You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No.

1, Februari 2015

Penelitian
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
Deddy Sepadha Putra Sagala

Dosen Prodi D-III Keperawatan, STIKes Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan

E-mail: deddyspsagala@gmail.com

ABSTRACT

There are four factors that influence the quality of life patient with CRF will be discussed, i.e. the
nutrition status, comorbid, duration of haemodialysis, and medical procedure. This research aims to
study the dominant factor of the four factors that influence the quality of life patient with CRF. The
sample in this research are the patients with CRF who underwent the haemodialysis at RSUP HAM
Medan in the number of 32 patients. The sample was took by purposive sampling method. The method
applied in this research is analytic descriptive method by using the instrument in the form of options
would be check listed. The data is analyzed by using Pearson and Spearman correlation test and linear
regression. The results of research indicates that (1) The Spearman correlation test for nutrition and
quality of life obtain that r = 0.382 and p = 0.031 means that there is a significant correlation but is
weak; (2) the Pearson correlation test for comorbid and quality of life obtain r = 0.568 and p = 0.001
means that there is a significant correlation but is medium; (3) Spearman correlation test for the duration
of haemodialysis and quality of life obtain r = 0.106 and p = 0.291 means that there is not a significant
correlation but is weak; (4) the Spearman correlation test for medical procedure and quality of life obtain
r = -0.078 and p = 0.671 means that there is not a significant correlation and in opposed direction; (5)
Linear regression test obtain the equation Y = 59.581 + 3.52X. Based on the results of study indicates
that the comorbid condition is directly proportional to quality of life of patient with CRF that means that
comorbid condition has an influence to the quality of life. Therefore it is important to optimize the
nursing care to the comorbid condition in order to increase the quality of life patient with CRF either in
the service or health education that support the health condition of patient.

Keywords: Quality of Life, Factors Influence The Quality Of Life.

PENDAHULUAN mengalami gangguan dalam proses


berfikir dan konsentrasi serta gangguan
Metode terapi dialisis menjadi pilihan dalam hubungan sosial. Semua kondisi
utama dan merupakan perawatan umum tersebut akan menyebabkan menurunnya
penyakit ginjal kronis adalah hemodialisis kualitas hidup pasien dengan hemodialisa, hal
(Brunner & Suddarth, 2002. Proses terapi ini diperkuat dengan pernyataan Kunmartini
dialisis harus dialami pasien selama hidupnya (2008, dalam Fatayi, 2008) bahwa pasien
biasanya dua kali seminggu selama paling penyakit ginjal sering diperhadapkan dengan
sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi. Umumnya berbagai komplikasi yang mengikuti penyakit
terapi hemodialisa akan menimbulkan stres yang dideritanya yang berakibat semakin
fisik seperti kelelahan, sakit kepala dan menurun kualitas hidup orang tersebut.
keluar keringat dingin akibat tekanan darah Kualitas hidup bisa dipandang dari segi
yang menurun, sehubungan dengan efek subjektif dan objektif. Segi subjektif
hemodialisis dan juga mempengaruhi merupakan perasaan enak dan puas atas
keadaan psikologis penderita akan segala sesuatu secara umum, sedangkan
8
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

secara objektif adalah pemenuhan tuntutan hemodialisis lebih dari empat tahun masih
kesejahteraan materi, status sosial dan mampu bekerja meskipun tidak maksimal,
kesempurnaan fisik secara sosial budaya tetapi di sisi lain terdapat perbedaan
(Trisnawati, 2002 dalam Fatayi, 2008). kualitas hidup pasien hemodialisis
Dimensi kualitas hidup yaitu dimensi dimana pasien yang lebih muda memiliki
fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan kualitas hidup yang tinggi dibandingkan
dimensi lingkungan. Keempat dimensi pasien yang lebih tua. Lok (1996, dalam
tersebut sudah dapat menggambarkan Yuliaw, 2010) juga melaporkan bahwa pasien
kualitas kehidupan pasien gagal ginjal kronik hemodialisa merasa tingkat aktifitas fisik,
dengan terapi hemodialisa yang mempunyai aktifitas sosial, kemampuan hidup umumnya
agama, etnis dan budaya yang berbeda di bawah rata-rata.
(WHO, 1994 dalam Desita, 2010). Peneliti Banyak faktor yang berpengaruh
terdahulu telah menemukan beberapa faktor terhadap pasien gagal ginjal kronis. Atas
yang mempengaruhi gambaran kualitas hidup dasar tersebut tujuan penelitian ini adalah
pasien penyakit ginjal kronis. Avis (2005, untuk menganalisis faktor-faktor yang paling
dalam Desita, 2010) menyatakan ada dominan mempengaruhi kualitas hidup
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hidup pasien yang dibagi menjadi dua bagian. hemodialisa di RSUP HAM Medan.
Bagian yang pertama adalah sosio demografi
yaitu jenis kelamin, umur, suku/ etnik, METODE
pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.
Bagian kedua adalah medis yaitu lama Desain penelitian yang digunakan dalam
menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penelitian ini adalah deskriptif analitik
penataklasanaan medis yang dijalani. dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi
Penelitian Yuliaw (2010) menemukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
bahwa karakteristik individu yang terdiri dari Adam Malik Medan. Populasi penelitian
pendidikan, pengetahuan, umur dan jenis adalah semua pasien yang menjalani terapi
kelamin merupakan faktor yang hemodialisa pada bulan September 2013
mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal adalah 126 orang di RSUP HAM Medan.
ginjal kronik. Yuliaw (2010) juga Penentuan besar sampel dengan
menyatakan dalam penelitiannya bahwa menggunakan tabel power analisis 50% yaitu
beberapa peneliti lain juga menemukan 32 orang. pengambilan data dilakukan
bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan kuesioner. Analisis
kehidupan secara signifikan adalah data menggunakan analisis univariat, analisis
pendidikan, ras, status perkawinan. Yuwono bivariat menggunakan uji spearman serta
(2000) dalam penelitiannya mengatakan analisa multivariat dengan menggunakan uji
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regresi linear.
kualitas hidup pasien gagal ginjal adalah
umur, jenis kelamin, etiologi gagal ginjal, HASIL
cara terapi pengganti, status nutrisi dan
kondisi komorbid. Pengukuran kualitas hidup Analisis Univariat
terdiri dari beberapa faktor yaitu simptom
yang dialami selama terapi, kualitas interaksi Karakteristik Responden
sosial, fungsi kognitif pasien dan kualitas Karakteristik sampel dengan nilai
tidur (Suhud, 2009). tertinggi berdasarkan usia adalah sampel
Yuliaw (2010) mengatakan bahwa dari yang berumur 56- 70 tahun berjumlah 16
hasil studi pendahuluan dengan wawancara orang (50%), jenis kelamin laki-laki
terhadap responden yang sedang menjalani berjumlah 23 orang (71,9 %), yang sudah
hemodialisa di unit hemodialisa RSUP Dr. menikah berjumlah 29 orang (90,6 %),
Kariadi Semarang, terapi hemodialisa sangat jenjang pendidikan perguruan tinggi
menunjang kualitas hidup mereka dan berjumlah 16 orang (50 %), bekerja sebagai
beberapa responden lain telah menjalani wiraswasta berjumlah 11 orang (34,4%),

9
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

berpenghasilan Rp.1.200.000–Rp 1.800.000/ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


bulan berjumlah 14 orang (43,8 %), penderita Kualitas Hidup Pasien
GGK yang tidak disebabkan oleh nefropati Faktor-faktor yang mempengaruhi
DM berjumlah 25 orang (78,1%). kualitas hidup pasien GGK terdiri dari empat
faktor yaitu status nutrisi, kondisi komorbid,
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase lama menjalani hemodialisa dan
Karakteristik Responden penatalaksanaan medis. Faktor status nutrisi
No Karekteristik Frekuensi
Persen memiliki nilai tertinggi sebanyak 31 orang
(%) (96,9 %), kondisi komorbid tidak mengalami
Umur komplikasi berjumlah 6 orang (18,8%), lama
20-40 tahun 3 9,4 pasien menjalani hemodialisa dimana pasien
1
41-55 tahun 13 40,6 sudah dapat beradaptasi dengan segala
56-70 tahun 16 50,0 aktivitasnya dalam menjalani HD ada
Jenis kelamin berjumlah 30 orang (93,8 %),
2 Laki-laki 23 71,9
penetalaksanaan medisnya baik dalam
Perempuan 9 28,1
menjalani HD berjumlah 25 orang (78,1 %).
Status
Pernikahan
Belum 1 3,1 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase
3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
menikah
Menikah 29 90,6 Hidup Pasien GGK
Janda/duda 2 6,3 Faktor-Faktor
Persen
Pendidikan No Yang Frekuensi
(%)
SD 2 6,3 Mempengaruhi
SMP 4 12,5 Status Nutrisi
4 1 Baik 31 96,9
SMA 10 31,3
Perguruan 16 50,0 Buruk 1 3,1
Tinggi Kondisi
Pekerjaan Komorbid
PNS/ 5 1
TN 5, 2 Tidak terjadi 18,8
6
I/ POLRI 6 komplikasi
Pegawai 2 6,3 Terjadi
5 26 81,3
BUMN komplikasi
Pegawai 4 12,5 Lama menjalani
Swasta HD
Wiraswasta 11 34,4 3 Tidak dapat
2 6,3
Dan lain-lain 10 31,3 beradaptasi
Penghasilan Beradaptasi 30 93,8
< Rp 5 15,6 Penatalaksanaan
700.000 medis
4
Rp 700.000 7 21,9 Baik 25 78,1
– Rp Buruk 7 21,9
1.200.000
6
Rp 1.200.000 14 43,8 Kualitas Hidup Pasien Ggk Yang
– Menjalani Hemodialisa Di RSUP HAM
Rp Medan
1.800.000 Mayoritas Responden memiliki kualitas
> Rp 6 18,8 hidup tinggi selama menjalani HD
1.800.000 berjumlah 20 orang (62,5 %) dan yang
Etiologi memiliki kualitas hidup sedang selama
penyakit
7 menjalani HD berjumlah 12 orang (37,5 %).
DM 7 21,9
Non-DM 25 78,1

10
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Tabel 5. Multikolineritas


Persentase Kualitas Hidup Pasien GGK Model Tolerance B Beta
Kualitas Hidup Frekuensi Persen (%) 3 (Constant) 1.000 59.581 .568
Tinggi 20 62,5 Kondisi 3.522
Sedang 12 37,5 Komorbid

Analisa Bivariat PEMBAHASAN

Hubungan Faktor-Faktor yang Terapi hemodialisa merupakan salah


Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien satu terapi dialisis yang yang menjadi pilihan
GGK dengan Kualitas Hidup Pasien GGK utama dan merupakan perawatan umum oleh
Hasil analisa data yang diperoleh bahwa pengerita GGK untuk menggantikan fungsi
besar hubungan antara faktor status nutrisi ginjalnya yang telah rusak (Peterson, 1995;
dengan kualitas hidup adalah 0,382 dengan Kartono, Darmarini & Roza, 1992 dalam
nilai signifikan 0,031, besar hubungan antara Lubis, 2006). Terapi hemodialisa yang
faktor kondisi komorbid dengan kualitas dilakukan setiap 2 x/ minggu mengharuskan
hidup adalah 0,568 dengan nilai signifikan penderita GGK menjadikan terapi tersebut
0,001, besar hubungan antara faktor lama sebagai aktivitas rutin yang harus
menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup dilaksanakan setiap minggunya. Proses terapi
adalah 0,106 dengan nilai signifikan 0,291, hemodialisa yang berlangsung 3 – 4 jam dan
besar hubungan antara faktor dampak terapi hemodialisa tersebut akan
penatalaksanaan medis dengan kualitas hidup mempengaruhi kualitas hidup penderita GGK
adalah 0,671 dengan nilai signifikan - 0,078. (Brunner & Suddarth, 2002). Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
Tabel 4. Hubungan Faktor-faktor yang kualitas hidup penderita GGK yang sedang
Mempengaruhi Kualitas Hidup pasien GGK menjalani hemodialisa. Penelitian ini
dengan Kualitas Hidup Pasien GGK membahas empat faktor yang mempengaruhi
Variabel R p kualitas hidup penderita GGK yang menjalani
Status nutrisi 0,382 0,031 hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik
Kualitas hidup Medan yaitu status nutrisi, kondisi komorbid,
lama menjalani hemodialisa, penatalaksanaan
Kondisi komorbid 0,568 0,001 medis.
Kualisa hidup Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Lama menjalani HD 62, 5 % (sekitar 20 orang dari 32 sampel
Kualitas hidup 0,106 0,291
yang diteliti) mempunyai kualitas hidup yang
Penatalaksanaan
tinggi dan 37,5 % (sekitar 12 orang dari 32
medis 0,671 -0,078 sampel yang diteliti) mempunyai kualitas
Kualitas hidup hidup yang sedang. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa dari keempat faktor
yang diteliti terdapat dua faktor yang tidak
Analisa Multivariat mempunyai hubungan yang bermakna
Berdasarkan hasil analisis pada terhadap kualitas hidup pasien GGK yang
diperoleh model regresi linear yaitu kondisi menjalani hemodialisa yaitu faktor lama
komorbid (X) dengan kualitas hidup (Y) menjalani hemodialisa dan penatalaksanaan
adalah Y = 59.581 + 3.522 X. Model regresi medis, sedangkan faktor status nutrisi dan
ini berarti bahwa setiap timbulnya satu kondisi komorbid memiliki hubungan yang
kondisi komorbid maka akan mempengaruhi bermakna terhadap kualitas hidup pasien
kualitas hidup sebesar 3.522. Secara umum GGK yang menjalani hemodialisa.
menunjukkan bahwa kondisi komorbid
pasien kearah positif akan diikuti dengan Status Nutrisi
peningkatan kualitas hidup sebesar 59,581. Semakin jelek status nutrisi penderita
maka semakin jelek juga kualitas hidupnya
(Yuwono, 2000). Malnutrisi yang terjadi pada
11
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

penderita GGK disebabkan oleh kurang (26 orang dari 32 sampel) mengalami
adekuatnya toksin uremi dan prosedur komplikasi akibat dari kondisi komorbid
hemodialisa yang berlangsung. Toksik uremi yang dialaminya, sedangkan 18,8 % (6 orang
yang menumpuk dalam tubuh akan dari 32 sampel) tidak mengalami komplikasi
mempercepat pemecahan protein dan akibat dari kondisi komorbid yang
menutrunkan sintesa protein. Hal ini dialaminya selama menjalani hemodialisa.
didukung oleh terbuangnya banyak protein, Koefisien korelasi yang menunjukkan
vitamin dan glukosa ketika proses hubungan antara kondisi komorbid terhadap
hemodialisa. Sehingga dari hal tersebut kualitas hidup adalah searah (r = 0,568) dan
penderita GGK sering mengalami malnutrisi bersifat sedang serta hubungannya tampak
protein dan kalori yang menyebabkan bermakna (p = 0,001).
kualitas hidup pasien akan menurun. Maka
dari hal tersebut, pada penderita GGK sering Lama Menjalani Hemodialisa
dianjurkan untuk melakukan pengaturan diet Sampel yang diambil dalam penelitian
agar dapat mendukung peningkatan kualitas ini semuanya telah menjalani hemodialisa
hidupnya dan selain itu agar proses terapi lebih dari setahun dan rata-rata kualitas hidup
yang berlangsung betul-betul adekuat agar mereka masuk dalam kategori kualitas hidup
tidak banyak toksik uremi yang terkumpul yang tinggi dan sedang. Koefisien korelasi
dan protein serta glukosa dan vitamin tidak yang menunjukkan hubungan antara lama
banyak yang terbuang. Selain itu, pasien menjalani hemodialisa terhadap kualitas
hemodialisa juga harus mendapat asupan hidup adalah searah (r = 0,291) dan bersifat
makanan yang cukup agar tetap dalam gizi lemah tapi hubungan tersebut tidaklah
yang baik karena gizi kurang merupakan bermakna (p = 0,106). Hal ini sesuai dengan
prediktor yang penting untuk terjadinya penelitian Gutman et al (1984, dalam
kematian pada pasien hemodialisa Yuwono, 2000) bahwa aktivitas penderita
(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit gagal ginjal tidak dipengaruhi oleh lamanya
Dalam Indonesia, 2006). menjalani hemodialisa. Asumsi peneliti
Pada penelitian ini 62,5 % memiliki bahwa suatu hal yang menjadi salah satu
status nutrisi yang tinggi dan 37,5 % penyebabnya adalah adanya adaptasi
memiliki status nutrisi yang sedang. Untuk penderita terhadap rutinitas terapi
menilai atau mengukur status nutrisi dalam hemodialisa yang dijalani baik bersifar
penelitian ini digunakan dengan psikologis maupun fisik. Hal ini sesuai
menggunakan kuisioner yang dibuat dengan pernyataan Sapri (2008) bahwa
berdasarkan tinjauan pustaka. Koefisien semakin lama penderita menjalani HD maka
korelasi antara kualitas hidup dan status penderita GGK semakin dapat beradaptasi
nutrisi tampak searah (r = 0,382) tapi dengan segala aktivitas aktivitas rutin yang
hubungan tersebut masih tampak lemah dan dijalaninya sehingga hal tersebut akan
hubungan tersebut bermakna (p = 0,031). mendukung kualitas hidup penderita GGK.
Sampel yang sudah dapat beradaptasi dengan
Kondisi Komorbid segala rutinitas terapi hemodialisanya ada
Semakin banyak kondisi komorbid yang 93,8% (30 orang dari 32 sampel), sedangkan
diderita oleh penderita GGK maka akan yang belum dapat beradaptasi ada sekitar 6,3
semakin jelek kualitas hidupnya (Yuwono, % (2 orang dari 32 sampel).
2000). Hal ini disebabkan oleh terapi
hemodialisa yang tidak secara adekuat dapat Penatalaksanaan Medis
mengeluarkan semua toksik uremi yang Penatalaksanaan medis yang diberikan
terdapat pada tubuh dimana hal ini akan pada pasien GGK salah satunya adalah
menyebabkan kelainan sistem organ seperti pertimbangan medikasi. Koefisin korelasi
sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, yang terdapat pada hubungan antara
gastrointestinal, kelainan neurologis, kelainan penatalaksanaan medis terhadap kualitas
muskuloskletal, kelainan hematologi, dan hidup adalah berlawanan arah (r = -0,078)
lain- lain. Pada penelitian ini sebesar 81,3 % dan tidak memiliki hubungan yang bermakna

12
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

(p = 0,671). Semakin banyak medikasi yang menghadapi dan mengatasi masalahnya


perlukan penderita GGK seperti obat-obatan dibanding dengan yang tidak memiliki
maka risiko timbulnya efek toksik akibat obat dukungan (Taylor, 1990 dalam Karsetika,
tersebut akan semakin banyak (Brunner & 2010). Selain itu menurut asumsi peneliti,
Suddarth, 2002). Oleh sebab itu, Mansjoer adanya arah yang positif pada persamaan itu
(2001, dalam Bogor Kidney Care Forum, dapat disebabkan dari faktor pasien itu
2009) mengatakan bahwa pemberian sendiri yaitu bagaimana cara pandang pasien
medikasi pada pasien hemodialisa haruslah GGK terhadap penyakit yang dideritanya.
dipertimbangkan dengan cermat dan Ketika pasien tersebut sudah mulai dapat
pemberian obat pada pasien hemodialisa menerima kondisinya yang sekarang dan
harus diturunkan dosisnya agar kadar obat sudah mulai dapat beradaptasi dengan
dalam darah dan jaringan tidak menjadi racun keadaannya sekarang maka hal tersebut akan
karena metabolismenya yang toksik. mempengaruhi kualitas hidupnya. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian maka sampel didukung dengan pernyataan Suhud (2009)
yang memiliki penatalaksanaan medis yang bahwa kualitas hidup tidak terkait dengan
baik ada sekitar 78,1 % (25 orang dari 32 lamanya seseorang akan hidup tapi untuk
sampel) sedangkan sampel yang memiliki mencapai kualitas hidup perlu perubahan
penatalaksanaan medis yang buruk ada secara fundamental atas cara pandang pasien
sekitar 21,9 % (7 orang dari 32 sampel). terhadap penyakit gagal ginjal itu sendiri.
Selain itu berdasarkan hasil observasi
Analisa Faktor Yang Paling peneliti, adanya arah yang positif antara
Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien kualitas hidup dan kondisi komorbid
GGK dipengaruhi oleh bagaimana perawat
Berdasarkan hasil analisis regresi linear memberikan pelayanan keperawatan ketika
diperoleh model regresi yaitu kondisi kondisi komorbid itu semakin banyak. Hal ini
komorbid (X) dengan kualitas hidup (Y) sesuai dengan pernyataan Brunner dan
adalah Y = 59,581 + 3,522 X. Model regresi Suddarth (2001) bahwa kondisi yang
ini mengandung arti bahwa kondisi komorbid kompleks pada pasien gagal ginjal kronis
memiliki hubungan dengan kualitas hidup membutuhkan petugas kesehatan dimana hal
pasien GGK. Hubungan tersebut adalah ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
signifikan dan bersifat sedang. Setiap gagal ginjal terutama menghadirkan
timbulnya kondisi komorbid maka akan pelayanan kesehatan dengan keahlian khusus.
meningkatkan kualitas hidup pasien GGK. Keahlian khusus yang dimilki dalam
Hal jauh berbeda dari penelitian Yuwono memberikan pelayanan sangat membantu.
(2000) bahwa semakin sedikit kodisi Perawat membantu pasien gagal ginjla kronis
komorbid yang di dapat selama menajalani yang menjalani terapi hemodialisa
hemodialisa maka semakin baik kualitas meningkatkan kualitas hidup pasien dan
hidupnya. Hal ini mungkin saja terjadi keluarga dalam menghadapi perubahan yang
berbeda dari penelitian sebelumnya. ditimbulkan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti tampak Secara umum persamaan di atas
bahwa hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor menunjukkan bahwa kondisi komorbid
dukungan keluarga selama pasien menajalani kearah yang positif akan diikuti oleh kualitas
proses hemodialisa ataupun dukungan hidup sebesar59,581. Dan pada tabel
agamanya. Hal ini didukunga dari pernyataan koefisien determinasi terdapat nilai adjusd R
Burry (2008) bahwa pasienyang menderita square sebesar 0,300 atau 30,0 % yang
penyakit kronis mencari dukungan dari artinya bahwa sebesar 30 % persamaan
keyakinan agamanya. Dukungan yang tersebut dapat menjelaskan kualitas hidup dan
dimiliki pasien gagal ginjal kronis yang 70 % lagi daijelaskan oleh faktor lain yang
menjalani terapi hemodialias dapat mencegah tidak diteliti oleh peneliti.
berkembangnya masalah akibat yang
dihadapi. Seseorang yang mendapat
dukungan yang tinggi akan lebih berhasil

13
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

KESIMPULAN kondisi komorbid berbanding terbalik dengan


kualtas hidup, hal mungkin disebabkan oleh
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit faktor lain.
ginjal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel SARAN
dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan Pada uji korelasi penelitian ini
keseimbangan cairan dan elektrolit, menunjukkan adanya hubungan yang tidak
menyebabkan uremia (retensi urea dan signifikan antara beberapa faktor dengan
sampah nitrogen lainnya dalam darah). Salah kualitas hidup, padahal dalam teori
satu terapi yang digunakan untuk menyatakan bahwa faktor tersebut
menggantikan fungsi ginjal adalah terapi mempunyai hubungan terhadap kualitas
hemodialisa dimana dampak dari penggunaan hidup. Di sisi lain, persamaan regresi yang di
terapi ini akan mempengaruhi kualitas hidup dapat juga berbanding terbalik dengan
pasien GGK. penelitian yang di dapat oleh peneliti lain.
Penelitian tentang faktor-faktor yang Hal ini mungkin disebabkan oleh instrumen
mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK yang digunakan oleh peneliti kurang dapat
yang menjalani hemodialisa di RSUP HAM mengukur apa yang menjadi tujuan dari
Medan terdiri dari faktor status nutrisi, penelitian ini, mungkin sampel yang
kondisi komorbid, lama menjalani digunakan kurang mencakup secara
hemodialisa dan penatalaksanaan medis. keseluruhan tujuan dari penelitian ini. Oleh
Hasil analisa data yang didapat menunjukkan sebab itu, untuk penelitian selanjutnya
bahwa tidak semua faktor tersebut memiliki diharapkan agar instrumen dan sampel yang
hubungan yang signifikan terhadap kualitas digunakan dapat mencakup apa yang ingin
hidup pasien GGK. Faktor yang memiliki diukur ataupun dicapai dari penelitian ini.
hubungan signifikan adalah faktor status Peneliti juga mengharapkan agar perlu
nutrisi dan kondisi komorbid dimana pada diteliti secara lebih lanjut selain dari keempat
faktor status nutrisi memiliki hubungan yang faktor tersebut, faktor apa saja lagi yang
lemah dan searah (r = 0,382, p = 0,031) dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien
pada faktor kondisi komorbid hubungannya GGK yang menjalani hemodialisa. serta perlu
sedang dan searah (r = 0,568, p = 0,001). diteliti lebih lanjut mengapa lama menjalani
Faktor yang tidak memiliki hubungan yang hemodialisa dan penatalaksanaan medis tidak
signifikan adalah faktor lama menjalani mempunyai hubungan signifikan terhadap
hemodialisa dan penatalaksanaan medis kualitas hidup.
dimana faktor lama menjalani hemodialisa Bagi praktek keperawatan diharapkan
memiliki hubungan yang searah dan lemah setelah mengetahui bahwa kondisi komorbid
(r=0,291, p= 0,106) dan faktor yang memiliki pengaruh paling dominan
penatalaksanaan medis memiliki hubungan terhadap kualitas hidup, diharapkan agar
yang berlawanan arah (r = - 0,078, p= 0,671). perawat dapat mengoptimalkan
Pada analisis multivariat, peneliti penanganan kondisi komorbid yang dialami
mencari faktor yang paling dominan pasien selama menjalani hemodialisa baik
mempengaruhi kulitas hidup pasien GGK. dari segi pelayanan maupun pendidikan
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kesehatan yang yang dapat mendukung
yang paling dominan mempengaruhi kulitas kesehatan pasien. Bagi pendidikan
hidup pasien GGK adalah faktor kondisi keperawatan hasil penelitian ini dapat
komorbid dimana rumus yang dapat menjadi informasi yang penting dalam
menjelaskan hubungan antara kondisi kondisi pemberian asuhan keperawatan terhadapa
komorbid dan kualitas hidup adalah Kualitas pasien GGK yang menjalani hemodialisa.
Hidup = 59,581 + 3,522 (kondisi komorbid). Bagi peneliti selanjutya, hasil penelitian ini
Dari rumus tersebut tampak bahwa kondisi dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
komorbid berbanding lurus tapi hal tersebut ataupu sebagai bahan perbandingan.
berbeda dari peneltian sebelumnya yaitu

14
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

DAFTAR PUSTAKA tanggal 10 September 2010.


Kartika. (2010). Hubungan Antara Dukungan
Alimul, Aziz. (2009). Metode Penelitian Keluarga dengan Keberfungsian Sosial
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. pada Pasien Skizofrenia Pasca
Jakarta: Salemba Medika. Perawatan di Rumah Sakit. Diakses dari
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur http://eprint.undip.ac.id/10956/1/RING
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. KASAN_skripsi.pdf pada tanggal 15
Jakarta: Rineka Cipta. Juni 2013.
Bogor Kigney Care Forum. (2009). Gagal Lubis, Arliza, Juairiani. (2006). Dukungan
Ginjal Kronis. Diakses dari http://bogor- Sosial Pasien Gagal Ginjal Terminal
kidneycare.com/2009/08GGK.html pada yang Melakukan Terapi Hemodialisa.
tanggal 14 Oktober 2013. Diakses dari
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: 456789/1920/1/06010311.pdf pada
EGC tanggal 29 Agustus 2013.
Burry. (2008). Spritual Healing. Diakses dari Notoadjodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
http://ners.fk.unair.ac.id/index.php?optio Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
n=com_content&task=view&id=144&it Cipta.
em=25 pada tanggal 15 Juni 2013. Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan
Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik untuk pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Salemba Medika. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Desita. (2010). Pengaruh Dukungan Dalam. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Keluarga Terhadap Peningkatan Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Fakultas Kedokteran Universitas
RSUP HAM Medan. Indonesia.
Fatayi, Dian. (2008). Kualitas Hidup Perhimpunan Nefrologi Indonesia. (2003).
Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Penyakit Ginjal Kronik dan
Terapi CAPD (Continous Ambulatory Glomerulopati : Aspek Klinik dan
Peritoneal Dialisis) di wilayah Balik Patologi Ginjal Pengelolaan Hipertensi
Papan Kalimantan Timur Saat ini. Jakarta.
Firmansyah, Adi. (2010). Usaha Polit & Hungler. (1999). Nursing Research
Memperlambat Perburukan Penyakit Principles and Methods. Library of
Ginjal Kronik ke Penyakit Ginjal Congress Cataloging in apublications
Stadium Akhir. Jakarta: PPDS Penyakit Data.
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Rohmad, Ilham. (2010). Hubungan Tingkat
Indonesia. Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal
Hastono, Sutanto Priyo. (2007). Analisis tentang Hemodialisa dengan Kepatuhan
Data Kesehatan. Depok: Fakultas Pelaksanaan Hemodialisa. Diakses dari
Kesehatan Masyarakat Universitas http://ilhamrohmat.com/2010/01proposa
Indonesia. l.html pada tanggal 2 Oktober 2013.
Indonesian Nutrition Network. Sabri, Luknis dan Sutanto, Priyo, Hastono.
(2007). Sejengkal Jarak Antara (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta:
Hipertensi dan Gagal Ginjal. Rajabratindo Persada.
Diakses dari http://www.gizi.net/cgi- Sapri, Akhmad. (2008). Asuhan Gagal Ginjal
bin/berita/fullnews.cgi?newsid11889749 Kronik Faktor-faktor yang
98 pada tanggal 30 Agustus 2013. Mempengaruhi Kepatuhan dalam
Indonesiannursing. (2008). Faktor-faktor Mengurangi Asupan Cairan pada Gagal
yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Ginjal Kronik yang Menjalani
Perawatan Hemodialisis. Diakses dari Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul
http://indonesiannursing.com/?=192 Moeloek Bandar Lampung. Diakses dari

15
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari 2015

http://www/docstoc.com/docs/6849068/ pdf pada tanggal 20 Agustus 2013.


ASUHAN-GAGAL-GINJAL-RONIK Yuliaw, Anny. (2009). Hubungan
pada tanggal 22 Oktober 2013. Karakteristik Individu dengan Kualitas
Sartika. (2009). Pengaruh Terapi Perilaku Hidup Dimensi Fisik pasien Gagal
Kognitif Terhadap Pembatasan Asupan Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi
Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Semarang. Diakses dari
HAM Medan. Diakses dari digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpu
http://www.repository.usu.ac.id pada nimus-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab1.pdf
tanggal 14 Oktober 2010. pada tanggal 29 Agustus 2013.
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Yuliaw, Anny. (2009). Hubungan
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Karakteristik Individu dengan Kualitas
Press. Hidup Dimensi Fisik pasien Gagal
Situmorang, Syafrizal, dkk. (2008). Analisis Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi
Data Penelitian (Menggunakan SPSS). Semarang. Diakses dari
Medan: USU Press. digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpu
Suharyanto, Toto dan Abdul Madjid. (2009). nimus-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab2.pdf
Asuhan Keperawatan pada Klien pada tanggal 29 Agustus 2013.
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Yuwono. (2010). Kualitas Hidup Menurut
Jakarta: Trans Info Media. Spitzer pada Penderita Gagal Ginjal
Suhud, Mohammad. (2009). Apakah itu Terminal yang Menjalani Hemodialisa
Kualitas Hidup? Diakses dari di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Kariadi
http://www.ygdi.org/foto_prod/upload_p Semarang.
df/7696design%20dialife_april%2009.

16

You might also like