You are on page 1of 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam
pengembangan matematika itu sendiri (Lindawati, 2014: 2017). Penguasaan materi
matematika oleh siswa menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi dalam
penataan nalardan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin
kompetitif pada saat ini. Defenisi tersebut memberi arti bahwa matematika
merupakan ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dalam proses kegiatan belajar matematika sangat kompleks, artinya pada
proses pembelajarannya melibatkan banyak unsur, bukan hanya guru dan siswa saja
tapi unsur teknis dan non teknis juga diperhitungkan. Mulai dari perangkat
pembelajaran, media yang akan digunakan, samai kemampuan siswa juga harus
diperhatikan. Salah satu kemampuan siswa yang harus diperhatikan dan juga
dikembangkan adalah kemampuan komunikasi. Menerut Jaenab (2014: 254) sesuai
dengan tujuan National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yang
menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki, yaitu
kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi
(communication), kemampuan koneksi (connection), kemamuan penalaran
(reasioning), dan kemampuan representasi (representation).
Menurut Gara (2014: 260) komunikasi matematis berperan untuk memahami
ide-ide matematis secara benar. Sisiwa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi yang
beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatif-alternatif
penyelesaian berbagai permasalahan.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
dalam aspek kemampuan komunikasi matematis masih rendah. Hal ini dpat dilihat
2

dalam studi Rohaeti (2003: 16) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Puniarti (2003: 1) menyebutkan
bahwa respon siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang.
Hal ini dikarenakan guru lebih memfokuskan siswa untuk menggali pengetahuan
sendiri. Akibatnya, kemampuan komunikasi matematis siswa tidak dapat
berkembang dan dilatih dengan baik saat memberikan jawaban, tanggapan ataupun
saat mendengarkan penjelasan dari siswa lainnya.
Hasil observasi memperlihatkan bahwa interaksi pembelajaran berlangsung
searah dan beroreantasi ada guru. Materi disampaikan melalui penjelasan secara
klasikal. Selain itu, aktivitas siswa juga masih tergolong pasif. Hal ini terbukti
ketika siswa-siswa tidak mampu bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru.
Siswa juga bersikap yang tidak relevan dalam pembelajaran, seperti cenderung
keluar masuk kelas, bergurau, tidak memperhatikan penjelasan guru serta membaca
buku yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Dengan demikian, berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa roses
pembelajaran yang berlangsung masih terpusat pada guru dan belum
memberdayakan kemampuan komunikasi matematis untuk membangun
pengetahuan belajar siswa.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa
dibutuhkan solusi berupa satu pendekatan pembelajaran yang dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan
pendekatan pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memungkinkan siswa berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan diharakan
dapat menstimulasi kemampuan komunikasi matematis siswa.
Pendekatan pembelajaran yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa adalah pendekatan scientific. Haerudin (2013: 246)
menyatakan bahwa pendekatan scientific memberikan peluang lebih besar bagi
siswa dalam mengembangkan komunikasi matematisnya. Hal ini dikarenkan
langkah-langkah ilmiah pada pendekatan scientific memungkinkan siswa lebih aktif,
kemamuan komunikasinya terus diasah, digunakan serta melatih kemampuan
3

menginterpretasikan ide-ide matematika siswa dengan rasional secara tertulis. Ini


berarti bahwa proses belajar dalam pendekatan scientific berupaya menempatkan
siswa sebagai pelaku utama untuk menggali ide-ide dasarnya, sebab pendekatan ini
berorientasi pada siswa yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Dengan demikian, melalui pendekatan scientific dapat menjadi
solusi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam merepresentasikan soal uraian
ke dalam bentuk representasi matematis siswa.
Kemampuan komuniaksi matematis siswa yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah suatu cara bagi siswa untuk mengkomunikasikan, menjelaskan dan
mereperesentasikan masalah, situasi, atau ide-ide ke dalam model matematika.
Penilaian kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dibatasi pada
kemampuan dalam mempresentasikan hasil jawabannya dalam bentuk lisan.
Penilaian komunikasi matematis menggunakan lembar tes yang dilakukan oleh
siswa SMP Negeri 4 Singkawang yang menjadi subyek penelitian.
Dipilihnya SMP Negeri 4 Singkawang dengan pertimbangan bahwa SMP
Negeri 4 Singkawang terdapat permasalahan yang dapat dijadikan objek penelitian.
Hal ini diperkuat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di sekolah
tersebut. Dengan demikian, penelitian tentang endekatan scientific pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel diharapkan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi SMP Negeri 4 Singkawang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah-masalah yang
muncul khususnya dalam pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 4
Singkawang dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika masih terpusat pada guru.
2. Siswa selama proses pembelajaran matematika masih terlihat kurang aktif.
3. Kemamuan komunikasi siswa masih tergolong rendah.
4. Rendahnya upaya dan perhatian guru untuk menstimulasi kemampuan
komunikasi matematis siswa.
4

C. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi, serta keterbatasan waktu
dan kemampuan yang dimiliki, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian yang dimaksud adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 4
Singkawang pada tahun ajaran 2016/2017.
2. Dalam penelitian ini hanya diambil tiga indikator kemampuan komunikasi
matematis yaitu sebagai berikut.
a. Kemampuan menginterpretasikan ide-ide matematika dengan rasional secara
tertulis.
b. Kemampuan mengubah permasalahan matematika ke dalam model
matematika.
c. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian.
3. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
siswa selama proses pembelajaran Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
Adapun aspek-aspek yang dapat diperhatikan oleh guru melihat aktivitas belajar
siswa antara lain.
a. Perhatian siswa saat guru menjelaskan materi
b. Keaktifan siswa dalam mencatat materi pembelajaran dan laporan hasil
kerja kelompok
c. Keberanian siswa dalam menjawab soal yang diberikan guru
d. Keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru
e. Keberanian siswa mempresentasikan hasil kerjanya
f. Keterlibatan siswa saat kerja kelompok
g. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
4. Adapun untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan scientific terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswadilihat dari perolehan pre-
test dan post-test.
5. Materi pertidaksamaan linear satu variabel yang diguankan untuk menerapkan
pendekatan scientific dalam penelitian ini hanya meliputi pengertian
pertidaksamaan linear satu variabel, penyelesaian pertidaksamaan linear satu
5

variabel, membuat model matematika dan menyelesaikan soal cerita yang


berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu variabel.

D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan
masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pendekatan
scientific terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri
4 Singkawang tahun ajaran 2016/2017 pada materi pertidaksamaan linear satu
variabel?”
Agar lebih memperjelas arah dari penelitian ini, maka perlu dideskripsikan
beberapa sub masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi mataematis siswa sesudah
diterapkannya pendekatan scientific pada materi pertidaksamaan linear satu
variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa melalui pendekatan scientific pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun
ajaran 2016/2017?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan scientific pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun
ajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan umum dalam penelitian
ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh pendekatan scientific terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun ajaran
2016/2017 pada materi pertidaksamaan linear satu variabel”.
Adapun sub-sub tujuan penelitia ini adaah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
sesudah diterapkannya pendekatan scientific pada materi pertidaksamaan linear
satu variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun ajaran 2016/2017.
6

2. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa melalui pendekatan scientific pada


materi pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang
tahun ajaran 2016/2017.
3. Untuk mengatahui respon siswa terhadap pendekatan scientific pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMP Negeri 4 Singkawang tahun
ajaran 2016/2017.

F. Manfaat penelitian
1. Bagi Peserta Didik
Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
2. Bagi Guru
Dapat memperluas wawasan guru mengenai pembelajaran matematika
melalui penggunaan pendekatan scientific, dan dapat dijadikan sebagai satu
diantara alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
3. Bagi Sekolah
Dapat menjadi referensi yang berguna dan pedoman dimasa yang akan
datang dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis siswa secara keseluruhan.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman sehingga
dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaraan matematika.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka
perlu adanya penjelasan istilah sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi matematis
Kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan siswa
mengekspresikan ide matematik kedalam bentuk objek atau model
matematika lain serta kemampuan siswa menganalisis dan mengevaluasi
suatu informasi.
7

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian


ini sebagai berikut :
a. Kemampuan menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar dengan kata-
kata sendiri dalam bentuk tulisan (menulis)
b. Kemampuan menyatakan suatu persoalan secara tertulis dalam bentuk
gambar (menggambar)
c. Kemampuan menyatakan suatu persoalan secara tertulis dalam bentuk
model matematika (ekspresi matematik).
2. Pendekatan Scientific
Pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific bahwa
proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu sebagai
berikut.
a. Mengamati
b. Menanya
c. Mengumpulkan informasi
d. Mengasosiasi
e. Mengkomunikasikan
3. Respon Siswa
Respon siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan
siswa mengenai implementasi pendekatan scientific yang didasarkan pada
pengalaman siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel. Adapun untuk mengetahui respon siswa
menggunakan pengumpul data berupa angket
8

4. Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) materi
pertidaksamaan linear satu variabel merupakan pelajaran matematika SMP
kelas VII. Materi pertidaksamaan linear satu variabel yang akan dibahas
dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pengertian Pertidaksamaan Linear.
b. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
c. Contoh soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel sesuai dengan
indikator.
9

BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pendekatan Scientific
a. Pengertian Pendekatan Scientific
Pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan
Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan
laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah yang
memiliki karakteristik “doing science” (Rudolph, 2005). Pembelajaran
dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Nurul (2013: 45) menyebutkan pembelajaran pendekatan scientific
merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan
inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu
maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan
pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar
yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan
prinsip yang didapatkan siswa.
Jadi pendekatan scientific dalam penelitian ini adalah pendekatan
dalam proses pembelajaran. Siswa diajak mengamati satu objek yang
akan dipelajari dan diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dari hasil pengamatannya, kemudian siswa
diberikan keleluasaan untuk melakukan percobaan dengan pengalaman
keilmuan yang dimilikinya serta mengelola hasil dari percobaan yang
dilakukan. Selain itu juga diharapkan siswa mampu untuk menyajikan
10

serta menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari, sehingga siswa
dapat menciptakan sesuatu yang dikumpulkan dari fakta-fakta keilmuan
yang dimiliki.

b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific


Menurut Permendikbud No.81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang
Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa proses pembelajaran
terdiri atas lima pengalaman belajar pokok (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013: 5) yaitu sebagai berikut.
f. Mengamati
g. Menanya
h. Mengumpulkan informasi
i. Mengasosiasi
j. Mengkomunikasikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai
kegitan belajar sebagaimana tercantum pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan
Belajar dan Maknanya
Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, ketelitian, mencari
memperhatikan, melihat informasi.
(tanpa atau dengan alat)
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang kreatifitas, rasa ingin
tidak dipahami dari apa tahu, kemampuan
yang diamati atau merumuskan
pertanyaan untuk pertanyaan untuk
mendapatkan informasi membentuk pikiran
11

tambahan tentang apa kritis


yang diamati
Mengumpulkan - Melakukan Menegmbangkan sikap
informasi eksperimen/men telit, jujur, kemampuan
coba berkomunikasi
- Membaca
sumber lain buku
teks
mengasosiasi Mengolah informasi Mengembangkan
yang sudah kemampuan berpikir
dikumpulkan dari induktif serta deduktif
kegiatan mengamati dan dalam menyimpulkan
kegiatan mengumpulkan
informasi
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan
pengamatan, kesimpulan kemampuan berpikir
berdasarkan hasil sistematis,
analisis secara tertulis, mengungkapkan
atau media lainnya pendapat singkat dan
jelas

2. Kemampuan Komunikasi Matematis


a. Pengertian Komunikasi Matematis
Komunikasi matematika merupakan satu diantara tujuan
pembelajaran matematika dan menjadi satu diantara Standar Kompetensi
Kelulusan (SKL) sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah,
sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
tahun 2006 tentang SKL dalam bidang studi matematika. Dinyatakan
bahwa melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat
mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Taduengo, 2013).
12

Franks dan Jarvis(2009), dinyatakan bahwa komunikasi


mempunyai makna yang lebih luas yaitu : meliputi diskusi dan menulis
masalah serta gagasan yang dapat memberikan pengaruh positif pada
ingatan dan pengembangan konsep serta kemampuan pemecahan
masalah.
Menurut Gantinah (2014 : 413) dalam bahasanya tentang NCTM,
bahwa komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam hal
sebagai berikut
1. Membaca dan menulis matematika serta menafsirkan makna dan ide
dari tulisan itu
2. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide
matematika dan hubungannya
3. Menuliskan sajian matematika dengan pengertian
4. Menggunakan kosakata atau bahasa, notasi struktur secara
matematika untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan
pembuatan model
5. Memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan kedalam
tulisan atau dalam bentuk visual
6. Mengamati dan membuat dugaan, merumuskan pertanyaan,
mengumpulkan dan menilai informasi
7. Menghasilkan dan menyajikan argumen yang meyakinkan

b. Indikator Komunikasi Matematis Siswa


Menurut Rosliawati (2014: 23) dalam pembahasannya tentang
NCTM, indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis dpada
pembelajaran matematika dapat dilihat dari:
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui tulisan,
dan mendemonstrasikannya, serta menggambarkannya secara visual
2. Kemampuan memahami menginterpresentasikan, dan mengevaluasi
ide-ide matematika baik secara tulisan maupun dalam bentuk visual
lainnya
13

3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi


matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide,
menggambarkan hubungan dan model-model situasi
Menurut Sumarmo (2012 : 15) juga mengidentifikasi indikator
komunikasi matematis yaitu sebagai berikut
1. Menyatakan hubungan benda nyata, gambar dan diagram
kedalam ide matematika
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara tertulis
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dengan bahasa dan simbol
matematika
4. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
5. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika
dalam bahasa sendiri
3. Teori yang Mendukung Pendekatan Scientific
Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses
itu, bantuan guru diperlukan tetapi bantuan itu harus semakin berkurang
ketika siswa semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya.
Pendekatan scientific sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan
Vygotsky berikut ini.
a. Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada
empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam
Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan,
siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang
merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar
seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan
14

penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan


penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan
siswa akan menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses
kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan
scientific.
b. Teori Belajar Piaget
Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu
struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah.
Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata
disebut dengan adaptasi.
Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk
konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan
mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran dengan metode
saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh
karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan pendekatan
scientific.
c. Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal
development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan
anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang
lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
15

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori


Vygotsky menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding
(perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan
teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya,
sejumlah besar dukungan diberikan kepada anak selama tahap-tahap
awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu semakin dikurangi
untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).

4. Aktivitas Belajar Siswa


1. Pengertian aktivitas belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak
dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan
aktivitas sendiri maupun didalam suatu kelompok tertentu. Dipahami
ataupun tidak dipahami sesungguhnya sebagian besar aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar.
Aktivitas belajar menurut Anggarini (2012: 10) adalah semua
kegiatan kerja yang dilakukan secara jasmani maupun rohani dalam
usaha untuk memperoleh ilmu melalui pengalaman, sehingga
nantinya terjadi perubahan tingkah laku positif sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya

2. Jenis-Jenis aktivitas belajar


Menurut Hamalik (2010: 90-91), jenis-jenis aktivitas belajar
dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut
a. Aktivitas visual/fisik meliputi membaca, melihat gamba-gambar,
mengamati eksperimen, demosntrasi, pameran, mengamati orang
bekerja atau bermain
b. Aktivitas lisan mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
16

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwaancara serta


diskusi
c. Aktivitas menulis meliputi menulis rangkuman, membuat sketsa,
mengerjakan tes, dan mengisi angket
d. Aktivitas fisik mental berkaitan dengan mengingat, mengamati,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan
hubungan-hubungan
e. Aktivitas menggambar meliputi kegiatan menggambar, membuat
grafik, diagram, peta dan pola
f. Aktivitas emosional seperti minat, membedakan, berani,
semangat, tenang dan sebagainya

5. Materi pertidaksamaan linear satu variabel


Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) materi
pertidaksamaan linear satu variabel merupakan pelajaran matematika
SMP kelas VII yang memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yaitu sebagai berikut.
1. Standar kompetensi :
- Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel dan perbandingan dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar
- Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
- Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
Adapun materi pertidaksamaan linear satu variabel yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pengertian pertidaksamaan linear
1. 3 kurang dari 5 ditulis 3 < 5
2. 8 lebih dari 4 ditulis 8 > 4
3. 𝑥 tidak lebih dari 9 ditulis 𝑥 ≤ 9
17

4. Dua kali 𝑦 tidak kurang dari 16 ditulis 2𝑦 ≥ 16


Secara umum dapat diartikan a,b adalah bilangan real, dengan
a ≠ 0. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV) adalah kalimat
terbuka yang memiliki sebuah variabel dan berpangkat satu (linear) yang
dinyatakan dengan bentuk sebagai berikut :
1. a𝑥 + b > 0 atau
2. a𝑥 + b < 0 atau
3. a𝑥 + b ≤ 0 atau
4. a𝑥 + b ≥ 0.
(Buku Guru/Kemendikbud, 2013: 461)

b. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel


untuk menentukan pertidaksamaan linear satu variabel, dapat
dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
1. Mencari lebih dahulu penyelesaian persamaan yang diperoleh
dari pertidaksamaan dengan mengganti tanda ketidaksamaan
dengan tanda “=”.
2. Menyatakan kedalam pertidaksamaan yang equivalen, suatu
pertidaksamaan dapat dinyatakan kedalam pertidaksamaan yang
equivalen dengan cara sebagai berikut :
a. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan
yang sama tanpa mengubah tanda ketidaksamaan
b. Mengalihkan atau membagi kedua ruas dengan bilangan
positif yang sama tanpa mengubah tanda ketidaksamaan
c. Mengalihkan atau membagi kedua ruas dengan bilangan
negatif yang sama tetapi tanda ketidksamaan berubah,
dimana :
1. > menjadi < 3. < menjadi >
2. ≥ menjadi ≤ 4. ≤ menjadi ≥

(Nuharini, 2008: 118)


18

Contoh soal
1. Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan berikut, kemudian
gambarkan dalam garis bilangan.
(a) 2x + 8 > 0
(b) 5x – 15 ≤ 0
Jawab:
(a) 2x + 8 > 0
⇒ 2x > −8
⇒ x > −4
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {x | x > −4, x ∈ R}. Himpunan
penyelesaian ini, secara geometris tampak pada Gambar (a).
(b) 5x – 15 ≤ 0
⇒ 5x ≤ 15
⇒x≤3
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {x | x ≤ 3, x ∈ R}. Garis bilangannya
dapat digambarkan seperti pada Gambar (b).

2. Umur Lisa dan Muri masing-masing (5x – 2) dan (2x + 4). Jika umur Lisa
lebih dari umur Muri, maka tentukanlah batas-batas nilai x.
Jawab:
Dari soal terdapat kata “lebih dari” yang berarti kita pergunakan tanda “>”.
Dengan ketentuan yang terdapat dalam soal, maka kita peroleh model
matematika berikut.
Umur Lisa > umur Muri
19

⇒ 5x – 2 > 2x + 4
Kemudian kita selesaian bentuk pertidaksamaan linear satu variabel di atas,
yaitu sebagai berikut.
5x – 2 > 2x + 4
⇒ 5x – 2x > 4 + 2
⇒ 3x > 6
⇒x>2
Jadi, batas-batas nilai x adalah bilangan yang lebih dari 2.

3. Menentukan banyak kotak berarti sama saja dengan menentukan nilai x, yaitu
dengan menyelesaikan pertidaksamaan berikut.

20x + 60 ≤ 500

⇒ 20x ≤ 500 – 60

⇒ 20x ≤ 440

⇒ x ≤ 22

Dari penyelesaian tersebut, kita peroleh nilai maksimum dari x adalah 22.
Dengan demikian, dalam setiap kali jalan mobil box mampu mengangkut paling
banyak 22 kotak.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Febrianti (2014) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan pada
pokok bahasan pertidaksamaan linear satu variabel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa meliputi : kesalahan
konsep, kesalahan prinsip, kesalahan operasi dan tidak menjawab soal yang
telah di berikan. Faktor penyebab terjadinya kesalahan adalah faktor dari dalam
diri siswa (intern) meliputi siswa kurang teliti dalam membaca soal, siswa tidak
bisa membedakan antara koefisien, variabel dan konstanta, siswa tidak paham
maksud dari soal yang telah diberikan sehingga tidak tahu bagaimana menjawab
soal, siswa masih kurang paham bagaimana cara menyamakan kedua ruas, siswa
20

tidak tahu bagaimana cara ,mengubah soal menjadi model matematika pada soal
cerita.
Demikian juga Murdifin (2013), menyebutkan bahwa kendala siswa
pada pokok bahasan pertidaksamaan linear satu variabel ketika siswa bertemu
dengan soal yang membutuhkan analisis, seperti soal cerita. Dalam
menyelesaikan soal sebagian siswa masih banyak yang tidak menuliskan
informasi dari soal, dengan tidak dituliskannya informasi yang terkandung pada
soal siswa terkendala dalam mengubah permasalahan tersebut kedalam model
matematika, sehingga soal tersebut menjadi sulit diselesaikan. Hal ini
dikarenakan kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih tergolong
rendah.
Dengan demikian berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendekatan scientific berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa pada materi pertidaksamaan linear satu variabel

C. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 4 Singkawang pada
materi pertidaksamaan linear satu variabel termasuk dalam kategori kurang. Hal
ini menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar kemampuan
komunikasi matematis dalam materi pertidaksamaan linear satu variabel dapat
lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat di gunakan untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu guru dapat menggunakan pendekatan
scientific. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan dibandingkan
dengan guru. Pada penelitian ini diharapkan pendekatan scientific dapat
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII
SMPNegeri 4 Singkawang tahun ajaran 2016/2017 pada materi pertidaksamaan
linear satu variabel.
Berdasarkan paparan tersebut maka kerangka penelitian ini dapat
ditampilkan pada gambar 2.1 sebagai berikut
21

KONDISI AWAL

1. Pembelajaran matematika masih terpusat pada guru


2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
3. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih
tergolong rendah
4. Rendahnya upaya dan perhatian guru untuk
menstimulasi kemampuan komunikasi matematis siswa

TINDAKAN KONDISI AKHIR

Menerakan pendekatan Pendekatan scientific memiliki


scientific pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa
SMP Negeri 4 Singkawang
tahun ajaran 2016/2017 pada
Keterangan: materi pertidaksamaan linear
satu variabel
= selanjutnya

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang
diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho = Pendekatan scientific tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 4
Singkawang tahun ajaran 2016/2017 pada materi pertidaksamaan linear
satu variabel.
Ha = Pendekatan scientific memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 4 Singkawang
tahun ajaran 2016/2017 pada materi pertidaksamaan linear satu variabel.

You might also like