Professional Documents
Culture Documents
Jamhari
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Jalan Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281 Telepon/Faks. 0274-516656
E-mail: jamhari@ugm.ac.id
Abstract: This research aims to investigate effectiveness of rice for the poor program (Raskin)
in rural and urban Indonesia based on the National Socio Economic Survey data (Susenas)
collected by Central Bureau of Statistic (BPS) in 2007. Number of sample was 52,370 house-
holds. Effectiveness of Raskin Program was measured by target, quantity and price accuracy
indexes. Logistic regression model was used to identify factors affecting probability of a house-
hold to receive raskin or not. The results of analysis show that raskin distribution was not yet
accurately reach the target beneficiaries. Raskin distribution was also not accurate in quantity
and price. Quantity accuracy index was 58 percent in rural, 53 percent in urban and 57
percent in Indonesia. Price quantity index was 68 percent in rural, 63 percent in urban and
67 percent in Indonesia. Probability of a household to receive raskin was affected by education,
gender, age, household member, income, employment, floor condition and location.
Keywords: raskin distribution, accuracy index, poor households, rural
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas distribusi raskin di pedesaan
dan perkotaan Indonesia serta mengidentifikasi faktor penentu suatu rumah tangga menerima
raskin atau tidak dengan menggunakan data Susenas tahun 2007. Sampel yang digunakan
sebanyak 52.370 rumah tangga. Efektivitas distribusi raskin diukur dengan indikator kete-
patan sasaran, jumlah dan harga. Sedangkan model regresi logistik (logit) digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menentukan suatu rumah tangga menerima raskin atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi raskin di Indonesia belum tepat sasaran.
Distribusi raskin di Indonesia belum tepat jumlah dan harga. Indeks ketepatan jumlah 58
persen di pedesaan, 53 persen di perkotaan dan 57 persen secara nasional. Indeks ketepatan
harga 68 persen di pedesaan, 63 persen di perkotaan dan 67 persen secara nasional.
Probabilitas suatu rumah tangga menerima raskin atau tidak dipengaruhi oleh pendidikan,
jenis kelamin, umur, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, pekerjaan, lantai rumah dan
lokasi.
Kata kunci: distribusi raskin, indeks ketepatan, rumah tangga miskin, pedesaan
134 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
belum tepat sasaran, jumlah dan harga; tetapi sebaliknya; sedangkan rumah tangga perkotaan
sudah tepat frekuensi. Jumlah beras yang diteri- termasuk miskin apabila pengeluarannya ku-
ma rumah tangga sebesar 13 kg dari seharusnya rang dari Rp187.942/kapita/bulan dan sebalik-
15 kg dengan harga Rp1.760/kg dari seharus- nya. Perbedaan antara rata-rata pengeluaran
nya Rp1.600/kg. Lebih lanjut Prasmatiwi (2010) kelompok rumah tangga dan garis kemiskinan
menyimpulkan bahwa distribusi raskin di Ka- diuji dengan Uji t sebagai berikut:
bupaten Sleman belum tepat sasaran, jumlah,
harga, kualitas dan frekuensi. Jumlah raskin Y1 Y0
yang diterima 8,8 kg dengan harga Rp1.750/kg.
thitung
sY 1 / n (1)
Distribusi raskin di kabupaten Sleman baru te-
pat administrasi.
Adinugroho (2010) lebih khusus mengeva- di mana: Y1 adalah rata-rata pengeluaran ke-
luasi distribusi raskin Perum Bulog Divre Kali- lompok rumah tangga, Y0 adalah garis kemis-
mantan Timur di Kota Balikpapan sampai de- kinan BPS (2007), SY1 adalah standar deviasi pe-
ngan titik distribusi menyimpulkan bahwa ngeluaran kelompok rumah tangga, n adalah
distribusi raskin sampai titik distribusi sudah jumlah rumah tangga sampel.
efektif (tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, 2) Ketepatan sasaran. Untuk mengetahui ting-
administrasi dan kualitas) dan sangat efisien. kat ketepatan sasaran maka dibuat tabulasi
Dari hasil-hasil penelitian di atas dapat di- silang (cross tabulation) antara data kelompok
simpulkan sementara bahwa raskin bermanfaat rumah tangga dengan data rumah tangga pene-
bagi rumah tangga penerima, namun belum rima raskin serta dihitung indeks ketepatan
tepat sasaran, jumlah dan harga. Penelitian ini sasaran sebagai berikut:
akan menguji kesimpulan sementara tersebut
untuk skala yang lebih luas yaitu Indonesia, R1 R2
IKS 100%
membandingkan efektivitas distribusi raskin di R0 R0 (2)
pedesaan dan perkotaan serta mengidentifikasi
lebih lanjut faktor-faktor yang menentukan sua- di mana IKS adalah indeks ketepatan sasaran,
tu rumah tangga menerima raskin atau tidak. R0 adalah jumlah rumah tangga miskin, R1 =
jumlah rumah tangga miskin yang tidak mene-
METODE PENELITIAN rima raskin, R2 adalah jumlah rumah tangga
tidak miskin yang menerima raskin, IKS kurang
dari 100 (IKS ≤ 100), semakin besar IKS maka
Data yang digunakan dalam penelitian ini distribusi raskin semakin tepat sasaran.
merupakan data sekunder hasil Susenas (Survei (3) Ketepatan jumlah. Untuk mengetahui ting-
Sosial Ekonomi Nasional) BPS tahun 2007. Jum- kat ketepatan jumlah dalam distribusi raskin di
lah sampel penelitian sebanyak 52.370 rumah Indonesia maka dihitung indeks ketepatan
tangga terdiri atas 31.675 (60,48 persen) rumah jumlah dan uji t sebagai berikut:
tangga pedesaan dan 20.695 (39,52 persen) ru-
mah tangga perkotaan. Rumah tangga sampel (a) Indeks ketepatan jumlah
tersebut berasal dari seluruh provinsi yang ada
Q1
di Indonesia. Untuk menguji hipotesis tentang IKJ x100 %
ketepatan sasaran, jumlah dan harga raskin Q0 (3)
maka dilakukan teknik analisis data sebagai
di mana IKJ adalah indeks ketepatan jumlah,
berikut:
Q0 adalah jumlah raskin program sebesar 20
(1) Pengelompokan rumah tangga. Rumah
kg/KK/bulan, Q1 adalah jumlah raskin aktual
tangga sampel dikelompokkan menjadi rumah
yang diterima rumah tangga (kg/KK/bulan).
tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan
IKJ terletak antara 0 dan 100 (0 ≤ IKJ ≤ 100),
garis kemiskinan BPS (2007). Rumah tangga pe-
semakin besar IKJ maka distribusi raskin sema-
desaan termasuk miskin apabila pengeluaran-
kin tepat jumlah.
nya kurang dari Rp146.837/kapita/bulan dan
136 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin Berdasarkan Garis
Kemiskinan BPS (2007)
Lokasi RTM Non RTM Jumlah
RT % RT % RT %
Desa 5.770 18,22% 25.905 81,78% 31.675 100,00%
Kota 2.099 10,14% 18.596 89,86% 20.695 100,00%
Indonesia 7.869 15,03% 44.501 84,97% 52.370 100,00%
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RT adalah rumah tangga, RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin
Tabel 2. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia Tahun 2007
(Rp/kapita/bulan)
dan perkotaan Indonesia maka dilakukan anali- tangga raskin, alasan non-ekonomi serta alasan
sis tabulasi silang antara rumah tangga miskin lain yang bersifat subyektif. SMERU (2008) me-
dengan rumah tangga penerima raskin seperti laporkan bahwa pagu raskin pada tahun 2007
terlihat pada Tabel 4. hanya untuk 15,8 juta rumah tangga miskin,
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa ada sedangkan jumlah rumah tangga miskin sebe-
dua tipe kesalahan yang menyebabkan distri- sar 19,1 juta sehingga rumah tangga miskin
busi raskin tidak tepat sasaran yaitu (1) tidak yang terdaftar sebagai penerima raskin hanya
memberikan raskin kepada rumah tangga mis- 83 persen dan 17 persen rumah tangga miskin
kin dan (2) membagikan raskin kepada rumah yang lain tidak akan mendapatkan raskin kare-
tangga tidak miskin. Kedua tipe kesalahan ini na memang tidak terdaftar sebagai penerima
terjadi dalam distribusi raskin di Indonesia. raskin. Namun demikian, penelitian ini mene-
Tipe kesalahan pertama ditunjukkan lebih lan- mukan bahwa masih banyaknya rumah tangga
jut pada Gambar 2, sedangkan tipe kesalahan miskin yang tidak menerima raskin tidak hanya
kedua ditunjukkan pada Gambar 3. disebabkan oleh pagu raskin yang lebih rendah
Pada Gambar 2 terlihat bahwa masih cukup daripada jumlah rumah tangga miskin, tetapi
banyak rumah tangga miskin yang tidak me- juga disebabkan oleh alasan lain. Hal ini ditun-
nerima raskin yaitu 25,15 persen di pedesaan, jukkan oleh persentase rumah tangga miskin
28,44 persen di perkotaan dan 26,03 persen yang tidak menerima raskin baik di pedesaan,
secara keseluruhan. Tipe kesalahan pertama perkotaan dan secara keseluruhan Indonesia
terjadi karena pagu pengalokasian raskin lebih lebih besar dari 17 persen yaitu 25,15 persen di
rendah dibandingkan dengan jumlah rumah pedesaan, 28,44 persen di perkotaan dan 26,03
60% 56.39%
50% 45.57%
40%
29.01%
30% R TR
18.22% R TM
20%
10.14%
10% 15.03%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: RTR ada rumah tangga penerima raskin, RTM adalah rumah tangga miskin
Gambar 1. Persentase Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Penerima Raskin di Indonesia
138 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
120%
100%
80%
20%
25.15% 28.44% 26.03%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: RTMR adalah rumah tangga miskin penerima raskin, RTMNR adalah rumah tangga miskin
bukan penerima raskin
Gambar 2. Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menerima dan Tidak Menerima
Raskin di Indonesia Tahun 2007
persen di Indonesia. Artinya meskipun pagu nasional 40,54 persen. Tipe kesalahan kedua ini
alokasi raskin ditingkatkan sama dengan jum- lebih besar dibandingkan dengan tipe kesalah-
lah rumah tangga miskin, akan tetap ada rumah an pertama. Bahkan jika dilihat dari komposisi
tangga miskin yang tidak menerima raskin rumah tangga penerima raskin pada Gambar 4,
yaitu 8,15 persen di pedesaan, 11,44 persen di persentase rumah tangga tidak miskin lebih ba-
perkotaan dan 9,03 persen secara nasional. nyak daripada rumah tangga miskin.
Angka tersebut akan meningkat lagi apabila Sebagian besar rumah tangga penerima
distribusi tambahan alokasi raskin tidak 100 raskin justru merupakan rumah tangga tidak
persen tepat sasaran. Oleh karena itu pening- miskin yaitu sebesar 75,82 persen di pedesaan,
katan pagu alokasi raskin dan usaha untuk me- 74,98 persen di perkotaan dan 75,61 persen di
ngurangi pertimbangan-pertimbangan lain da- Indonesia. Rumah tangga miskin yang meneri-
lam distribusi raskin keduanya perlu dilakukan ma raskin di pedesaan, perkotaan dan Indone-
untuk meningkatkan ketepatan sasaran raskin. sia masing-masing hanya 24,18 persen, 25,02
Gambar 3 menunjukkan besarnya tipe ke- persen dan 24,39 persen dari seluruh rumah
salahan kedua dalam distribusi raskin yaitu tangga penerima raskin.
membagikan raskin kepada rumah tangga tidak Tipe kesalahan kedua dapat terjadi karena
miskin. Rumah tangga tidak miskin yang mene- hubungan keluarga, saudara, kerabat, teman se-
rima raskin sebesar 52,27 persen di pedesaan, hingga dikenal istilah “bagilur” (raskin dibagi-
24,20 persen di perkotaan dan rata-rata secara kan kepada rumah tangga yang masih terma-
Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Penerima Raskin Tahun 2007
RTM Non RTM
Lokasi Jumlah
RTR Non RTR Jumlah RTR Non RTR Jumlah
Desa 4,319 1,451 5,770 13,541 12,364 25,905 31,675
Kota 1,502 597 2,099 4,501 14,095 18,596 20,695
Indonesia 5,821 2,048 7,869 18,042 26,459 44,501 52,370
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin, RTR adalah rumah tangga
penerima raskin. Non RTR adalah rumah tangga bukan penerima raskin
100%
80%
20%
25.15% 28.44% 26.03%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: Non RTM-R adalah rumah tangga tidak miskin penerima raskin, Non
RTM-NR adalah rumah tangga tidak miskin bukan penerima raskin
Gambar 3. Persentase Rumah Tangga Tidak Miskin yang Menerima dan Tidak
Menerima Raskin di Indonesia Tahun 2007
suk famili). Di samping itu tipe kesalahan lompok rumah tangga. Hasil uji beda nyata
kedua juga dapat terjadi karena kekhawatiran antara rata-rata pengeluaran per kapita per
pelaksana raskin di tingkat bawah terhadap bulan masing-masing kelompok rumah tangga
tidak berjalannya kegiatan-kegiatan sosial di dengan garis kemiskinan BPS (2007) pada Tabel
masyarakat seandainya raskin hanya diberikan 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran
kepada rumah tangga miskin misalnya rumah per kapita per bulan rumah tangga miskin baik
tangga yang tidak menerima raskin tidak mau yang menerima maupun tidak menerima raskin
gotong royong, tidak mau siskamling dan lain- secara signifikan berada di bawah garis kemis-
lain sehingga menyebabkan raskin dibagi rata kinan, sedangkan rata-rata pengeluaran per ka-
atau dikenal dengan “bagito”. pita per bulan rumah tangga tidak miskin baik
Kedua tipe kesalahan dalam distribusi ras- yang menerima maupun tidak menerima raskin
kin di Indonesia bukan disebabkan oleh sulit- secara signifikan berada di atas garis kemiskin-
nya membedakan tingkat kemiskinan antarke- an. Rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin
120%
100%
24.18% 25.02% 24.39%
80%
60% R TMR
Non R TM-R
40% 75.82% 74.98% 75.61%
20%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: RTMR adalah rumah tangga miskin penerima raskin, Non RTM-R: rumah
tangga tidak miskin penerima raskin
140 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
Tabel 5. Uji Beda Nyata Rata-Rata Pengeluaran Kelompok Rumah Tangga dengan Garis Kemis-
kinan BPS (2007) (Rp/Kapita/Bulan)
RTM Non RTM
Lokasi Rata-rata
RTR Non RTR Rata-rata RTR Non RTR Rata-rata
Desa 119.207 120.054 119.420 261.419 363.091 309.945 275.239
(-231,66) (-132,64) (-266,92) (99,04) (92,93) (125,14) (94,86)
Kota 149.686 156.402 151.596 326.928 603.714 536.720 497.659
(-55,50) (-32,57) (-63,91) (84,72) (110,23) (118,15) (107,67)
Indonesia 127.071 130.649 128.003 277.762 491.273 404.710 363.132
(-183,00) (-97,63) (-206,60) (126,01) (134,05) (155,27) (133,04)
yang tidak menerima raskin Rp120.054/kapita/ raskin tidak dibagi rata maka kegiatan-kegiatan
bulan di pedesaan secara signifikan lebih kecil sosial masyarakat tidak dapat berjalan. Berda-
dari garis kemiskinan BPS (2007) sebesar sarkan dua tipe kesalahan dalam distribusi ras-
Rp146.837/kapita/bulan, sedangkan rata-rata kin di atas dapat ditentukan indeks ketepatan
pengeluaran rumah tangga miskin perkotaan sasaran raskin pada Tabel 6.
yang tidak menerima raskin Rp156.042/kapita/ Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa dengan
bulan secara signifikan lebih kecil dari garis menggunakan garis kemiskinan BPS (2007) ma-
kemiskinan BPS (2007) sebesar Rp187.942/ka- ka distribusi raskin di Indonesia baik di pede-
pita/bulan. Sebaliknya rata-rata pengeluaran saan maupun perkotaan tidak tepat sasaran.
rumah tangga tidak miskin yang menerima IKS bahkan bernilai negatif yaitu -135 persen di
raskin baik di pedesaan maupun perkotaan pedesaan, -114 persen di perkotaan dan -129
secara signifikan lebih besar dari garis kemis- persen secara nasional. IKS yang bernilai nega-
kinan BPS (2007) masing-masing Rp261.419/ tif menunjukkan masih banyaknya rumah tang-
kapita/bulan dan Rp326.928/kapita /bulan. ga miskin yang tidak mendapatkan raskin
Oleh karena itu untuk meningkatkan kete- (kesalahan tipe pertama sebesar 25 persen di
patan sasaran raskin diperlukan aturan-aturan pedesaan, 28 persen di perkotaan dan 26 persen
yang lebih jelas dan tegas untuk meminimalkan secara nasional) dan banyaknya rumah tangga
alasan-alasan non ekonomi dalam menentukan tidak miskin yang mendapatkan raskin (kesa-
rumah tangga penerima raskin. Di samping itu lahan tipe kedua 235 persen di pedesaan, 214
perlu kajian lebih lanjut terhadap kekhawatir- persen di perkotaan dan 229 persen secara
an-kekhawatiran yang selama ini berkembang nasional). Kesalahan tipe kedua lebih besar
di masyarakat misalnya apakah benar kalau dibandingkan dengan tipe pertama. Secara rela-
Tabel 6. Indeks Ketepatan Sasaran Raskin Menurut Kriteria BPS (2007), World Bank dan Asian
Development Bank
tif distribusi raskin di perkotaan lebih tepat kin yang diterima oleh rumah tangga penerima
sasaran daripada pedesaan. raskin belum tepat jumlah. Rata-rata raskin
Dari Tabel 6 juga dapat diketahui bahwa yang diterima oleh rumah tangga sebesar 11,61
apabila garis kemiskinan menurut World Bank kg/bulan di pedesaan, 10,56 kg/bulan di per-
(WB) sebesar 1 US $/kapita/hari dan Asian kotaan dan 11,35 kg/bulan secara nasional.
Development Bank (ADB) sebesar 1,25US$/ ka- Jumlah raskin yang diterima oleh rumah tangga
pita/hari digunakan sebagai dasar evaluasi ma- tersebut secara signifikan lebih rendah diban-
ka distribusi raskin di Indonesia juga belum dingkan dengan jumlah raskin normatif sebesar
tepat sasaran, namun lebih tepat sasaran de- 20 kg/bulan. Distribusi raskin di pedesaan
ngan indeks ketepatan sasaran secara nasional relatif lebih tepat jumlah daripada perkotaan,
masing-masing 40 persen dan 50 persen. Peng- masing-masing dengan indeks ketepatan jum-
gunaan garis kemiskinan menurut World Bank lah 58 persen dan 53 persen. Indeks ketepatan
dan ADB meningkatkan ketepatan sasaran ras- jumlah raskin secara nasional sebesar 57 persen.
kin melalui penurunan tipe kesalahan kedua.
Penggunaan garis kemiskinan World Bank dan Indeks Ketepatan Harga Raskin
ADB meningkatkan kesalahan tipe pertama, na- Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa distribusi
mun jumlahnya kecil sehingga apabila bobot raskin di Indonesia belum tepat harga. Rata-
kesalahan pertama dan kedua sama dalam me- rata harga raskin di pedesaan sebesar Rp1.315/
nentukan ketepatan sasaran maka secara kese- kg, sedangkan di perkotaan Rp1.366/kg. Rata-
luruhan meningkatkan IKS. rata harga raskin di pedesaan dan perkotaan
tersebut secara signifikan lebih mahal diban-
Ketepatan Jumlah Raskin
dingkan dengan harga raskin normatif sebesar
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah ras- Rp1.000/kg. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa
142 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
distribusi raskin di pedesaan lebih tepat harga rang. Hasil ini sesuai dengan dugaan sebelum-
daripada perkotaan dengan indeks ketepatan nya bahwa pendidikan akan mengurangi pe-
harga berturut-turut 68 persen dan 63 persen. luang suatu rumah tangga menerima raskin.
Rumah tangga dengan tingkat pendidikan yang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rumah lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan
Tangga Menerima Raskin keahlian lebih tinggi, peluang bekerja dan
membuka usaha ekonomi lebih besar sehingga
Hasil analisis ketepatan sasaran raskin di atas
tidak termasuk dalam kelompok rumah tangga
menunjukkan bahwa distribusi raskin masih
penerima raskin.
banyak kelemahan antara lain belum tepat
Jenis kelamin kepala rumah tangga tidak
sasaran, belum tepat jumlah dan belum tepat
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
harga. Raskin dibagi rata baik di pedesaan
ga menerima raskin atau tidak. Kepala rumah
maupun perkotaan. Untuk mengetahui faktor-
tangga laki-laki maupun perempuan memiliki
faktor yang mempengaruhi suatu rumah tang-
peluang yang sama untuk menerima raskin.
ga menerima raskin atau tidak, pada Tabel 9
Hal ini menunjukkan tidak adanya bias gender
disajikan hasil analisis regresi model logistik
dalam distribusi raskin di Indonesia.
penerimaan raskin di Indonesia.
Umur kepala rumah tangga juga tidak
Secara bersama-sama pendidikan, jenis ke-
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
lamin, umur, jumlah anggota rumah tangga,
ga menerima raskin atau tidak. Kepala rumah
pendapatan, pekerjaan, lanta rumah dan lokasi
tangga tua maupun muda memiliki peluang
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
yang sama untuk menerima raskin. Hal ini juga
ga menerima raskin atau tidak dengan koefisien
menunjukkan tidak adanya diksriminasi umur
determinasi sebesar 19,84 persen. Sedangkan
dalam distribusi raskin di Indonesia.
variabel penjelas yang secara individual berpe-
Jumlah anggota rumah tangga berpenga-
ngaruh nyata terhadap probabilitas rumah
ruh negatif dan sangat nyata terhadap proba-
tangga menerima raskin adalah pendidikan,
bilitas penerimaan raskin. Semakin banyak
jumlah anggota rumah tangga, pendapatan,
jumlah anggota rumah tangga maka probabi-
pekerjaan, lantai rumah dan lokasi.
litas menerima raskin semakin berkurang. Seca-
Pendidikan kepala rumah tangga berpe-
ra teoritis, pengaruh jumlah anggota rumah
ngaruh negatif dan sangat nyata terhadap pro-
tangga terhadap peluang penerimaan raskin
babilitas penerimaan raskin. Semakin tinggi
bisa positif maupun negatif. Hasil estimasi
tingkat pendidikan kepala rumah tangga maka
empiris yang bertanda negatif dalam penelitian
probabilitas menerima raskin semakin berku-
ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggo-
144 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
an raskin yang lebih longgar, garis kemiskinan luarga Miskin (RASKIN) Tahun 2007. Jakar-
World Bank dan ADB dapat digunakan sebagai ta: Depdagri dan Bulog.
pengganti garis kemiskinan BPS karena lebih
Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog.
mendekati kondisi nyata di masyarakat.
2008. Pedoman Umum Program Untuk Ke-
Dalam kondisi anggaran yang terbatas
luarga Miskin (RASKIN) Tahun 2008. Jakar-
pemerintah perlu memprioritaskan usaha per-
baikan pelaksanaan Program Raskin melalui ta: Depdagri dan Bulog.
pengurangan kesalahan tipe pertama dan ke- Dunn, W.N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan
dua secara paralel dengan membuat dan melak- Publik. Terjemahan oleh Samodra Wibawa
sanakan aturan yang jelas dan tegas, serta me- dkk. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Yogya-
nerapkan sistem reward and punishment, karta: Gadjah Mada University Press.
Perlu kajian yang lebih mendalam terha-
Gruber, Jonathan. 2005. Public Finance and Public
dap banyaknya rumah tangga tidak miskin
Policy. New York: Worth Publisher.
yang menerima raskin, apakah hal ini meru-
pakan fenomena masyarakat ataukah kesalahan Hastuti dkk. 2008. Efektivitas Program Raskin.
yang dilakukan oleh petugas. Apabila banyak Jakarta: SMERU Research Institute.
rumah tangga tidak miskin yang aktif minta Hutagaol, M.P. dan Alla Asmara. 2008. Analisis
raskin maka tugas pemerintah untuk mengha- Efektivitas Kebijakan Publik Memihak
pus budaya ini. Apabila rumah tangga tidak Masyarakat Miskin; Studi Kasus Pelaksa-
miskin menerima raskin secara pasif (karena di-
naan Program Raskin di Provinsi Jawa
beri oleh petugas) maka pemerintah perlu me-
Barat pada Tahun 2007. Jurnal Agro
nerapkan sistem reward and punishment yang je-
las dan tegas serta menerapkan model-model Ekonomi, Vol. 26 No. 2, Oktober 2008: 145-
distribusi raskin yang lain 165.
Prasmatiwi, Nordiana. 2010. Efektivitas dan Efi-
siensi Distribusi Raskin di Kabupaten Sle-
DAFTAR PUSTAKA
man. Skripsi S1 Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian UGM (tidak
Adinugroho, L.W. 2010). Efektifitas dan Efi- dipublikasikan). Yogyakarta: UGM.
siensi Distribusi Raskin Perum Bulog
Purwanti, Dian. 2010. Analisis Permintaan Be-
Divre Kalimantan Timur di Kota Balikpa-
ras pada Rumah Tangga Penerima Raskin
pan. Tesis PS S2 MMA UGM (tidak dipu-
di Kecamatan Salam Kabupaten Mage-
blikasikan).
lang. Skripsi S1 Jurusan Sosial Ekonomi
BPS. 2007. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Pertanian Fakultas Pertanian UGM (tidak
Tahun 2007. Berita Resmi Statistik No.38/ dipublikasikan). Yogyakarta: UGM.
07/Th.X, 2 Juli 2007. Jakarta: Badan Pusat
Siddik, Akhmad. 2009. Analisis Ketepatan Sa-
Statistik.
saran Raskin di Kecamatan Depok, Sle-
BULOG. 2010a. Sekilas RASKIN (Beras untuk man. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UGM.
Rakyat Miskin). http://www.bulog.go.id Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: UGM.
Diakses tanggal 14 Juli 2010.
Stiglitz, J.E. 2000. Economics of the Public Sector.
BULOG. 2010b. Studi Evaluasi Raskin: Kritik dan New York: W.W. Northon and Company.
Pujian Sejak Awal Diluncurkan Sampai Seka-
Tabor, S.R. and M.H. Sawit. 2001. Social Pro-
rang (1998-2004). http://www. bulog.go.
tection via Rice: the OPK Program. The
id/. Diakses tanggal 14 Juli 2010.
Developing Economies, Vol. XXXIX, No. 3:
Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog. 267-294.
2007. Pedoman Umum Program untuk Ke-