You are on page 1of 7

TUGAS 1

VENTILASI TAMBANG

SOESIADHY PALIMBU
201563038

PROGRAM SUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
SORONG
2018
PERATURAN PEMERINTAH YANG MENGATUR TENTANG GAS-GAS
BERACUN PADA TAMBANG BAWAH TANAH

Aturan berdasarkan kepada Surat Keputusan Mentamben RI


No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum bahwa terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah
tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang
maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam tambang
bawah tanah tersebut, ada yang bersifat gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan
darah dan dapat menyebabkan kematian. Gas – gas pengotor tersebut adalah :
1. Karbondioksida (CO2).
Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang
bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-bekas penambangan
terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur
tua.
Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai meningkat,
pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari
keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju pernafasan
meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya dapat
bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut
dengan ‘blackdamp’.
2. Metana (CH4).
Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara
dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran
gas metana dengan udara disebut ‘tiredamp’. Apabila kandungan metana
dalam udara tambang bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan
mesin listrik harus dimatikan.
3. Karbon Monoksida (CO).
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak
dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
4. Hidrogen Sulfida (H2S).
Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti
bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak,
merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang.
5. Sulfur ioksida (SO2).
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa
terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung
dan tenggorokan. Nilai ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm
(TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
6. Nitrogen Oksida NOX).
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’, namun pada
keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas
yang sangat beracun.
7. Gas Pengotor Lain.
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas
Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-
gas yang biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas
radon.

STANDAR KUALITAS UDARA TAMBANG


Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfir dengan emisi gas-
gas dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi
gas, debu, temperatur serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih adalah
udara yang mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara
atmosfir pada keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi
tambang terdiri dari Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas
lain. Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar
normal terdiri dari : Nitrogen = 79%, dan Oksigen = 21%. Disamping itu dianggap
bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar
0,03%. Udara dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada
udara yang benar-benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.
Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan
kepada Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
1. Menurut Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 Pasal
369 Mengenai Ketentuan Umum pada tambang bawah tanah yaitu :
“Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran
udara bersih yang cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan
volume oksigennya tidak kurang dari 19.5 persen dan volume karbon
dioksidanya tidak lebih dari 0,5 persen”.
2. Pekerja/Orang
Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang, sedangkan
menurut tempat kerja yang ada asap dan debu nya sesuai standar
OSHA (Occupational Safety and Health Administration) manusia
memerlukan udara segar 0,1 m3/s per orang atau 211 cfm, PT. Antam, Tbk
UBPE Pongkor menggunakan standart 200 cfm/orang.
3. Peralatan
Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106 cfm) untuk
setiap HP diesel yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan
dibutuhkan antara 100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang
dioperasikan.
4. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan
antara 18 derajat celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan
kelembaban relatif maksimum 85 persen.
5. Kondisi ventilasi ditempat kerja harus:
Untuk rata-rata 8 jam
1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;
2) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
3) Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan
7. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration), kehilangan
udara dari sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%.
Kebutuhan minimum udara segar yang diperlukan seseorang untuk
pernafasan, dapat dihitung dengan memperhatikan pembatasan pada
jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan berdasarkan jumlah
CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, memutuskan:
1. Bab I (Ketentuan Umum) pasal 1Butir ke 8 , Nilai Ambang Batas yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted
average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak
melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
2. Butir ke 9, Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat
KTD adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan
pekerjaan.
3. Butir ke 10, Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat
fisik yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
4. Butir ke 11, Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat
kimia yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair,
gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.
5. Butir ke 12, Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah
debu, awan, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat
partikel adalah gas dan uap.
6. Butir ke 14, Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
7. Butir ke 15, Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah
suhu yang ditunjukkan oleh oleh thermometer bola basah alami (Natural
Wet Bulb Thermometer).

SUMBER :
http://sasastem.blogspot.com/2014/12/ventilasi-tambang-bawah-tanah.html

You might also like