Professional Documents
Culture Documents
NIM : 610017148
ABSTRAK
Groundwater potential in Boyolali District is very large, because it is situated on Karanganyar -
Boyolali Groundwater Basin. This study was conducted in order to find an ideal form of conservation-
based management to conserve ground water potential in Boyolali District by analyzing the condition of
groundwater recharge area located in Cepogo and environmental problems in the area.This study used
survey methods by measuring, interviewing, and observing the area, to obtain the facts occurring in the
area. Result gained from the research are groundwater potential in Boyolali District is large enough with
the total flow of the springs in Boyolali District to achieve 2.085 liter/sec, which is used for irrigation and
clean water service taps. The potential of groundwater depends on its recharge area located in Cepogo.
Sub district Cepogo which is located at elevation 700 - 1000 m above sea level, and the ground water level
ranges between 10 – 50 m under the local ground. The environmental problems in groundwater recharge
area Su district Cepogo are: land usage caused by the sand mining and the social culture
farming.Groundwater conservation-based management based on PP No 43 Tahun 2008 proposed to be
applied in recharge area Sub district Cepogo, Boyolali District, through: the protection and conservation
of groundwater, preservation of groundwater, and quality management control of groundwater
pollution. This is the Government responsibility in accordance with their authority and should be
implemented by involving the community
86
air tanah yang dapat dilakukan adalah dengan sampai Banyudono, mempunyai kesempatan
konservasi. Konservasi air tanah menurut yang sama untuk dipilih menjadi sampel
Danaryanto,dkk (2005) adalah upaya melindungi 2. Wawancara
dan memelihara keberadaan, kondisi dan Wawancara yang dilakukan adalah
lingkungan air tanah guna mempertahankan wawancara dengan menggunakan pedoman
kelestarian atau kesinambungan ketersediaan pertanyaan. Dalam penelitian ini wawancara
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, dilakukan pada sekelompok warga di
demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya Kecamatan Cepogo dan stakeholder pengelola
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik kegiatan konservasi di Kabupaten Boyolali
waktu sekarang maupun pada generasi yang akan dalam hal ini yaitu Bapeda Kabupaten Boyolali
datang. dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pada dasarnya konservasi air tanah tidak Boyolali, untuk mengetahui sejauh mana
hanya ditujukan untuk meningkatkan volume air kegiatan konservasi yang sudah dilaksanakan
tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi air utnutk menjaga daerah imbuhan (recharge
permukaan. Efisiensi penggunaannya sekaligus area) serta kendala yang dihadapi.
mengurangi run off air permukaan yang
diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi 3. Observasi
akuifer menjadi air tanah. Pada penelitian ini Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah
penulis mengkhususkan mengkaji pengelolaan observasi langsung, dimana penulis sembari
air tanah berbasis konservasi di recharge area melakukan wawancara juga melakukan
atau daerah imbuhan, dengan maksud untuk pengamatan terhadap kondisi lingkungan,
menemukan kegiatan – kegiatan konservasi, khususnya kondisi sumur – sumur penduduk.
sebagai bentuk kegiatan pengelolaan air tanah, Data yang diperoleh di lapangan kemudian
yang dapat dilakukan untuk memperbesar diolah dan dianalisis. Metode yang digunakan
pengisian air tanah di daerah imbuhan sekaligus dalam melakukan analisis adalah analisis
mengurangi permasalahan lingkungan di daerah kuntitatif dilakukan dengan cara kuantitatif
tersebut. Penelitian Pengelolaan Air tanah spasial. Data – data yang didapatkan dioleh
Berbasis Konservasi di Recharge Area Boyolali secara spasial dengan menggunakan GIS,
diharapkan mampu mengidentifikasi program ArcView 3.3 dan Google Earth. Data –
permasalahan yang ada di recharge area Boyolali data yang diperoleh dari pengukuran kedalaman
dan mampu memberikan alternatif pengelolaan muka air sumur setempat, dianalisis secara
yang berwawasan lingkungan sesuai dengan kuantitatif dengan menggunakan MS Excel
peraturan perundangan yang berlaku. sehingga diperoleh grafik kedalaman muka air
tanah di daerah penelitian. Sedangkan analisis
METODE PENELITIAN kualitatif dilakukan pada data – data deskriptif
Metode penelitian yang digunakan adalah yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan
metode deskriptif. Sedangkan berdasarkan teknik
dan alat yang digunakan untuk meneliti, penulis HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan metode survei untuk memperoleh Air Tanah Sebagai Sumberdaya di
fakta – fakta ang terjadi di daerah penelitian, yaitu Kabupaten Boyolali
di Kabupaten Boyolali khususnya di Kecamatan Boyolali mempunyai potensi air tanah
Cepogo yang diduga merupakan daerah imbuhan dalam bentuk mata air yang cukup besar, total
air tanah Mata air Pengging. Metode survei yang mencapai 2.085 l/dtk, yang dimanfaatkan untuk
dilakukan meliput: keperluan irigasi dan sumber air bersih PDAM.
1. Pengukuran Pelayanan air bersih di Kabupaten Boyolali
Pengukuran yang dilakukan adalah dibedakan menjadi dua sistem, yaitu sistem
pengukuran muka air tanah pada sumur gali perpipaan dan sistem non-perpipaan. Pelayanan
milik penduduk. Teknik pengambilan sampel air bersih dengan sistem non perpipaan adalah
sumur gali yang diukur kedalamannya sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh
menggunakan teknik random sampling, yaitu langsung dari sumbernya tanpa melalui jaringan
pengambilan sampel secara random tanpa penyalur/pipa. Sumber air bersih non-perpipaan
pandang bulu dimana setiap sumur gali di berasal dari air tanah yang dimanfaatkan dengan
sepanjang wilayah yang merupakan daerah pembuatan sumur gali maupun sumur pompa
aliran airtanh Mata Air Pengging, yaitu mulai tangan, selain itu air tersebut juga dapat
dari Kecapatan Cepogo, Boyolali, Mojosongo, diperoleh melalui mata air yang dimanfaatkan
langsung oleh masyarakat dengan cara
Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali
87
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907
mengambil dari sumbernya. Pada saat ini merupakan Formasi Kerek (Tmpk): napal dan
sebagian besar masyarakat Kabupaten Boyolali batugamping berlapis dan Formasi
masih menggunakan sistem non perpipaan dalam Batuagamping Wungkal (Tew): batupasir,
penyediaan air bersih, terutama untuk wilayah batulempung dan lensa batu gamping. Batuan –
yang masih termasuk dalam kawasan pedesaan. batuan tersebut bersifat kedap air. Formasi Kerek
Pelayanan air bersih dengan sistem adalah formasi yang mempunyai ciri khas berupa
perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan perselingan antara lempung, napal lempungan,
air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir
yang dikelola dan didistribusikan. Kemampuan tufan. Formasi Kerek berasal dari Kala Miosen
produksi air bersih PDAM Boyolali, maksimum pada Zaman Tersier.
dalam satu hari adalah 2.570 m3, dengan sumber
Sedangkan daerah yang berwarna oranye
air baku dari Mata Air Tlatar (Bappeda 2008).
terdiri dari Formasi Batuan Gunung Merapi
Untuk Mata Air di Kawasan Pengging seperti di
(Qvm) yang berupa breksi gunungapi lava dan
Desa Dukuh, Cangkringan dan Desa Bendan,
tuf, komponen andesit basal dan sedikit
belum dimanfaatkan sebagai sumber air baku
batuapung yang bercampur dengan pasir
PDAM, namun hanya dimanfaatkan sebagai
gunungapi serta Formasi Notopuro (Qpn) yang
sumber air bersih penduduk sekitar.
terdiri dari breksi lahar bagian bawah dan
perselingan tuf di bagian atas. Formasi Baatuan
Karakteristik Daerah CAT Boyolali
Gunung Merapi (Qvm) berasal dari Kala Holosen
Mempelajari air tanah tidak terlepas dari
sedangkan Formasi Notopuro berasal dari Kala
mempelajari sedikit kondisi litologi, stratigafi dan
Pleistosen, dimana keduanya terbentuk pada
hidrostratigafi Cekungan Air tanah (CAT) sebagai
Zaman Kuarter.Dengan demikian dapat
tempat tersimpannya air tanah. Daerah
disimpulkan bahwa daerah yang mempunyai
penelitian yaitu Kabupaten Boyolali masuk dalam
potensi air tanah atau daerah CAT biasanya
sistem akuifer yang dikenal dengan nama CAT
merupakan daerah endapan yang tidak
Karanganyar – Boyolali. Pada Gambar 1, CAT
termampatkan, bersifat meluluskan air, dan
Karanganyar – Boyolali ditunjukkan oleh warna
berumur Kuarter.
biru, dengan daerah yang masuk wilayah
administrasi Kabupaten Boyolali ditunjukkan
oleh warna oranye. Sedangkan warna hijau Daerah Imbuhan dan Daerah Lepasan
menunjukkan wilayah Kabupaten Boyolali yang Daerah imbuhan air tanah (recharge area)
bukan merupakan daerah Cekungan Air tanah adalah daerah yang memiliki karakteristik
(Non-CAT). pergerakan aliran air tanah vertikal ke bawah
yang dipengaruhi oleh gravitasi atau aliran air
tanah yang mengikuti kemiringan akuifer.
Sedangkan daerah lepasan air tanah (discharge
area) adalah daerah yang memiliki karakteristik
pergerakan aliran air tanah vertikal ke atas
sesuai dengan kondisi kemiringan akuifer.
Biasanya di daerah imbuhan, muka air tanahnya
terletak pada suatu kedalaman tertentu,
sedangkan muka air tanah daerah lepasan
umumnya mendekati permukaan tanah.
88
Sumber : Hasil Analisis 2010
Sumber: Pusat Lingkungan Geologi, 2009
Gambar 3. Overlay Peta CAT Boyolali, daerah
aliran Mataair Pengging, dan sebaran lokasi
Gambar 2. Daerah imbuhan (recharge area) dan
pengukuran sumur – sumur penduduk
daerah lepasan (discharge area) Boyolali (tanpa
skala)
Dari data – data tersebut, kemudian dilakukan
Peta dari Pusat Lingkungan Geologi (2009), analisis untuk membuktikan teori daerah
daerah imbuhan (recharge area) dan daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah.Analisis
lepasan (discharge area) air tanah di wilayah dilakukan dengan membuat potongan
Kabupaten Boyolali seperti ditunjukkan pada memanjang kedalaman sumur dan ketinggian
Gambar 2. muka air tanah. Gambaran potongan memanjang
Pada gambar tersebut, daerah imbuhan muka air tanah sepanjang Cepogo (recharge area)
(recharge area) digambarkan dengan warna hijau hingga Pengging (discharge area).
tua sedangkan daerah lepasan (discharge area)
adalah yang berwarna hijau muda.
Metoda penentuan daerah imbuhan dan lepasan
air tanah pada cekunganair tanah dengan Permasalahan di daerah Imbuhan
menggunakan data kedudukan atau kedalaman (Recharge Area) Cepogo
muka air tanah merupakan cara yang paling Recharge area adalah daerah yang
akurat. Berdasarkan kedudukan muka air tanah menyediakan sarana utama untuk pengisian air
dan arah aliran air tanahnya maka daerah tanah, recharge area alami yang baik adalah
imbuhan merupakan bagian dari cekungan yang daerah dimana airpermukaan mampu meresap
dicirikan dengan aliran air tanah pada lapisan menjadi air tanah. Jika daerah resapan berhenti
jenuh mengalir menjauhi muka air tanah. Di berfungsi dengan baik, mungkin tidak ada air
daerah imbuhan,arah aliran air tanah di dekat tanah yang cukup untuk disimpan dan digunakan.
permukaan mengarah ke bawah. Sedangkan Perlindungan daerah resapan memerlukan
daerah lepasan merupakan bagian dari cekungan sejumlah tindakan berdasarkan pada dua tujuan
yang dicirikan dengan aliran air tanah pada utama. Tujuan tersebut adalah (1) memastikan
lapisan jenuh mengalir menuju muka air tanah. bahwa lahan yang sesuai untuk recharge area
Untuk membuktikan akurasi daerah harus terus dipertahankan dan tidak diubah
imbuhan (recharge area) dari Mataair Pengging, menjadi infrastruktur perkotaan, seperti
maka dilakukan pengukuran kedalaman muka air bangunan dan jalan, dan(2) mencegah polutan
tanah pada sumur – sumur penduduk. memasuki air tanah.
Penentuan titik lokasi pengambilan sampel Berikut ini hasil analisis kondisi di daerah
sumur dilakukan dengan overlay beberapa peta recharge area Cepogo Boyolali.
yaitu: Peta Recharge Area Boyolali dan Peta
Aliran Air tanah Pengging pada Google Earth,
sehingga didapatkan sebaran titik lokasi sumur
seperti pada Gambar-3 berikut.
89
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907
Tabel 1. Data hasil pengukuran muka air tanah pada sumur – sumur penduduk
90
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Gambar 6. Potongan B – B elevasi tanah dan
Gambar 3. Potongan A – A muka air tanah
Gambar 7. Potongan C – C
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Gambar 5. Potongan B – B
Gambar 9. Potongan D – D
91
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907
92
dari usaha/kegiatan pengambilan pasir bukanlah
akar budaya ekonomi warga setempat. Budaya
agraris tetap mewarnai kehidupan keseharian
mereka.
Sayangnya budaya agraris tersebut juga
sudah mulai bergeser. Banyak warga yang sudah
mulai meninggalkan etika lingkungan yang
dahulu masih dipegang erat. Sebagai contoh,
banyak masyarakat Cepogo yang tidak mau
mengolah tanahnya dengan cara terasering.
Hampir sebagian besar warga bercocok tanam
dengan cara memotong kontur, tidak sejajar Sumber: Data primer - dokumentasi survei, 2009
dengan kontur. Alasan mereka enggan untuk
menanam dengan cara terasering adalah karena Gambar 14. Pola tanam masyarakat yang
malu ditertawakan warga yang lain bila masih memotong kontur
menanam dengan cara terasering
Pola tanam yang memotong kontur sangat Penambangan Bahan Galian C
rawan akan terjadinya erosi. Pada musim hujan, Aktivitas penambangan galian C sangat
aliran air yang menjadi run off akan dengan marak di Cepogo Boyolali karena permintaan
mudah membawa material tanah. Dampaknya pembeli akan pasir Merapi terus meningkat.
pada konservasi air tanah, run off yang begitu Seperti dikutip dari Walhi (1999) bahwa
cepat akan mengurangi infiltrasi yang dapat permintaan pasar akan pasir Merapi rata-rata
terjadi. Menurut Kodoatie (2005) peningkatan mencapai 6-9 juta m3/tahun. Pasir Merapi
kuantitas debit run-off adalah berbanding memang sangat diminati untuk bahan konstruksi,
terbalik dengan jumlah infiltrasi air permukaan khusus untuk pasir dari Boyolali sangat disenangi
terhadap air tanah yang sangat berpengaruh olehpara tukang karena mudah menyatu dengan
pada besarnya perkolasi air ke daerah jenuh air semen (metrotvnews, 2010).
(akuifer), yang artinya mengurangi debit air yang Penambangan pasir yang tidak terkendali
masuk ke akuifer. di Kecamatan Cepogo, dapat berdampak pada
Beberapa kegiatan konservasi sudah sering pengurangan luasan recharge area
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Boyolali, Pengging.Pasir merupakanmaterial lepas yang
seperti kegiatan penanaman pohon di daerah mempunyai konduktivitas hidrolikcukup untuk
lereng, dan di sekitar Kali Gandul Desa mengalirkan air tanah dalam jumlah yang berarti
Paras.Namun muncul kendala karena warga tidak ke dalam sumur – sumur. Konduktivitas hidrolik
mau menanam tanaman keras yang dibagikan merupakan angka kelulusan air yang
oleh BLH.Mereka lebih memilih untuk menanam menggambarkan kemudahan air untuk dapat
tanaman semusim, dengan alasan hasilnya dapat bergerak melalui ruang pori hingga mencapai
lebih cepat dinikmati jika dibandingkan dengan kondisi jenuh, dimana nilainya berkaitan erat
tanaman keras yang waktu tumbuhnya lama.Pola dengan distribusi ukuran butir dan porositas.
fikir masyarakat merupakan kendala yang Porositas merupakan perbandingan isi
dominan pada kegiatan konservasi di daerah ruang antar butiran dengan total isi suatu
imbuhan (recharge area) karena kebanyakan material tanah (Lidenburg, 199). Pasir
mereka hanya berorientasi pasa kebutuhan mempunyai porositas n berkisar antara 25 –
sesaat. 50%, dan konduktivitas hidrolik (K) berkisar
antara 0,0001 sampai 1 cm/detik. Pasir
mempunyai mempunyai konduktivitas hidrolik
yang tinggi karena mengandung ruang pori yang
lebih besar yang dapat terisi air dan
menghantarkan pada keadaan jenuh.
Hilangnya pasir berarti menghilangan
daerah yang dapat dilewati oleh air tanah untuk
mencapai zona jenuh, yang berarti menurunkan
muka air tanah. Ilustrasi dampak penambangan
93
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907
94
2. Melakukan kegiatan konservasi secara DAFTAR PUSTAKA
agronomis.
3. Melakukan kegiatan konservasi secara
Asdak, Chay, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan
mekanis
Derah Aliran Sungai, Gajahmada University
4. Pengaturan daerah sempadan sumber air
Press
5. Pengendalian pengolahan tanah.
Bappeda Kab Boyolali – Jawa Tengah, Dept
6. Pembuatan Sumur Resapan
Kimpraswil RI. 2003. Studi Pendahuluan,
Pengawetan air tanah ditujukan untuk
Penyusunan Master Plan dan DED Kawasan
menjaga keberadaan dan kesinambungan
Wisata Pengging.
ketersediaan air tanah. Pengawetan air tanah
BPS Kabupaten Boyolali. 2007. Boyolali Dalam
dilaksanakan dengan cara:
Angka Tahun 2007.
1. menghemat penggunaan air tanah;
Danaryanto H., Djaendi, Hadipuwo Satriyo,
2. meningkatkan kapasitas imbuhan air
Tirtomihajo Haryadi, Setiadi Hendri,
tanah; dan/atau
Wirakusumah A. Djumarma, Siagian
3. mengendalikan penggunaan air tanah
Yousana OP., 2005. Air tanah di Indonesia
Salah satu cara peningkatan kapasitas
dan Pengelolaaannya. Editor Hadi
imbuhan air tanah melalui imbuhan buatan yang
Darmawan Said, Dit Tata Lingkungan
dapat dilakukan adalah dengan membuat sumur
Geologi dan Kawasan Pertambangan, Ditjen
resapan.
Geologi Dan Sumber Daya Mineral, Dep.
Pengelolaan kualitas dan pengendalian
Energi dan Sumber Daya Mineral.
pencemaran air tanah ditujukan untuk
Danaryanto, & Kodoatie, Robert J., & Satriyo,
mempertahankan dan memulihkan kualitas air
Hadipurwo, Dan Sangkawati, Sri, 2008b.
tanah sesuai dengan kondisi alaminya.
Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi.
Pengelolaan kualitas dan pengendalian
Diterbitkan oleh: Direktorat Pembinaan
pencemaran air tanah dilaksanakan dengan cara:
Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan
1. mencegah pencemaran air tanah;
Air Tanah, Direktorat Jenderal Mineral,
2. menanggulangi pencemaran air tanah;
Batubara dan Panas Bumi, Departemen
dan/atau
Energi dan Sumber Daya Mineral.
3. memulihkan kualitas air tanah yang telah
Danaryanto, & Kodoatie, Robert J., & Satriyo,
tercemar
Hadipurwo, Dan Sangkawati, Sri, 2008a.
Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas
Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan
dan pengendalian pencemaran air tanah
Air Tanah. Diterbitkan oleh: Direktorat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan
perundang-undangan di bidang lingkungan
Pengelolaan Air Tanah, Direktorat Jenderal
hidup, dalam hal ini peraturan yang masih
Mineral, Batubara dan Panas Bumi,
berlaku.
Departemen Energi dan Sumber Daya
Pada Pasal 86 PP No. 43 Tahun 2008
Mineral.
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya
Danaryanto, dan Hadipurwo, Satriyo. 2006.
melakukan pemberdayaan kepada para pemilik
Konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan
kepentingan untuk meningkatkan kinerja dalam
Air Tanah di Indonesia, disampaikan
pengelolaan air tanah. Yang dimaksud “para
pada:Seminar Nasional Hari Air Dunia
pemilik kepentingan”, antara lain, aparat
2006. Direktorat Pembinaan Pengusahaan
pengelola air tanah, pemeggang hak guna pakai
Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah
dan hak guna usaha air dari pemanfaatan air
Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan
tanah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan
Panas Bumi Departemen Energi dan
pengeboran air tanah, dan kelompok masyarakat.
Sumber Daya Mineral.
Pemberdayaan diselenggarakan dalam bentuk
Danaryanto; Hadipurwo, Satriyo,.2006.
penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan
pembimbingan, dan pendampingan.
Air tanah di Indonesia, disampaikan pada
:Seminar Nasional Hari Air Dunia 2006.
Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas
Bumi dan Pengelolaan Air tanah Direktorat
Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali
95
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907
96
jogja.or.id/index.php?option=com_content
&task=view&id=25&Itemid=3
Wandowo. 2000. Teknologi Isotop Alam untuk
Evaluasi Dinamika Aliran Air Tanah, Studi
Daerah Resapan dan Intrusi Air Laut
Akuifer Jakarta dan Sekitarnya, Laporan
Akhir RUT-V, Kantor Menteri Negara Riset
dan Teknologi 2000.
Wilson, E. M., 1974. Engineering Hydrology.2nd
edition.The Macmillan Press LTD.
97