Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is a chronic disease that results in the progressive decline in
renal function and irreversible. Patients with end stage CKD requiring hemodialysis therapy.
CKD patients who undergo hemodialysis therapy largely experiencing symptoms of anxiety and
changes in quality of life. The aim of this study was to determine the correlation between the
anxiety level and the quality of life of patients with CKD during hemodialysis therapy at dr.
Soebandi Regional Hospital Jember. Research using Cross Sectional Design with the total
number of respondents as many as 30 people and was carried out in November 2015. The
respondent's anxiety level was measured using a HARS questionnaire and assessment of
quality of life using the WHOQOL-BREF questionnaire. The results revealed respondents with
mild anxiety were 16,67% (10% with good quality of life and 6,67% with bad quality of life),
respondents with moderate anxiety were 40% (10% with good quality of life and 30% with bad
quality of life), and respondents with severe anxiety were 43,33% with bad quality of life.
Spearman correlation test showed the significance (p) 0,00 with correlation coefficient (r) –
0,517. Thus, it can be concluded that there was a correlation between the level of anxiety and
quality of life of CKD patients during hemodialysis therapy at dr.Soebandi Regional Hospital
Jember.
Kata kunci: Chronic Kidney Disease (CKD), hemodialisis, kecemasan, kualitas hidup.
Tabel 4. Tabulasi silang kualitas hidup terhadap kualitas hidup pasien CKD yang menjalani terapi
tingkat kecemasan
Kualitas Hidup
hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
Tingkat Kecemasan Baik Buruk Nilai r sebesar -0,517 yang menunjukkan
f % f % kekuatan korelasi sedang dengan arah negatif.
Kecemasan Ringan 3 10 2 6.67 Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecemasan
Kecemasan Sedang 3 10 9 30 pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis
Kecemasan Berat 0 0 13 43.33 maka semakin buruk kualitas hidupnya.
Total 6 20 24 80
Responden dengan kecemasan ringan terdiri dalam masalah ekonomi, terutama pada pasien
atas 10% laki-laki dan 6,67% perempuan. laki-laki yang sudah tidak dapat bekerja kembali
Responden yang mengalami kecemasan [24].
sedang terdiri atas 30% laki-laki dan 10% Distribusi tingkat kecemasan
menurut
perempuan. Sedangkan responden yang l a m a n y a t e r a p i h e m o d i a l i s i s ( Ta b e l 2 )
mengalami kecemasan berat terdiri dari 23,33% menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ringan
laki-laki dan 20% perempuan. Penelitian yang paling banyak dialami oleh responden yang
dilakukan oleh Diana di Malang dalam Keliat, menjalani hemodialisis antara 13-18 bulan
menyatakan bahwa pasien dengan jenis kelamin (6,67%) dan 19-24 bulan (6,67%). Tingkat
perempuan memiliki risiko tingkat kecemasan kecemasan sedang paling banyak dialami oleh
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki [7]. responden yang menjalani hemodialisis antara
Hal tersebut sesuai dengan hasil yang 19-24 bulan (26,67%). Sedangkan, kecemasan
didapatkan dalam penelitian ini. Dari hasil berat paling banyak dialami oleh responden
penelitian, responden dengan jenis kelamin laki- yang menjalani hemodialisis antara 13-18 bulan
laki memiliki tingkat kecemasan sedikit lebih (13,33%) dan 19-24 bulan (13,33%).
Dari hasil
tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin penelitian tersebut menunjukan bahwa lamanya
perempuan. Akan tetapi, jumlah responden menjalani hemodialisis dapat memengaruhi
dengan jenis kelamin laki-laki memang lebih tingkat kecemasan pada pasien CKD
yang
banyak daripada jumlah responden dengan jenis menjalani hemodialisis. Sesuai dengan teori
kelamin perempuan sehingga tidak dapat Moos dalam Jhoni et al menyatakan bahwa
diambil kesimpulan bahwa kecemasan lebih seseorang individu yang didiagnosis CKD
mudah dialami oleh laki-laki daripada stadium
akhir akan berada pada kondisi krisis,
perempuan dan tidak dapat dilihat perbedaan yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik
tingkat stres yang signifikan antara responden dan psikososialnya. Jumlah responden pada
laki-laki dan perempuan. setiap kelompok berdasarkan lama terapi
Jumlah pasien yang mengalami hemodialisis tidak homogen jumlahnya sehingga
kecemasan paling banyak berusia antara 41-60 sulit untuk menilai signifikansi dari tingkat
tahun sebesar 63,33%, yang terbagi atas 30% kecemasan berdasarkan lama terapi
berusia antara 41-50 tahun dan 33,33% berusia hemodialisis [5].
antara 51-60 tahun. Hal ini sesuai dengan Pasien CKD yang menjalani terapi
penelitian yang dilakukan oleh Witria, tentang hemodialisis hampir semuanya mengalami
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penurunan kualitas hidup. Pada penelitian ini
kecemasan pasien hemodialisa di RSI Rahmah didapatkan sebesar 80% responden memiliki
Padang diperoleh hasil sebagian besar kualitas hidup yang buruk (Tabel 1). Walaupun
responden berusia lebih dari lima puluh tahun lebih banyak responden yang memiliki kualitas
[25]. Sedangkan, menurut Kaplan dan hidup buruk, tetapi dari masing-masing
Saddock BJ
mengatakan bahwa rata-rata
usia responden memiliki perbedaan penilaian
onset untuk kecemasan adalah kira-kira empat terhadap kualitas hidupnya. Hal ini juga
puluh tahun [6].
Dengan umur yang berbeda- tergantung dari persepsi responden dan tingkat
beda akan mempengaruhi tingkat kecemasan keparahan penyakitnya saat itu [20].
yang dialami oleh setiap orang dengan orang Berdasarkan hasil yang didapatkan pada
lainnya [23]. penelitian ini, sebagian besar responden yang
Pada penelitian ini terdapat dua memiliki kualitas hidup buruk adalah responden
responden yang masih bekerja dan 28 laki-laki yaitu sebesar 46,67%. Hal tersebut
responden yang tidak bekerja. Berdasarkan didukung oleh penelitian sebelumnya yang
status pekerjaan (Tabel 2) responden yang tidak menyatakan bahwa jumlah pasien pria lebih
bekerja mengalami kecemasan berat (43,33%), banyak daripada wanita kemungkinan dapat
kecemasan sedang (36,67%), dan kecemasan disebabkan oleh beberapa hal. Selain karena
ringan (13,33%). Hal ini bisa saja diakibatkan penyakit yang mendasari seperti pembesaran
karena tidak adanya kegiatan yang dapat prostat, batu ginjal, infeksi dan obstruksi yang
mengalihkan dari rasa tidak nyaman selama berkembang menjadi gagal ginjal, sebagian
pengobatan
dan responden yang tidak bekerja laki-laki juga memiliki kebiasaan yang dapat
juga merasa menjadi beban tanggungan mempengaruhi kesehatan seperti merokok,
keluarga karena biaya hemodialisis yang akan sering minum kopi, alkohol, dan minuman
dilakukan [13, 14]. Responden yang tidak suplemen yang dapat memicu terjadinya
bekerja memungkinkan mengalami kesulitan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dan berdampak merupakan salah satu pemicu terjadinya stres.
terhadap kualitas hidupnya [1, 2]. Stres secara tidak langung juga dapat
Responden yang memiliki kualitas hidup mempengaruhi morbiditas dengan cara
buruk
paling
banyak adalah responden dengan merubah pola perilaku individu. Hal tersebut
kelompok usia antara
51-60 tahun yaitu sebesar menunjukkan bahwa stres akan dapat
26,67%. Menurut Sudoyo, usia merupakan memperburuk kondisi kesehatan penderita dan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi menurunkan kualitas hidupnya [17].
status kesehatan individu dan proses Berdasarkan hasil analisis data dengan uji
degeneratif yang terjadi setelah usia tiga puluh statistik Spearman, dapat diketahui bahwa
tahun akan mengakibatkan terjadinya terdapat hubungan
antara tingkat depresi
perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia dengan kualitas hidup pasien CKD yang
sehingga menyebabkan penurunan kerja ginjal menjalani terapi hemodialisis di RSD dr.
dan kualitas hidup 1% setiap tahunnya [19]. Soebandi Jember. Nilai koefisien korelasi dari
Sejalan dengan pendapat diatas, Septiwi juga kedua variabel sebesar -0,517 yang berarti
mengemukakan bahwa kualitas hidup bahwa terdapat korelasi berkekuatan sedang
dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi kearah negatif, yaitu semakin tinggi tingkat
fisik dan psikologis, aktivitas sosial, interaksi kecemasan
maka semakin buruk kualitas hidup
sosial dan fungsi keluarga [15]. Pada umumnya pasien CKD yang menjalani hemodialisis di RSD
pada usia tua (lebih dari lima puluh tahun) dr. Soebandi Jember.
mengalami keterbatasan sehingga kualitas
hidup pada individu tersebut mengalami Simpulan dan Saran
penurunan [15].
Distribusi kualitas hidup menurut status Berdasarkan pembahasan diatas, dapat
pekerjaan responden
(Tabel 3)
menunjukkan diketahui bahwa pada pasien CKD yang
bahwa responden
yang memiliki kualitas hidup menjalani terapi hemodialisis 83,33% responden
buruk hampir seluruhnya tidak bekerja (70%). memiliki tingkat kecemasan sedang hingga
Hasil penelitian Sofiana, menyatakan bahwa berat, 80% responden memiliki kualitas hidup
sebagian besar pasien hemodialisis mengalami buruk, dan terdapat hubungan antara tingkat
masalah finansial dan mengalami kesulitan depresi dan kualitas hidup pasien CKD yang
untuk mempertahankan pekerjaannya sehingga menjalani terapi hemodialisis dengan kekuatan
dapat menurunkan kualitas hidupnya [18]. korelasi sedang. Semakin tinggi tingkat depresi,
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan hasil maka semakin buruk kualitas hidup pasien CKD
bahwa responden yang memiliki kualitas hidup yang menjalani terapi hemodialisis di RSD dr.
baik paling banyak adalah responden yang soebandi Jember.
menjalani terapi hemodialisis antara 13-18 bulan Saran dalam penelitian ini adalah perlu
(10%). Sedangkan, responden yang memiliki dilakukan penelitian lanjutan yang lebih objektif
kualitas hidup buruk didominasi oleh responden dengan populasi sampel yang lebih besar, serta
yang menjalani terapi hemodialisis antara 19-24 meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang
bulan (26,67%). Akan tetapi, sebaran jumlah menybabkan kecemasan dan perburukan
responden pada setiap kelompok lama terapi kualitas hidup pada pasien CKD yang menjalani
hemodialisis tidak rata, sehingga tidak dapat terapi hemodialisis.
diambil kesimpulan bahwa lama terapi
hemodialisis mempengaruhi kualitas hidup Daftar Pustaka
pasien CKD. Hal ini di dukung dengan penelitian [1] Black JM, Hawks JH. Medical Surgical
oleh Ibraham, Prabawati, dan Suryarinilsih yang Nursing Clinical Management for
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara P o s s i t i v e O u t c o m e 7th e d i t i o n .
lama terapi hemodialisis dengan kualitas hidup Philadelphia: W.B. Saunders Company;
pasien [4, 12, 21]. 2010.
Distribusi kualitas hidup menurut tingkat [2] Brunner, Suddarth. Buku Ajar Medikal
kecemasan
responden (Tabel 4) menunjukkan Bedah. Terjemahan oleh Agung Waluyo.
bahwa
dari seluruh responden yang mengalami Jakarta: EGC Press; 2012.
kecemasan (100%), sebesar 80% responden [3] Himmelfarb J. Core Curriculum in
memiliki kualitas hidup yang buruk yang terdiri
Nephrology Hemodialysis Complications.
dari 6,67% responden dengan kecemasan
ringan, 30% kecemasan sedang, dan 43,33% National Kidney Foundation. N Eng J M.
kecemasan berat. Perubahan dalam kehidupan Doi: 10.1053. Associates: 2011. [cited 30