You are on page 1of 13

Kesultanan Utsmaniyah 1

Kesultanan Utsmaniyah
Negara Utsmaniyah Raya
Kesultanan Utsmaniyah
Osmanlı İmparatorluğu
‫ﺩﻭﻟﺔ ﻋﺎﻟﯿﻪ ﻋﺜﻤﺎﻧﯿﻪ‬
Devlet-i Âliye-yi Osmâniyye
Daulat 'Aliah Utsmaniah
Kekhilafahan

↓ 1299–1923

Bendera Lambang

Motto
‫ﺩﻭﻟﺖ ﺍﺑﺪ ﻣﺪﺕ‬
Devlet-i Ebed-müddet
("Negara Abadi")
Lagu kebangsaan
Ey Şanlı Ordu

Perluasan wilayah Kesultanan Utsmaniyah antara 1481 dan 1683 (tidak termasuk Algeria, Sudan, Hejaz, Asir, dan Yaman)
Ibukota Söğüt (1299–1326)
Tripoli (1326–1475)
Edirne (1475–1553)
Konstantinopel (1553–1922)

Pemerintahan Monarki

Sultan
Kesultanan Utsmaniyah 2

- 1281–1326 (pertama) Utsman I

- 1918–22 (terakhir) Mehmed VI

Wazir Agung

- 1320–31 (pertama) Alaeddin Pasha

- 1920–22 (terakhir) Ahmed Tevfik Pasha

Sejarah

- Didirikan 1299

- Interregnum 1402–1413

- 1. Konstitusional 1876-1878

- 2. Konstitusional 1908-1918

- Dileburkan 24 Juli 1923

Luas

- 1680 5.000.000 km² (1.930.511 mil²)

Populasi

- perk. 1856 35.350.000Wikipedia:Kutip sumber tulisan

- perk. 1906 20.884.000Wikipedia:Kutip sumber tulisan

- perk. 1914 18.520.000Wikipedia:Kutip sumber tulisan

- perk. 1919 14.629.000Wikipedia:Kutip sumber tulisan

Mata uang Akçe, Kuruş, Lira

Didahului oleh Digantikan oleh

Kesultanan Rum Turki

Kekaisaran Bizantium Kerajaan Rumania

Kesultanan Mamluk (Kairo) Kepangeranan Bulgaria

Kekaisaran Bulgaria Kedua Negara Saudi Pertama

Kerajaan Hongaria Afrika Utara Italia

Kekaisaran Trebizond Kerajaan Hejaz

Kekaisaran Serbia Aljazair Perancis

Kedespotan Epirus Tunisia Perancis

Kedespotan Morea Negara Hellenik Pertama

Khedivat Mesir
Kedespotan Doburja
Syekh Kuwait
Liga Lezhë
Bosnia-Herzegovina di Austria-Hongaria

Kerajaan Bosnia Pemerintah Provinsi Albania

Kerajaan Muntawakkilit Yaman


Dinasti Karamanid
Siprus Inggris
Pantai Berber

Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman, (Turki
Utsmaniyah Lama: Devlet-i ʿĀliye-yi ʿOsmāniyye, Utsmaniyah Akhir dan Turki Modern: Osmanlı Devleti atau
Kesultanan Utsmaniyah 3

Osmanlı İmparatorluğu, Bahasa Arab: ‫ ﺩﻭﻟﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﺜﻤﺎﻧﻴﻪ‬,Daulat 'Aliah Utsmaniah) adalah negara multi-etnis dan
multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923.
Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 - 1923) dipimpin
oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya,
Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai
ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi
dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan
angkatan lautnya yang kuat.
Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar
runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam
perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.

Kebangkitan Kesultanan (1299-1453)


Pada pertengahan abad ke-13, Kekaisaran Bizantium yang melemah telah kehilangan beberapa kekuasaanya oleh
beberapa kabilah. Salah satu kabilah ini berada daerah di Eskişehir, bagian barat Anatolia, yang dipimpin oleh
Osman I, anak dari Ertuğrul, yang kemudian mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Menurut cerita tradisi, ketika
Ertugrul bermigrasi ke Asia Minor beserta dengan empat ratus pasukan kuda, beliau berpartisipasi dalam perang
antara dua kubu pihak (Kekaisaran Romawi dan Kesultanan Seljuk). Ertuğrul bersekutu dengan pihak Kesultanan
Seljuk yang kalah pada saat itu dan kemudian membalikkan keadaaan memenangkan perang. Atas jasa beliau, Sultan
Seljuk menghadiahi sebuah wilayah di Eskişehir.[1] Sepeninggal Ertuğrul pada tahun 1281, Osman I menjadi
pemimpin dan tahun 1299 mendirikan Kesultanan Utsmaniyah.
Osman I kemudian memperluas wilayahnya sampai ke batas wilayah Kekaisaran Bizantium. Ia memindahkan
ibukota kesultanan ke Bursa, dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik kesultanan
tersebut. Diberi nama dengan nama panggilan "kara" (Bahasa Turki untuk hitam) atas keberaniannya,[2] Osman I
disukai sebagai pemimpin yang kuat dan dinamik bahkan lama setelah beliau meninggal dunia, sebagai buktinya
terdapat istilah di Bahasa Turki "Semoga dia sebaik Osman". Reputasi beliau menjadi lebih harum juga disebabkan
oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki yang dikenal dengan nama Mimpi Osman, sebuah mitos yang
mana Osman diinspirasikan untuk menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan
Utsmaniyah.
Pada periode ini terlihat terbentuknya pemerintahan formal Utsmaniyah, yang bentuk institusi tersebut tidak berubah
selama empat abad. Pemerintahan Utsmaniyah mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan nama Millet
(berasal dari Bahasa Arab millah ‫)ﻣﻠﺔ‬, yang mana kelompok agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah
mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat.
Setelah Osman I meninggal, kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah kemudian merambah sampai ke bagian Timur
Mediterania dan Balkan. Setelah kekalahan di Pertempuran Plocnik, kemenangan kesultanan Utsmaniyah di
Pertempuran Kosovo secara efektif mengakhiri kekuasaan Kerajaan Serbia di wilayah tersebut dan memberikan jalan
bagi Kesultanan Utsmaniyah menyebarkan kekuasaannya ke Eropa. Kesultanan ini kemudian mengontrol hampir
seluruh wilayah kekuasaan Bizantium terdahulu. Wilayah Kekaisaran Bizantium di Yunani luput dari kekuasaan
kesultanan berkat serangan Tamerlane ke Anatolia tahun 1402, menjadikan Sultan Bayezid I sebagai tahanan.
Sepeninggal Tamerlane, Mehmed II melakukan perombakan struktur kesultanan dan militer, dan menunjukkan
keberhasilannya dengan menaklukkan Kota Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 pada usia 21 tahun. Kota
tersebut menjadi ibukota baru Kesultanan Utsmaniyah. Sebelum Mehmed II terbunuh, pasukan Utsmaniyah berhasil
menaklukkan Korsika, Sardinia, dan Sisilia. Namun sepeninggalnya, rencana untuk menaklukkan Italia dibatalkan.
Kesultanan Utsmaniyah 4

Perkembangan Kerajaan (1453–1683)


Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa: Masa perluasan wilayah dan
perkembangan ekonomi dan kebudayaan (sampai tahun 1566); dan
masa stagnasi militer dan politik

Mehmed II menaklukkan kota Konstantinopel


yang menjadi ibukota baru kesultanan tahun
1453.

Kesultanan Utsmaniyah 1299–1683.

Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan (1453–1566)


Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun
1453 mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar
di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan
Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah,
memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara; di bidang
kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai
kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami
kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan
Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah Asia.
perang laut pertama yang menggunakan meriam Kesultanan ini memasuki zaman kejayaannya di bawah beberapa
sebagai senjata di kapal perang, menandakan
sultan. Sultan Selim I (1512-1520) secara dramatis memperluas batas
kebangkitan angkatan laut Kesultanan
Utsmaniyah.
Kesultanan Utsmaniyah 5

wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavi dari Persia, Ismail I, di Perang Chaldiran. Selim I juga
memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan keberadaan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah.
Pewaris takhta Selim, Suleiman yang Agung (1520-1566) melanjutkan
ekspansi Selim. Setelah menaklukkan Beograd tahun 1521, Suleiman
menaklukkan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah di Eropa
Tengah. Ia kemudian melakukan serangan ke Kota Wina tahun 1529,
namun gagal menaklukkan kota tersebut setelah musim dingin yang
lebih awal memaksa pasukannya untuk mundur. Di sebelah timur,
Kesultanan Utsmaniyah berhasil menaklukkan Baghdad dari Persia
Serangan ke Wina tahun 1529.
tahun 1535, mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia dan Teluk
Persia.

Di bawah pemerintahan Selim dan Suleiman, angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah menjadi kekuatan dominan,
mengontrol sebagian besar Laut Mediterania. Beberapa kemenangan besar lainnya meliputi penaklukkan Tunis dan
Aljazair dari Spanyol; evakuasi umat Muslim dan Yahudi dari Spanyol ke wilayah Kesultanan Utsmaniyah sewaktu
inkuisisi Spanyol; dan penaklukkan Nice dari Kekaisaran Suci Romawi tahun 1543. Penaklukkan terakhir terjadi atas
nama Perancis sebagai pasukan gabungan dengan Raja François I dan Hayreddin Barbarossa, admiral angkatan laut
Turki saat itu. Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah, bersatu berdasarkan kepentingan bersama atas kekuasaan
Habsburg di selatan dan tengah Eropa, menjadi sekutu yang kuat pada masa periode ini. Selain kerjasama militer,
kerjasama ekonomi juga terjadi antar Perancis dan Kesultanan Utsmaniyah. Sultan memberikan Perancis hak untuk
melakukan dagang dengan kesultanan tanpa dikenai pajak. Pada saat itu, Kesultanan Utsmaniyah dianggap sebagai
bagian dari politik Eropa, dan bersekutu dengan Perancis, Inggris, dan Belanda melawan Habsburg Spanyol, Italia,
dan Habsburg Austria.

Pemberontakan dan Kebangkitan Kembali(1566–1683)


Sepeninggal Suleiman tahun 1566, beberapa wilayah kekuasaan kesultanan mulai menghilang. Kebangkitan
kerajaan-kerajaan Eropa di barat beserta dengan penemuan jalur alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian
Kesulatanan Utsmaniyah. Efektifitas militer dan struktur birokrasi warisan berabad-abad juga menjadi kelemahan
dibawah pemerintahan Sultan yang lemah. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang
besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan
Utsmaniyah ke Eropa.
Kerajaan-kerajaan Eropa berusaha mengatasi kontrol monopoli jalur perdagangan ke Asia oleh Kesultanan
Utmaniyah dengan menemukan jalur alternatif. Secara ekonomi, pemasukan Spanyol dari benua baru memberikan
pengaruh pada devaluasi mata uang Kesultanan Utsmaniyah dan mengakibatkan inflasi yang tinggi. Hal ini
memberikan efek negatif terhadap semua lapisan masyarakat Utsmaniyah.
Di Eropa Selatan, sebuah koalisi antar kekuatan dagang Eropa di
Semenanjung Italia berusaha untuk mengurangi kekuatan Kesultanan
Utsmaniyah di Laut Mediterania. Kemenangan koalisi tersebut di
Pertempuran Lepanto (sebetulnya Navpaktos,tapi semua orang menjadi
salah mengeja menjadi Lepanto) tahun 1571 mengakhiri supremasi
kesultanan di Mediterania. Pada akhir abad ke-16, masa keemasan
yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan wilayah berakhir.
Pertempuran Lepanto tahun 1571.
Kesultanan Utsmaniyah 6

Di medan perang, Kesultanan Utsmaniyah secara perlahan-lahan


tertinggal dengan teknologi militer orang Eropa dimana inovasi yang
sebelumnya menjadikan faktor kekuatan militer kesultanan terhalang
oleh konservatisme agama yang mulai berkembang. Perubahan taktik
militer di Eropa menjadikan pasukan Sipahi yang dulunya ditakuti
menjadi tidak relevan. Disiplin dan kesatuan pasukan menjadi
permasalahan disebabkan oleh kebijakan relaksasi rekrutmen dan
peningkatan jumlah Yanisari yang melebihi pasukan militer lainnya
Serangan kedua Wina tahun 1683.
Murad IV (1612-1640), yang menaklukkan Yereva tahun 1635 dan
Baghdad tahun 1639 dari kesultanan Safavi, adalah satu-satunya Sultan
yang menunjukkan kontrol militer dan politik yang kuat di dalam kesultanan. Murad IV merupakan Sultan terakhir
yang memimpin pasukannya maju ke medan perang.
Pemberontakan Jelali (1519-1610) dan Pemberontakan Yenisaris (1622) mengakibatkan ketidakpastian hukum
dan pemberontakan di Anatolia akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, dan berhasil menggulingkan beberapa
pemerintahan. Namun, abad ke-17 bukan hanya masa stagnasi dan kemunduran, tetapi juga merupakan masa kunci
di mana kesultanan Utsmaniyah dan strukturnya mulai beradaptasi terhadap tekanan baru dan realitas yang baru,
internal maupun eksternal.
Kesultanan Wanita (1530-1660) adalah peridode di mana pengaruh politik dari Harem Kesultanan sangat besar, di
mana ibu dari Sultan yang muda mengambilalih kekuasaan atas nama puteranya. Hürrem Sultan yang mengangkat
dirinya sebagai pewaris Nurbanu, dideskripsikan oleh perwakilan Wina Andrea Giritti sebagai wanita yang saleh,
berani, dan bijaksana. [3]Masa ini berakhir sampai pada kekuasaan Sultan Kösem dan menantunya Turhan Hatice,
yang mana persaingan keduanya berakhir dengan terbunuhnya Kösem tahun 1651. Berakhirnya periode ini
digantikan oleh Era Köprülü (1656-1703), yang mana kesultanan pada masa ini pertama kali dikontrol oleh
beberapa anggota kuat dari Harem dan kemudian oleh beberapa Perdana Menteri (Grand Vizier).

Keadaan Politik Menjelang Keruntuhan


Politik di sini dibagi jadi dua. Pertama politik dalam negeri, yang maksudnya ialah penerapan hukum Islam di
wilayahnya; mengatur mu'amalat, menegakkan hudud dan sanksi hukum, menjaga akhlak, mengurus urusan rakyat
sesuai hukum Islam, menjamin pelaksanaan syi'ar dan ibadah. Semua ini dilaksanakan dengan tatacara Islam[4]. Arti
kedua adalah politik luar negeri, (belum selesai)

Politik dalam negeri


Ada 2 faktor yang membuat khalifah Turki Utsmani mundur:Wikipedia:Kutip sumber tulisan
• Pertama, buruknya pemahaman Islam.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
• Kedua, salah menerapkan Islam.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Sebetulnya, kedua hal di atas bisa diatasi saat kekholifahan dipegang orang kuat dan keimanannya
tinggi,Wikipedia:Kutip sumber tulisan tapi kesempatan ini tak dimanfaatkan dengan baik. Suleiman II-yang dijuluki
al-Qonun, karena jasanya mengadopsi UU sebagai sistem khilafah, yang saat itu merupakan khilafah terkuat-malah
menyusun UU menurut mazhab tertentu, yakni mazhab Hanafi, dengan kitab Pertemuan Berbagai Lautan-nya yang
ditulis İbrahim Çelebi (1549) sebagai pedoman dalam hal syariah dan muamalah sehingga administrasi negara
menjadi lebih mudah dan terstruktur rapi. Padahal khilafah Islam bukan negara mazhab, jadi semua mazhab Islam
memiliki tempat dalam 1 negara dan bukan hanya 1 mazhab.
Dengan tak dimanfaatkannya kesempatan emas ini untuk perbaikan, 2 hal tadi tak diperbaiki. Contoh: dengan
diambilnya UU oleh Suleiman II, seharusnya penyimpangan dalam pengangkatan kholifah bisa dihindari, tapi ini tak
tersentuh UU. Dampaknya, setelah berakhirnya kekuasaan Suleiman yang Agung, yang jadi khalifah malah orang
Kesultanan Utsmaniyah 7

lemah, seperti Sultan Mustafa I (1617), Osman II (1617-1621), Murad IV (1622-1640), Ibrahim bin Ahmed
(1639-1648), Mehmed IV (1648-1687), Suleiman II (1687-1690), Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703),
Ahmed III (1703-1730), Mahmud I (1730-1754), Osman III (1754-1787), Mustafa III (1757-1773), dan Abdul
Hamid I (1773-1788)[5]. Inilah yang membuat militer, Yenisari-yang dibentuk Sultan Orhan-saat itu memberontak
(1525, 1632, 1727, dan 1826)[6], sehingga mereka dibubarkan (1785). Selain itu, majemuknya rakyat dari segi
agama, etnik dan mazhab perlu penguasa berintelektual kuat. Sehingga, para pemimpin lemah ini memicu
pemberontakan kaum Druze yang dipimpin Fakhruddin II[7].
Ini yang membuat politik luar negeri khilafah-dakwah dan jihad-berhenti sejak abad ke-17, sehingga Yennisari
membesar, lebih dari pasukan dan peawai pemerintah biasa, sementara pemasukan negara merosot. Ini membuat
khilafah terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk jadi
penjilat dan penumpuk harta. Ditambah dengan menurunnya pajak dari Timur Jauh yang melintasi wilayah khilafah,
setelah ditemukannya jalur utama yang aman, sehingga bisa langsung ke Eropa. Ini membuat mata uang khilafah
tertekan, sementara sumber pendapatan negara seperti tambang, tak bisa menutupi kebutuhan uang yang terus
meningkat.
Paruh kedua abad ke-16, terjadilah krisis moneter saat emas dan perak diusung ke negeri Laut Putih Tengah dari
Dunia Baru lewat kolonial Spanyol. Mata uang khilafah saat itu terpuruk; infasi hebat. Mata uang para diluncurkan
khilafah tahun 1620 tetap gagal mengatasi inflasi. Lalu keluarlah mata uang kuruş di abad ke-17[8]. Inilah yang
membuat pasukan Utsmaniah di Yaman memberontak pada paruh kedua abad ke-16[9]. Akibat adanya korupsi
negara harus menanggung utang 300 juta lira[10].
Dengan tak dijalankannya politik luar negeri yang Islami-dakwah dan jihad-pemahaman jihad sebagai cara
mengemban ideologi Islam ke luar negeri hilang dari benak muslimin dan kholifah.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Ini terlihat saat Sultan Abdul Hamid I/Sultan Abdul Hamid Khan meminta Syekh al-Azhar membaca Shahih Bukhari
di al-Azhar agar Allah SWT memenangkannya atas Rusia (1788). Sultanpun meminta Gubernur Mesir saat itu agar
memilih 10 ulama dari seluruh mazhab membaca kitab itu tiap hari[11].
Sejak jatuhnya Konstantinopel di abad ke-15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai awal Masalah Ketimuran, sampai
abad ke-16 saat penaklukan Balkan, seperti Bosnia, Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus
V (1566-1572) menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama-sesama Kristen, yakni Protestan dan Katolik.
Konflik ini berakhir setelah adanya Konferensi Westfalen (1667).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Saat itu,
penaklukan khilafah terhenti. Memang setelah kalahnya khilafah atas Eropa dalam perang Lepanto (1571), khilafah
hanya mempertahankan wilayahnya.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Ini dimanfaatkan Austria dan Venezia untuk
memukul khilafah. Pada Perjanjian Karlowitz (1699), wilayah Hongaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia,
Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia lepas; masing-masing ke tangan Venesia dan Habsburg. Malah khilafah
harus kehilangan wilayahnya di Eropa pada Perang Krim (abad ke-19), dan tambah tragis setelah Perjanjian San
Stefano (1878) dan Berlin (1887).
Menghadapi kemerosotan itu, khilafah telah melakukan reformasi (abad ke-17, dst). Namun lemahnya pemahaman
Islam membuat reformasi gagal.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Sebab saat itu khilafah tak bisa membedakan IPTek
dengan peradaban dan pemikiran.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Ini membuat munculnya struktur baru dalam
negara, yakni perdana menteri, yang tak dikenal sejarah Islam kecuali setelah terpengaruh demokrasi Barat yang
mulai merasuk ke tubuh khilafah. Saat itu, penguasa dan syaikhul Islam mulai terbuka terhadap demokrasi lewat
fatwa syaikhul Islam yang kontroversi. Malah, setelah terbentuk Dewan Tanzimat (1839 M) semakin kokohlah
pemikiran Barat, setelah disusunnya beberapa UU, seperti UU Acara Pidana (1840), dan UU Dagang (1850), tambah
rumusan Konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi dan kewenangan kholifah.
Kesultanan Utsmaniyah 8

Konspirasi Menghancurkan Khilafah

Gerakan misionaris
Di dalam negara, ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen-yang mendapat hak istimewa zaman Suleiman II, akhirnya
menuntut persamaan hak dengan muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator
dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Perancis (1535), dan Inggris
(1580).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Dengan hak istimewa ini, jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di
dalam negeri. Ini dimanfaatkan misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad ke-16. Malta dipilih sebagai
pusat gerakannya.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan tinggal di sana
sampai 1773.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia Islam, mereka mendirikan
pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat kajian ini kebanyakan milik Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat,
yang digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam, disertai serangan mereka
terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian
Ketimuran sejak abad ke-14.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Gerakan misionaris dan orientalis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari imperialisme Barat di Dunia Islam.
Untuk menguasainya - meminjam istilah Imam al-Ghozali - Islam sebagai asas harus hancur, dan khilafah Islam
harus runtuh.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Untuk meraih tujuan pertama, serangan misionaris dan orientalis
diarahkan untuk menyerang pemikiran Islam; sedangkan untuk meraih tujuan kedua, mereka hembuskan
nasionalisme dan memberi stigma pada khilafah sebagai Orang Sakit. Agar kekuatan khilafah lumpuh, sehingga agar
bisa sekali pukul jatuh, maka dilakukanlah upaya intensif untuk memisahkan Arab dengan lainnya dari khilafah. Dari
sinilah, lahir gerakan patriotisme dan nasionalisme di Dunia Islam. Malah, gerakan keagamaan tak luput dari
serangan, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz.Wikipedia:Kutip sumber tulisan

Gerakan nasionalisme dan separatisme


Nasionalisme dan separatisme telah dipropagandakan negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Itu
bertujuan untuk menghancurkan khilafah Islam.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Keberhasilannya memakai sentimen
kebangsaan dan separatisme di Serbia, Hongaria, Bulgaria, dan Yunani mendorongnya memakai cara sama di
seluruh wilayah khilafah.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Hanya saja, usaha ini lebih difokuskan di Arab dan Turki.
Sementara itu, KeduBes Inggris dan Perancis di Istambul dan daerah-daerah basis khilafah-seperti Baghdad,
Damsyik, Beirut, Kairo, dan Jeddah-telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya, dibangunlah 2
markas. Pertama, Markas Beirut, yang bertugas memainkan peranan jangka panjang, yakni mengubah putra-putri
umat Islam menjadi kafir dan mengubah sistem Islam jadi sistem kufur. Kedua, Markas Istambul, bertugas
memainkan peranan jangka pendek, yaitu memukul telak khilafah.
KeduBes negara Eropapun mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab. Di Kairo dibentuk Partai
Desentralisasi yang diketuai Rofiqul 'Adzim. Di Beirut, Komite Reformasi dan Forum harfiah dibentuk. Inggris dan
Perancis mulai menyusup ke tengah orang Arab yang memperjuangkan nasionalisme. Pada 8 Juni 1913, para
pemuda Arab berkongres di Paris dan mengumumkan nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan di Konsulat
Perancis Damsyik telah membongkar rencana pengkhianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan Perancis.
Di Markas Istambul, negara-negara Eropa tak hanya puas merusak putra-putri umat Islam di sekolah dan universitas
lewat propaganda.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Mereka ingin memukul khilafah dari dekat secara
telak.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Caranya ialah mengubah sistem pemerintahan dan hukum Islam dengan sistem
pemerintahan Barat dan hukum kufur. Kampanye mulai dilakukan Mustafa Reşid Pasha, MenLu zaman Sultan
Abdul Mejid II (1839).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Tahun itu juga, Naskah Terhormat (Kholkhonah) - yang
dijiplak dari UU di Eropa - diperkenalkan.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Tahun 1855, negara-negara
Eropa-khususnya Inggris-memaksa khilafah Utsmani mengamandemen UUD, sehingga dikeluarkanlah Naskah
Hemayun (11 Februari 1855).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Midhat Pasha, salah satu anggota Freemasonry
Kesultanan Utsmaniyah 9

diangkat jadi perdana menteri (1 September 1876). Ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut
Konstitusi Belgia.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876.Wikipedia:Kutip
sumber tulisan Namun, konstitusi ini ditolak Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port-pun enggan melaksanakannya
karena dinilai bertentangan dengan syari'at.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Midhat Pashapun dipecat dari
kedudukan perdana menteri.Wikipedia:Kutip sumber tulisan Turki Muda yang berpusat di Salonika-pusat komunitas
Yahudi Dunamah-memberontak (1908).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Kholifah dipaksanya-yang menjalankan
keputusan Konferensi Berlin-mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda di Selanik, lalu dibukukanlah
parlemen yang pertama dalam khilafah Turki Utsmani (17 November 1908).Wikipedia:Kutip sumber tulisan Bekerja
sama dengan syaikhul Islam, Sultan Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika. Sejak itu
sistem pemerintahan Islam berakhir.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara total.Wikipedia:Kutip sumber tulisan
Perang Dunia I (1914) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gelibolu.Wikipedia:Kutip sumber
tulisan Dari sinilah kampanye Dardanella yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini
juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha-yang sengaja dimunculkan sebagai
pahlawan pada Perang Ana Forta (1915). Ia-agen Inggris, keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika-melakukan
agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah Islam. Ia menyelenggarakan
Kongres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang mencetuskan Turki merdeka dan negeri
Islam lainnya dari penjajah, sekaligus melepaskannya dari wilayah Turki Utsmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dll
mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka. Saat itu sentimen kebangsaan tambah kental dengan
lahirnya Pan-Turkisme dan Pan Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri
atas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.

Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani


Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai
Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup
kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam
negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan
Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional - dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya -
sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di
Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha tetap tak berani membubarkan khilafah. Dewan
Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah
perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnyapun mencari alasan
membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah
memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai
ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah
dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih
parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah yang telah terkorupsi
terintangi. Ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Mejid II, serta berusaha mengembalikan
kekuasaannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan
taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia
melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang
harus dienyahkan.
Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional. Tepat 3
Maret 1924 M, ia memecat kholifah, membubarkan sistem khilafah, dan menghapuskan sistem Islam dari negara.
Hal ini dianggap sebagai titik klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.
Kesultanan Utsmaniyah 10

Respon atas runtuhnya Turki Usmani di Hindia Belanda (Indonesia)


Sebagai respon terhadap keruntuhan khilafah sebuah komite didirikan di Surabaya pada tanggal 4 Oktober 1924
diketuai oleh Wondosoedirdjo (kemudian dikenal sebagai Wondoamiseno) dari Sarekat Islam dan wakil ketua KHA.
Wahab Hasbullah. Tujuannya untuk membahas undangan kongres khilafah di Kairo [12]. Pertemuan ini
ditindaklanjuti dengan menyelenggarakan Kongres Al-Islam Hindia III di Surabaya pada tanggal 24-27 Desember
1924, yang diikuti 68 organisasi Islam yang mewakili pimpinan pusat (hoofdbestuur) maupun cabang (afdeling),
serta mendapat dukungan tertulis dari 10 cabang organisasi lainnya. Kongres ini juga dihadiri oleh banyak ulama
dari seluruh penjuru Hindia Belanda. Keputusan penting kongres ini adalah melibatkan diri dalam pergerakan
khilafah dan mengirimkan utusan yang harus dianggap sebagai wakil umat Islam Indonesia ke kongres dunia
Islam[13]. Kongres ini memutuskan untuk mengirim sebuah delegasi ke Kairo yang terdiri dari Suryopranoto
(Sarekat Islam), Haji Fakhruddin (Muhammadiyah) dan KHA. Wahab dari kalangan tradisi [14].
Karena ada perbedaan pendapat dengan kalangan Muhammadiyah, KHA. Wahab dan 3 penyokongnya mengadakan
rapat dengan kalangan ulama senior dari Surabaya, Semarang, Pasuruan, Lasem, dan Pati. Mereka sempat
mendirikan Komite Merembuk Hijaz. Komite ini dibangun dengan 2 maksud, yakni mengimbangi Komite Khilafat
yang secara berangsur-angsur jatuh ke kalangan pembaharu, dan menyerukan kepada Ibnu Sa'ud], penguasa baru di
Arab Saudi agar kebiasaan beragama yang benar dapat diteruskan [15]. Komite inilah yang diubah namanya menjadi
Nahdlatul Ulama pada suatu rapat di Surabaya tanggal 31 Januari 1926. Rapat ini tetap menempatkan masalah Hijaz
sebagai persoalan utama[16].
Pada tahun yang sama diselenggarakan Muktamar Alam Islamy Far'ul Hindias Syarqiyah (MAIFHS, Konferensi
Dunia Islam Cabang Hindia Timur) di Bogor, sebagai respon atas undangan Kongres Islam Sedunia yang
diselenggarakan Ibnu Saud dari Arab Saudi[17]. Pada tanggal 13-19 Mei 1926, diadakan Kongres Dunia Islam di
Kairo. Dari Hindia Belanda hadirlah H. Abdullah Ahmad dan H. Rasul. Di bulan berikutnya (1 Juni 1926)
diselenggarakan Kongres Khilafah di Makkah. Saat itu Indonesia mengirimkan 2 utusan, yakni Tjokroaminoto
(Central Sarekat Islam) dan K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah). Penunjukan mereka ditetapkan pada Kongres
Al-Islam IV di Yogyakarta (21-27 Agustus 1925) dan V di Bandung (6 Februari 1926). Mereka berangkat dari
Tanjung Perak, Surabaya dengan kapal Rondo dan dielu-elukan masyarakat. Sesampai di Tanjung Priok banyak
pemimpin Islam yang menyambut ke pelabuhan.
Pada tahun 1927 berlangsung Kongres Khilafah II di Makkah. Hindia-Belanda diwakili oleh H. Agus Salim (SI).

Daftar Sultan
Di bawah ini adalah daftar sultan yang memerintah di Kesultanan Utsmaniyah sampai berdirinya Turki sekuler.

• Osman I (1281-1326; bey) • Mehmed IV (1648-1687)


• Orhan I (1326-1359; bey) • Suleiman II (1687-1691)
• Murad I (1359-1389; sultan sejak 1383) • Ahmed II (1691-1695)
• Bayezid I (1389-1402) • Mustafa II (1695-1703)
• Interregnum (1402-1413) • Ahmed III (1703-1730)
• Mehmed I (1413-1421) • Mahmud I (1730-1754)
• Murad II (1421-1444) (1445-1451) • Osman III (1754-1757)
• Mehmed II (sang Penguasa) (1444-1445) (1451-1481) • Mustafa III (1757-1774)
• Bayezid II (1481-1512) • Abd-ul-Hamid I (1774-1789)
• Selim I (1512-1520) • Selim III (1789-1807)
• Suleiman I (yang Agung) (1520-1566) • Mustafa IV (1807-1808)
• Selim II (1566-1574) • Mahmud II (1808-1839)
• Murad III (1574-1595) • Abd-ul-Mejid I (1839-1861)
• Mehmed III (1595-1603) • Abd-ul-Aziz (1861-1876)
• Ahmed I (1603-1617) • Murad V (1876)
Kesultanan Utsmaniyah 11

• Mustafa I (1617-1618) • Abd-ul-Hamid II (1876-1909)


• Osman II (1618-1622) • Mehmed V (Reşad) (1909-1918)
• Mustafa I (1622-1623) • Mehmed VI (Vahideddin) (1918-1922)
• Murad IV (1623-1640) • Abd-ul-Mejid II, (1922-1924; hanya sebagai Kalifah)
• Ibrahim I (1640-1648)

Referensi

Sumber pustaka
Tentang Kesultanan Utsmaniyah
[18]
• Buku daring
[19]
• Sumber di perpustakaan Anda
[20]
• Sumber di perpustakaan lain

[1] Kinross, 23
[2] Sultan Osman I (http:/ / www. kultur. gov. tr/ TR/ BelgeGoster. aspx?F6E10F8892433CFFA79D6F5E6C1B43FF6889456451E3D5A2),
Turkish Ministry of Culture website
[3] Leslie Peirce "The Imperial Harem: Women and sovereignty in the Ottoman empire and Morality Tales: Law and gender in the Ottoman
court of Aintab"
[7] Asy-Syalabi, 398-399
[11] Marjeh, 46
[12] Bandera Islam, 16 Oktober 1924
[14] Hindia Baroe, 9 Januari 1925
[15] Noer, 242
[16] Noer, 243
[18] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah& library=OLBP
[19] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah
[20] http:/ / onlinebooks. library. upenn. edu/ webbin/ ftl?st=wp& su=Kesultanan+ Utsmaniyah& library=0CHOOSE0

Pranala luar
• (Inggris) Turkish Studies - Ottoman Empire (http://www.umich.edu/~turkish/ottemp.html), Universitas
Michigan.
• (Inggris) World Civilizations: The Ottomans (http://www.wsu.edu/~dee/OTTOMAN/OTTOMAN1.HTM)
Sumber dan Kontributor Artikel 12

Sumber dan Kontributor Artikel


Kesultanan Utsmaniyah  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=7053295  Kontributor: A tumiwa, AFP, Aday, Afandri, Alamnirvana, Albertus Aditya, Andri.h, Aris riyanto,
Arkwatem, Astrokey44, Aziuz, Bahalwan2002, Bennylin, Borgx, Daniel Leonardi, Denny eR Ge, Evremonde, Fikri Hakime, Gombang, Hand15, Hayabusa future, IvanLanin, Iwan Novirion,
Jagawana, Kembangraps, LeviShel, Makassarpanassekali, Meursault2004, Mimihitam, Oktaytanhu, Pai Walisongo, Pratama26, Primardhaforce, Relly Komaruzaman, Ricky Setiawan, Rouf,
Saputra09, Sentausa, Stephensuleeman, Ultratomio, Ulvi Abdullayev, Wagino 20100516, Zinet, Сербијана, ‫ﺃﺑﻮ ﻣﺤﺠﻦ‬, 66 suntingan anonim

Sumber Gambar, Lisensi dan Kontributor


File:Osmanli armasi.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Osmanli_armasi.svg  Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 3.0  Kontributor: Oktaytanhu
File:Ottoman empire.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Ottoman_empire.svg  Lisensi: tidak diketahui  Kontributor: André Koehne
File:Seljuk Sultanate of Rum 1190 Locator Map.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Seljuk_Sultanate_of_Rum_1190_Locator_Map.svg  Lisensi: Creative
Commons Attribution-Share Alike  Kontributor: MapMaster
File:Flag of Palaeologus Emperor.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Palaeologus_Emperor.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Alkari, Cplakidas,
Electionworld, Fry1989, Himasaram, Homo lupus, Mhmrodrigues, Peeperman, TFCforever, Wouterhagens, Ωριγένης, 5 suntingan anonim
File:Mameluke Flag.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Mameluke_Flag.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Ryucloud
File:Coat of arms of the Second Bulgarian Empire.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Coat_of_arms_of_the_Second_Bulgarian_Empire.svg  Lisensi: Creative
Commons Attribution-Sharealike 3.0  Kontributor: Пакко
File:Flag of Hungary (1867-1918).svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Hungary_(1867-1918).svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Thommy
File:Komnenos-Trebizond-Arms.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Komnenos-Trebizond-Arms.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Dragases (talk)
File:Supposed Serbian Empire flag.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Supposed_Serbian_Empire_flag.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: B1mbo
File:Byzantium1204.png  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Byzantium1204.png  Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported  Kontributor:
Jniemenmaa
File:Despotate of Morea 1450.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Despotate_of_Morea_1450.svg  Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported
 Kontributor: Cplakidas, MapMaster, Warburg, 1 suntingan anonim
File:DobrXIV.png  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:DobrXIV.png  Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported  Kontributor: User:Anonimu
File:Coa Kastrioti Family.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Coa_Kastrioti_Family.svg  Lisensi: Creative Commons Zero  Kontributor:
StemaeFamiljesKastrioti2.GIF: Nicholson1989 (talk) at en.wikipedia Coa_Illustration_Tincture_Gules.svg: Madboy74 Aigle_éployée_bicéphale.svg: Syryatsu File:Eastern_Crown.svg: Jpb1301
derivative work: MissMJ (talk)
File:Coat of Arms of the House of Kotromanić.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Coat_of_Arms_of_the_House_of_Kotromanić.svg  Lisensi: Creative Commons
Attribution-Sharealike 3.0,2.5,2.0,1.0  Kontributor: Sodacan
File:Karamanid Dynasty flag.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Karamanid_Dynasty_flag.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Jecowa
File:Guillaume Delisle North West Africa 1707.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Guillaume_Delisle_North_West_Africa_1707.jpg  Lisensi: Public Domain
 Kontributor: AnRo0002, Atamari, Ephraim33, Geagea, Jklamo, Look2See1, Martin H., Mouh2jijel, Omar-toons
File:Flag of Turkey.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Turkey.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: David Benbennick (original author)
File:Flag of Romania.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Romania.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: AdiJapan
File:Flag of Bulgaria.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Bulgaria.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: SKopp
File:Flag of the First Saudi State.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_the_First_Saudi_State.svg  Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0
Unported  Kontributor: Guilherme Paula
File:Flag of Italy (1861-1946).svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Italy_(1861-1946).svg  Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 2.5
 Kontributor: F l a n k e r
File:Flag of Hejaz 1920.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Hejaz_1920.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Original uploader was Orange Tuesday at
en.wikipedia (Original text : Orange Tuesday (talk))
File:Flag of France.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_France.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: User:SKopp, User:SKopp, User:SKopp,
User:SKopp, User:SKopp, User:SKopp
File:Flag of French Tunisia.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_French_Tunisia.svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Original uploader was Zscout370
at en.wikipedia
File:Flag of Greece (1822-1978).svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Greece_(1822-1978).svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: (of code)
User:Makaristos
File:Flag of Muhammad Ali.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Muhammad_Ali.svg  Lisensi: Creative Commons Zero  Kontributor: User:Abjiklam,
User:Tampa sa
File:Standard of the Emir of Kuwait, 1956.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Standard_of_the_Emir_of_Kuwait,_1956.svg  Lisensi: GNU Free Documentation
License  Kontributor: Jaume Ollé
File:Flag of Bosnia (1908-1918).svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Bosnia_(1908-1918).svg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: User:Smooth_O
File:Flag of Albanian Provisional Government 1912-1914.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_Albanian_Provisional_Government_1912-1914.svg  Lisensi:
GNU Free Documentation License  Kontributor: Jaume Ollé (original); Ryan Wilson (derivative)
File:Flag of the Mutawakkilite Kingdom of Yemen.svg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flag_of_the_Mutawakkilite_Kingdom_of_Yemen.svg  Lisensi: Public
Domain  Kontributor: Abjiklam, Ashrf1979, AtomicIce, Cycn, Fry1989, Gryffindor, Takabeg, Urmas, 1 suntingan anonim
Berkas:Gentile Bellini 003.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Gentile_Bellini_003.jpg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Aguzer, AxelBoldt, Calame, Diomede,
Dr. 91.41, Dsmurat, EDUCA33E, Emijrp, Eugene a, Frank C. Müller, G.dallorto, Ham, Jheald, Kürschner, Mattes, Rapsar, Shakko, Strangerer, Takabeg, ‫ﺧﺎﻟﺪ ﺣﺴﻨﻰ‬, 2 suntingan anonim
Berkas:Ottoman small animation.gif  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Ottoman_small_animation.gif  Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported
 Kontributor: Herbythyme, OttomanReference, Roke, Savh, 6 suntingan anonim
Berkas:Battle of Zonchio 1499.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Battle_of_Zonchio_1499.jpg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: User:Undead_warrior
Berkas:First Siege of Vienna 1529.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:First_Siege_of_Vienna_1529.jpg  Lisensi: tidak diketahui  Kontributor: Hand15
Berkas:Battle_of_Lepanto_1571.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Battle_of_Lepanto_1571.jpg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Ariadacapo, Donarreiskoffer,
Ecummenic, FDV, Madame Grinderche, Mattes, Peter Isotalo, Postdlf, Samulili, Takabeg, Thib Phil, Torsade de Pointes, 8 suntingan anonim
Berkas:Vienna Battle 1683.jpg  Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Vienna_Battle_1683.jpg  Lisensi: Public Domain  Kontributor: Bukk, Gryffindor, Interpretix, Jagatai,
Pe-Jo, Thib Phil, Vincent Steenberg, Zolo

Lisensi
Lisensi 13

Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported


//creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/

You might also like