You are on page 1of 9

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.

php/JPP

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL SRL BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ni Nyoman Parwati1), I Gde Wawan Sudatha2), I Gusti Putu Suharta3), dan I Nyoman Narawidia4)

Universitas Pendidikan Ganesha


1,2,3,4)

1)
nyoman.parwati@undiksha.ac.id, 2)igdewawans@undiksha.ac.id, 3)putu.suharta@undiksha.ac.id,
4)
narawidia@gmail.com.

ABSTRACT
The SRL learning model still needs to be tested for its effectiveness in improving student learning outcomes. The purpose of this study
was to describe the effectiveness of the application of Self-Regulated-Learning (SRL) model assisted by multimedia compared to the
Direct-Instruction (DI) model on mathematical problem solving abilities and Student' learning motivation. This study uses a quasi-
experimental non-equivalent pretest-posttest control group design. The population of this study was class X SMA Negeri 1 Gianyar
for the Academic Year 2019/2020 which consisted of 10 classes. The research sample was determined using cluster random
sampling technique, two classes were selected, namely Class X MIPA 7 using SRL learning model assisted by multimedia and Class
X MIPA 5 using the DI learning model. Data analysis used multivariate of covariance analysis technique. The result of this study is
that the average mathematical problem solving ability and student learning motivation are higher in the application of the SRL
learning model assisted by multimedia than the DI model and differ significantly with α = 0.05. It can be concluded that the
application of the the SRL learning model assisted by multimedia is effective in improving mathematical problem solving abilities
and student motivation, and can be recommended to be implemented in high school mathematics learning.
Keywords: Direct-Instruction model, learning motivation, mathematical problem solving abilities, multimedia, Self-Regulated-
Learning model
ABSTRAK
Model pembelajaran SRL masih dipandang perlu diuji keefektifannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan model Self-Regulated-Learning (SRL) berbantuan multimedia dibandingkan
dengan model Direct-Instruction (DI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar siswa. Penelitian
ini menggunakan penelitian quasi experiment Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas X SMA Negeri 1 Gianyar Tahun Ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 10 kelas. Sampel penelitian ditentukan
menggunakan teknik cluster random sampling, terpilih dua kelas yaitu Kelas X MIPA 7 menggunakan model pembelajaran SRL
berbantuan multimedia dan Kelas X MIPA 5 menggunakan model pembelajaran DI. Analisis data menggunakan teknik analisis
kovarians multivariat. Hasil penelitian ini adalah rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar siswa
lebih tinggi pada penerapan model SRL berbantuan multimedia daripada model DI dan berbeda secara signifikan dengan α = 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model SRL berbantuan multimedia, efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dan motivasi belajar siswa, serta dapat direkomendasi untuk dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di
SMA.

Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah matematika, model Direct-Instruction, model Self-Regulated-Learning, motivasi
belajar, multimedia

PENDAHULUAN

National Research Council of The National Academies (2010) merekomendasi agar pelaksanaan pembelajaran
lebih ditekankan pada keterampilan-keterampilan inovatif abad 21 seperti: (1) kemampuan beradaptasi atau
penyesuaian diri dengan lingkungan, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) kemampuan menyelesaikan permasalahan
yang tidak rutin, (4) manajemen/pengembangan diri, dan (5) sistem berpikir. Keterampilan-keterampilan tersebut perlu
ditanamkan untuk menghadapi tuntutan global saat ini. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas tersirat bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan utama yang harus dicapai dalam melaksanakan suatu pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai sekolah dasar. Dalam melaksanakan
pembelajaran matematika, ada lima standar proses pembelajaran matematika menurut (NCTM, 2000), yaitu pemecahan
masalah, penalaran, koneksi, komunikasi, dan representasi matematis. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta
didik mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak menentu, dan kompetitif. (Yuliati, 2021; Saragih & Simamora, 2021; Kistian & Verawati, 2020;
Wiranata Sinurat et al., 2021) menyatakan bahwa pemecahan masalah akan menjadi hal yang sangat menentukan
keberhasilan pendidikan matematika, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah selama proses pembelajaran
berlangsung hendaknya menjadi suatu keharusan. Ketika peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan
matematika, mereka perlu memiliki kemampuan-kemampuan awal untuk memecahkan masalah tersebut yaitu
kemampuan untuk dapat merumuskan, mempresentasikan dan memecahkan masalah matematis yang dihadapinya
secara tepat, efektif dan akurat. Pemecahan masalah bukan hanya sekedar tujuan dalam pembelajaran matematika,
melainkan bagian utama dari segala aspek aktivitasnya. Anugrah Mulia Tampubolon et al. (2021) menyatakan bahwa
matematika berperan dalam menata pikiran manusia dan sebagai sarana yang ampuh dalam menyelesaikan
permasalahan sehari-hari. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang wajib diberikan kepada
setiap siswa pada tiap jenjang pendidikan. Namun pada kenyataannya di lapangan masih banyak ditemukan bahwa mata
pelajaran ini masih kurang diminati dan dianggap sulit oleh sebagian besar siswa.
Kondisi pembelajaran matematika saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan harapan, karena pembelajaran
matematika di sekolah masih cenderung terfokus pada keterampilan hitung menghitung dan penuntasan materi
pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Kecerdasan logis peserta diidk belum sepenuhnya bisa dikembangkan, karena
kegiatan pembelajaran masih menggunakan pembelajaran yang cenderung masih berpusat pada guru. Sependapat
dengan pernyataan tersebut (Septianingtyas & Jusra, 2020) menemukan bahwa sebanyak 56,8% kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik masih rendah dan gampang menyerah kalau dihadapkan dengan soal
pemecahan masalah matematika. (Rismen et al., 2020) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa masih rendah dan perbedaan karakteristik siswa dalam menerima dan mengorganisasikan serta mengolah
informasi dalam menyelesaikan masalah masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan
pemecahan masalah matematika masih rendah.
Apabila dilihat dari hasil Ujian Nasional tingkat SMA yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata UN Matematika untuk tingkat SMA di Indonesia mengalami
penurunan sepanjang tahun 2017-2019. Salah satu faktor penyebab rendahnya rata-rata nilai UN tersebut diduga karena
kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah yang masih kurang dalam pembelajaran juga terjadi pada siswa khususnya di SMA
Negeri 1 Gianyar pada kelas X semester genap tahun pelajaran 2019/2020 yang masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan. Faktor tersebut didukung oleh hasil wawancara pada tanggal 10 Januari 2020 terhadap guru mata pelajaran
Matematika di SMA Negeri 1 Gianyar.
Selain kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah, motivasi belajar siswa saat mengikuti proses
pembelajaran juga masih rendah. Hal tersebut terlihat ketika dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas,
masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru menjelaskan materi pelajaran.
Siswa-siswi terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Siswa juga belum terbiasa untuk belajar mandiri.
Inisiatif siswa untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pembelajaran di kelas, sangat rendah. Dengan kebiasaan
seperti itu sering menyebabkan siswa tidak siap dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika dan motivasi belajar siswa masih rendah. Kesenjangan yang muncul akibat rendahnya kemampuan
pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru masih
konvensional masih didomonasi oleh kegiatan mengajar guru. Hal ini banyak juga terungkap dalam fakta-fakta empiris
yang ditemukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berdasarkan kondisi tersebut, guru perlu melakukan upaya konkrit
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran yang kurang tepat menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya motivasi siswa dalam
belajar akan berdampak pula terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Model pembelajaran direct instruction
yang bersifat konvensional masih banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Perlu diupayakan suatu
tindakan yang merekonstruksi pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran, dimana yang dimaksud tindakan disini adalah
penerapan model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
berujung pada pencapaian hasil belajar yang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan keleluasaan pada pebelajar untuk mengelola secara
efektif pembelajarannya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal adalah model self-regulated learning (SRL).
SRL memiliki langkah-langkah pembelajaran meliputi:..... dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan model SRL salah
satu yang dapat dilakukan adalah dengan memfasilitasi pelaksanaannya berbantuan multimedia. Multi media yang
dimaksud adalah.......
Model self-regulated learning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa
dalam meregulasi diri dalam proses pembelajaran. Regulasi diri dalam kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan
perencanaan, memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi tingkah lakunya sesuai dengan langkah pembelajaran model
self-regulated learning.
b. Definisi Operasional
Schunk & Zimmerman (1998), merinci kegiatan yang berlangsung pada tiap fase model self-regulated learning
sebagai berikut: (a) fase merancang belajar berlangsung kegiatan: menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan
belajar, dan merancang strategi belajar, (b) fase memantau berlangsung kegiatan mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri: Apakah strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana? Apakah saya kembali kepada kebiasaan lama?
Apakah saya tetap memusatkan diri? Dan apakah strategi telah berjalan dengan baik?, (c) fase mengevaluasi memuat
kegiatan memeriksa bagaimana jalannya strategi: Apakah strategi telah dilaksanakan dengan baik? (evaluasi proses);
Hasil belajar apa yang telah dicapai? (evaluasi produk); dan Sesuaikah strategi dengan jenis tugas belajar yang
dihadapi?, dan (d) fase merefleksi, pada dasarnya refleksi tidak hanya berlangsung pada fase keempat dalam siklus self
regulated learning, namun refleksi berlangsung pada tiap fase selama siklus berjalan.
2. Model Self-Regulated Learning Berbantuan Multimedia
a. Definisi Konseptual
Model Pembelajaran Model Pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL) berbantuan multimedia adalah suatu
model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuan secara
pribadi dipadukan dengan menggunakan multimedia siswa akan lebih bisa mengeksplorasi wawasannya lebih luas lagi
dengan berbagai media yang ada.

b. Definisi Operasional
Secara operasional, langkah-langkah model pembelajaran model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL)
berbantuan multimedia yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Analyze (penganalisaan), yaitu siswa menganalisa materi dan tujuan pembelajaran. Materi yang
digunakan disini memanfaatkan berbagai multimedia yang menarik seperti video, power point, dan lainnya.
2. Plan (perencanaan), yaitu siswa menyusun dan merancang semua kegiatan pembelajarannya.
3. Implement (implementasi), yaitu siswa memilih dan mengimplementasikan perencanaannya dalam
proses pembelajaran.
4. Comprehend (pengamatan terhadap pemahaman), yaitu siswa mengamati pemahaman sendiri
terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari.
5. Problem solving (pemecahan masalah), pada tahap ini siswa memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi serta konsep-konsep yang belum dimengerti selama pembelajaran.
6. Evaluate (evaluasi), yaitu siswa mengevaluasi mutu atau kemampuan diri tentang apa yang telah
dikerjakan dalam proses pembelajaran (self evaluation).
7. Modify (modifikasi), merupakan aktivitas siswa yang mengelaborasi hasil dari evaluasi diri dengan
membuat kesimpulan terhadap pemebelajaran, peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran.
SRL memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengatur pola pembelajarannya sendiri dan melakukan
berbagai usaha dalam usaha membangun motivasi dan mencapai tujuan pembelajarannya. Pernyataan tersebut didukung
oleh penelitian (Putri et al., 2020) Siswa yang belajar dengan model self regulated learning memiliki kemampuan
koneksi matematis yang lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. Andriyani (2021)
yang menemukan bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang belajar dengan SRL dan model discovery learning
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Perbandingan hasil perhitungan rata-rata skor kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model SRL memperoleh rata-rata skor sebesar 18,14. Skor
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model discovery learning memperoleh rata-rata
skor 16,68. Skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model konvensional memperoleh
rata-rata skor sebesar 14,90. Sehingga model SRL lebih efektif mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa kelas VIII SMPN 4 Tungkal Ulu Semester Ganjil tahun ajaran 2021/2022.
Di samping penggunaan model pembelajaran yang tepat, dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang begitu pesat kini telah merambah dunia pendidikan dengan inovasi-inovasi yang dapat menunjang
proses pembelajaran. Perkembangan teknologi komunikasi (telepon genggam dan internet) mengakibatkan perubahan
konsep ruang dan waktu. Internet memungkinkan orang terhubung melintas batas fisik secara real time. Kini teknologi
komunikasi seperti internet menjadi jalan keluar bagi aktivitas atau kebutuhan manusia yang ingin serba cepat dan
efisien.
Sejak masa pandemi Covid-19, internet menjadi penyelamat proses pembelajaran di sekolah. Proses
pembelajaran di sekolah secara tatap muka terpaksa terhenti karena kekhawatiran penularan Covid-19. Pandemi Covid-
19 memaksa dunia pembelajaran beralih atau mengubah metode pembelajaran tatap muka (face-to-face) yang biasa
dilakukan menjadi menggunakan metode daring (dalam jaringan). Agar pelaksanaan metode daring dapat berjalan
efektif dan menarik, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran adalah menggunakan
media pembelajaran. Media pembelajaran tersebut dipilih agar mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga
akan berdampak pula pada meningkatnya kemampuan pemecahan masalah mereka. Media pembelajaran adalah
komponen integral dari sistem pembelajaran, salah satunya adalah multimedia pembelajaran. Multimedia yang
dimaksud dalam hal ini adalah berbagai konten baik berupa power point, video pembelajaran, serta e-modul. Karena
pada era 4.0 penggunaan teknologi pada dunia pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan minat siswa pada saat
pembelajaran. Pentingnya penggunaan multimedia pada pembelajaran matematika akan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi dalam pembelajaran dan mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.
Beberapa penelitian relevan terkait pelaksanaan model SRL berbantuan media adalah: penelitian oleh Dewi
(2019) menemukan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran SRL berbantuan aplikasi google classroom dan siswa yang mengikuti pembelajaran model
pembelajaran konvensional. Rata-rata motivasi belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran SRL berbantuan aplikasi google classroom lebih tinggi dari rata-rata motivasi belajar IPA siswa yang
mengikuti pembelajaran model konvensional.
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, belum ada yang meneliti pengaruh model
SRL berbantuan multimedia terhadap kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini difokuskan pada kajian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh model
SRL berbantuan multimedia terhadap kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa.

METODE

Penelitian eksperimen semu ini menggunakan rancangan non equivalent pretest-post test control group design.

Gambar 1. Desain Penelitian (Campbell & Cook, 1979)

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Gianyar tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak
316 orang yang terdidtribusi dalam 10 kelas. Sampel penelitian ini adalah dua kelas yang ditentukan dengan teknik
cluster random sampling, yaitu Kelas X MIPA 7 menggunakan model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL)
berbantuan multimedia, dan Kelas X MIPA 5 menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Masing-masing
kelas terdiri dari 32 orang.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari dua dimensi, yaitu model
pembelajaran pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL) berbantuan multimedia dan model pembelajaran Direct
Instruction. Variabel terikat adalah motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah. Data tentang motivasi
belajar matematika dikumpulkan dengan kuisioner motivasi belajar, sedangkan data kemampuan pemecahan masalah
dikumpulkan dengan tes uraian. Tes dan angket motivasi belajar yang digunakan telah teruji validitas dan
realiabilitasnya. Reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah dianalisis menggunakan rumus Alpha Cronbach,
didapatkan angka reliabilitas sebesar 0,97 dengan kriteria sangat tinggi dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar
diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,96 dengan kriteria sangat tinggi.
Hipotesis penelitian ini adalah “terdapat perbedaan antara motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah
siswa secara bersama-sama antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL)
berbantuan multimedia dan model pembelajaran Direct Instruction”. Sebelum dilakukan uji hipotesis, sebagai
persyaratan analisis dilakukan uji normalitas data, uji homogenitas, uji linearitas regresi, uji homogenitas matriks
varians/ covarians dan uji kolinearitas. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program
SPSS 22 dengan kriteria pengujian adalah jika probabilitas (Sig) > 0,05. Uji homogenitas didasarkan pada nilai
probabilitas Levene’ Test, dengan taraf signifikansi uji ∂ = 0,05, jika signifikasi yang diperoleh (sig.F) > 0,05, maka
variansi setiap data adalah sama atau homogen. Uji liniearitas yang digunakan adalah teknik analisa uji statistik F
dengan dengan taraf signifikansi 5%. Linearitas dilihat dari nilai F-Deviation from Linearity, dengan kriteria nilai sig. >
0,05 maka data berkorelasi linear. Uji kolinieritas dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel
motivasi belajar (Y1) dan kemampuan pemecahan masalah (Y2). Kriteria pengujiannya adalah variabel motivasi
belajar dan kemampuan pemecahan masalah mengalami kolinearitas jika koefisien korelasi antar variabel (ry1y2) >
0,8. Koefisien korelasi antar variabel dihitung menggunakan rumus korelasi product moment. Uji Homogenitas matrik
varian/covarian dapat dilihat dari hasil uji Box’s Test of Equality of Covariance Matrices. Jika harga Box’s M signifikan
maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa matrik varian/covarian dari variabel terikat sama ditolak. Kriteria
pengujian adalah data memiliki varians yang sama (homogen) jika angka signifikan yang dihasilkan lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Mancova (multivariat analysis of
covarians). Semua data dianalisis menggunakan program SPSS 22 dengan taraf signifikan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis data deskriptif

Hasil analisis data deskriptif dipaparkan dalam tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Data Kemampuan Pemecahan Masalah


Statistik SRL Berbantuan Multimedia Direct Instruction
Pretest Posttest Pretest Posttest

N 32 32 32 32
Mean 47,56 80,62 44,43 76,50
Median 48 80 44 76
Modus 50 80 44 70
Minimum 34 70 36 68
Maksimum 60 90 60 88
Rentang 26 20 24 20
Std Deviasi 6,73 4,77 4,99 6,07
Varians 45,35 22,82 24,96 36,90

Hasil analisis pada Tabel 1, menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika pada
kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran self-regulated learning (SRL) berbantuan multimedia sebesar
80,62 lebih tinggi daripada skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelompok siswa yang
belajar dengan model pembelajaran Direct Instruction sebesar 76,50.

Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Data Motivasi Belajar Siswa


SRL Berbantuan Multimedia Direct Instruction
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 32 32 32 32

Mean 54,85 85,09 51,97 80,47

Median 54 86 52 80

Modus 51 84 46 79

Minimum 45 72 44 68

Maksimum 67 95 65 91

Rentang 22 23 21 23

Std Deviasi 6,05 5,83 5,41 5,73

Varians 36,59 34,02 29,27 32,84

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2, skor rata-rata motivasi belajar matematika pada kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran self-regulated learning (SRL) berbantuan multimedia sebesar 85,09 lebih tinggi daripada
skor rata-rata motivasi belajar matematika pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Direct
Instruction sebesar 80,47.

Hasil uji hipotesis

Semua uji prasyarat dalam melakukan uji hipotesis telah terpenuhi, yaitu: (1) data pretes motivasi belajar pada
kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL) berbantuan Multimedia
memiliki nilai statistik Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,120 dan nilai statistik Shapiro-Wilk sebesar 0,950 dengan nilai
signifikansi sig=0,200. Data postes motivasi belajar memiliki nilai statistik Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,097 dan
nilai statistik Shapiro-Wilk sebesar 0,971 dengan nilai signifikansi sig=0,200. Hasil tersebut menunjukkan sig>0,05 jadi
datanya berdistribusi normal; (2) Data pretes kemampuan pemecahan masalah pada kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL) berbantuan Multimedia memiliki nilai statistik
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,140 dan nilai statistik Shapiro-Wilk sebesar 0,955 dengan nilai signifikansi sig=0,113.
Hasil menunjukkan sig>0,05 yang berarti bahwa data pretest kemampuan pemecahan masalah kelompok siswa yang
belajar dengan model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL) berbantuan Multimedia berdistribusi normal.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data
Model Pembelajaran Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pretest Motivasi Belajar Direct Instruction 0,135 0,143 0,944 0,100
SRL Berbantuan Multimedia 0,120 0,200* 0,950 0,146
Posttest Motivasi Belajar Direct Instruction 0,129 0,189 0,967 0,416
SRL Berbantuan Multimedia 0,097 0,200* 0,971 0,521
Pretest Kemampuan Direct Instruction 0,129 0,194 0,944 0,098
Pemecahan Masalah SRL Berbantuan Multimedia 0,140 0,113 0,955 0,197
Posttest Kemampuan Direct Instruction 0,139 0,120 0,935 0,055
Pemecahan Masalah SRL Berbantuan Multimedia 0,104 0,200* 0,982 0,866

Berdasarkan tabel 3, semua nilai pretes dan postes motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah, baik nilai
statistik Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk menunjukkan nilai sig>0,05, jadi semua datanya berdistribusi
normal.
Tabel 4. Uji Homogenitas Varians
Levene Statistik Sig.
Pretest Motivasi Belajar 0,686 0,506
Pretest Kemampuan Pemecahan
1,230 0,297
Masalah
Posttest Motivasi Belajar 0,033 0,968
Posttest Kemampuan Pemecahan
1,844 0,164
Masalah

Berdasarkan tabel 4, semua nilai pretes dan postes motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah, dengan uji
Levene menunjukkan nilai sig>0,05, jadi semua varians data homogen.
Nilai Box’s Test Of Equality of Covariance Matrices yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji Box’s Test of Equality of Covariance Matricesa


Box's M 3,065
F 0,495
Sig. 0,813

Dari hasil yang ditunjukkan pada tabel 5, nilai Box’s M=3,065 dan nilai statistik F=0,495 dengan sig.= 0,813
lebih besar dari 0,05 berarti matriks varian variabel dependen adalah homogen sehingga analisis Mancova dapat
dilanjutkan.

Tabel 6. Hasil Uji Multivariat (Multivariat Test)


Pengaruh Nilai F Sig.
Intercep Pillai's Trace 0,809 191,046b 0,000
Wilks' Lambda 0,191 191,046b 0,000
Hotelling's Trace 4,245 191,046b 0,000
Roy's Largest Root 4,245 191,046b 0,000
Pretest Motivasi Belajar Pillai's Trace 0,026 1,189b 0,309
Wilks' Lambda 0,974 1,189b 0,309
Hotelling's Trace 0,026 1,189b 0,309
Roy's Largest Root 0,026 1,189b 0,309
Pretest Kemampuan Pillai's Trace 0,009 0,428b 0,653
Pemecahan Masalah Wilks' Lambda 0,991 0,428b 0,653
Hotelling's Trace 0,010 0,428b 0,653
Roy's Largest Root 0,010 0,428b 0,653
Model Pembelajaran Pillai's Trace 0,185 4,635 0,001
Wilks' Lambda 0,816 4,822b 0,001
Hotelling's Trace 0,225 5,004 0,001
Roy's Largest Root 0,221 10,055c 0,001

Berdasarkan hasil pada tabel 6, dari sumber pengaruh model pembelajaran ditemukan nilai statistik F untuk
Pillai's Trace =4,635 dengan nilai sig=0,001, Wilks' Lambda =4,822 dengan nilai sig=0,001, Hotelling's Trace =5,004
dengan nilai sig=0,001 dan Roy's Largest Root =10,055 dengan nilai sig=0,001. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari
taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 sehingga nilai sig. F semuanya signifikan. Ini berarti bahwa hipotesis nol
(H0) yang diajukan “ditolak” dan hipotesis alternatif (H1) “diterima”. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa secara bersama-sama antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran SRL berbantuan multimedia dan model pembelajaran Direct Instruction. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran SRL berbantuan Multimedia berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika.
Pada pelaksanaan model pembelajaran SRL siswa yang berperan aktif sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator. Model pembelajaran SRL mengurangi kejenuhan dalam proses belajar mengajar khusunya
mata pelajaran matematika. Model SRL yang diterapkan dalam penelitian ini berbantuan multimedia. Tampilan
multimedia yang diberikan dalam memfasilitasi pembelajaran seperti pada gambar 1.

Gambar 1. E-modul

Gambar 2. Video Pembelajaran yang termuat dalam e-modul

Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran SRL berbantuan multimedia, mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa dan merangsang mereka aktif bekerja sama dalam pembelajaran. Dengan
demikian tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rabia et al.,
2017) yang menemukan bahwa hasil belajar fisika antara siswa yang mengikuti model Self Regulated Learning lebih
tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan berbeda secara signifikan. Hal ini karena dalam
mengikuti pembelajaran siswa terlibat dengan kesadaran diri yang tinggi dalam belajar. Dalam penelitiannya juga
diberikan setiap kelompok berkompetisi untuk mengumpulkan point disetiap pertemuan untuk memberikan motivasi
belajar pada siswa dan pada akhir pertemuan di berikan penghargaan berupa pujian dan hadiah.
Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Freddy et al (2021)
menyatakan bahwa self-regulated learning menjadi mediator keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademik. Pada
siswa SMA, peran orang tua dalam pencapaian akademik tidak terjadi secara langsung, namun melalui proses
membentuk kebiasaan siswa dalam mengelola kegiatan belajarnya sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. Orang
tua juga berperan penting dalam menjadi penghubung kebutuhan siswa yang diketahui dari pendampingan orang tua di
rumah dengan kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Melalui keterlibatan orang tua inilah prestasi belajar siswa
diharapkan dapat tercapai secara optimal. Selanjutnya pada model pembelajaran Self-Regulated Learning (SRL)
berbantuan Multimedia mampu memfasilitasi proses belajar yang bermakna bagi siswa sehingga mampu merekam
informasi dalam memori jangka panjang mereka dan membuat kegiatan pembelajaran semakin aktif dan efektif.
Sedangkan, pada model pembelajaran Direct Instruction yang berpusat pada guru, siswa terbiasa menerima secara pasif
informasi yang diberikan guru. Siswa tidak berusaha menemukan konsep-konsep terkait dengan materi yang dipelajari
secara mandiri. Mereka cenderung menunggu penjelasan yang akan disampaikan oleh guru. Selain itu, model Direct
Instruction yang bersifat individualistik menyebabkan siswa yang berkemampuan akademik rendah cenderung merasa
semakin tertinggal sehingga kurang termotivasi dalam belajar. Sebagai dampaknya kemampuan pemecahan masalah
siswa juga tidak bisa berkembang.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika dan motivasi belajar siswa lebih tinggi pada penerapan model SRL berbantuan multimedia
daripada model DI dan berbeda secara signifikan dengan α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model SRL
berbantuan multimedia, efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar
siswa.
Dengan demikian, model SRL berbantuan multimedia dapat direkomendasi sebagai model pembelajaran yang
efektif untuk dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di SMA. Namun, perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam terkait dengan pengaruh penggunaan multimedia dalam memfasilitasi model-model pembelajaran lainnya.
Selain itu perlu juga diteliti jenis-jenis multimedia yang efektif dalam memfasilitasi pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar peserta didik secara optimal.

REFERENSI

Andriyani, E., dkk. 2021. Pengaruh Model Self Regulated Learning dan Discovery Learning terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis. Edumatica, 11(3), 55-64.
Anugrah Mulia Tampubolon, Hasibuan, I. S., Hasibuan, A., & Suzana, Y. (2021). Development Of Learning Device
Approach Realistic Mathematics To Improve Mathematical Communication Skills Of Students. International
Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS). https://doi.org/10.55227/ijhess.v1i2.43

Campbell, D., & Cook, T. (1979). Quasi-experimentation: Design and analysis for field settings. In Skokie, IL: Rand
McNally. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa4601_16

Kistian, A., & Verawati, V. (2020). The Effect of Problem Based Learning (PBL) Learning Models on Mathematic
Problem Solving Ability Students in Primary School. Budapest International Research and Critics Institute
(BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences. https://doi.org/10.33258/birci.v3i3.1180

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. In School Science and Mathematics.

Putri, E. R., Budiyono, & Indriati, D. (2020). POGIL model on mathematical connection ability viewed from self-
regulated learning. International Journal of Evaluation and Research in Education.
https://doi.org/10.11591/ijere.v9i2.20321

Rabia, S., Syamsu, S., & Muslimin, M. (2017). Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa SMP Negeri 18 Palu. JPFT (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online).
https://doi.org/10.22487/j25805924.2017.v5.i2.8403

Rismen, S., Juwita, R., & Devinda, U. (2020). Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau Dari
Gaya Kognitif Reflektif. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.159

Saragih, R. M. B., & Simamora, Y. (2021). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. FARABI: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika.
https://doi.org/10.47662/farabi.v4i2.250

Septianingtyas, N., & Jusra, H. (2020). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Berdasarkan
Adversity Quotient. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i2.263
Wiranata Sinurat, S., Elvis Napitupulu, E., & Mulyono, N. (2021). Metaanalysis of the Influence of Problem-Based
Learning Model on Mathematic Problem Solving Ability. American Journal of Educational Research.
https://doi.org/10.12691/education-9-9-2

Yuliati, I. (2021). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Peserta Didik. Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika. https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i2.547

You might also like