You are on page 1of 14

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, Juni 2012, hlm.132-145

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI RASKIN DI PEDESAAN


DAN PERKOTAAN INDONESIA

Jamhari
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Jalan Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281 Telepon/Faks. 0274-516656
E-mail: jamhari@ugm.ac.id

Diterima 4 April 2011 / Disetujui 15 Mei 2012

Abstract: This research aims to investigate effectiveness of rice for the poor program (Raskin)
in rural and urban Indonesia based on the National Socio Economic Survey data (Susenas)
collected by Central Bureau of Statistic (BPS) in 2007. Number of sample was 52,370 house-
holds. Effectiveness of Raskin Program was measured by target, quantity and price accuracy
indexes. Logistic regression model was used to identify factors affecting probability of a house-
hold to receive raskin or not. The results of analysis show that raskin distribution was not yet
accurately reach the target beneficiaries. Raskin distribution was also not accurate in quantity
and price. Quantity accuracy index was 58 percent in rural, 53 percent in urban and 57
percent in Indonesia. Price quantity index was 68 percent in rural, 63 percent in urban and
67 percent in Indonesia. Probability of a household to receive raskin was affected by education,
gender, age, household member, income, employment, floor condition and location.
Keywords: raskin distribution, accuracy index, poor households, rural

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas distribusi raskin di pedesaan
dan perkotaan Indonesia serta mengidentifikasi faktor penentu suatu rumah tangga menerima
raskin atau tidak dengan menggunakan data Susenas tahun 2007. Sampel yang digunakan
sebanyak 52.370 rumah tangga. Efektivitas distribusi raskin diukur dengan indikator kete-
patan sasaran, jumlah dan harga. Sedangkan model regresi logistik (logit) digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menentukan suatu rumah tangga menerima raskin atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi raskin di Indonesia belum tepat sasaran.
Distribusi raskin di Indonesia belum tepat jumlah dan harga. Indeks ketepatan jumlah 58
persen di pedesaan, 53 persen di perkotaan dan 57 persen secara nasional. Indeks ketepatan
harga 68 persen di pedesaan, 63 persen di perkotaan dan 67 persen secara nasional.
Probabilitas suatu rumah tangga menerima raskin atau tidak dipengaruhi oleh pendidikan,
jenis kelamin, umur, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, pekerjaan, lantai rumah dan
lokasi.
Kata kunci: distribusi raskin, indeks ketepatan, rumah tangga miskin, pedesaan

PENDAHULUAN pasar (market mechanism) karena pasar hanya


bekerja atas dasar efisiensi alokasi sumberdaya.
Terjadinya kegagalan pasar (market failure) akan
Kemiskinan menjadi tantangan utama pemba-
menyebabkan tujuan pembangunan untuk me-
ngunan saat ini, bahkan dunia internasional te-
ngentaskan kemiskinan tidak efektif. Oleh kare-
lah menetapkan penanggulangan kemiskinan
na itu intervensi pemerintah dalam bentuk ke-
sebagai Millenium Development Goals (MDGs).
bijakan publik diperlukan untuk mengoreksi
Secara teoritis dan empiris telah dipahami bah-
kegagalan pasar dan meningkatkan efektivitas
wa usaha penanggulangan kemiskinan tidak
pembangunan dalam mewujudkan kesejahtera-
dapat diserahkan sepenuhnya pada mekanisme
an masyarakat (Dunn, 2000; Gruber, 2005; Stig- dibagi rata atau bergilir karena alasan sosial,
litz, 2000). kebersamaan, gotong royong dan sebagainya.
Raskin merupakan salah satu bentuk kebi- Masih terdapat masyarakat yang tidak terma-
jakan publik pemerintah Indonesia dalam men- suk dalam kategori miskin, tetapi minta jatah
distribusikan beras khusus untuk rumah tangga raskin. Sebaliknya masih ada rumah tangga
miskin (Tabor and Sawit, 2001). Program Ras- miskin yang belum menerima raskin (Bulog,
kin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama OPK 2010b; Hastuti dkk., 2008; Adinugroho, 2010;
(Operasi Pasar Khusus) yang berfungsi sebagai Sidik, 2009; Prasmatiwi, 2010; Purwanti, 2010;
program darurat (social safety net) untuk mem- serta Asmara dan Hutagaol, 2009).
perkuat ketahanan pangan rumah tangga mis- Berdasarkan latar belakang tersebut peneli-
kin setelah krisis moneter terjadi tahun 1997. tian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut
Pada tahun 2002, fungsi program diperluas efektivitas distribusi raskin di Indonesia dari
sebagai perlindungan sosial masyarakat (social aspek ketepatan sasaran, jumlah dan harga ser-
protection) dan namanya diubah menjadi Raskin ta mengidentifikasi faktor-faktor yang menen-
agar lebih tepat sasaran (Bulog, 2010a). tukan suatu rumah tangga menerima raskin
Data dasar penerima manfaat raskin meng- atau tidak. Hasil penelitian ini bermanfaat un-
alami beberapa kali perubahan. Sampai dengan tuk merumuskan kembali Program Raskin yang
tahun 2006, data BKKBN yang terdiri atas ke- lebih efektif dan pro-poor.
luarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluar- Menurut Pedoman Umum (Pedum) Raskin
ga sejahtera I alasan ekonomi digunakan seba- keberhasilan Program Raskin diukur dengan
gai data dasar penerima manfaat Raskin. Na- indikator 6T (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat
mun demikian kriteria penerima manfaat Ras- harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat ad-
kin selalu menjadi persoalan sehingga musya- ministrasi). Program Raskin tepat sasaran apa-
warah Desa/Kelurahan (Mudes) dijadikan se- bila raskin hanya diberikan pada keluarga mis-
bagai pertimbangan dalam menentukan rumah kin yang terdaftar dalam Daftar Penerima Man-
tangga sasaran. Sejak tahun 2007, data Rumah faat (DPM-I), tepat jumlah apabila jumlah ras-
Tangga Miskin (RTM) Biro Pusat Statistik (BPS) kin yang dibeli oleh keluarga sasaran penerima
digunakan sebagai data dasar penerima man- manfaat sama dengan pagu jumlah raskin sebe-
faat raskin. Secara operasional, Menteri Koordi- sar 20 kg/KK/bulan, dan tepat harga apabila
nator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) harga yang dibayarkan oleh penerima manfaat
menjadi koordinator pelaksanaan Program Ras- sebesar Rp1.000/kg di titik distribusi.
kin, Bulog bertanggung jawab mendistribusi- Bulog (2010b) melaporkan beberapa hasil
kan beras sampai titik distribusi, dan pemerin- studi evaluasi pelaksanaan raskin baik pada era
tah daerah bertanggungjawab menyalurkan be- Program OPK maupun Program Raskin. Pada
ras dari titik distribusi kepada RTM. tahun 1999 studi evaluasi pelaksanaan OPK
Jumlah dan harga raskin yang diberikan antara lain dilakukan oleh LP3ES (Lembaga Pe-
kepada rumah tangga miskin juga telah menga- nelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
lami perubahan. Sampai dengan tahun 2007, dan Sosial), CEFFNAS (Centre for Food, Nutrition
pagu raskin yang diberikan sebesar 20 kg/KK/ and Agriculture Studies and Services), UGM (Uni-
bulan dengan harga Rp1.000/kg di titik distri- versitas Gadjah Mada), Harvard Institute For
busi. Mulai tahun 2008, pagu raskin diturunkan International Development–USA, dan EMSI
menjadi 15 kg/KK/bulan dengan harga Rp1.600 (Economic Management Services International).
/KK/bulan (Departemen Dalam Negeri dan LP3ES menemukan adanya ketidaksesuaian an-
Perum Bulog, 2007 dan 2008). tara kriteria dengan realitas penerima OPK be-
Permasalahan utama Program Raskin ada- ras sehingga perlu penajaman sasaran, pelibat-
lah kurang tepatnya sasaran penerima manfaat an LSM/Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
karena kesalahan persepsi masyarakat dan apa- pendistribusian serta perlunya peningkatan so-
rat desa mengenai Program Raskin. Banyak ka- sialisasi. CEFFNAS menyarankan agar distri-
sus di lapangan menunjukkan bahwa raskin busi OPK disesuaikan dengan pola panen padi,

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 133


perlunya pola bottom-up dalam penentuan ke- lokal untuk mengantisipasi kerawanan pangan.
lompok sasaran serta peningkatan sosialisasi Tim Peneliti Lembaga Demografi UI mene-
untuk penetapan prioritas target sasaran. Se- mukan bahwa kuantitas beras yang dibeli oleh
dangkan tim peneliti UGM merekomendasikan KK penerima manfaat bervariasi antara 3,5 - 20
pendataan ulang keluarga sasaran dengan kg/KK karena jumlah KK miskin yang membu-
metode yang lebih realistis dan rasional, peng- tuhkan lebih banyak daripada jumlah beras
gantian nama OPK untuk mempertajam makna yang didistribusikan, tidak mempunyai cukup
program, peningkatan sosialisasi, pemakaian uang untuk membeli beras sebanyak 20 kg, titik
kemasan paket 20 kg dan pengawasan yang distribusi raskin sulit dijangkau dan kualitas
lebih baik. beras yang kurang baik. Tim Peneliti Lembaga
Studi evaluasi pelaksanaan OPK oleh Har- Demografi UI mengestimasi nilai ketepatan
vard Institute for International Development-USA sasaran distribusi raskin sebesar 86 persen.
menyimpulkan bahwa program pendistribu- Oleh karena itu tim menyarankan agar diben-
sian beras untuk masyarakat miskin secara tuk institusi khusus di level bawah (tingkat
langsung pada kelompok sasaran merupakan penerima manfaat) misalnya Kelompok Kerja
upaya yang terbaik dalam mengatasi masalah Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Desa/Ke-
rawan pangan. Sedangkan penelitian EMSI me- lurahan beranggotakan tokoh masyarakat se-
nunjukkan bahwa OPK telah meningkatkan tempat.
pendapatan nasional sebesar 6,4 triliun pada Hastuti dkk. (2008) menemukan bahwa se-
tahun pertama, meningkatkan pendapatan cara umum efektivitas pelaksanaan Raskin ma-
72.000 pencari kerja baru dengan biaya pencip- sih relatif lemah, permasalahan banyak terjadi
taan kerja sebesar Rp476.000. Di samping itu dari titik distribusi hingga rumah tangga pene-
OPK dapat dipandang sebagai transfer penda- rima, dan jenis permasalahannya relatif sama
patan pemerintah secara tidak langsung terha- dari tahun ke tahun. Rendahnya efektivitas pro-
dap keluarga miskin dengan rasio transfer ke- gram ditandai oleh kurangnya sosialisasi dan
untungan bersih terhadap biaya total sebesar 85 transparansi program; tidak tepatnya sasaran
persen, rasio keuntungan bersih penerima OPK penerima, harga, jumlah, dan frekuensi peneri-
terhadap biaya finansial 106 persen, dan rasio maan beras; tingginya biaya pengelolaan pro-
biaya operasional terhadap transfer keuntung- gram; belum optimalnya pelaksanaan monitor-
an bersih 10 persen. Apabila program OPK ing dan evaluasi; dan kurang berfungsinya me-
tidak ada maka pendapatan masyarakat miskin kanisme pengaduan.
akan turun 11 persen, dan pendapatan masya- Hutagaol dan Asmara (2008) menyimpul-
rakat paling miskin akan menurun lebih besar kan bahwa distribusi raskin di provinsi Jawa
lagi yaitu 22 persen. Tanpa program OPK, kon- Barat belum efektif karena tidak tepat jumlah
sumsi kalori keluarga miskin berkurang 8 per- dan harga. Penelitian di provinsi Jawa Tengah
sen dan konsumsi protein turun 15 persen. oleh Purwanti (2010) juga menyimpulkan bah-
Pada tahun 2004 studi evaluasi pelaksana- wa distribusi Raskin di kecamatan Salam kabu-
an Program Raskin antara lain dilaksanakan paten Magelang belum tepat sasaran, jumlah
oleh Universitas Brawijaya dan Lembaga De- dan harga. Jumlah raskin yang diterima rumah
mografi Universitas Indonesia. Hasil penelitian tangga 6,45 kg dengan harga 1.699/kg. Jumlah
kedua lembaga tersebut masih menemukan RTS (rumah tangga sasaran) yang tergolong
pembagian raskin yang kurang tepat, jumlah tidak miskin sebesar 43,33 persen dan rumah
beras yang dibagikan kurang dari 20 kg/KK/ tangga miskin yang tidak terdaftar sebagai ru-
bulan dan hampir semua daerah melakukan mah tangga penerima raskin juga sebesar 43,33
modifikasi berdasarkan musyawarah desa yang persen.
ditegaskan dengan SK Gubernur/Bupati/Wali- Evaluasi Program Raskin di provinsi DIY
kota. Tim Peneliti Universitas Brawijaya me- juga menghasilkan kesimpulan yang sama.
nyarankan perlunya Sistem Informasi Pangan Siddik (2009) menemukan bahwa program Ras-
Nasional (SIPN) dan penguatan kelembagaan kin di kecamatan Depok kabupaten Sleman

134 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
belum tepat sasaran, jumlah dan harga; tetapi sebaliknya; sedangkan rumah tangga perkotaan
sudah tepat frekuensi. Jumlah beras yang diteri- termasuk miskin apabila pengeluarannya ku-
ma rumah tangga sebesar 13 kg dari seharusnya rang dari Rp187.942/kapita/bulan dan sebalik-
15 kg dengan harga Rp1.760/kg dari seharus- nya. Perbedaan antara rata-rata pengeluaran
nya Rp1.600/kg. Lebih lanjut Prasmatiwi (2010) kelompok rumah tangga dan garis kemiskinan
menyimpulkan bahwa distribusi raskin di Ka- diuji dengan Uji t sebagai berikut:
bupaten Sleman belum tepat sasaran, jumlah,
harga, kualitas dan frekuensi. Jumlah raskin Y1  Y0
yang diterima 8,8 kg dengan harga Rp1.750/kg.
thitung 
sY 1 / n (1)
Distribusi raskin di kabupaten Sleman baru te-
pat administrasi.
Adinugroho (2010) lebih khusus mengeva- di mana: Y1 adalah rata-rata pengeluaran ke-
luasi distribusi raskin Perum Bulog Divre Kali- lompok rumah tangga, Y0 adalah garis kemis-
mantan Timur di Kota Balikpapan sampai de- kinan BPS (2007), SY1 adalah standar deviasi pe-
ngan titik distribusi menyimpulkan bahwa ngeluaran kelompok rumah tangga, n adalah
distribusi raskin sampai titik distribusi sudah jumlah rumah tangga sampel.
efektif (tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, 2) Ketepatan sasaran. Untuk mengetahui ting-
administrasi dan kualitas) dan sangat efisien. kat ketepatan sasaran maka dibuat tabulasi
Dari hasil-hasil penelitian di atas dapat di- silang (cross tabulation) antara data kelompok
simpulkan sementara bahwa raskin bermanfaat rumah tangga dengan data rumah tangga pene-
bagi rumah tangga penerima, namun belum rima raskin serta dihitung indeks ketepatan
tepat sasaran, jumlah dan harga. Penelitian ini sasaran sebagai berikut:
akan menguji kesimpulan sementara tersebut
untuk skala yang lebih luas yaitu Indonesia, R1 R2
IKS  100%  
membandingkan efektivitas distribusi raskin di R0 R0 (2)
pedesaan dan perkotaan serta mengidentifikasi
lebih lanjut faktor-faktor yang menentukan sua- di mana IKS adalah indeks ketepatan sasaran,
tu rumah tangga menerima raskin atau tidak. R0 adalah jumlah rumah tangga miskin, R1 =
jumlah rumah tangga miskin yang tidak mene-
METODE PENELITIAN rima raskin, R2 adalah jumlah rumah tangga
tidak miskin yang menerima raskin, IKS kurang
dari 100 (IKS ≤ 100), semakin besar IKS maka
Data yang digunakan dalam penelitian ini distribusi raskin semakin tepat sasaran.
merupakan data sekunder hasil Susenas (Survei (3) Ketepatan jumlah. Untuk mengetahui ting-
Sosial Ekonomi Nasional) BPS tahun 2007. Jum- kat ketepatan jumlah dalam distribusi raskin di
lah sampel penelitian sebanyak 52.370 rumah Indonesia maka dihitung indeks ketepatan
tangga terdiri atas 31.675 (60,48 persen) rumah jumlah dan uji t sebagai berikut:
tangga pedesaan dan 20.695 (39,52 persen) ru-
mah tangga perkotaan. Rumah tangga sampel (a) Indeks ketepatan jumlah
tersebut berasal dari seluruh provinsi yang ada
Q1
di Indonesia. Untuk menguji hipotesis tentang IKJ  x100 %
ketepatan sasaran, jumlah dan harga raskin Q0 (3)
maka dilakukan teknik analisis data sebagai
di mana IKJ adalah indeks ketepatan jumlah,
berikut:
Q0 adalah jumlah raskin program sebesar 20
(1) Pengelompokan rumah tangga. Rumah
kg/KK/bulan, Q1 adalah jumlah raskin aktual
tangga sampel dikelompokkan menjadi rumah
yang diterima rumah tangga (kg/KK/bulan).
tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan
IKJ terletak antara 0 dan 100 (0 ≤ IKJ ≤ 100),
garis kemiskinan BPS (2007). Rumah tangga pe-
semakin besar IKJ maka distribusi raskin sema-
desaan termasuk miskin apabila pengeluaran-
kin tepat jumlah.
nya kurang dari Rp146.837/kapita/bulan dan

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 135


b) Uji t ketepatan jumlah. Uji t ketepatan dengan 100). Teknik analisis dalam penelitian
jumlah dilakukan untuk mengetahui perbedaan ini menghasilkan nilai indeks yang konsisten
antara rata-rata jumlah raskin yang diterima (IKS, IKJ dan IKH kurang dari atau sama de-
rumah tangga dengan pagu jumlah raskin sebe- ngan 100). Kondisi ideal distribusi raskin yaitu
sar 20 kg/KK/bulan tepat sasaran, jumlah dan harga tercapai apa-
bila masing-masing indeksnya bernilai 100; dan
Q1  Q0
thitung  tidak tepat sasaran, jumlah dan harga apabila
s Q1 / n nilai indeksnya kurang dari 100. Semakin besar
(4)
IKS, IKJ, dan IKH maka distribusi raskin sema-
di mana SQ1 adalah standar deviasi jumlah ras- kin tepat sasaran, jumlah dan harga.
kin yang diterima rumah tangga, n adalah jum- 5) Faktor-faktor yang mempengaruhi rumah
lah rumah tangga sampel tangga menerima raskin. Untuk mengetahui
(4) Ketepatan Harga. Untuk mengetahui ting- faktor-faktor yang menentukan suatu rumah
kat ketepatan harga raskin di Indonesia maka tangga menerima raskin atau tidak digunakan
dihitung indeks ketepatan harga dan uji t model regresi logistik sebagai berikut:
sebagai berikut:
(a) Indeks ketepatan harga  P 
Li  ln  i    0  1 X 1   2 X 2  ...   8 X 8
 1  Pi  (7)
( P1  P0 )
IKH  100%  x100%
P0 di mana L1 adalah penerimaan raskin (1-mene-
(5)
rima raskin, 0-lainnya), X1 adalah pendidikan
kepala rumah tangga (1-tidak tamat SD, 2-SD,
di mana IKH adalah indeks ketepatan harga, P0
3-SLTP, 4-SLTA, 5-Diploma, 6-S1 dan 7-Pasca-
adalah harga raskin program sebesar Rp1.000/
sarjana), X2 adalah jenis kelamin kepala rumah
kg). P1 adalah harga raskin aktual yang diba-
tangga (1-laki-laki, 0-perempuan), X3 adalah
yarkan oleh rumah tangga (Rp/kg).
umur kepala rumah tangga (tahun), X4 adalah
IKH kurang dari 100 (IKH ≤ 100), semakin
jumlah anggota rumah tangga (orang), X5 ada-
besar IKH maka distribusi raskin semakin tepat
lah pendapatan per kapita rumah tangga (Rp/
harga.
(b) Uji t ketepatan harga. Uji t ketepatan harga kapita/bulan), X6 adalah pekerjaan (1-pertani-
an, 0-lainnya), X7 adalah lantai rumah (1-bukan
dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara
rata-rata harga raskin yang dibayarkan oleh ru- tanah, 0-tanah), X8 adalah lokasi (1-kota, 0-de-
sa), β0 adalah konstanta, β1 ... β8 adalah koefi-
mah tangga dengan pagu harga raskin sebesar
Rp1.000/kg sien regresi

P1  P0 HASIL DAN PEMBAHASAN


thitung 
s P1 / n (6)
Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga
di mana SP1 adalah standar deviasi harga raskin Penerima Raskin
aktual yang dibayarkan oleh rumah tangga. n Berdasarkan garis kemiskinan BPS (2007), ru-
adalah jumlah rumah tangga sampel. mah tangga sampel dapat dikelompokkan men-
Cara perhitungan indeks yang digunakan jadi rumah tangga miskin (RTM) sebesar 7.869
dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari (15,03 persen) dan rumah tangga tidak miskin
cara perhitungan yang ada dalam dalam Pe- 44.501 (84,97 persen). Jumlah RTM di pedesaan
dum Raskin. Modifikasi dilakukan karena tek- 5.770 (18,22 persen dari rumah tangga pedesa-
nik analisis dalam Pedum Raskin menghasilkan an), sedangkan RTM di perkotaan sebanyak
nilai IKS, IKJ dan IKH yang tidak konsisten 2.099 (10,14 persen dari rumah tangga perkota-
(IKS dan IKH lebih besar dari atau sama de- an). Secara lebih rinci jumlah dan persentase
ngan 100, sebaliknya IKJ kurang dari atau sama RTM dapat dilihat pada Tabel 1.

136 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin Berdasarkan Garis
Kemiskinan BPS (2007)
Lokasi RTM Non RTM Jumlah
RT % RT % RT %
Desa 5.770 18,22% 25.905 81,78% 31.675 100,00%
Kota 2.099 10,14% 18.596 89,86% 20.695 100,00%
Indonesia 7.869 15,03% 44.501 84,97% 52.370 100,00%
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RT adalah rumah tangga, RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin

Rata-rata pengeluaran RTM baik di pede- Ketepatan Sasaran Raskin


saan, perkotaan maupun nasional secara signifi-
Dari jumlah rumah tangga miskin pada Tabel 1
kan (α=1%) berada di bawah garis kemiskinan,
dan jumlah rumah tangga penerima raskin pa-
sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga
da Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah ru-
tidak miskin baik di pedesaan, perkotaan mau-
mah tangga penerima raskin lebih banyak dari-
pun nasional berada di atas garis kemiskinan.
pada jumlah rumah tangga miskin. Hal ini me-
Rata-rata pengeluaran RTM di pedesaan
nunjukkan adanya ketidaktepatan sasaran da-
Rp119.420/kapita/bulan lebih rendah daripada
lam distribusi raskin di Indonesia. Apabila dis-
RTM perkotaan Rp151.596/ kapita/bulan. Rata-
tribusi raskin tepat sasaran maka jumlah rumah
rata pengeluaran RTM nasional Rp128.003/
tangga penerima raskin seharusnya sesuai de-
kapita/bulan. Secara lebih lengkap Tabel 2 me-
ngan jumlah rumah tangga miskin yaitu 18,22
nyajikan rata-rata pengeluaran rumah tangga
persen di pedesaan, 10,14 persen di perkotaan
miskin dan tidak miskin di pedesaan dan per-
dan 15,03 persen secara keseluruhan. Namun
kotaan Indonesia.
demikian realitas di lapangan menunjukkan
Jumlah dan persentase rumah tangga pene-
bahwa jumlah rumah tangga penerima raskin
rima raskin di Indonesia dapat dilihat pada
lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga
Tabel 3. Jumlah rumah tangga penerima raskin
miskin yaitu 56,39 persen di pedesaan, 29,01
secara nasional 23.863 rumah tangga (45,57 per-
persen di perkotaan dan 45,57 persen di
sen). Rumah tangga penerima raskin di pede-
Indonesia. Secara grafis indikasi adanya keti-
saan sebanyak 17.860 (56,39 persen dari rumah
daktepatan sasaran raskin di Indonesia dapat
tangga pedesaan). Rumah tangga penerima ras-
dilihat pada Gambar 1.
kin di perkotaan sebesar 6.003 (29,01 persen
Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat ke-
dari rumah tangga perkotaan).
tepatan sasaran distribusi raskin di pedesaan

Tabel 2. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia Tahun 2007
(Rp/kapita/bulan)

Lokasi RTM Non RTM Rata-rata


Desa 119.420 309.945 275.239
(-266,92) (125,14) (94,86)
Kota 151.596 536.720 497.659
(-63,91) (118,15) (107,67)
Indonesia 128.003 404.710 363.132
(-206,60) (155,27) (133,04)
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan:RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin
( ) adalah nilai t-hitung perbedaan rata-rata pengeluaran rumah tangga dengan garis kemiskinan BPS (2007), signifikan pada α
1%

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 137


Tabel 3. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Penerima Raskin di Indonesia Tahun 2007
RTR Non RTR Jumlah
Lokasi
RT % RT % Jumlah %
Desa 17.860 56,39% 13.815 43,61% 31.675 100,00%
Kota 6.003 29,01% 14.692 70,99% 20.695 100,00%
Indonesia 23.863 45,57% 28.507 54,43% 52.370 100,00%
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RTadalah rumah tangga, RTR adalah rumah tangga penerima raskin, Non RTR: rumah tangga bukan penerima
raskin

dan perkotaan Indonesia maka dilakukan anali- tangga raskin, alasan non-ekonomi serta alasan
sis tabulasi silang antara rumah tangga miskin lain yang bersifat subyektif. SMERU (2008) me-
dengan rumah tangga penerima raskin seperti laporkan bahwa pagu raskin pada tahun 2007
terlihat pada Tabel 4. hanya untuk 15,8 juta rumah tangga miskin,
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa ada sedangkan jumlah rumah tangga miskin sebe-
dua tipe kesalahan yang menyebabkan distri- sar 19,1 juta sehingga rumah tangga miskin
busi raskin tidak tepat sasaran yaitu (1) tidak yang terdaftar sebagai penerima raskin hanya
memberikan raskin kepada rumah tangga mis- 83 persen dan 17 persen rumah tangga miskin
kin dan (2) membagikan raskin kepada rumah yang lain tidak akan mendapatkan raskin kare-
tangga tidak miskin. Kedua tipe kesalahan ini na memang tidak terdaftar sebagai penerima
terjadi dalam distribusi raskin di Indonesia. raskin. Namun demikian, penelitian ini mene-
Tipe kesalahan pertama ditunjukkan lebih lan- mukan bahwa masih banyaknya rumah tangga
jut pada Gambar 2, sedangkan tipe kesalahan miskin yang tidak menerima raskin tidak hanya
kedua ditunjukkan pada Gambar 3. disebabkan oleh pagu raskin yang lebih rendah
Pada Gambar 2 terlihat bahwa masih cukup daripada jumlah rumah tangga miskin, tetapi
banyak rumah tangga miskin yang tidak me- juga disebabkan oleh alasan lain. Hal ini ditun-
nerima raskin yaitu 25,15 persen di pedesaan, jukkan oleh persentase rumah tangga miskin
28,44 persen di perkotaan dan 26,03 persen yang tidak menerima raskin baik di pedesaan,
secara keseluruhan. Tipe kesalahan pertama perkotaan dan secara keseluruhan Indonesia
terjadi karena pagu pengalokasian raskin lebih lebih besar dari 17 persen yaitu 25,15 persen di
rendah dibandingkan dengan jumlah rumah pedesaan, 28,44 persen di perkotaan dan 26,03

60% 56.39%

50% 45.57%

40%

29.01%
30% R TR

18.22% R TM
20%
10.14%
10% 15.03%

0%
Des a K ota Indones ia

Keterangan: RTR ada rumah tangga penerima raskin, RTM adalah rumah tangga miskin
Gambar 1. Persentase Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Penerima Raskin di Indonesia

138 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
120%

100%

80%

74.85% 71.56% 73.97% R TMR


60%
R TMNR
40%

20%
25.15% 28.44% 26.03%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: RTMR adalah rumah tangga miskin penerima raskin, RTMNR adalah rumah tangga miskin
bukan penerima raskin

Gambar 2. Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menerima dan Tidak Menerima
Raskin di Indonesia Tahun 2007

persen di Indonesia. Artinya meskipun pagu nasional 40,54 persen. Tipe kesalahan kedua ini
alokasi raskin ditingkatkan sama dengan jum- lebih besar dibandingkan dengan tipe kesalah-
lah rumah tangga miskin, akan tetap ada rumah an pertama. Bahkan jika dilihat dari komposisi
tangga miskin yang tidak menerima raskin rumah tangga penerima raskin pada Gambar 4,
yaitu 8,15 persen di pedesaan, 11,44 persen di persentase rumah tangga tidak miskin lebih ba-
perkotaan dan 9,03 persen secara nasional. nyak daripada rumah tangga miskin.
Angka tersebut akan meningkat lagi apabila Sebagian besar rumah tangga penerima
distribusi tambahan alokasi raskin tidak 100 raskin justru merupakan rumah tangga tidak
persen tepat sasaran. Oleh karena itu pening- miskin yaitu sebesar 75,82 persen di pedesaan,
katan pagu alokasi raskin dan usaha untuk me- 74,98 persen di perkotaan dan 75,61 persen di
ngurangi pertimbangan-pertimbangan lain da- Indonesia. Rumah tangga miskin yang meneri-
lam distribusi raskin keduanya perlu dilakukan ma raskin di pedesaan, perkotaan dan Indone-
untuk meningkatkan ketepatan sasaran raskin. sia masing-masing hanya 24,18 persen, 25,02
Gambar 3 menunjukkan besarnya tipe ke- persen dan 24,39 persen dari seluruh rumah
salahan kedua dalam distribusi raskin yaitu tangga penerima raskin.
membagikan raskin kepada rumah tangga tidak Tipe kesalahan kedua dapat terjadi karena
miskin. Rumah tangga tidak miskin yang mene- hubungan keluarga, saudara, kerabat, teman se-
rima raskin sebesar 52,27 persen di pedesaan, hingga dikenal istilah “bagilur” (raskin dibagi-
24,20 persen di perkotaan dan rata-rata secara kan kepada rumah tangga yang masih terma-

Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Penerima Raskin Tahun 2007
RTM Non RTM
Lokasi Jumlah
RTR Non RTR Jumlah RTR Non RTR Jumlah
Desa 4,319 1,451 5,770 13,541 12,364 25,905 31,675
Kota 1,502 597 2,099 4,501 14,095 18,596 20,695
Indonesia 5,821 2,048 7,869 18,042 26,459 44,501 52,370
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin, RTR adalah rumah tangga
penerima raskin. Non RTR adalah rumah tangga bukan penerima raskin

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 139


120%

100%

80%

74.85% 71.56% 73.97% R TMR


60%
R TMNR
40%

20%
25.15% 28.44% 26.03%
0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: Non RTM-R adalah rumah tangga tidak miskin penerima raskin, Non
RTM-NR adalah rumah tangga tidak miskin bukan penerima raskin
Gambar 3. Persentase Rumah Tangga Tidak Miskin yang Menerima dan Tidak
Menerima Raskin di Indonesia Tahun 2007

suk famili). Di samping itu tipe kesalahan lompok rumah tangga. Hasil uji beda nyata
kedua juga dapat terjadi karena kekhawatiran antara rata-rata pengeluaran per kapita per
pelaksana raskin di tingkat bawah terhadap bulan masing-masing kelompok rumah tangga
tidak berjalannya kegiatan-kegiatan sosial di dengan garis kemiskinan BPS (2007) pada Tabel
masyarakat seandainya raskin hanya diberikan 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran
kepada rumah tangga miskin misalnya rumah per kapita per bulan rumah tangga miskin baik
tangga yang tidak menerima raskin tidak mau yang menerima maupun tidak menerima raskin
gotong royong, tidak mau siskamling dan lain- secara signifikan berada di bawah garis kemis-
lain sehingga menyebabkan raskin dibagi rata kinan, sedangkan rata-rata pengeluaran per ka-
atau dikenal dengan “bagito”. pita per bulan rumah tangga tidak miskin baik
Kedua tipe kesalahan dalam distribusi ras- yang menerima maupun tidak menerima raskin
kin di Indonesia bukan disebabkan oleh sulit- secara signifikan berada di atas garis kemiskin-
nya membedakan tingkat kemiskinan antarke- an. Rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin

120%

100%
24.18% 25.02% 24.39%
80%

60% R TMR
Non R TM-R
40% 75.82% 74.98% 75.61%

20%

0%
Des a K ota Indones ia
Keterangan: RTMR adalah rumah tangga miskin penerima raskin, Non RTM-R: rumah
tangga tidak miskin penerima raskin

Gambar 4. Persentase Rumah Tangga Penerima Raskin di Indonesia Tahun 2007

140 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
Tabel 5. Uji Beda Nyata Rata-Rata Pengeluaran Kelompok Rumah Tangga dengan Garis Kemis-
kinan BPS (2007) (Rp/Kapita/Bulan)
RTM Non RTM
Lokasi Rata-rata
RTR Non RTR Rata-rata RTR Non RTR Rata-rata
Desa 119.207 120.054 119.420 261.419 363.091 309.945 275.239
(-231,66) (-132,64) (-266,92) (99,04) (92,93) (125,14) (94,86)
Kota 149.686 156.402 151.596 326.928 603.714 536.720 497.659
(-55,50) (-32,57) (-63,91) (84,72) (110,23) (118,15) (107,67)
Indonesia 127.071 130.649 128.003 277.762 491.273 404.710 363.132
(-183,00) (-97,63) (-206,60) (126,01) (134,05) (155,27) (133,04)

Sumber: Analisis Data Susenas (2007)


Keterangan: RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin, RTR adalah rumah tangga peneri-
ma raskin, dan Non RTR adalah rumah tangga bukan penerima raskin. ( ) adalah nilai t-hitung perbedaan rata-rata pengeluaran
rumah tangga dengan garis kemiskinan BPS (2007), signifikan pada α 1%

yang tidak menerima raskin Rp120.054/kapita/ raskin tidak dibagi rata maka kegiatan-kegiatan
bulan di pedesaan secara signifikan lebih kecil sosial masyarakat tidak dapat berjalan. Berda-
dari garis kemiskinan BPS (2007) sebesar sarkan dua tipe kesalahan dalam distribusi ras-
Rp146.837/kapita/bulan, sedangkan rata-rata kin di atas dapat ditentukan indeks ketepatan
pengeluaran rumah tangga miskin perkotaan sasaran raskin pada Tabel 6.
yang tidak menerima raskin Rp156.042/kapita/ Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa dengan
bulan secara signifikan lebih kecil dari garis menggunakan garis kemiskinan BPS (2007) ma-
kemiskinan BPS (2007) sebesar Rp187.942/ka- ka distribusi raskin di Indonesia baik di pede-
pita/bulan. Sebaliknya rata-rata pengeluaran saan maupun perkotaan tidak tepat sasaran.
rumah tangga tidak miskin yang menerima IKS bahkan bernilai negatif yaitu -135 persen di
raskin baik di pedesaan maupun perkotaan pedesaan, -114 persen di perkotaan dan -129
secara signifikan lebih besar dari garis kemis- persen secara nasional. IKS yang bernilai nega-
kinan BPS (2007) masing-masing Rp261.419/ tif menunjukkan masih banyaknya rumah tang-
kapita/bulan dan Rp326.928/kapita /bulan. ga miskin yang tidak mendapatkan raskin
Oleh karena itu untuk meningkatkan kete- (kesalahan tipe pertama sebesar 25 persen di
patan sasaran raskin diperlukan aturan-aturan pedesaan, 28 persen di perkotaan dan 26 persen
yang lebih jelas dan tegas untuk meminimalkan secara nasional) dan banyaknya rumah tangga
alasan-alasan non ekonomi dalam menentukan tidak miskin yang mendapatkan raskin (kesa-
rumah tangga penerima raskin. Di samping itu lahan tipe kedua 235 persen di pedesaan, 214
perlu kajian lebih lanjut terhadap kekhawatir- persen di perkotaan dan 229 persen secara
an-kekhawatiran yang selama ini berkembang nasional). Kesalahan tipe kedua lebih besar
di masyarakat misalnya apakah benar kalau dibandingkan dengan tipe pertama. Secara rela-

Tabel 6. Indeks Ketepatan Sasaran Raskin Menurut Kriteria BPS (2007), World Bank dan Asian
Development Bank

Lokasi BPS World Bank ADB


e1 e2 IKS e1 e2 IKS e1 e2 IKS
Desa 25% 235% -160% 33% 20% 47% 36% 9% 55%
Kota 28% 214% -143% 42% 40% 18% 49% 16% 36%
Indonesia 26% 229% -155% 35% 25% 40% 40% 11% 50%
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: e1 adalah kesalahan tipe 1, e2 adalah kesalahan tipe 2, IKS adalah indeks ketepatan sasaran

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 141


Tabel 7. Indeks Ketepatan Jumlah Raskin Tahun 2007

Lokasi RTM Non RTM Rata-rata IKJ


Desa (kg/bulan) 11,84 11,53 11,61 58%
(-54,39) (-96,11) (-147,03)
Kota (kg/bulan) 10,23 10,67 10,56 53%
(-40,70) (-59,07) (-131,98)
Indonesia (kg/bulan) 11,43 11,32 11,35 57%
(-67,15) (-112,73) (-194,17)
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin, IKJ adalah indeks ketepatan jumlah
( ) adalah nilai t-hitung perbedaan rata-rata jumlah raskin yang diterima rumah tangga dengan pagu raskin, signifikan pada α 1%

tif distribusi raskin di perkotaan lebih tepat kin yang diterima oleh rumah tangga penerima
sasaran daripada pedesaan. raskin belum tepat jumlah. Rata-rata raskin
Dari Tabel 6 juga dapat diketahui bahwa yang diterima oleh rumah tangga sebesar 11,61
apabila garis kemiskinan menurut World Bank kg/bulan di pedesaan, 10,56 kg/bulan di per-
(WB) sebesar 1 US $/kapita/hari dan Asian kotaan dan 11,35 kg/bulan secara nasional.
Development Bank (ADB) sebesar 1,25US$/ ka- Jumlah raskin yang diterima oleh rumah tangga
pita/hari digunakan sebagai dasar evaluasi ma- tersebut secara signifikan lebih rendah diban-
ka distribusi raskin di Indonesia juga belum dingkan dengan jumlah raskin normatif sebesar
tepat sasaran, namun lebih tepat sasaran de- 20 kg/bulan. Distribusi raskin di pedesaan
ngan indeks ketepatan sasaran secara nasional relatif lebih tepat jumlah daripada perkotaan,
masing-masing 40 persen dan 50 persen. Peng- masing-masing dengan indeks ketepatan jum-
gunaan garis kemiskinan menurut World Bank lah 58 persen dan 53 persen. Indeks ketepatan
dan ADB meningkatkan ketepatan sasaran ras- jumlah raskin secara nasional sebesar 57 persen.
kin melalui penurunan tipe kesalahan kedua.
Penggunaan garis kemiskinan World Bank dan Indeks Ketepatan Harga Raskin
ADB meningkatkan kesalahan tipe pertama, na- Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa distribusi
mun jumlahnya kecil sehingga apabila bobot raskin di Indonesia belum tepat harga. Rata-
kesalahan pertama dan kedua sama dalam me- rata harga raskin di pedesaan sebesar Rp1.315/
nentukan ketepatan sasaran maka secara kese- kg, sedangkan di perkotaan Rp1.366/kg. Rata-
luruhan meningkatkan IKS. rata harga raskin di pedesaan dan perkotaan
tersebut secara signifikan lebih mahal diban-
Ketepatan Jumlah Raskin
dingkan dengan harga raskin normatif sebesar
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah ras- Rp1.000/kg. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa

Tabel 8. Indeks Ketepatan Harga Raskin Tahun 2007


Lokasi RTM Non RTM Rata-rata IKH
Desa (Rp/kg) 1.278 1.327 1.315 68%
(46,17) (86,03) (129,83)
Kota (Rp/kg) 1.268 1.399 1.366 63%
(24,38) (42,95) (90,39)
Indonesia (Rp/kg) 1.275 1.345 1.328 67%
(52,05) (93,68) (158,03)
Sumber: Analisis Data Susenas (2007)
Keterangan: RTM adalah rumah tangga miskin, Non RTM adalah rumah tangga tidak miskin, IKH adalah indeks ketepatan
harga. ( ) adalah nilai t-hitung perbedaan rata-rata harga raskin yang dibayarkan rumah tangga dengan harga raskin program,
signifikan pada α 1%

142 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
distribusi raskin di pedesaan lebih tepat harga rang. Hasil ini sesuai dengan dugaan sebelum-
daripada perkotaan dengan indeks ketepatan nya bahwa pendidikan akan mengurangi pe-
harga berturut-turut 68 persen dan 63 persen. luang suatu rumah tangga menerima raskin.
Rumah tangga dengan tingkat pendidikan yang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rumah lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan
Tangga Menerima Raskin keahlian lebih tinggi, peluang bekerja dan
membuka usaha ekonomi lebih besar sehingga
Hasil analisis ketepatan sasaran raskin di atas
tidak termasuk dalam kelompok rumah tangga
menunjukkan bahwa distribusi raskin masih
penerima raskin.
banyak kelemahan antara lain belum tepat
Jenis kelamin kepala rumah tangga tidak
sasaran, belum tepat jumlah dan belum tepat
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
harga. Raskin dibagi rata baik di pedesaan
ga menerima raskin atau tidak. Kepala rumah
maupun perkotaan. Untuk mengetahui faktor-
tangga laki-laki maupun perempuan memiliki
faktor yang mempengaruhi suatu rumah tang-
peluang yang sama untuk menerima raskin.
ga menerima raskin atau tidak, pada Tabel 9
Hal ini menunjukkan tidak adanya bias gender
disajikan hasil analisis regresi model logistik
dalam distribusi raskin di Indonesia.
penerimaan raskin di Indonesia.
Umur kepala rumah tangga juga tidak
Secara bersama-sama pendidikan, jenis ke-
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
lamin, umur, jumlah anggota rumah tangga,
ga menerima raskin atau tidak. Kepala rumah
pendapatan, pekerjaan, lanta rumah dan lokasi
tangga tua maupun muda memiliki peluang
mempengaruhi probabilitas suatu rumah tang-
yang sama untuk menerima raskin. Hal ini juga
ga menerima raskin atau tidak dengan koefisien
menunjukkan tidak adanya diksriminasi umur
determinasi sebesar 19,84 persen. Sedangkan
dalam distribusi raskin di Indonesia.
variabel penjelas yang secara individual berpe-
Jumlah anggota rumah tangga berpenga-
ngaruh nyata terhadap probabilitas rumah
ruh negatif dan sangat nyata terhadap proba-
tangga menerima raskin adalah pendidikan,
bilitas penerimaan raskin. Semakin banyak
jumlah anggota rumah tangga, pendapatan,
jumlah anggota rumah tangga maka probabi-
pekerjaan, lantai rumah dan lokasi.
litas menerima raskin semakin berkurang. Seca-
Pendidikan kepala rumah tangga berpe-
ra teoritis, pengaruh jumlah anggota rumah
ngaruh negatif dan sangat nyata terhadap pro-
tangga terhadap peluang penerimaan raskin
babilitas penerimaan raskin. Semakin tinggi
bisa positif maupun negatif. Hasil estimasi
tingkat pendidikan kepala rumah tangga maka
empiris yang bertanda negatif dalam penelitian
probabilitas menerima raskin semakin berku-
ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggo-

Tabel 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rumah Tangga Menerima Raskin

Variabel Tanda harapan Koefisien z-Statistic Prob.


Konstanta +/- 3,579508 *** 12,516320 0,0000
Pendidikan - -0,299759 *** -30,497040 0,0000
Jenis kelamin +/- -0,099267 -0,356486 0,7215
Umur + -0,000466 -0,534611 0,5929
Anggota RT + -0,118885 *** -17,758390 0,0000
Pendapatan - -4,79E-06 *** -57,657270 0,0000
Pekerjaan - -0,231671 *** -9,553659 0,0000
Lantai rumah - -0,742964 *** -21,300280 0,0000
Lokasi - -0,412567 *** -16,734110 0,0000
LR statistic (8 df) 13338,75 McFadden R-squared 0,198398
Probability(LR stat) 0,000000

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 143


ta rumah tangga produktif dan tidak menam- yaitu 52,27 persen di pedesaan, 24,20 persen di
bah beban rumah tangga, sebaliknya justru me- perkotaan dan 40,54 persen secara nasional.
ngurangi beban rumah tangga sehingga tidak Berdasarkan garis kemiskinan World Bank
termasuk dalam kelompok rumah tangga pene- dan ADB, distribusi raskin di Indonesia juga
rima raskin. belum efektif, namun indeks ketepatan sasaran
Pendapatan berpengaruh negatif dan sa- bernilai positif. Indeks ketepatan sasaran menu-
ngat nyata terhadap probabilitas penerimaan rut garis kemiskinan World Bank adalah 67
raskin. Semakin tinggi pendapatan rumah tang- persen di pedesaan, 58 persen di perkotaan dan
ga maka probabilitas menerima raskin semakin 65 persen secara nasional. Indeks ketepatan
berkurang. Hasil ini sesuai dengan dugaan se- sasaran menurut garis kemiskinan ADB adalah
belumnya bahwa raskin akan didistribusikan 64 persen di pedesaan, 52 persen di perkotaan
kepada rumah tangga dengan pendapatan ren- dan 60 persen secara nasional.
dah. Rumah tangga dengan pendapatan lebih Tingginya ketidaktepatan sasaran raskin
tinggi tidak termasuk kelompok rumah tangga menurut kriteria BPS disebabkan oleh garis
penerima raskin. kemiskinan BPS yang terlalu rendah, alokasi
Pekerjaan utama kepala rumah tangga juga anggaran raskin lebih rendah daripada jumlah
berpengaruh negatif dan sangat nyata terhadap rumah tangga miskin, dan penyimpangan yang
probabilitas penerimaan raskin. Pekerjaan di bi- dilakukan oleh masyarakat.
dang pertanian memiliki probabilitas lebih kecil Distribusi raskin di Indonesia belum tepat
untuk menerima raskin. Probabilitas raskin jumlah dengan indeks ketepatan jumlah 58
diberikan kepada rumah tangga non pertanian persen di pedesaan, 53 persen di perkotaan dan
lebih besar. 57 persen secara nasional. Rata-rata raskin yang
Lantai rumah berpengaruh negatif dan sa- diterima oleh rumah tangga sebesar 11,61 kg/
ngat nyata terhadap probabilitas penerimaan bulan di pedesaan, 10,56 kg/bulan di perkotaan
raskin. Rumah tangga yang bangunan rumah- dan 11,35 kg/bulan secara nasional. Jumlah ras-
nya masih berlantai tanah memiliki peluang le- kin yang diterima oleh rumah tangga tersebut
bih besar untuk menerima raskin dibandingkan secara signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan rumah tangga yang bangunan rumah- dengan jumlah raskin normatif sebesar 20
nya sudah berlantai bukan tanah misalnya kg/bulan.
sudah di semen atau keramik. Distribusi raskin di Indonesia belum tepat
Keragaman dalam distribusi raskin juga di- harga dengan indeks ketepatan harga 68 persen
jelaskan oleh lokasi. Rumah tangga pedesaan di pedesaan, 63 persen di perkotaan dan 67 per-
memiliki peluang yang lebih besar untuk sen secara nasional. Rata-rata harga raskin di
menerima raskin dibandingkan dengan rumah pedesaan sebesar Rp1.315/kg, sedangkan di
tangga perkotaan. perkotaan Rp1.366/kg. Rata-rata harga raskin
di pedesaan dan perkotaan tersebut secara sig-
nifikan lebih mahal dibandingkan dengan har-
SIMPULAN
ga raskin normatif sebesar Rp1.000/kg
Probabilitas suatu rumah tangga menerima
Berdasarkan garis kemiskinan BPS (2007) distri- raskin atau tidak sebagian dapat dijelaskan oleh
busi raskin di Indonesia belum tepat sasaran pendidikan, jenis kelamin, umur, jumlah ang-
dengan indeks ketepatan sasaran -135 persen di gota rumah tangga, pendapatan, pekerjaan,
pedesaan, -114 persen di perkotaan dan -129 lanta rumah dan lokasi
persen secara nasional. Indeks ketepatan sasar- Saran. Penggunaan garis kemiskinan BPS
an yang bernilai negatif menunjukkan masih untuk menentukan target dalam distribusi ras-
banyaknya rumah tangga miskin yang belum kin dan kebijakan publik lainnya perlu ditinjau
mendapatkan raskin yaitu 25,15 persen di kembali karena terlalu rendah dan kurang
pedesaan, 28,44 persen di perkotaan dan 26,03 realistis sehingga terkesan Program Raskin sa-
persen secara nasional; serta banyaknya rumah ngat tidak tepat sasaran. Dalam kondisi anggar-
tangga tidak miskin yang mendapatkan raskin

144 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012: 132-145
an raskin yang lebih longgar, garis kemiskinan luarga Miskin (RASKIN) Tahun 2007. Jakar-
World Bank dan ADB dapat digunakan sebagai ta: Depdagri dan Bulog.
pengganti garis kemiskinan BPS karena lebih
Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog.
mendekati kondisi nyata di masyarakat.
2008. Pedoman Umum Program Untuk Ke-
Dalam kondisi anggaran yang terbatas
luarga Miskin (RASKIN) Tahun 2008. Jakar-
pemerintah perlu memprioritaskan usaha per-
baikan pelaksanaan Program Raskin melalui ta: Depdagri dan Bulog.
pengurangan kesalahan tipe pertama dan ke- Dunn, W.N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan
dua secara paralel dengan membuat dan melak- Publik. Terjemahan oleh Samodra Wibawa
sanakan aturan yang jelas dan tegas, serta me- dkk. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Yogya-
nerapkan sistem reward and punishment, karta: Gadjah Mada University Press.
Perlu kajian yang lebih mendalam terha-
Gruber, Jonathan. 2005. Public Finance and Public
dap banyaknya rumah tangga tidak miskin
Policy. New York: Worth Publisher.
yang menerima raskin, apakah hal ini meru-
pakan fenomena masyarakat ataukah kesalahan Hastuti dkk. 2008. Efektivitas Program Raskin.
yang dilakukan oleh petugas. Apabila banyak Jakarta: SMERU Research Institute.
rumah tangga tidak miskin yang aktif minta Hutagaol, M.P. dan Alla Asmara. 2008. Analisis
raskin maka tugas pemerintah untuk mengha- Efektivitas Kebijakan Publik Memihak
pus budaya ini. Apabila rumah tangga tidak Masyarakat Miskin; Studi Kasus Pelaksa-
miskin menerima raskin secara pasif (karena di-
naan Program Raskin di Provinsi Jawa
beri oleh petugas) maka pemerintah perlu me-
Barat pada Tahun 2007. Jurnal Agro
nerapkan sistem reward and punishment yang je-
las dan tegas serta menerapkan model-model Ekonomi, Vol. 26 No. 2, Oktober 2008: 145-
distribusi raskin yang lain 165.
Prasmatiwi, Nordiana. 2010. Efektivitas dan Efi-
siensi Distribusi Raskin di Kabupaten Sle-
DAFTAR PUSTAKA
man. Skripsi S1 Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian UGM (tidak
Adinugroho, L.W. 2010). Efektifitas dan Efi- dipublikasikan). Yogyakarta: UGM.
siensi Distribusi Raskin Perum Bulog
Purwanti, Dian. 2010. Analisis Permintaan Be-
Divre Kalimantan Timur di Kota Balikpa-
ras pada Rumah Tangga Penerima Raskin
pan. Tesis PS S2 MMA UGM (tidak dipu-
di Kecamatan Salam Kabupaten Mage-
blikasikan).
lang. Skripsi S1 Jurusan Sosial Ekonomi
BPS. 2007. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Pertanian Fakultas Pertanian UGM (tidak
Tahun 2007. Berita Resmi Statistik No.38/ dipublikasikan). Yogyakarta: UGM.
07/Th.X, 2 Juli 2007. Jakarta: Badan Pusat
Siddik, Akhmad. 2009. Analisis Ketepatan Sa-
Statistik.
saran Raskin di Kecamatan Depok, Sle-
BULOG. 2010a. Sekilas RASKIN (Beras untuk man. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UGM.
Rakyat Miskin). http://www.bulog.go.id Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: UGM.
Diakses tanggal 14 Juli 2010.
Stiglitz, J.E. 2000. Economics of the Public Sector.
BULOG. 2010b. Studi Evaluasi Raskin: Kritik dan New York: W.W. Northon and Company.
Pujian Sejak Awal Diluncurkan Sampai Seka-
Tabor, S.R. and M.H. Sawit. 2001. Social Pro-
rang (1998-2004). http://www. bulog.go.
tection via Rice: the OPK Program. The
id/. Diakses tanggal 14 Juli 2010.
Developing Economies, Vol. XXXIX, No. 3:
Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog. 267-294.
2007. Pedoman Umum Program untuk Ke-

Efektivitas Distribusi Raskin (Jamhari) 145

You might also like