ‘1’ bernilai ‘Tidak Kriteria ini ditentukan melalui perhitungan
Pernah’ hingga ‘5’ bernilai ’Selalu’. matematis terhadap rentang data dan panjang kelas
Variabel ‘Persepsi Penerapan’ didefinisikan interval rata-rata masing-masing variabel sehingga
sebagai tingkat pengetahuan responden tentang mengahsilkan Interval Tingkat Kepatuhan (ITK)
PSAK 45, pandangan terhadap eksistensi dan dan Interval Persepsi (IP).
legalitas PSAK 45, serta pendapat terkait penerapan Selanjutnya, dengan bantuan program SPSS for
PSAK 45 pada organisasi PMI. Responden Windows versi 11.5, alat analisis Independent Sample t-
(kelompok penyusun dan kelompok pengguna) test (untuk data yang terdistribusi normal) dan uji
masing-masing diminta memberikan Mann-Whitney test (untuk data yang tidak
persetujuannya terhadap 15 item pertanyaan terdistribusi normal) digunakan dalam rangka
sehubungan dengan ketiga aspek persepsi menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


VOL. 16 NO.2 JULI 2015 115

ini. Hipotesis dinyatakan terdukung apabila bekerja selama lebih dari 50 tahun serta sebagian
diperoleh nilai signifikansi sebesar <0,5 untuk besar tidak memiliki pengetahuan berbasis
masing-masing alat uji beda statistik. akuntansi (56,67%) dan tidak pernah mengikuti
pelatihan terkait pengelolaan keuangan (66,67%).
TABEL 1. KETEGORI KEPATUHAN PENERAPAN Sementara itu, 53,33% responden pada kelompok
pengguna laporan keuangan berjenis kelamin
perempuan, 73,33% berlatar belakang pendidikan
terakhir sarjana strata1 (S1), 53,33% telah bekerja
lebih dari 50 tahun, 66,67% memiliki pengetahuan
berbasis akuntansi dan hanya 20% yang pernah
mengikuti pelatihan terkait pengelolaan keuangan.
TABEL 2. KATEGORI PERSEPSI PENERAPAN

TINGKAT KEPATUHAN PENERAPAN PSAK 45


Dalam rangka mengeksplorasi tingkat kepatuhan
penerapan PSAK 45 oleh organisasi PMI se-Provinsi
Bali, evaluasi dilakukan pada masing-masing kantor
cabang organisasi. Sebagaimana ditampilkan pada
Tabel 3, hasil penelitian menunjukkan bahwa (a)
HASIL DAN PEMBAHASAN
organisasi PMI Provinsi Bali berada dalam kategori
Sejumlah total 10 kuesioner terkait variabel
‘Tidak Patuh’ dengan interval tingkat kepatuhan
‘Kepatuhan Penerapan’ (tipe I) dan 60 kuesioner
(ITK) sebesar 0,46; (b) PMI Kabupaten Buleleng
terkait variabel ‘Persepsi Penerapan’ (tipe II) telah
terkategori ‘Tidak Patuh’ (ITK=0,52); (c) PMI
disebarkan. Kuesioner tipe I ditujukkan kepada
Kabupaten Bangli terkategori ‘Sangat Tidak Patuh’
satu orang bagian keuangan pada masing-masing
(ITK=0,34); (d) PMI Kabupaten Tabanan
kantor cabang organisasi yang tersebar di sembilan
terkategori ‘Sangat Tidak Patuh; (ITK=0,253); (e)
kabupaten/kota serta pada satu kantor pusat yang
PMI Kabupaten Klungkung terkategori ‘Tidak
berkedudukan di ibukota provinsi. Kuesioner tipe
Patuh’ (ITK=0,52); (f) PMI Kabupaten Karangasem
II ditujukan kepada 30 responden pihak penyusun
terkategori ‘Tidak Patuh’ (ITK=0,0453); (g) PMI
dan 30 responden pihak pengguna laporan
Kabupaten Gianyar terkategori ‘Patuh’
keuangan. Dari jumlah tersebut, keseluruhan
(ITK=0,713); (h) PMI Kabupaten Jembrana
kuesioner berhasil kembali dan layak untuk
terkategori ‘Tidak Patuh’ (ITK=0,380); (i) PMI Kota
digunakan (response rate 100%). Tingkat
Denpasar terkategori ‘Patuh’ (ITK=0,753); dan (j)
pengembalian yang tinggi ini diperoleh karena
PMI Kabupaten Badung terkategori ‘Patuh’
kuesioner diantar dan diambil dari responden
(ITK=0,687).
secara langsung.
Analisis lebih mendalam terhadap jawaban
Secara demografis, untuk kelompok penyusun
responden untuk indikator prinsip Pengakuan,
laporan keuangan, sejumlah 56,67% responden
menunjukkan bahwa hanya dua unit organisasi
berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 40% berlatar
yang secara konsisten melakukan pencatatan atas
belakang pendidikan terakhir Sekolah Menengah
sebagian besar akun-akun laporan keuangan
Atas (SMA)/sederajat, 50% responden telah
sebagaimana dipersyaratkan dalam PSAK 45, yaitu

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


116 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

PMI Kota Denpasar (63,16%) dan PMI Kabupaten Lebih jauh, pada kelompok penyusun laporan
Badung (63,25%). Sementara itu, delapan unit keuangan, ditemukan bahwa indikator
organisasi lainnya berada pada rentangan nilai ‘pengetahuan tentang PSAK 45’, ‘pandangan
pencatatan sebesar 15-30%. terhadap eksistensi dan legalitas PSAK 45’, dan
Sehubungan dengan prinsip Pengung-kapan, ‘pendapat terkait penerapan PSAK 45’, masing-
empat unit organisasi yaitu PMI Kabupaten masing terkategori ‘Kurang Setuju’ (IP=0,524),
Karangasem, PMI Kabupaten Gianyar, PMI Kota ‘Kurang Setuju’ (IP=0,673), dan ‘Setuju’ (IP=0,746).
Denpasar dan PMI Kabupaten Badung terbukti Sementara itu, pada kelompok pengguna laporan
telah melakukan pengungkapan informasi- keuangan, indikator ‘pengetahuan tentang PSAk
informasi tambahan dengan sangat memadai 45’ berada dalam kategori ‘Kurang Setuju’
(intensitas pengungkapan 50-100% per periode), (IP=0,637), indikator ‘pandangan terhadap
misalnya atas rincian sumber daya dan kewajiban eksistensi dan legalitas PSAK 45’ pada kategori
yang tidak tercantum pada bagian utama laporan ‘Setuju’ (IP=0,764) dan indikator ‘pendapat terkait
keuangan, dasar kebijakan Akuntansi yang penerapan PSAK 45’ pada kategori ‘Setuju’
diterapkan serta pembatasan penggunaan aktiva (IP=0,833).
organisasi.
Terakhir, dalam hal prinsip Penyajian, terdapat TABEL 3. HASIL PENILAIAN VARIABEL KEPATUHAN PENERAPAN PSAK 45

tiga unit organisasi yang secara sistematis dan


memadai telah menyajikan unsur-unsur pada
laporan keuangan, yaitu PMI Kabupaten
Klungkung (42,86%), PMI Kabupaten Gianyar
(57,14%) dan PMI Kabupaten Badung (57,14%).
Penyajian yang dimaksud misalnya berupa
penyajian akun aktiva dan kewajiban dengan
pengumpulan atas unsur-unsur tersebut ke dalam
kelompok yang memiliki karakteristik serupa dan
relatif homogen, menyajikan jumlah pendapatan Eksplorasi lebih jauh mengungkap bahwa
dan beban secara bruto serta menyajikan sejumlah 43,33% responden kelompok penyusun
pendapatan, sumbangan dan kerugian sebagai dan 53,33% responden kelompok pengguna telah
penambah aktiva bersih tidak terikat. mengetahui adanya standar baku pelaporan
keuangan bagi organisasi nirlaba. Di sisi lain,
PERSEPSI PENERAPAN PSAK 45 sejumlah 53,33% responden kelompok penyusun
Hasil penelitian terkait variabel Persepsi dan 73,33% responden kelompok pengguna
Penerapan (Tabel 4 dan Tabel 5) menunjukkan menyatakan persetujuannya terhadap legalitas
bahwa kelompok penyusun laporan keuangan PSAK 45. Terakhir, sejumlah 70% responden
memiliki persepsi ‘Kurang Setuju’ terhadap kelompok penyusun dan 93,33% responden
penerapan PSAK 45 dengan nilai interval persepsi kelompok pengguna berpendapat bahwa penerapan
(IP) sebesar 0,657; sedangkan persepsi yang dimiliki PSAK 45 pada organisasi PMI akan dapat
kelompok pengguna laporan keuangan berada pada meningkatkan kualitas layanan, aspek akuntabilitas
kategori ‘Setuju’ dengan IP sebesar 0,754. dan transparansi pengelolaan keuangan organisasi.

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


VOL. 16 NO.2 JULI 2015 117

PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN diketahui bahwa pada kelompok penyusun laporan


Pengujian terhadap instrumen penelitian keuangan, data untuk indikator ‘Pengetahuan
dilakukan dalam rangka memperoleh kepastian Tentang PSAK 45’ dan ‘Pandangan Terkait
kualitas alat pengumpulan data yang digunakan Legalitas PSAK 45’ memiliki nilai signifikansi lebih
terkait aspek validitas dan reliabilitas. Secara dari 0,05 (masing-masing 0,449 dan 0,184) sehingga
umum, keseluruhan item pertanyaan pada variabel dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh terkait
Persepsi Penerapan telah memenuhi kriteria indikator-indikator tersebut terdistribusi secara
pengujian sehingga dapat dikatakan valid dan normal. Sementara itu, untuk indikator ‘Pendapat
reliable. Sebagaimana disajikan pada Tabel 6, nilai Mengenai Penerapan PSAK 45 di PMI Bali’
koefisien korelasi untuk ketiga indikator pada memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,041)
masing-masing kelompok responden berada pada sehingga data yang diperoleh dapat dinyatakan
rentang 0,4-0,8. Nilai ini terkategori valid karena tidak terdistribusi secara normal.
berada di atas batas minimal 0,3 (Sugiyono, 2010). Tabel 7 juga menyajikan hasil pengujian
Sementara itu, nilai cronbach’s alpha berada pada normalitas data terkait indikator-indikator pada
kisaran angka 0,6-0,9 dan terkategori reliabel variabel Persepsi Penerapan PSAK 45 untuk
dengan berpedoman pada standar reliabilitas 0,6 kelompok pengguna laporan keuangan. Data untuk
(Ghozali, 2009). keseluruhan indikator memiliki nilai signifikansi
lebih dari 0,05 (masing-masing 0,297 untuk
TABEL 4. HASIL PENILAIAN VARIABEL PERSEPSI PENERAPAN PSAK 45
indikator ‘Pengetahuan Tentang PSAK 45’, 0,096
KELOMPOK PENYUSUN
untuk indikator ‘Pandangan Terkait Legalitas PSAK
45’, dan 0,085 untuk indikator ‘Pendapat
Mengenai Penerapan PSAK 45 di PMI Bali’).
Dengan mempertimbangkan hasil ini, pengujian
hipotesis terkait indikator ‘Pengetahuan Tentang
PSAK 45’ dan ‘Pandangan Terkait Legalitas PSAK
45’ dilakukan menggunakan alat analisis Indepen-
TABEL 5. HASIL PENILAIAN VARIABEL PERSEPSI PENERAPAN PSAK 45 dent t-test, sementara untuk indikator ‘Pendapat
KELOMPOK PENGGUNA
Mengenai Penerapan PSAK 45 di PMI Bali’
menggunakan alat uji Mann-Whitney test.

PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan
menggunakan uji Independent Sample t-test untuk
variabel ‘Persepsi Penerapan PSAK 45’, indikator
‘Penge-tahuan tentang PSAK 45’ dan indikator
‘Pandangan terkait Legalitas PSAK 45’ serta uji
Pengujian selanjutnya dilakukan sehubungan statistik Mann-Whitney test untuk indikator
dengan aspek normalitas data dalam rangka ‘Pendapat mengenai Penerapan PSAK 45 di Palang
menentukan alat analisis yang tepat untuk Merah Indonesia se-Provinsi Bali’.
pengujian hipotesis penelitian. Berdasarkan Tabel 7

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


118 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

TABEL 6. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN indikator pandangan legalitas PSAK 45 (Tabel 8
panel C) dan pendapat mengenai penerapan PSAK
45 (Tabel 8 panel D). Untuk masing-masing
indikator tersebut, berturut-turut, diperoleh mean
jawaban sebesar 3,3667 (penyusun) dan 3,8222
(pengguna) dengan nilai signifikansi á<0,05 serta
sum of ranks mean jawaban sebesar 656,00
(penyusun) dan 117,00 (pengguna) dengan nilai
signifikansi á<0,01. Dengan demikian, dapat
TABEL 7. HASIL UJI NORMALITAS DATA
dinyatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini terdukung secara statistik.

TABEL 8. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Hasil pengujian hipotesis terhadap variabel


Persepsi Penerapan PSAK 45 (Tabel 8 panel A)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan (á < 0,01) antara kelompok penyusun
dan pengguna laporan keuangan. Mean jawaban
yang lebih besar pada kelompok pengguna (3,7711)
dibandingkan pada kelompok penyusun (3,2867)
menunjukkan bahwa kelompok pengguna
mempersepsikan secara lebih positif (baik/setuju)
penerapan PSAK 45 pada organisasi PMI se-
Provinsi Bali.
Terkait indikator pengetahuan tentang PSAK 45
(Tabel 8 panel B), ditemukan adanya perbedaan SIMPULAN
yang signifikan (á < 0,05) antara jawaban responden Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kelompok penyusun (mean 2,6200) dan responden tingkat kepatuhan penerapan organisasi terhadap
kelompok pengguna (mean 3,1867). PSAK 45 sebagai standar pelaporan keuangan
Temuan ini mengisyaratkan bahwa kelompok nasional bagi organisasi nirlaba di Indonesia,
pengguna memiliki pengetahuan yang lebih baik menginvestigasi persepsi kelompok penyusun dan
terhadap eksistensi PSAK 45 sebagai standar pengguna laporan keuangan terkait standar
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Sementara tersebut; dan menentukan apakah terdapat
itu, perbedaan yang signifikan juga dapat diamati perbedaan persepsi antara kedua kelompok
pada jawaban kedua kelompok responden terkait

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


VOL. 16 NO.2 JULI 2015 119

tersebut. Secara umum, hasil penelitian pengelolaan keuangan.


menemukan bukti bahwa tingkat kepatuhan Perbedaan ini tentunya perlu disikapi secara
penerapan organisasi PMI se-Provinsi Bali terhadap bijak mengingat peran sentral laporan keuangan
standar pelaporan keuangan nasional tergolong sebagai media komunikasi di antara kedua belah
rendah. Sebagian besar unit organisasi yang pihak. Hal ini menjadi penting karena baik
menjadi subjek penelitian masih berada pada kelompok penyusun maupun pengguna laporan
kategori ‘Tidak Patuh’ berdasarkan kriteria keuangan seharusnya memiliki persamaan persepsi
penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Hanya berkaitan dengan standar pelaporan keuangan yang
tiga dari 10 unit organisasi yang telah dengan digunakan oleh organisasi sehingga informasi yang
memadai menerapkan PSAK 45 sebagai pedoman terkandung dalam laporan keuangan dapat sama-
dalam penyusunan laporan keuangan organisasi, sama dipahami.
yaitu PMI Kabupaten Gianyar, PMI Kota Denpasar Penelitian ini, tak bisa dipungkiri, mengandung
dan PMI Kabupaten Badung. beberapa keterbatasan. Pertama, penggunaan
Hal ini dapat disebabkan karena masih kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama
diterapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat rentan terhadap resiko bawaan berupa bias-
keuangan yang ditetapkan oleh PMI Pusat dan bias respon, misalnya bias motif konsistensi, bias
berlaku untuk seluruh PMI Provinsi dan PMI keinginan sosial, dan lainnya. Kedua, pemilihan
Kabupaten/Kota di Indonesia. Sebagai alternatif PMI sebagai subjek penelitian sebagai representasi
solusi, Ikatan Akuntan Indonesia sebagai badan organisasi nirlaba tentunya tidak dapat
pengembang standar pelaporan keuangan di Indo- meng\generalisasi karakteristik jenis organisasi
nesia perlu mengadakan sosialisasi dan edukasi tersebut secara keseluruhan. Hasil berbeda
yang lebih intensif berkaitan dengan penerapan kemungkinan dapat muncul pada bentuk organisasi
PSAK 45 sekaligus mengajak PMI untuk bersama- nirlaba dengan karakter operasional berbeda.
sama mencari pemecahan atas masalah dualisme Penelitian berikutnya dapat menerapkan metode-
kewajiban penerapan aturan pelaporan keuangan metode khusus guna meminimalisasi bias-bias
tersebut. kuesioner yang dapat muncul. Pengembangan
Temuan lain yang juga perlu mendapat penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
perhatian adalah fakta empiris bahwa pihak melakukan pengujian hubungan antara persepsi
penyusun laporan keuangan organisasi memiliki penyusun dan perilaku kepatuhan penerapan suatu
persepsi yang lebih rendah (kurang setuju) standar pelaporan keuangan tertentu.
dibandingkan kelompok pengguna laporan
keuangan dalam hal penerapan PSAK 45 pada DAFTAR PUSTAKA
Barth, M. E., W. R. Landsman, DAN A. H. Lang. 2008. International
organisasi PMI. Menariknya, perbedaan persepsi
Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of
antara pihak penyusun dan pengguna laporan Accounting Research, 46 (3), 467-498.
keuangan ini juga terbukti signifikan secara Carcello, J. V., R. H. Hermanson, dan N. T. McGrath. 1992. Audit
Quality Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Preparers,
statistik. Hal ini kemudian dapat menjadi bukti and Financial Statement Users. Auditing: A Journal of Practice &
yang mengkonfirmasi temuan Rahman (2000) Theory, 1 (1), 1-15.
Dang-Duc, S. 2011. Compliance with Accounting Standards by SMEs
terkait sikap-sikap resistensi yang dimiliki penyusun in Transitional Economies: Evidence from Vietnam. Journal of
laporan keuangan terhadap usaha-usaha untuk Applied Accounting Research, 12 (2), 96-107.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120


120 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

SPSS (Cetakan ke IV). Semarang: Badan Penerbit UNDIP


Holthausen, R.W. 2009. Accounting Standards, Financial Reporting
Outcomes, and Enforcement. Journal of Accounting Research, 47
(2), 447-458.
Hope, O. K. 2003. Disclosure Practices, Enforcement of Accounting
Standards, and Analysts’ Forecast Accuracy: An International
Study. Journal of Accounting Research, 41 (2), 235-272.
Hossain, M.A. dan M. Nurunnabi. 2011. Enforcement and Compliance
of Mandatory Accounting Standards in Emerging Economies: The
Case od Pakistan. International Journal Managerial and Financial
Accounting, 3 (2), 200-218.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. DSAK-IAI Kembali Meluncurkan
Standar Akuntansi Baru dan Mencabut Standar Akuntansi Koperasi
dan Ekuitas. [Online] Tersedia di: http://www.iaiglobal.or.id/v02/
berita/detail.php?catid=&id=184 [Diakses 9 Agustus 2011].
Jarrar, N.S., M. Smith. Dan C. Dolley. 2007. Perceptions of preparers
and users to accounting change: a case study in an Australian
university. Managerial Auditing Journal, 22 (1), 80-94.
Kreander, N., V. Beattie dan K. McPhail. 2009. Putting our money where
their mouth is: Alignment of charitable aims with charity invest-
ments - Tension in policy and practice. The British Accounting
Review, 41, 154-168.
Levitt, A. 1998. The Importance of High Quality Accounting Standards.
Accounting Horizons, 12 (1), 79-82.
Ousama, A. A., A. H. Fatima dan A. R. H. Majdi. 2011. Usefulness of
intellectual capital information: preparers’ and users’ views. Journal
of Intellectual Capital, 12 (3), 430-445.
Palang Merah Indonesia. 2010. Standard Operational Procedure (SOP)
Keuangan Palang Merah Indonesia. Materi Pelatihan. Jakarta,
Indonesia: Palang Merah Indonesia Pusat.
Palang Merah Indonesia. 2011. Donatur PMI. [Online] Tersedia di: http:/
/www.pmi.or.id/index.php/kapasitas/donasi/donatur-pmi.html
[Diakses 14 Juli 2011].
Rahman, M. Z. 2000. Accounting Standards in The East Asia Region.
In Second Asian Roundtable on Corporate Governance “The Role
of Disclosure in Strengthening Corporate Governance and
Accountability”. Hong Kong, 2000. OECD and World Bank.
Reinstein, A. Dan R. Weirich. 2002. US and UK GAAP: Important
Differences for Financial Statement Preparers and Users.
Managerial Finance, 28 (1), 59-72.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis (Cetakan Ke-15). Bandung:
Alfabeta
Weißenberger, B.E., H. Angelkort dan G. Holthoff. 2012. MAS Integra-
tion and Controllership Effectiveness: Evidence of a Preparer-User
Perception Gap. German Academic Association for Business
Research, 5 (2), 134-153.
World Bank. 2007. Pakistan Public Sector Accounting and Auditing: A
Comparison to International Standards. The World Bank: South
Asia Region Financial Management Unit.

DOI: 10.18196/JAI-2015.0036 110 - 120

View publication stats

You might also like