Professional Documents
Culture Documents
Abstract
In solving mathematical problems, sometimes students have difficulty. Therefore, it is
necessary to have steps in solving mathematical problems. There are four indicators in
solving problems according to Polya (1985). Namely: (1) understanding the problem, (2)
linking the known and asked elements and stating it in the form of a mathematical model of
the problem, (3) choosing a solution strategy, elaborating and carrying out calculations or
completing a mathematical model, and (4) interpreting the results of the original problem.
And check the correctness of the solution. This study aims to analyze the mathematical
problem solving ability of students in polynomial material. This research was conducted at
the School of MAN 14 Jakarta with the research subjects of 40 students of class XI. The
method used in this research is through a qualitative approach with descriptive nature. In
data collection, the technique used was to give a description test and direct interviews to
students. The results of this study indicate that the average mathematical problem solving
ability of students in low polynomial material is 48.3325. This was obtained from 40
students who took the description test, only 6 students were included in the high category
with a percentage of 15% only, then the medium category was 25 students with a percentage
of 62.5%, and the low category was 9 students with a percentage of 22.5%.
Abstrak
Dalam memecahkan masalah matematis, terkadang peserta didik mengalami kesulitan. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya langkah-langkah dalam memecahkan masalah matematis.
Terdapat empat indikator dalam memecahkan masalah menurut Polya (1985). Yaitu: (1)
memahami masalah, (2) mengaitkan unsur yang diketahui dan ditanyakan dan
menyatakannya dalam bentuk model matematika masalah, (3) memilih strategi
penyelesaian, mengelaborasi dan melaksanakan perhitungan atau menyelesaikan model
matematika, dan (4) menginterpretasi hasil terhadap masalah semula dan memeriksa
kembali kebenaran solusi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik dalam materi polinomial. Penelitian ini
dilakukan di Sekolah MAN 14 Jakarta dengan subjek penelitian 40 orang siswa kelas XI.
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu melalui pendekatan kuantitatif dengan sifat
deskriptif. Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan dengan memberikan tes uraian
dan wawancara langsung pada siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam materi polinomial rendah yaitu
sebesar 48,3325. Hal ini diperoleh dari 40 siswa yang mengerjakan tes uraian, hanya 6
peserta didik yang termasuk dalam kategori tinggi dengan presentase sebesar 15% saja,
kemudian kategori sedang sebanyak 25 peserta didik dengan presentase sebesar 62,5%, dan
kategori rendah sebanyak 9 peserta didik dengan presentase sebesar 22,5%.
How to Cite: Kadir, Atiqoh, K.S.N. & Hafiz, M. (2021). Instructions/Template for Preparing
Manuscript for Algoritma Journal of Mathematics Education. ALGORITMA Journal of Mathematics
Education, x (x), xx-xx.
PENDAHULUAN
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang SISDIKNAS, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, begitupun bangsa dan
negara (Putra, 2019).
Matematika merupakan mata pelajaran pokok yang ada disetiap jenjang, mulai dari
jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada setiap pendidikan, matematika saling
berkesinambungan dengan materi lainnya. Hal ini berarti matematika salah satu pelajaran
yang harus dipelajari secara runtut dan terperinci.
Akan tetapi, dilapangan sering dijumpai tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa
matematika itu pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
(Jalal, 2022) bahwa para subjek menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang secara
umum cukup sulit. Hal ini mempengaruhi peserta didik generasi selanjutnya yang secara
tidak langsung akan berdampak negatif yang belum mencoba terlebih dahulu.
Belajar matematika harus memahami konsep dasar sebagai acuan utama dalam belajar
dan belajar matematika harus runtut, terperinci dan bertahap karena disetiap materi akan
berkaitan. Pemahaman konsep dasar juga menentukan bagaimana kedepannya dalam belajar
matematika. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Pembelajaran matematika harus dirancang dengan sedemikian rupa agar peserta didik
menjadi lebih semangat dalam belajar matematika. Pendidik harus memberikan metode
pembelajaran yang sesuai agar peserta didik dapat lebih mudah untuk memahaminya (Firliani
et al., 2019).
Salah satu materi penting dalam matematika yaitu polinomial atau suku banyak.
Polinomial itu sendiri merupakan pelajaran matematika yang mencakup jumlahan perkalian
pangkat dalam satu atau lebih variabel dengan koefisien. Polinomial juga dapat berperan
penting dalam mengembangkan kemampuan matematis peserta didik. Dalam menyelesaikan
masalah polinomial, dapat menggunakan kemampuan pemecahan masalah untuk
memudahkan peserta didik memecahkan masalah polinomial tersebut. Kemampuan
pemecahan masalah sangat penting bagi peserta didik. Seperti yang diungkapkan (Nurfatanah
et.al., 2016) bahwa pemecahan masalah sebagai langkah awal peserta didik dalam
mengembangkan ide-ide dalam membangun pengetahuan baru dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan matematika. Selain itu, menurut Noviani, M dan Surya, E (2017)
dalam (Martin & Surya, 2022) kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh
siswa dalam memahami konsep,hubungan antar konsep, dan hubungan antara konsep dan
bidang lainnya. (Maryam et.al., 2013 dalam Cahyani & Setyawati, 2016) mengungkapkan
bahwa dengan adanya proses pemecahan masalah merupakan salah satu elemen penting bagi
siswa dalam menggabungkan masalah kehidupan nyata. Sehingga dapat disimpulkan dengan
membiasakan menerapakan kemampuan pemecahan masalah ini, tidak hanya memudahkan
peserta didik dalam memecahkan masalah matematis, akan tetapi masalah bidang ilmu lain
maupun masalah kehidupan sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari aspek tujuan pendidikan
matematika. Kemampuan tersebut merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki peserta
didik agar tujuan matematika dapat tercapai. Dalam menerapkan kemampuan pemecahan
masalah masih ada kesulitan yang dihadapi siswa, seperti yang telah diteliti oleh (Jatmiko,
2018) bahwa guru masih kurang kreatif dalam menggunakan strategi dalam mengajar,
sehingga peserta didik masih kesulitan dalam memahami masalah dan tidak memahami
langkah-langkah penyelesaian, serta kurang memahami soal berbasis konsep. Dengan hal ini,
seringkali pada kenyataannya yang terjadi di lapangan, materi polinomial atau suku banyak
merupakan materi yang dianggap sulit oleh peserta didik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian (Rahmawati et al., 2021) dengan adanya beberapa kesalahan peserta didik yang
dilakukan dalam mengerjakan soal polinomial yaitu kesalahan konseptual berkaitan dengan
kesalahan pengaplikasian konsep polinomial, kesalahan prosedural berkaitan dengan
kesalahan pada langkah-langkah penyelesaian masalah yang disajikan, serta kesalahan
teknik berhubungan dengan kesalahan selama melaksanakan perhitungan untuk
menyelesaikan masalah yang disajikan.
Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan, dapat diulas dan dikaji lebih lanjut
mengenai sumber kesalahan peserta didik. Sumber kesalahan peserta didik harus ditindak
lanjuti agar mendapatkan pemahaman atau penyelesaian yang lebih tepat sehingga tidak
terjadi kesalahan yang berulang kali. Oleh karena itu, ulasan kesalahan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah perlu diteliti lebih lanjut, sehingga secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dalam materi polinomial.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2017:8) metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotensis yang telah ditetapkan. Metode
deskriptif merupakan metode analisis dengan mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian
diklarifikasi, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai keadaan yang diteliti (Anggraeni & Kadarisma, 2020).
Menurut Arikunto (2009) “Objek segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan
karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut”. Objek penelitian ini yaitu
kemampuan pemecahan masalah siswa SMA kelas XI pada materi polinomial. Teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pengukuran dan teknik
komunikasi langsung. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mengetahui suatu keadaan
berupa kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu, sedangkan teknik
komunikasi langsung merupakan usaha peneliti melakukan kontak langsung baik secara lisan
maupun tatap muka dengan sumber data (Bernard et al., 2018).
Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa indikator di antaranya
memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan
masalah, lalu yang terakhir menginterpretasikan hasil terhadap masalah semula dan
memeriksa kembali kebenaran. Cara peneliti mengumpulkan data yaitu dengan tes soal
pemecahan masalah, menyajikan data, dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Tahap
penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Langkah-langkah tahap
perencanaan yaitu: 1) menyiapkan instrumen penelitian; 2) merevisi berdasarkan hasil
validasi. Tahap pelaksanaan: 1) memberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis
kepada siswa kelas XI; 2) menganalisis jawaban subjek penelitian. Tahap pengamatan: 1.
Menganalisis data yang diperoleh hasil tes; 2. Mendeskripsikan hasil analisis; 3. Menyusun
laporan penelitian.
Gambar 1.
Berdasarkan gambar 1, bahwa peserta didik sudah mampu menuliskan apa saja
informasi yang diketahui dan ditanyakan dari soal yang telah diberikan. Peserta didik
langsung melaksanakan penyelesaian untuk memproleh jawaban dari soal tersebut. Dalam
indikator “Memahami masalah” pada soal nomor 1, peserta didik sudah cukup paham dan
mengerti saat mengerjakan soal nomor 1 sehingga jawaban mereka sudah benar.
Gambar 2.
box kecil (4x). Selain itu peserta didik tidak melakukan penggambaran model matematika
yang sesuai dengan permasalahannya.
Gambar 3
Gambar 4
Berdasarkan pada gambar 4, peserta didik sudah mampu mengiterpretasikan hasil
terhadap masalah semula, tetapi peserta didik belum memeriksa kembali kebenaran nilai a
kedalam f(x) sehingga jawaban tersebut dinyatakan belum sempurna dalam menyelesaikan
soal. (Syahril et al., 2021).
Setelah tes tulis dilakukan, dilanjutkan dengan mewawancara pada dua peserta didik.
Peserta didik 1.
Peneliti: “ Apakah keempat soal itu terjawab semua?”
Peserta didik(1): “Tidak kak”
Peneliti: “Nomor berapa saja yang tidak terjawab?”
Peserta didik(1): “Nomor dua kak”
Peneliti: “Kenapa Nomor dua tidak terjawab?”
Peserta didik(1): “Karena waktunya tidak cukup kak”
Peserta didik 2.
Peneliti: “ Apakah keempat soal itu terjawab semua?”
Peserta didik (2): “Tidak kak”
Peneliti: “Nomor berapa saja yang tidak terjawab?”
Peserta didik (2): “Nomor dua kak”
Peneliti: “Kenapa Nomor dua tidak terjawab?”
Peserta didik (2): “Sulit membuat pemodelannya, karena soalnya berupa tumpukan”
Dengan wawancara tersebut, memang waktu yang diberikan untuk tes uraian hanya 40 menit,
sehingga banyak peserta didik yang tidak menjawab semua soal. Selain itu, untuk soal nomor
dua dinyatakan oleh peserta didik (2), itu sesuai dengan hasil tes uraiannya. Pada soal nomor
dua masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam memodelkan. Seringkali peserta didik
langsung melakukan perhitungan tanpa membuat permodelan terlebih dahulu seperti pada
gambar 2 diatas.
KESIMPULAN
Kemampuan berpikir matematis bagi siswa sangat diperlukan untuk menyelesaikan
masalah matematika. Pada indikator memahami masalah kemampuan siswa sudah cukup
baik. Siswa masih belum mampu menguasai indikator perencanaan pemecahan masalah
dengan baik dan mayoritas tidak menjawab soal tersebut. Namun, pada soal nomor 3 dan 4
siswa sudah cukup mampu menguasai indikator melaksanakan rencana pemecahan masalah
dan menginterpretasikannya serta memeriksa kembali kebenaran.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami kelompok 10 menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Finola Marta Putri S.Pd, M.Pd. dan Bapak Hafiz S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Matematika Sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
dapat menyusun artikel ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak/Ibu guru pembimbing yang telah memberikan kami kesempatan untuk melakukan
observasi penelitian di sekolah.
3. Rekan-rekan penulis dan sahabat-sahabat kami yang telah banyak memberikan bantuan
ikut berperan dalam pembuatan dan penyusunan artikel ini.
REFERENSI
Anggraeni, R., & Kadarisma, G. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Smp Kelas VII Pada Materi Himpunan. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(2), 1072–1082. https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i2.334
Bernard, M., Nurmala, N., Mariam, S., & Rustyani, N. (2018). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Kelas IX Pada Materi Bangun Datar. SJME
(Supremum Journal of Mathematics Education), 2(2), 77–83.
https://doi.org/10.35706/sjme.v2i2.1317
Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016). Pentingnya Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 151–160.
Firliani, Ibad, N., H, N. D., & Nurhikmayati, I. (2019). Teori Throndike Dan Implikasinya
Dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 823–838.
Jalal, N. M. (2022). Persepsi Siswa Sekolah Dasar terhadap Mata Pelajaran Matematika
saat Pandemi Covid-19 Elementary School Students ’ Perception of Mathematics during
the Covid-19 Pandemic. 5(1), 27–40.
Jatmiko, J. (2018). Kesulitan Siswa Dalam Memahami Pemecahan Masalah Matematika.
JIPMat, 3(1), 17–20. https://doi.org/10.26877/jipmat.v3i1.2285
Martin, R., & Surya, E. (2022). PROSIDING PENDIDIKAN DASAR URL:
https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/index Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Materi
Geometri. 1(2018), 104–111. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.177
Nurfatanah et.al. (2016). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar.
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 3(2), 546–551.
https://doi.org/10.17509/eh.v3i2.2807
Pratiwi, R., & Hidayati, N. (2022). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas
XI SMK Berdasarkan Tahapan Polya. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 8(1), 256–263.
https://doi.org/10.31949/educatio.v8i1.1978
Putra, F. (2019). UU No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24772.17286
Rahmawati, A. R., Sudirman, S., & Rahardi, R. (2021). Kesalahan Mahasiswa Pendidikan
Matematika dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi dan Persamaan Polinomial. Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2548–2559.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i3.893
Syahril, R. F., Maimunah, & Roza, Y. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Sma Kelas Xi Sman 1 Bangkinang Kota Ditinjau dari Gaya Belajar.
Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(3), 78–90.