You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,

berusia 0 - 28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi,

adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauterine)

dan toleransi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dan Rahardjo, 2015).

Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena

proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka

penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi

yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal serta memberikan

pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian esensial dari asuhan

bayi baru lahir (Marni dan Rahardjo, 2015).

Menurut Word Health Organization (WHO), pada tahun 2013 Angka

Kematian Bayi (AKB) di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara

berkembang 37 per 1.000 kelahiran hidup dan AKB di negara maju 5 per 1.000

kelahiran hidup. AKB di Asia Timur 11 per 1.000kelahiran hidup, Asia Selatan 43

per 1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia

Barat 21 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 AKB di Indonesia mencapai

25 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan

Singapura, angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka dari negara –

negara tersebut dimana AKB Malaysia 7 per 1.000 kelahiran hidup, Filipina 24

1
2

per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura 2 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,

2012).

Penyebab utama kematian neonatal dini terdiri dari (asfiksia, ikterus, berat

badan lahir rendah, caput succedaneum) 62%, diare 17%, kelainan kongenital 6%,

meningitis 5%, pneumoni 4%, tetanus 2%, sepsis 4%. Salah satu penyebab

komplikasi adalah sepsis pada bayi baru lahir yaitu caput succedaneum. Angka

kematian bayi akibat infeksi yang disebabkan oleh Caput Succedaneum sebesar

0,05% dari 4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut)

(WHO, 2014).

Salah satu penyebab komplikasi adalah sepsis pada bayi baru lahir adalah

caput succedaneum yaitu pembengkakan difus jaringan lunak kepala, yang dapat

melampaui sutura garis tengah, benjolan yang difus kepala terletak pada

presentasi kepala bayi baru lahir, terjadi oedema di bawah kepala bayi sebagai

akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah (Rukiyah, 2010).

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada

kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan

dengan kala II lama menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada

jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,

tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan

longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan

dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat,

sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan

sebesar alat penyedot vakum yang digunakan (Prawirohardjo, 2012).


3

Kasus caput succedaneum apabila tidak ditangani dengan baik maka

dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti anemia, ikterus, Caput

Hemoragik, dan infeksi. Tindakan yang tepat dalam melakukan

kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum yaitu

memberikan asuhan agar tidak terjadi komplikasi, bidan harus dapat mengenali

dengan baik tanda-tanda bayi baru lahir dengan caput succedaneum dan

memberikan perawatan yang dimulai dengan memberikan ASI secara adekuat,

mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga personal hygiene, perawatan

tali pusat pada bayi dengan baik agar tidak terjadi komplikasi (Yulianti, 2010).

Dari latar belakang tentang kasus caput succedaneum pada bayi baru lahir,

maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul “ASUHAN

KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. B DENGAN CAPUT

SUCCEDANEUM DI RUMAH BERSALIN AL FITRAH TANJUNG PURA

TAHUN 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimana

asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. B dengan caput succedaneum di

Rumah Bersalin Al – Fitrah Tanjung Pura Tahun 2017?”


4

1.3. Tujuan Studi Kasus

1.3.1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum dengan metode

7 Langkah Varney.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada Bayi

Ny. B dengan caput succedeneum

2. Penulis mampu menginterprestasikan data yang meliputi diagnosa,

masalah dan kebutuhan pada Bayi Ny. B dengan caput succedeneum.

3. Penulis dapat menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Bayi

Ny. B dengan caput succdaneum.

4. Penulis dapat menemukan dan melakukan tindakan segera pada Bayi Ny.

B dengan caput succedaneum.

5. Penulis dapat merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan kondisi

pada Bayi Ny. B dengan caput succedaneum.

6. Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

Bayi Ny. B dengan caput succedaneum.

7. Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada

Bayi Ny. B dengan caput succedaneum.


5

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan

pengalaman penulis dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi

Ny. B dengan caput succedeneum.

1.4.2. Bagi Profesi

1. Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainya dalam

menangani kasus pada Bayi Ny. B dengan caput succedaneum sesuai

dengan standar Asuhan Kebidanan.

1.4.3. Bagi Institusi

a. Rumah Klinik Bersalin

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada

dirumah sakit dalam mengambil langkah-langkah dalam rangka

meningkatkan asuhan kepada Bayi Ny. B dengan caput succedaneum.

b. Pendidikan

Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa di perpustakaan

mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum.

1.5. Jenis Studi Kasus

Laporan ini adalah jenis studi kasus yang menggunakan metode deskriptif

yaitu dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).


6

1.6. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1.6.1. Lokasi Studi Kasus

Merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil laporan

kasus. Laporan kasus ini dilaksanakan di Rumah Bersalin Al Fitrah Tanjung Pura.

1.6.2. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untukmemperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Studi kasus ini dilakukan

pada tanggal 20 – 24 Desember 2017.

1.7. Teknik Pengumpulan Data

1.7.1. Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan sendiri saat melakukan asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis (Notoatmodjo, 2010).

1.7.2. Data Sekunder

Adalah data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

sumber yang telah ada. Diperoleh dari perpustakaan atau dari penelitian terdahulu

(Notoatmodjo, 2010).

a. Data Dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumentasi. Dalam kasus ini dokumentasi

dilakukan dengan menggumpulkan data yang diambil dari catatan medis

pasien di Klinik Bersalin Al-Fitrah Tanjung Pura.

b. Studi Kepustakaan merupakan bahan-bahan pustaka yang menunjang latar

belakang teoritis dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam


7

kasus ini studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku

perpustakaan terbitan tahun 2010 - 2014.

You might also like