Professional Documents
Culture Documents
Kesultanan Utsmaniyah
Negara Utsmaniyah Raya
Kesultanan Utsmaniyah
Osmanlı İmparatorluğu
ﺩﻭﻟﺔ ﻋﺎﻟﯿﻪ ﻋﺜﻤﺎﻧﯿﻪ
Devlet-i Âliye-yi Osmâniyye
Daulat 'Aliah Utsmaniah
Kekhilafahan
↓ 1299–1923
↓
Bendera Lambang
Motto
ﺩﻭﻟﺖ ﺍﺑﺪ ﻣﺪﺕ
Devlet-i Ebed-müddet
("Negara Abadi")
Lagu kebangsaan
Ey Şanlı Ordu
Perluasan wilayah Kesultanan Utsmaniyah antara 1481 dan 1683 (tidak termasuk Algeria, Sudan, Hejaz, Asir, dan Yaman)
Ibukota Söğüt (1299–1326)
Tripoli (1326–1475)
Edirne (1475–1553)
Konstantinopel (1553–1922)
Pemerintahan Monarki
Sultan
Kesultanan Utsmaniyah 2
Wazir Agung
Sejarah
- Didirikan 1299
- Interregnum 1402–1413
- 1. Konstitusional 1876-1878
- 2. Konstitusional 1908-1918
Luas
Populasi
Khedivat Mesir
Kedespotan Doburja
Syekh Kuwait
Liga Lezhë
Bosnia-Herzegovina di Austria-Hongaria
Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman, (Turki
Utsmaniyah Lama: Devlet-i ʿĀliye-yi ʿOsmāniyye, Utsmaniyah Akhir dan Turki Modern: Osmanlı Devleti atau
Kesultanan Utsmaniyah 3
Osmanlı İmparatorluğu, Bahasa Arab: ﺩﻭﻟﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﺜﻤﺎﻧﻴﻪ,Daulat 'Aliah Utsmaniah) adalah negara multi-etnis dan
multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923.
Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 - 1923) dipimpin
oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya,
Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai
ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi
dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan
angkatan lautnya yang kuat.
Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar
runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam
perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.
wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavi dari Persia, Ismail I, di Perang Chaldiran. Selim I juga
memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan keberadaan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah.
Pewaris takhta Selim, Suleiman yang Agung (1520-1566) melanjutkan
ekspansi Selim. Setelah menaklukkan Beograd tahun 1521, Suleiman
menaklukkan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah di Eropa
Tengah. Ia kemudian melakukan serangan ke Kota Wina tahun 1529,
namun gagal menaklukkan kota tersebut setelah musim dingin yang
lebih awal memaksa pasukannya untuk mundur. Di sebelah timur,
Kesultanan Utsmaniyah berhasil menaklukkan Baghdad dari Persia
Serangan ke Wina tahun 1529.
tahun 1535, mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia dan Teluk
Persia.
Di bawah pemerintahan Selim dan Suleiman, angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah menjadi kekuatan dominan,
mengontrol sebagian besar Laut Mediterania. Beberapa kemenangan besar lainnya meliputi penaklukkan Tunis dan
Aljazair dari Spanyol; evakuasi umat Muslim dan Yahudi dari Spanyol ke wilayah Kesultanan Utsmaniyah sewaktu
inkuisisi Spanyol; dan penaklukkan Nice dari Kekaisaran Suci Romawi tahun 1543. Penaklukkan terakhir terjadi atas
nama Perancis sebagai pasukan gabungan dengan Raja François I dan Hayreddin Barbarossa, admiral angkatan laut
Turki saat itu. Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah, bersatu berdasarkan kepentingan bersama atas kekuasaan
Habsburg di selatan dan tengah Eropa, menjadi sekutu yang kuat pada masa periode ini. Selain kerjasama militer,
kerjasama ekonomi juga terjadi antar Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah. Sultan memberikan Perancis hak untuk
melakukan dagang dengan kesultanan tanpa dikenai pajak. Pada saat itu, Kesultanan Utsmaniyah dianggap sebagai
bagian dari politik Eropa, dan bersekutu dengan Perancis, Inggris, dan Belanda melawan Habsburg Spanyol, Italia,
dan Habsburg Austria.
lemah, seperti Sultan Mustafa I (1617), Osman II (1617-1621), Murad IV (1622-1640), Ibrahim bin Ahmed
(1639-1648), Mehmed IV (1648-1687), Suleiman II (1687-1690), Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703),
Ahmed III (1703-1730), Mahmud I (1730-1754), Osman III (1754-1787), Mustafa III (1757-1773), dan Abdul
Hamid I (1773-1788)[5]. Inilah yang membuat militer, Yenisari-yang dibentuk Sultan Orhan-saat itu memberontak
(1525, 1632, 1727, dan 1826)[6], sehingga mereka dibubarkan (1785). Selain itu, majemuknya rakyat dari segi
agama, etnik dan mazhab perlu penguasa berintelektual kuat. Sehingga, para pemimpin lemah ini memicu
pemberontakan kaum Druze yang dipimpin Fakhruddin II[7].
Ini yang membuat politik luar negeri khilafah-dakwah dan jihad-berhenti sejak abad ke-17, sehingga Yennisari
membesar, lebih dari pasukan dan peawai pemerintah biasa, sementara pemasukan negara merosot. Ini membuat
khilafah terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk jadi
penjilat dan penumpuk harta. Ditambah dengan menurunnya pajak dari Timur Jauh yang melintasi wilayah khilafah,
setelah ditemukannya jalur utama yang aman, sehingga bisa langsung ke Eropa. Ini membuat mata uang khilafah
tertekan, sementara sumber pendapatan negara seperti tambang, tak bisa menutupi kebutuhan uang yang terus
meningkat.
Paruh kedua abad ke-16, terjadilah krisis moneter saat emas dan perak diusung ke negeri Laut Putih Tengah dari
Dunia Baru lewat kolonial Spanyol. Mata uang khilafah saat itu terpuruk; infasi hebat. Mata uang para diluncurkan
khilafah tahun 1620 tetap gagal mengatasi inflasi. Lalu keluarlah mata uang kuruş di abad ke-17[8]. Inilah yang
membuat pasukan Utsmaniah di Yaman memberontak pada paruh kedua abad ke-16[9]. Akibat adanya korupsi
negara harus menanggung utang 300 juta lira[10].
Dengan tak dijalankannya politik luar negeri yang Islami-dakwah dan jihad-pemahaman jihad sebagai cara
mengemban ideologi Islam ke luar negeri hilang dari benak muslimin dan kholifah.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Ini terlihat saat Sultan Abdul Hamid I/Sultan Abdul Hamid Khan meminta Syekh al-Azhar membaca Shahih Bukhari
di al-Azhar agar Allah SWT memenangkannya atas Rusia (1788). Sultanpun meminta Gubernur Mesir saat itu agar
memilih 10 ulama dari seluruh mazhab membaca kitab itu tiap hari[11].
Sejak jatuhnya Konstantinopel di abad ke-15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai awal Masalah Ketimuran, sampai
abad ke-16 saat penaklukan Balkan, seperti Bosnia, Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus
V (1566-1572) menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama-sesama Kristen, yakni Protestan dan Katolik.
Konflik ini berakhir setelah adanya Konferensi Westfalen (1667).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Saat itu,
penaklukan khilafah terhenti. Memang setelah kalahnya khilafah atas Eropa dalam perang Lepanto (1571), khilafah
hanya mempertahankan wilayahnya.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Ini dimanfaatkan Austria dan Venezia untuk
memukul khilafah. Pada Perjanjian Karlowitz (1699), wilayah Hongaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia,
Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia lepas; masing-masing ke tangan Venesia dan Habsburg. Malah khilafah
harus kehilangan wilayahnya di Eropa pada Perang Krim (abad ke-19), dan tambah tragis setelah Perjanjian San
Stefano (1878) dan Berlin (1887).
Menghadapi kemerosotan itu, khilafah telah melakukan reformasi (abad ke-17, dst). Namun lemahnya pemahaman
Islam membuat reformasi gagal.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Sebab saat itu khilafah tak bisa membedakan IPTek
dengan peradaban dan pemikiran.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Ini membuat munculnya struktur baru dalam
negara, yakni perdana menteri, yang tak dikenal sejarah Islam kecuali setelah terpengaruh demokrasi Barat yang
mulai merasuk ke tubuh khilafah. Saat itu, penguasa dan syaikhul Islam mulai terbuka terhadap demokrasi lewat
fatwa syaikhul Islam yang kontroversi. Malah, setelah terbentuk Dewan Tanzimat (1839 M) semakin kokohlah
pemikiran Barat, setelah disusunnya beberapa UU, seperti UU Acara Pidana (1840), dan UU Dagang (1850), tambah
rumusan Konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi dan kewenangan kholifah.
Kesultanan Utsmaniyah 8
Gerakan misionaris
Di dalam negara, ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen-yang mendapat hak istimewa zaman Suleiman II, akhirnya
menuntut persamaan hak dengan muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator
dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Perancis (1535), dan Inggris
(1580).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Dengan hak istimewa ini, jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di
dalam negeri. Ini dimanfaatkan misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad ke-16. Malta dipilih sebagai
pusat gerakannya.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan tinggal di sana
sampai 1773.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia Islam, mereka mendirikan
pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat kajian ini kebanyakan milik Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat,
yang digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam, disertai serangan mereka
terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian
Ketimuran sejak abad ke-14.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Gerakan misionaris dan orientalis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari imperialisme Barat di Dunia Islam.
Untuk menguasainya - meminjam istilah Imam al-Ghozali - Islam sebagai asas harus hancur, dan khilafah Islam
harus runtuh.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Untuk meraih tujuan pertama, serangan misionaris dan orientalis
diarahkan untuk menyerang pemikiran Islam; sedangkan untuk meraih tujuan kedua, mereka hembuskan
nasionalisme dan memberi stigma pada khilafah sebagai Orang Sakit. Agar kekuatan khilafah lumpuh, sehingga agar
bisa sekali pukul jatuh, maka dilakukanlah upaya intensif untuk memisahkan Arab dengan lainnya dari khilafah. Dari
sinilah, lahir gerakan patriotisme dan nasionalisme di Dunia Islam. Malah, gerakan keagamaan tak luput dari
serangan, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
diangkat jadi perdana menteri (1 September 1876). Ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut
Konstitusi Belgia.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876.Wikipedia:Kutip
sumber tulisan Namun, konstitusi ini ditolak Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port-pun enggan melaksanakannya
karena dinilai bertentangan dengan syari'at.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Midhat Pashapun dipecat dari
kedudukan perdana menteri.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Turki Muda yang berpusat di Salonika-pusat komunitas
Yahudi Dunamah-memberontak (1908).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Kholifah dipaksanya-yang menjalankan
keputusan Konferensi Berlin-mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda di Selanik, lalu dibukukanlah
parlemen yang pertama dalam khilafah Turki Utsmani (17 November 1908).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Bekerja
sama dengan syaikhul Islam, Sultan Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika. Sejak itu
sistem pemerintahan Islam berakhir.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara total.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Perang Dunia I (1914) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gelibolu.Wikipedia:Kutip sumber
tulisan Dari sinilah kampanye Dardanella yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini
juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha-yang sengaja dimunculkan sebagai
pahlawan pada Perang Ana Forta (1915). Ia-agen Inggris, keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika-melakukan
agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah Islam. Ia menyelenggarakan
Kongres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang mencetuskan Turki merdeka dan negeri
Islam lainnya dari penjajah, sekaligus melepaskannya dari wilayah Turki Utsmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dll
mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka. Saat itu sentimen kebangsaan tambah kental dengan
lahirnya Pan-Turkisme dan Pan Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri
atas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.
Daftar Sultan
Di bawah ini adalah daftar sultan yang memerintah di Kesultanan Utsmaniyah sampai berdirinya Turki sekuler.
Referensi
Sumber pustaka
Tentang Kesultanan Utsmaniyah
[18]
• Buku daring
[19]
• Sumber di perpustakaan Anda
[20]
• Sumber di perpustakaan lain
[1] Kinross, 23
[2] Sultan Osman I (http:/ / www. kultur. gov. tr/ TR/ BelgeGoster. aspx?F6E10F8892433CFFA79D6F5E6C1B43FF6889456451E3D5A2),
Turkish Ministry of Culture website
[3] Leslie Peirce "The Imperial Harem: Women and sovereignty in the Ottoman empire and Morality Tales: Law and gender in the Ottoman
court of Aintab"
[7] Asy-Syalabi, 398-399
[11] Marjeh, 46
[12] Bandera Islam, 16 Oktober 1924
[14] Hindia Baroe, 9 Januari 1925
[15] Noer, 242
[16] Noer, 243
[18] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah& library=OLBP
[19] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah
[20] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah& library=0CHOOSE0
Pranala luar
• (Inggris) Turkish Studies - Ottoman Empire (http://www.umich.edu/~turkish/ottemp.html), Universitas
Michigan.
• (Inggris) World Civilizations: The Ottomans (http://www.wsu.edu/~dee/OTTOMAN/OTTOMAN1.HTM)
Sumber dan Kontributor Artikel 12
Lisensi
Lisensi 13