You are on page 1of 13

NAMA : JAINUDIN

NIM : 610017148

TUGAS : CARI ARTIKEL ILMIAH / JURNAL HASIL PENELITIAN DAN

PEMANFAATAN DATA GEOSPASIAL PENGINDERAAN JAUH

JUDUL TUGAS : JURNAL LINGKUNGAN (PENGELOLAAN AIR TANAH

BERBASIS KONSERVASI DI RECHARGE AREA BOYOLALI )


JURNAL ILMU LINGKUNGAN

PENGELOLAAN AIR TANAH BERBASIS KONSERVASI DI RECHARGE


AREA BOYOLALI
(Studi Kasus Recharge Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah)
Meyra Riastika
Program Studi Ilmu Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Groundwater potential in Boyolali District is very large, because it is situated on Karanganyar -
Boyolali Groundwater Basin. This study was conducted in order to find an ideal form of conservation-
based management to conserve ground water potential in Boyolali District by analyzing the condition of
groundwater recharge area located in Cepogo and environmental problems in the area.This study used
survey methods by measuring, interviewing, and observing the area, to obtain the facts occurring in the
area. Result gained from the research are groundwater potential in Boyolali District is large enough with
the total flow of the springs in Boyolali District to achieve 2.085 liter/sec, which is used for irrigation and
clean water service taps. The potential of groundwater depends on its recharge area located in Cepogo.
Sub district Cepogo which is located at elevation 700 - 1000 m above sea level, and the ground water level
ranges between 10 – 50 m under the local ground. The environmental problems in groundwater recharge
area Su district Cepogo are: land usage caused by the sand mining and the social culture
farming.Groundwater conservation-based management based on PP No 43 Tahun 2008 proposed to be
applied in recharge area Sub district Cepogo, Boyolali District, through: the protection and conservation
of groundwater, preservation of groundwater, and quality management control of groundwater
pollution. This is the Government responsibility in accordance with their authority and should be
implemented by involving the community

Kata Kunci: conservation, groundwater, Boyolali

PENDAHULUAN sumber-sumber tersebut mengalami penurunan


Di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa debit dari tahun ke tahun.
Tengah, air tanah merupakan sumber air utama Permasalahan penurunan debit mata air ini
dalam memenuhi suplai air bersih. Perusahaan diduga sangat terkait dengan kerusakan
Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Boyolali, lingkungan pada recharge area yang dirasakan
sebagai perusahaan pengelola air bersih semakin meningkat. Daerah-daerah yang
perkotaan bagi warga, mengandalkan air baku merupakan recharge area di Kabupaten Boyolali
dari air tanah yaitu dari Mata Air Tlatar. Boyolali adalah desa-desa yang terletak di lereng Gunung
merupakan salah satu Kabupaten dengan potensi Merapi dan Gunung Merbabu. Daerah dengan
air tanah yang besar, karena berada pada jurang-jurang yang dalam serta sungai musiman
Cekungan Air tanah Karanganyar – Boyolali. merupakan salah satu ciri dari recharge area.
Tidak hanya Mata Air Tlatar, di beberapa wilayah Daerah-daerah tersebut meliputi Kecamatan
masih banyak terdapat sumber mata air, antara Ampel, Kecamatan Selo dan Kecamatan Copogo.
lain mata air di Kawasan Wisata Pengging Desa Kerusakan recharge area disebabkan oleh
Dukuh dan Desa Bendan di Kecamatan perubahan fungsi lahan, dan penambangan pasir
Banyudono. Daerah di sekitar sumber-sumber liar yang mengakibatkan kerusakan tanah dan
mata air ini tidak mengalami kekurangan air peningkatan erosi dan sedimentasi.
sepanjang tahunnya. Namun beberapa tahun Pengelolaan air tanah yang baik sangat
belakangan ini, penduduk yang memanfaatkan mutlak diperlukan di Boyolali, mengingat
sumber-sumber tersebut mengeluh bahwa besarnya potensi air tanah yang harus dijaga
kelestariannya. Salah satu kegiatan pengelolaan
© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

86
air tanah yang dapat dilakukan adalah dengan sampai Banyudono, mempunyai kesempatan
konservasi. Konservasi air tanah menurut yang sama untuk dipilih menjadi sampel
Danaryanto,dkk (2005) adalah upaya melindungi 2. Wawancara
dan memelihara keberadaan, kondisi dan Wawancara yang dilakukan adalah
lingkungan air tanah guna mempertahankan wawancara dengan menggunakan pedoman
kelestarian atau kesinambungan ketersediaan pertanyaan. Dalam penelitian ini wawancara
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, dilakukan pada sekelompok warga di
demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya Kecamatan Cepogo dan stakeholder pengelola
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik kegiatan konservasi di Kabupaten Boyolali
waktu sekarang maupun pada generasi yang akan dalam hal ini yaitu Bapeda Kabupaten Boyolali
datang. dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pada dasarnya konservasi air tanah tidak Boyolali, untuk mengetahui sejauh mana
hanya ditujukan untuk meningkatkan volume air kegiatan konservasi yang sudah dilaksanakan
tanah, tetapi juga meningkatkan konservasi air utnutk menjaga daerah imbuhan (recharge
permukaan. Efisiensi penggunaannya sekaligus area) serta kendala yang dihadapi.
mengurangi run off air permukaan yang
diharapkan dapat meresap ke tanah dan mengisi 3. Observasi
akuifer menjadi air tanah. Pada penelitian ini Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah
penulis mengkhususkan mengkaji pengelolaan observasi langsung, dimana penulis sembari
air tanah berbasis konservasi di recharge area melakukan wawancara juga melakukan
atau daerah imbuhan, dengan maksud untuk pengamatan terhadap kondisi lingkungan,
menemukan kegiatan – kegiatan konservasi, khususnya kondisi sumur – sumur penduduk.
sebagai bentuk kegiatan pengelolaan air tanah, Data yang diperoleh di lapangan kemudian
yang dapat dilakukan untuk memperbesar diolah dan dianalisis. Metode yang digunakan
pengisian air tanah di daerah imbuhan sekaligus dalam melakukan analisis adalah analisis
mengurangi permasalahan lingkungan di daerah kuntitatif dilakukan dengan cara kuantitatif
tersebut. Penelitian Pengelolaan Air tanah spasial. Data – data yang didapatkan dioleh
Berbasis Konservasi di Recharge Area Boyolali secara spasial dengan menggunakan GIS,
diharapkan mampu mengidentifikasi program ArcView 3.3 dan Google Earth. Data –
permasalahan yang ada di recharge area Boyolali data yang diperoleh dari pengukuran kedalaman
dan mampu memberikan alternatif pengelolaan muka air sumur setempat, dianalisis secara
yang berwawasan lingkungan sesuai dengan kuantitatif dengan menggunakan MS Excel
peraturan perundangan yang berlaku. sehingga diperoleh grafik kedalaman muka air
tanah di daerah penelitian. Sedangkan analisis
METODE PENELITIAN kualitatif dilakukan pada data – data deskriptif
Metode penelitian yang digunakan adalah yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan
metode deskriptif. Sedangkan berdasarkan teknik
dan alat yang digunakan untuk meneliti, penulis HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan metode survei untuk memperoleh Air Tanah Sebagai Sumberdaya di
fakta – fakta ang terjadi di daerah penelitian, yaitu Kabupaten Boyolali
di Kabupaten Boyolali khususnya di Kecamatan Boyolali mempunyai potensi air tanah
Cepogo yang diduga merupakan daerah imbuhan dalam bentuk mata air yang cukup besar, total
air tanah Mata air Pengging. Metode survei yang mencapai 2.085 l/dtk, yang dimanfaatkan untuk
dilakukan meliput: keperluan irigasi dan sumber air bersih PDAM.
1. Pengukuran Pelayanan air bersih di Kabupaten Boyolali
Pengukuran yang dilakukan adalah dibedakan menjadi dua sistem, yaitu sistem
pengukuran muka air tanah pada sumur gali perpipaan dan sistem non-perpipaan. Pelayanan
milik penduduk. Teknik pengambilan sampel air bersih dengan sistem non perpipaan adalah
sumur gali yang diukur kedalamannya sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh
menggunakan teknik random sampling, yaitu langsung dari sumbernya tanpa melalui jaringan
pengambilan sampel secara random tanpa penyalur/pipa. Sumber air bersih non-perpipaan
pandang bulu dimana setiap sumur gali di berasal dari air tanah yang dimanfaatkan dengan
sepanjang wilayah yang merupakan daerah pembuatan sumur gali maupun sumur pompa
aliran airtanh Mata Air Pengging, yaitu mulai tangan, selain itu air tersebut juga dapat
dari Kecapatan Cepogo, Boyolali, Mojosongo, diperoleh melalui mata air yang dimanfaatkan
langsung oleh masyarakat dengan cara
Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

87
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907

mengambil dari sumbernya. Pada saat ini merupakan Formasi Kerek (Tmpk): napal dan
sebagian besar masyarakat Kabupaten Boyolali batugamping berlapis dan Formasi
masih menggunakan sistem non perpipaan dalam Batuagamping Wungkal (Tew): batupasir,
penyediaan air bersih, terutama untuk wilayah batulempung dan lensa batu gamping. Batuan –
yang masih termasuk dalam kawasan pedesaan. batuan tersebut bersifat kedap air. Formasi Kerek
Pelayanan air bersih dengan sistem adalah formasi yang mempunyai ciri khas berupa
perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan perselingan antara lempung, napal lempungan,
air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir
yang dikelola dan didistribusikan. Kemampuan tufan. Formasi Kerek berasal dari Kala Miosen
produksi air bersih PDAM Boyolali, maksimum pada Zaman Tersier.
dalam satu hari adalah 2.570 m3, dengan sumber
Sedangkan daerah yang berwarna oranye
air baku dari Mata Air Tlatar (Bappeda 2008).
terdiri dari Formasi Batuan Gunung Merapi
Untuk Mata Air di Kawasan Pengging seperti di
(Qvm) yang berupa breksi gunungapi lava dan
Desa Dukuh, Cangkringan dan Desa Bendan,
tuf, komponen andesit basal dan sedikit
belum dimanfaatkan sebagai sumber air baku
batuapung yang bercampur dengan pasir
PDAM, namun hanya dimanfaatkan sebagai
gunungapi serta Formasi Notopuro (Qpn) yang
sumber air bersih penduduk sekitar.
terdiri dari breksi lahar bagian bawah dan
perselingan tuf di bagian atas. Formasi Baatuan
Karakteristik Daerah CAT Boyolali
Gunung Merapi (Qvm) berasal dari Kala Holosen
Mempelajari air tanah tidak terlepas dari
sedangkan Formasi Notopuro berasal dari Kala
mempelajari sedikit kondisi litologi, stratigafi dan
Pleistosen, dimana keduanya terbentuk pada
hidrostratigafi Cekungan Air tanah (CAT) sebagai
Zaman Kuarter.Dengan demikian dapat
tempat tersimpannya air tanah. Daerah
disimpulkan bahwa daerah yang mempunyai
penelitian yaitu Kabupaten Boyolali masuk dalam
potensi air tanah atau daerah CAT biasanya
sistem akuifer yang dikenal dengan nama CAT
merupakan daerah endapan yang tidak
Karanganyar – Boyolali. Pada Gambar 1, CAT
termampatkan, bersifat meluluskan air, dan
Karanganyar – Boyolali ditunjukkan oleh warna
berumur Kuarter.
biru, dengan daerah yang masuk wilayah
administrasi Kabupaten Boyolali ditunjukkan
oleh warna oranye. Sedangkan warna hijau Daerah Imbuhan dan Daerah Lepasan
menunjukkan wilayah Kabupaten Boyolali yang Daerah imbuhan air tanah (recharge area)
bukan merupakan daerah Cekungan Air tanah adalah daerah yang memiliki karakteristik
(Non-CAT). pergerakan aliran air tanah vertikal ke bawah
yang dipengaruhi oleh gravitasi atau aliran air
tanah yang mengikuti kemiringan akuifer.
Sedangkan daerah lepasan air tanah (discharge
area) adalah daerah yang memiliki karakteristik
pergerakan aliran air tanah vertikal ke atas
sesuai dengan kondisi kemiringan akuifer.
Biasanya di daerah imbuhan, muka air tanahnya
terletak pada suatu kedalaman tertentu,
sedangkan muka air tanah daerah lepasan
umumnya mendekati permukaan tanah.

Sumber: Pusat Lingkungan Geologi, 2009

Gambar 1. Boyolali sebagai sub-sistem CAT


Karanganyar – Boyolali (tanpa skala)

Kondisi Geologi CAT Karanganyar-Boyolali,


daerah berwarna hijau pada Gambar 1
© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

88
Sumber : Hasil Analisis 2010
Sumber: Pusat Lingkungan Geologi, 2009
Gambar 3. Overlay Peta CAT Boyolali, daerah
aliran Mataair Pengging, dan sebaran lokasi
Gambar 2. Daerah imbuhan (recharge area) dan
pengukuran sumur – sumur penduduk
daerah lepasan (discharge area) Boyolali (tanpa
skala)
Dari data – data tersebut, kemudian dilakukan
Peta dari Pusat Lingkungan Geologi (2009), analisis untuk membuktikan teori daerah
daerah imbuhan (recharge area) dan daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah.Analisis
lepasan (discharge area) air tanah di wilayah dilakukan dengan membuat potongan
Kabupaten Boyolali seperti ditunjukkan pada memanjang kedalaman sumur dan ketinggian
Gambar 2. muka air tanah. Gambaran potongan memanjang
Pada gambar tersebut, daerah imbuhan muka air tanah sepanjang Cepogo (recharge area)
(recharge area) digambarkan dengan warna hijau hingga Pengging (discharge area).
tua sedangkan daerah lepasan (discharge area)
adalah yang berwarna hijau muda.
Metoda penentuan daerah imbuhan dan lepasan
air tanah pada cekunganair tanah dengan Permasalahan di daerah Imbuhan
menggunakan data kedudukan atau kedalaman (Recharge Area) Cepogo
muka air tanah merupakan cara yang paling Recharge area adalah daerah yang
akurat. Berdasarkan kedudukan muka air tanah menyediakan sarana utama untuk pengisian air
dan arah aliran air tanahnya maka daerah tanah, recharge area alami yang baik adalah
imbuhan merupakan bagian dari cekungan yang daerah dimana airpermukaan mampu meresap
dicirikan dengan aliran air tanah pada lapisan menjadi air tanah. Jika daerah resapan berhenti
jenuh mengalir menjauhi muka air tanah. Di berfungsi dengan baik, mungkin tidak ada air
daerah imbuhan,arah aliran air tanah di dekat tanah yang cukup untuk disimpan dan digunakan.
permukaan mengarah ke bawah. Sedangkan Perlindungan daerah resapan memerlukan
daerah lepasan merupakan bagian dari cekungan sejumlah tindakan berdasarkan pada dua tujuan
yang dicirikan dengan aliran air tanah pada utama. Tujuan tersebut adalah (1) memastikan
lapisan jenuh mengalir menuju muka air tanah. bahwa lahan yang sesuai untuk recharge area
Untuk membuktikan akurasi daerah harus terus dipertahankan dan tidak diubah
imbuhan (recharge area) dari Mataair Pengging, menjadi infrastruktur perkotaan, seperti
maka dilakukan pengukuran kedalaman muka air bangunan dan jalan, dan(2) mencegah polutan
tanah pada sumur – sumur penduduk. memasuki air tanah.
Penentuan titik lokasi pengambilan sampel Berikut ini hasil analisis kondisi di daerah
sumur dilakukan dengan overlay beberapa peta recharge area Cepogo Boyolali.
yaitu: Peta Recharge Area Boyolali dan Peta
Aliran Air tanah Pengging pada Google Earth,
sehingga didapatkan sebaran titik lokasi sumur
seperti pada Gambar-3 berikut.

Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

89
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907

Tabel 1. Data hasil pengukuran muka air tanah pada sumur – sumur penduduk

Elevasi Dalam Kedalaman Elev


Koordinat
No Kode Lokasi Tanah Sumur Air MAT
Long Lat m m m bmt m aml
Kp.Kateguhan,
1 1 Ds.Kateguhan, 467850 9161500 149,00 4,40 1,80 147,20
Kec.Sawit
Kp. Pilang, Ds.
2 4 465300 9174950 194,00 4,55 3,20 190,80
Tempusari, Kec. Sambi
Kp. Sidorejo, Ds.
3 10 Kragilan, Kec. 459300 9167400 296,00 11,30 9,85 286,15
Mojosong
Kp. Bulukerto, Ds.
4 14 447800 9169150 817,00 16,70 15,00 802,00
Mliwis, Kec. Cepogo
Kp. Ngrancah, Ds. Jelok,
5 15 452300 9167750 621,00 55,00 41,90 579,10
Kec. Cepogo
Kp. Nrancah, Ds.
6 16 Pusporenggo, Kec. 454450 9166950 452,00 24,50 19,50 432,50
Musuk
Kp. Rejosari, Ds.
7 20 457200 9167900 412,00 17,00 15,15 396,85
Banaran, Kec. Boyolali
Kp. Karangkepoh, Ds.
8 21 456450 9168750 463,00 9,70 9,20 453,80
Banran, Kec. Boyolal
Kp. Ngangkruk, Ds.
9 22 455100 9168000 496,00 35,22 25,25 470,75
Winong, Kec. Boyolali
Kp. Kemiri, Ds. Kemiri,
10 24 456200 9165550 414,00 27,10 21,20 392,80
Kec. Mojosongo
Kp. Tegalsari, Ds.
11 26 465700 9167200 190,00 5,50 4,00 186,00
Tegalsari, Kec. Banyud
Kp. Jeruk, Ds.
12 27 463500 9167200 210,00 23,90 20,90 189,10
Kruleman, Kec. Teras
Kp. Mojosongo, Ds.
13 28 Mojosongo, Kec. 460200 9166600 282,00 25,50 24,50 257,50
Mojoso
Kp. Mliwis, Ds. Mliwis,
14 29 449900 9168700 735,00 14,10 13,40 721,60
Kec. Cepogo
Kp. Totogan, Ds.
15 30 454000 9153200 253,00 6,90 4,50 248,50
Ngawen , Kec. Ngawen
Kp. Soka, Ds. Jenengan,
16 33 463500 9164050 182,00 5,15 185,67
Kec. Sawit
Kp. Baron Kulon, Ds.
17 34 466950 9163950 141,00 4,10 2,10 138,90
Guwa, Kec. Sawit
Kp. Jimbungan, Ds.
18 40 Banyudono, Kec. 465350 9165550 160,00 3,70 1,60 158,40
Banyud
19 B1 Pulisen 455491 9167931 438,00 9,00 7,00 431,00
Ds. Sumbung,
20 B2 446135 9167457 961,00 31,00 27,00 934,00
Kec.Cepogo
Ds. Sumbung,
21 B3 446654 9169440 959,00 12,00 10,00 949,00
Kec.Cepogo
22 B4 Ds.Mliwis, Kec.Cepogo 456826 9179936 774,00 15,40 13,7 760,30
Ds.Ngarsopuro, Mliwis,
23 B5 449442 9168845 760,00 10,1 8,50 751,50
Kec.Cepogo
24 B6 Ds.Mliwis, Kec.Cepogo 449406 9168712 759,00 14,04 12,96 746,04
Dk.Panggerejo,
25 B7 448486 9168457 830,00 14 12,8 817,20
Ds.Paras, Kec.Cepogo
26 B8 Dk.Krancan, Ds.Jelok 452407 9167695 566,00 45 41 525,00
27 B9 Terminal Boyolali 455119 9169077 460,00 13 11,4 448,60

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

90
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Gambar 6. Potongan B – B elevasi tanah dan
Gambar 3. Potongan A – A muka air tanah

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 7. Potongan C – C
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 4. Potongan A – A elevasi tanah dan


muka air tanah

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 8. Potongan C – C elevasi tanah dan


muka air tanah

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 5. Potongan B – B

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 9. Potongan D – D

Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

91
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907

muka air tanah yang dangkal, dan semakin


diperdalam sumur tersebut makin dangkal pula
kedudukan muka air tanahnya.
Dari hasil pengukuran, daerah penelitian
yaitu Kecamatan Cepogo berada pada elevasi 700
– 1000 m di atas permukaan laut dengan
ketinggian muka air tanah berkisar antara 10 –
50 m bmt (bawah muka tanah setempat),
sedangkan daerah kawasan MataAir Pengging
berada pada elevasi 100–300 m dpl dengan
ketinggian muka air tanah berkisar antara 0-5m
bmt.
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar 10. Potongan D – D elevasi tanah dan


muka air tanah Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di daerah Kecamatan
Cepogo khususnya Desa Paras, Jombong,
Sumbung, Wonodoyo dan Gedangan berupa
tegalan, rumput, semak belukar, pemukiman,
kebun, dan sawah tadah hujan. Untuk lahan
perkebunan di daerah Cepogo biasanya
dimanfaatkan untuk tanaman semusin seperti
kubis, loncang dan seledri.
Sumber: Hasil Analisis, 2010 Pada dasarnya tata guna lahan di daerah
Gambar 11. Potongan E – E recharge area Cepogo masih dapat meresapkan
air dengan baik untuk mengisi akuifer menjadi
air tanah, karena masih banyak lahan – lahan
terbuka. Permasalahan terkait tata guna yang
dominan adalah adanya penambangan pasir di
beberapa wilayah dan perubahan pola tanam
masyarakat.Penambangan pasir menyebabkan
turunnya muka air tanah, sedangkan perubahan
pola tanam menyebabkan erosi dan peningkatan
run off.

Kondisi Sosial Masyarakat


Sumber: Hasil Analisis, 2010 Penduduk di desa-desa Kecamatan Cepogo
mengandalkan perekonomiannya pada sektor
Gambar 12. Potongan E – E elevasi tanah dan pertanian tanaman pangan dan peternakan.
muka air tanah Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo yang masih
berstatus pra-sejahtera cukup tinggi.
Dari gambar potongan memanjang Dikarenakan desakan kebutuhan ekonomi, yang
kedalaman muka air sumur gali, yaitu Gambar 5, tidak tercukupi jika hanya mengandalkan hasil
7, 9, 11, 13 dapat dilihat bahwa sumur yang dari pekarangan dan buruh tani, maka potensi
dibuat di daerah imbuhan mempunyai muka air pasir yang tersedia di sekitar menjadi alternatif
tanah yang dalam, dan semakin diperdalam pilihan untuk memperoleh tambahan
sumur tersebut makin dalam pula kedudukan penghasilan keluarga, apa lagi pembeli dan
muka air tanahnya. Jadi dapat disimpulkan permintaan pasar akan pasir Merapi terus
bahwa pada daerah imbuhan benar arah aliran meningkat. Pengambilan pasir di sekitar tempat
air tanah berasal dari atas menuju ke bawah tinggal untuk membantu pemenuhan kebutuhan
mengarah ke hilir. Sedangkan pada daerah rumah tangga bagi sebagian kecil warga di
lepasan, arah aliran air tanah berasal dari bawah beberapa desa di Kecamatan Cepogo sudah
menuju ke atas mengarah ke hilir. Sumur yang berlangsung cukup lama. Namun sejatinya hidup
dibuat di daerah lepasan umumnya mempunyai
© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

92
dari usaha/kegiatan pengambilan pasir bukanlah
akar budaya ekonomi warga setempat. Budaya
agraris tetap mewarnai kehidupan keseharian
mereka.
Sayangnya budaya agraris tersebut juga
sudah mulai bergeser. Banyak warga yang sudah
mulai meninggalkan etika lingkungan yang
dahulu masih dipegang erat. Sebagai contoh,
banyak masyarakat Cepogo yang tidak mau
mengolah tanahnya dengan cara terasering.
Hampir sebagian besar warga bercocok tanam
dengan cara memotong kontur, tidak sejajar Sumber: Data primer - dokumentasi survei, 2009
dengan kontur. Alasan mereka enggan untuk
menanam dengan cara terasering adalah karena Gambar 14. Pola tanam masyarakat yang
malu ditertawakan warga yang lain bila masih memotong kontur
menanam dengan cara terasering
Pola tanam yang memotong kontur sangat Penambangan Bahan Galian C
rawan akan terjadinya erosi. Pada musim hujan, Aktivitas penambangan galian C sangat
aliran air yang menjadi run off akan dengan marak di Cepogo Boyolali karena permintaan
mudah membawa material tanah. Dampaknya pembeli akan pasir Merapi terus meningkat.
pada konservasi air tanah, run off yang begitu Seperti dikutip dari Walhi (1999) bahwa
cepat akan mengurangi infiltrasi yang dapat permintaan pasar akan pasir Merapi rata-rata
terjadi. Menurut Kodoatie (2005) peningkatan mencapai 6-9 juta m3/tahun. Pasir Merapi
kuantitas debit run-off adalah berbanding memang sangat diminati untuk bahan konstruksi,
terbalik dengan jumlah infiltrasi air permukaan khusus untuk pasir dari Boyolali sangat disenangi
terhadap air tanah yang sangat berpengaruh olehpara tukang karena mudah menyatu dengan
pada besarnya perkolasi air ke daerah jenuh air semen (metrotvnews, 2010).
(akuifer), yang artinya mengurangi debit air yang Penambangan pasir yang tidak terkendali
masuk ke akuifer. di Kecamatan Cepogo, dapat berdampak pada
Beberapa kegiatan konservasi sudah sering pengurangan luasan recharge area
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Boyolali, Pengging.Pasir merupakanmaterial lepas yang
seperti kegiatan penanaman pohon di daerah mempunyai konduktivitas hidrolikcukup untuk
lereng, dan di sekitar Kali Gandul Desa mengalirkan air tanah dalam jumlah yang berarti
Paras.Namun muncul kendala karena warga tidak ke dalam sumur – sumur. Konduktivitas hidrolik
mau menanam tanaman keras yang dibagikan merupakan angka kelulusan air yang
oleh BLH.Mereka lebih memilih untuk menanam menggambarkan kemudahan air untuk dapat
tanaman semusim, dengan alasan hasilnya dapat bergerak melalui ruang pori hingga mencapai
lebih cepat dinikmati jika dibandingkan dengan kondisi jenuh, dimana nilainya berkaitan erat
tanaman keras yang waktu tumbuhnya lama.Pola dengan distribusi ukuran butir dan porositas.
fikir masyarakat merupakan kendala yang Porositas merupakan perbandingan isi
dominan pada kegiatan konservasi di daerah ruang antar butiran dengan total isi suatu
imbuhan (recharge area) karena kebanyakan material tanah (Lidenburg, 199). Pasir
mereka hanya berorientasi pasa kebutuhan mempunyai porositas n berkisar antara 25 –
sesaat. 50%, dan konduktivitas hidrolik (K) berkisar
antara 0,0001 sampai 1 cm/detik. Pasir
mempunyai mempunyai konduktivitas hidrolik
yang tinggi karena mengandung ruang pori yang
lebih besar yang dapat terisi air dan
menghantarkan pada keadaan jenuh.
Hilangnya pasir berarti menghilangan
daerah yang dapat dilewati oleh air tanah untuk
mencapai zona jenuh, yang berarti menurunkan
muka air tanah. Ilustrasi dampak penambangan

Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

93
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907

Yang banyak terjadi, masing – masing sektor


sebenarnya pernah melakukan invetarisasi data
seperti Distamben yang mempunyai data
cekungan air tanah, BLH yang mempunyai data
kondisi lingkungan hidup dan kualitas air tanah,
PSDA yang mempunyai data kuantitas air, namun
karena lemahnya pengelolaan database antar
sektor mengakibatkan terhambatnya berbagai
kegiatan konservasi.
Air bisa meresap ke Dari hasil inventarisasi kondisi di daerah
dalam tanah > 50m
penelitian, yaitu di daerah imbuhan air tanah
(recharge area) Cepogo Boyolali, diperoleh hasil
Sumber:BLH Boyolali, 2008, dengan modifikasi
sebagai berikut.
Gambar 13Ilustrasi dampak penambangan pasir
terhadap kondisi air tanah Tabel 2. Kondisi terkait air tanah di Kecamatan
Ceopogo, Kabupaten Boyolali
No Poin Uraian
Konservasi Air Tanah 1 Potensi AT CAT * potensi airtanah bebas = 1338
Berdasarkan PP No 43 Tahun 2008 Karanganyar- juta m3/tahun
Tentang Air tanah, yang dimaksud dengan Boyolali * potensi airtanah tertekan 21 juta
konservasi air tanah adalah merupakan m3/tahun
* Tinggi ketersediaan = 345 mm
tindakan/langkah apa yang harus kita laksanakan
TGL recharge * Pemukiman, tegalan, semak
di dalam mengelola air tanah agar 2 area belukar.
pemanfaatannya dapat secara optimum, yaitu
pemanfaatan yang tidak menimbulkan dampak 3 Permasalahan * Penambangan galian C
terhadap air tanah itu sendiri maupun * Berkurangnya mataair
* Kesadaran mayarakat
lingkungan sekitar serta dapat berkelanjutan,
4 Kegitan * Menuju Indonesia Hijau
artinya agar dapat dimanfaatkan oleh generasi konservasi yang * Inventarisasi dan identifikasi
yang akan datang. sudah berjalan kondisi mataair
Konservasi air tanah ditujukan untuk * Kegiatan CSR berupa
menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, pemberian bantuan bibit
tanaman di kdaerah kawasan
dan fungsi air tanah, dan dilaksanakan lindung
berdasarkan rencana pengelolaan air tanah.
Sumber: Hasil analisis, 2010
Dimana rencana pengelolaan air tanah disusun
secara terkoordinasi dengan rencana
Konservasi air tanah, berdasarkan PP No
pengelolaan sumber daya air yang berbasis
43 Tahun 2008, dilakukan secara menyeluruh
wilayah sungai dan menjadi dasar dalam
pada cekungan air tanah yang mencakup daerah
penyusunan program pengelolaan air tanah.
imbuhan dan daerah lepasan air tanah, melalui:
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
1. perlindungan dan pelestarian air tanah;
konservasi air tanah tidak dapat dipisahkan dari
2. pengawetan air tanah; dan
konservasi air permukaan.
3. pengelolaan kualitas dan pengendalian
Di Boyolali sudah pernah dilakukan
pencemaran air tanah.
kegiatan inventarisasi dan identifikasi kondisi
Di mana kewenangan
mataair, baik yang dilakukan oleh BLH Boyolali,
penyelenggaraannya berada di tangan Menteri,
maupun oleh Kecamatan setempat yang
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
wilayahnya memiliki potensi mataair. Namun
kewenangannya, dengan mengikutsertakan
data yang diperoleh belum dapat dijadikan
masyarakat.
database yang akurat, selain tidak ada
Bentuk kegitan yang dapat dilakukan
pengukuran koordinat lokasi mataair,
sebagai upaya perlindungan dan pelestarian di
pengukuran debitnya juga tidak menggunakan
daerah imbuhan air tanah (recharge area)
alat standar yang telah dikalibrasi.
Cepogo Boyolali, antara lain:
Kegiatan inventarisasi data air tanah
1. Penetapan zona penambangan bahan
sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi antar
tambang golongan C, dan menghentikan
sektor, sehingga diperoleh database yang dapat
kegiatan penambangan Galian C di wilayah
digunakan untuk menentukan zona konseravasi
prioritas
air tanah dan rencana pengelolaan air tanah.
© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

94
2. Melakukan kegiatan konservasi secara DAFTAR PUSTAKA
agronomis.
3. Melakukan kegiatan konservasi secara
Asdak, Chay, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan
mekanis
Derah Aliran Sungai, Gajahmada University
4. Pengaturan daerah sempadan sumber air
Press
5. Pengendalian pengolahan tanah.
Bappeda Kab Boyolali – Jawa Tengah, Dept
6. Pembuatan Sumur Resapan
Kimpraswil RI. 2003. Studi Pendahuluan,
Pengawetan air tanah ditujukan untuk
Penyusunan Master Plan dan DED Kawasan
menjaga keberadaan dan kesinambungan
Wisata Pengging.
ketersediaan air tanah. Pengawetan air tanah
BPS Kabupaten Boyolali. 2007. Boyolali Dalam
dilaksanakan dengan cara:
Angka Tahun 2007.
1. menghemat penggunaan air tanah;
Danaryanto H., Djaendi, Hadipuwo Satriyo,
2. meningkatkan kapasitas imbuhan air
Tirtomihajo Haryadi, Setiadi Hendri,
tanah; dan/atau
Wirakusumah A. Djumarma, Siagian
3. mengendalikan penggunaan air tanah
Yousana OP., 2005. Air tanah di Indonesia
Salah satu cara peningkatan kapasitas
dan Pengelolaaannya. Editor Hadi
imbuhan air tanah melalui imbuhan buatan yang
Darmawan Said, Dit Tata Lingkungan
dapat dilakukan adalah dengan membuat sumur
Geologi dan Kawasan Pertambangan, Ditjen
resapan.
Geologi Dan Sumber Daya Mineral, Dep.
Pengelolaan kualitas dan pengendalian
Energi dan Sumber Daya Mineral.
pencemaran air tanah ditujukan untuk
Danaryanto, & Kodoatie, Robert J., & Satriyo,
mempertahankan dan memulihkan kualitas air
Hadipurwo, Dan Sangkawati, Sri, 2008b.
tanah sesuai dengan kondisi alaminya.
Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi.
Pengelolaan kualitas dan pengendalian
Diterbitkan oleh: Direktorat Pembinaan
pencemaran air tanah dilaksanakan dengan cara:
Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan
1. mencegah pencemaran air tanah;
Air Tanah, Direktorat Jenderal Mineral,
2. menanggulangi pencemaran air tanah;
Batubara dan Panas Bumi, Departemen
dan/atau
Energi dan Sumber Daya Mineral.
3. memulihkan kualitas air tanah yang telah
Danaryanto, & Kodoatie, Robert J., & Satriyo,
tercemar
Hadipurwo, Dan Sangkawati, Sri, 2008a.
Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas
Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan
dan pengendalian pencemaran air tanah
Air Tanah. Diterbitkan oleh: Direktorat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan
perundang-undangan di bidang lingkungan
Pengelolaan Air Tanah, Direktorat Jenderal
hidup, dalam hal ini peraturan yang masih
Mineral, Batubara dan Panas Bumi,
berlaku.
Departemen Energi dan Sumber Daya
Pada Pasal 86 PP No. 43 Tahun 2008
Mineral.
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya
Danaryanto, dan Hadipurwo, Satriyo. 2006.
melakukan pemberdayaan kepada para pemilik
Konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan
kepentingan untuk meningkatkan kinerja dalam
Air Tanah di Indonesia, disampaikan
pengelolaan air tanah. Yang dimaksud “para
pada:Seminar Nasional Hari Air Dunia
pemilik kepentingan”, antara lain, aparat
2006. Direktorat Pembinaan Pengusahaan
pengelola air tanah, pemeggang hak guna pakai
Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah
dan hak guna usaha air dari pemanfaatan air
Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan
tanah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan
Panas Bumi Departemen Energi dan
pengeboran air tanah, dan kelompok masyarakat.
Sumber Daya Mineral.
Pemberdayaan diselenggarakan dalam bentuk
Danaryanto; Hadipurwo, Satriyo,.2006.
penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan
pembimbingan, dan pendampingan.
Air tanah di Indonesia, disampaikan pada
:Seminar Nasional Hari Air Dunia 2006.
Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas
Bumi dan Pengelolaan Air tanah Direktorat
Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

95
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 9(2):86-97, 2011, ISSN : 1829-8907

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, r.id/Env/Hidro/BawahTanah/air-


Direktorat Jenderal Mineral Batubara Dan bwhtanah.htm
Panas Bumi, Direktorat Pembinaan Lindeburg, Michael R., 1999. Civil Engineering
Pengusahaan Panas Bumi Dan Pengelolaan Reference Manual : for the PE Exam
Air tanah,2006. PedomanPenyusunan Zona Seventh Edition. Profesional Publications,
Konservasi Air tanah Inc
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Metrotvnews.Senin, 1 November 2010 11:41
Pertambangan Bandung, dan Dinas WIB. Harga Pasir Merapi Melambung.
Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Diakses Mei 2010 dari
Tengah. 2003. Kajian Zonasi Konfigurasi http://metrotvnews.com/read/news/2010
Dan Tata Guna Air Bawah Tanah Pada /11/01/32961/Harga-Pasir-Merapi
Cekungan Semarang-Demak, Subah, dan Melambung/
Karanganyar-Boyolali. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Penerbit
Fetter, C. W., 1994.Applied Hydrogeology. 3rd ed. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Prentice Hall, Englewood Cliffd, New Jersey Nurlitawati, Ari. .Penambangan Pasir Lereng
Freeze, R. Allan and Cherry, John A., Merapi :Antara Berkah Dan Musibah.
1979.Groundwater. Prentice-Hall, Inc., Diakses dari
Englewood Cliffs, New Jersey http://anurlita.wordpress.com/artikel-
Graham LP, Jacob D. 2000. Using Large-Scale ku/penambangan-pasir-lereng-merapi/
Hydrologic Modeling To Review Runoff Peraturan Pemerintah RI no. 27 Tahun 1980
Generation Processes in GCM Climate tentang Penggolongan Bahan – Bahan
Models. Meteorol Z 9:49–57. Galian
Hendrayana, Heru,.2007. Pengembangan Air Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2008
tanah Sebagai Non Re-newable Resources tentang Air tanah
Berbasis Risk Assessment. Makalah Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
Disampaikan pada: Lokakarya Rekayasa tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Penanggulangan Dampak Pengambilan Air Pengendalian Pencemaran Air
tanah Departemen Energi dan Sumberdaya Pikiran Rakyat. Minggu, 24 Juni 2007. A-
Mineral Badan Geologi – Pusat lingkungan 158.Lingkungan Kawasan Bandung Utara
Geologi, Jakarta, 6 September 2007 Harus Dijaga.
Hermanson, Ronald E. 1995. . Washington Pringgoprawiro, Harsono. 1983. Biostratigrafi
Groundwater: A Vital Resource. dan Paleogeografi Cekungan Java Timur
Washington State University Extension Utara Suatu Pendekatan Baru. Inst.
Agricultural Engineer. Diakses Mei 2010 Techn.Bandung, 239 p.
dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
http://cru.cahe.wsu.edu/CEPublications/e Tahun 2003 – 2018
b1622/ eb1622.html Seta, A.K. 1991.Konservasi Sumberdaya Tanah
Johnson, Edward E., 1972. Groundwater and dan Air Edisi 2. Penerbit Kalam Mulia,
Wells. Johnson Division, Universal Oil Jakarta.
Products Co.: Saint Paul, Minnesota. Soemarto, CD., 1989. Hidrologi Teknik. Pusat
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2005. Pendidikan Manajemen dan Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Terapan. Malang.
Penerbit Andi, Yogyakarta Sunjoto.1989. Teknik Konservasi Air Pada
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2010. Kawasan Pemukiman.Media Teknik Edisi
Tata Ruang Air Edisi Revisi. Penerbit Andi, No. 2 Tahun XI April 1989 – Juli 1989
Yogyakarta No.ISSN 0216.3012.
Kompas Edisi Jawa Tengah, 16 Agustus 2004, hal. Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah
10 kolom 5-7. Konservasi Empat Cekungan dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.
di Pulau Jawa Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. 2nd.
Lablink, Maret 2006. Siklus Hidrologi. Diakses John Wiley, New York.
Mei 2010 dari Undang – Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang
Lablinkhttp://www.lablink.or.id/Env/Hidr Sumber Daya Air
o/Siklus/air-siklus.htm Walhi. 1999. Penambangan Pasir di Merapi:
Lablink. 2006. Air Bawah Tanah. Diakses Semakin Merusak, Semakin Merugikan.
Mei2010,dariLablink.http://www.lablink.o Diakses Mei 2010 dari http://walhi-

© 2011, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP

96
jogja.or.id/index.php?option=com_content
&task=view&id=25&Itemid=3
Wandowo. 2000. Teknologi Isotop Alam untuk
Evaluasi Dinamika Aliran Air Tanah, Studi
Daerah Resapan dan Intrusi Air Laut
Akuifer Jakarta dan Sekitarnya, Laporan
Akhir RUT-V, Kantor Menteri Negara Riset
dan Teknologi 2000.
Wilson, E. M., 1974. Engineering Hydrology.2nd
edition.The Macmillan Press LTD.

Pengolahan air tanah berbasis konservasi di recharge area boyolali

97

You might also like