You are on page 1of 13

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Kampung Jurnal IAIN Syekh Nurjati Cirebon

EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 85


ISSN 2086 – 3918

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA


MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI
REMEDIAL TEACHING

Samsul Arifinax, Kartonob, Isti Hidayahc


a
SMA Negeri 1 Bojong Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 52465, Indonesia
b,c
Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

x
Corresponding author: s4ms121266@gmail.com

Abstract

The purpose of this research are (1) to analyze the learning quality of problem based learning model which
is accompanied by gave remedial teaching, (2) to described remedial teaching process a follow up diagnostic
assessment, and (3) to analyze the ability of solving mathematical problems students are reviewed from
cognitive style. This research is a mixed method research of concurrent embedded types. The research
population were students of class XI MIPA SMA 1 Bojong Tegal. The result of mathematical problem solving
ability test was analyzed qualitatively using mean test, comprehensive test, mean deviation test, and deviation
proportion test Result of this research shows learning quality of PBL learning model with remedial teaching
is considered well both qualitatively and quantitatively. The provision of diagnostic tests and remedial
teaching treatment is effective to improve problem solving abilities, and the problem solving ability of
independent field students is better than field dependent students.

Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Problem Based Learning (PBL), Cognitive Style,
jggjbRemedial Teaching, Diagnostic assessment.

PENDAHULUAN fakta tak terhindarkan dalam kehidupan


manusia. National Council of Teacher
Pendidikan merupakan salah satu hal Mathematics (NCTM, 2000) menyatakan
terpenting demi kemajuan suatu bangsa. bahwa dalam pembelajaran matematika
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 diharapkan peserta didik mampu:
tentang standar isi pendidikan dan membangun pengetahuan baru matematika
menengah menyatakan bahwa pelajaran melalui pemecahan masalah; memecahkan
matematika perlu diberikan kepada semua masalah yang timbul dengan melibatkan
peserta didik dimulai dari sekolah dasar. matematika dalam konteks lain;
Hal tersebut dikarenakan matematika menerapkan dan menyesuaikan berbagai
sangat berguna dalam semua aspek macam strategi yang cocok untuk
kehidupan manusia (Akinmola, 2014). memecahkan masalah; dan mengamati dan
Standar kemampuan matematika mengembangkan proses pemecahan
yang harus dicapai menurut NCTM (2000) masalah. Pentingnya kemampuan
yaitu penalaran matematis, representasi pemecahan masalah matematika belum
matematis, komunikasi matematis, diimbangi dengan prestasi Indonesia di
pengaitkan ide-ide matematis, pemecahan bidang matematika. Hal tersebut dapat
masalah. Kemampuan pemecahan masalah terlihat dari hasil keikutsertaan Indonesia
merupakan aspek terpenting yang harus dalam asesmen utama berskala
dimiliki oleh peserta didik. internasional yaitu PISA (Programme for
Belajar pemecahan masalah International Student Assessment) dan
merupakan tujuan utama dari pembelajaran
matematika, karena masalah merupakan
86 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

TIMSS (Trend in Internasional Mathematics untuk mendukung peningkatan


and Science Survey). kemampuan pemecahan masalah. Salah
Dari hasil International Survei satu pembelajran yang dapat diterapkan
Program for International Student untuk mengembangkan kemampuan
Assessment (PISA) tahun 2012, Indonesia pemecahan masalah ialah model problem
menempati peringkat 64 dari 65 negara based learning (PBL). Hmelo-Silve (2004)
peserta PISA (OECD, 2012). Pada tahun menyatakan bahwa problem based learning
2015, Indonesia masih menempati peringkat adalah metode pembelajaran dimana
56 dari 65 negara peserta PISA dalam peserta didik belajar melalui suatu masalah
kemampuan menghitung, membaca dan untuk memecahkan masalah tersebut. Hal
sains (OECD, 2015). Sedangkan hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Noriza, et
survey internasional TIMSS (Trend in al.,(2015) yang menyatakan model
Internasional Mathematics and Science pembelajaran berbasis masalah efektif
Survey). Pada tahun 2015, Indonesia terhadap kemampuan pemecahan masalah.
menduduki peringkat 49 dari 53 negara Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
peserta TIMSS. Berdasarkan hasil survey Abdullah, et al., (2015) menyatakan bahwa
TIMSS (2015), presentase kemampuan model pembelajaran problem based learning
matematika peserta didik di Indonesia dapat meningkatkan kemampuan
bahwa kemampuan pemecahan masalah pemecahan masalah matematika.
matematika peserta didik di Indonesia Pada dasarnya, setiap pembelajaran
masih di bawah standar Internasional. baik menggunakan model pembelajaran
Rendahnya kemampuan pemecahan konvensional maupun model pembelajaran
masalah matematika peserta didik problem based learning dalam proses belajar
berdasarkan hasil studi PISA dan TIMSS mengajar selalu ada hambatan dan kendala.
tersebut diperkuat dengan realita yang ada Salah satu kendala yang masih terjadi di
di sekolah. Hasil observasi awal yang pembelajaran matematika adalah peserta
dilakukan di SMA Negeri 1 Bojong diperoleh didik masih mengalami kesulitan belajar
informasi bahwa peserta didik masih sehingga peserta didik tidak mampu
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan mencapai ketuntasan belajar. Untuk
soal pemecahan masalah matematika, mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi,
peserta didik mengalami kesulitan dalam maka setiap pembelajaran diakhiri dengan
menyelesaikan dan memahami soal cerita tes diagnostik yang gunanya untuk
yang bersubstansi kontekstual, peserta menganalisis kesulitan peserta didik.
didik juga salah dalam menentukan Sehingga dapat terdeteksi peserta didik
langkah-langkah penyelesaian yang manakah yang masih kesulitan pada materi
digunakan sebagai strategi untuk yang diajarkan saat menggunakan model
menyelesaikan permasalahan. Menurut problem based learning. Menurut Satoto
Joseph (2011) kesulitan pemecahan masalah (2013) seorang guru dalam pembelajaran
matematika peserta didik dikarenakan guru harus mengenal dan memahami
kurangnya pemahaman dari masalah yang peserta didik dengan baik, memahami
ditimbulkan, kurangnya pengetahuan keunggulan dan kekurangannya. Hal ini
strategi pemecahan, dan ketidakmampuan sesuai pendapat Khaerunisak, et al., (2017)
untuk menerjemahkan masalah ke dalam yang menyatakan seorang guru hendaknya
bentuk matematika. menganalisis kesulitan peserta didik
Dalam memecahkan masalah terlebih dahulu sebelum melanjutkan pada
matematika, setiap orang memiliki materi berikutnya. Hasil tes diagnostik
karakteristik yang khas, yang tidak dimiliki dapat memberikan informasi tentang
oleh individu lain. Perbedaan karakteristik konsep-konsep yang belum dipahami dan
dari setiap individu dalam menanggapi yang telah dipahami.
informasi, merupakan gaya kognitif individu Setelah mengetahui kesulitan peserta
yang bersangkutan. Menurut Witkin,et didik, maka tugas seorang guru harus
al.,(1977) gaya kognitif dalam belajar membantu peserta didiknya dalam
matematika adalah gaya kognitif field mengatasi kesulitan tersebut, yaitu salah
independent dan field dependent. satunya dengan pemberian perlakuan
Pembelajaran yang inovatif diperlukan remedial teaching. Menurut Mulyadi (2010)
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 87
ISSN 2086 – 3918

pengajaran remedial adalah pengajaran pemecahan (devising a plan); melakukan


khusus yang memperbaiki kemampuan perhitungan (carrying out the plan); dan
peserta didik dari kesulitan-kesulitan yang memeriksa kembali (looking back). Dengan
dihadapi. Dari hasil observasi dan mengacu pada keempat tahapan Polya
wawancara pada umumnya remedial tersebut kemudian dapat dianalisis tingkat
teaching yang dilaksanakan guru hanya kemampuan pemecahan masalah peserta
sebatas pada pengulangan pembelajaran didik.
yang telah dilakukan sebelumnya, tanpa Berdasarkan NCTM (2000) terdapat
adanya penanganan khusus terhadap beberapa indikator pemecahan masalah
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. yaitu membangun pengetahuan baru
Sehingga pembelajaran remedial yang melalui pemecahan masalah, memecahkan
diartikan sebatas “mengulang tes” jelas masalah dengan melibatkan matematika
tidak tepat, karena kesulitan-kesulitan yang dalam konteks lain, menerapkan berbagai
dialami peserta didik tentu tidak akan startegi yang tepat untuk memecahkan
teratasi dengan hanya mengerjakan soal masalah dan merefleksikan proses dalam
yang sama. pemecahan masalah matematika. Pada
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini, pemecahan masalah dianggap
dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis merupakan standar kemampuan yang harus
kualitas pembelajaran model problem based dimiliki para peserta didik setelah
learning yang disertai pemberian perlakuan menyelesaikan suatu proses pembelajaran.
berupa remedial teaching terhadap Kemampuan pemecahan masalah
kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang menjadi
matematika, (2) mendeskripsikan proses target pembelajaran matematika dan
remedial teaching sebagai tindak lanjut terukur. Pengukuran kemampuan
hasil asesmen diagnostik, dan (3) pemecahan masalah didasarkan pada proses
menganalisis kemampuan pemecahan yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan
masalah matematika peserta didik ditinjau kata lain langkah-langkah pengerjaan
dari gaya kognitif pada pembelajaran model peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal
problem based learning yang disertai dengan harus dihargai seadil-adilnya berdasarkan
pemberian perlakuan remedial teaching penilaian yang objektif.
pada materi program linear.
Gaya Kognitif
KAJIAN PUSTAKA Setiap individu mempunyai cara khas
Kemampuan Pemecahan Masalah sendiri-sendiri, sehingga setiap individu
Matematika berbeda satu dengan lainnya. Kemampuan
Pemecahan masalah merupakan setiap individu untuk memahami dan
bagian yang sangat penting dalam menyerap pelajaran juga berbeda, ada yang
pembelajaran matematika. Pemecahan cepat, sedang, dan ada yang lambat. Oleh
masalah merupakan bagian dari kurikulum karena itu, setiap individu seringkali harus
matematika yang sangat penting karena menempuh cara berbeda untuk bisa
dalam proses pembelajaran maupun memahami sebuah informasi. Perbedaan
penyelesaian, peserta didik dimungkinkan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
memperoleh pengalaman menggunakan dan salah satunya adalah gaya kognitif.
pengetahuan serta keterampilan yang sudah Witkin (1973) mengungkapkan bahwa
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan gaya kognitif dikategorikan menjadi gaya
masalah yang bersifat tidak rutin kognitif field independent dan field
(Suherman, 2003). dependent. Peserta didik dengan gaya
Dalam pemecahan masalah biasanya kognitif field independent cenderung
melibatkan beberapa kombinasi konsep dan memilih belajar individual, menanggapi
keterampilan dalam suatu situasi baru atau dengan baik, dan bebas (tidak bergantung
situasi yang berbeda. Menurut Polya pada orang lain). Sedangkan, peserta didik
(Suherman, 2003), solusi soal pemecahan yang memiliki gaya kognitif field dependent
masalah memuat empat langkah cenderung memilih belajar dalam kelompok
penyelesaian, yaitu: memahami masalah dan sesering mungkin berinteraksi dengan
(understanding the problem); merencanakan peserta didik lain atau guru, memerlukan
88 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

ganjaran atau penguatan yang bersifat masalah ini diajukan sedemikian rupa
ekstrinsik. Crozier (1997) mengatakan sehingga peserta didik mendapatkan
bahwa perbedaan gaya kognitif field pengetahuan baru sebelum mereka dapat
independent dan field dependent dapat memecahkan masalah.
diteliti menggunakan alat ukur EFT Dalam pembelajaran problem based
(Embedded Figures Test) atau RFT (Rod- learning peserta didik menafsirkan
and-Frame Test). Witkin (1973) masalah, mengumpulkan informasi yang
mengembangkan EFT ini menjadi GEFT dibutuhkan, mengidentifikasi solusi yang
(Group Embeded Figure Test). Pada mungkin, mengevaluasi pilihan-pilihan, dan
penelitian ini, peneliti menggunakan tes menyimpulkan hasil pekerjaan.
GEFT. Amalludin, et al., (2016) menyatakan bahwa
pembelajaran problem based learning
Model Problem Based Learning (PBL) mendorong peserta didik untuk belajar dan
Pemecahan masalah merupakan bekerjasama dalam kelompok untuk
bagian dari kurikulum matematika yang mencari pemecahan masalah-masalah di
sangat penting terutama dalam proses dunia nyata sehingga kemampuan peserta
pembelajaran maupun penyelesaian. Peserta didik seperti pemecahan masalah
didik dapat memperoleh pengalaman melalui berkembang positif.
proses pembelajaran. Pengalaman,
pengetahuan dan kemampuan yang sudah Asesmen Diagnostik
dimiliki diterapkan pada pemecahan Menurut Wahyudi (2010) pengertian
masalah yang bersifat tidak rutin. Proses diagnostik dalam bidang pendidikan adalah
pembelajaran yang dilakukan guru suatu cara untuk menentukan kesulitan
sebaiknya diarahkan pada proses pemecahan yang dialami oleh peserta didik agar dapat
masalah peserta didik. ditentukan terapi yang sesuai dengan
Salah satu model pembelajaran yang kesulitan yang dialami oleh peserta didik
berorientasi untuk pemecahan masalah dan tersebut. Kesulitan yang hendak dipantau
studen centered adalah model problem based adalah kesulitan yang terjadi pada proses
learning (PBL) atau pembelajaran berbasis belajar yaitu kesulitan belajar. Mengatasi
masalah. Berdasarkan definisi Savery kesulitan belajar, perlu adanya asesmen
(2006), problem based learning adalah yang tepat untuk mengidentifikasi letak
pembelajaran yang berpusat pada peserta kesulitan belajar dalam hasil belajar
didik dengan memberdayakan peserta didik matematika peserta didik. Dalam hal ini
untuk melakukan penelitian, peneliti menggunakan asesmen/penilaian
mengintegrasikan teori dan praktek, dan diagnostik. Instrumen yang digunakan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan adalah tes diagnostik.
untuk mengembangkan solusi yang layak Menurut Bruecker & Melby dalam
untuk masalah yang didefinisikan. (Suwarto,2013), tes diagnostik digunakan
Berdasarkan (Kemendikbud, 2013) untuk menentukan elemen-elemen dalam
model problem based learning adalah model suatu mata pelajaran yang mempunyai
pembelajaran yang dirancang agar peserta kelemahan-kelemahan khusus dan
didik mendapat pengetahuan penting, yang menyediakan alat untuk menemukan
membuat mereka mahir dalam penyebab kekurangan tersebut. Zhongbao
memecahkan masalah, dan memiliki model Zhao (2013) menyatakan bahwa tes
belajar sendiri serta memiliki kecakapan diagnostik utamanya adalah untuk
berpartisipasi dalam tim. Proses mengetahui kekuatan dan kelemahan
pembelajarannya menggunakan pendekatan peserta didik dan memberi masukan kepada
yang sistemik untuk memecahkan masalah guru dan peserta didik untuk membuat
atau menghadapi tantangan yang nanti keputusan terkait dengan perbaikan proses
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. mengajar dan proses belajar.Menurut
Padmavathy dan Mareesh (2013) Geller, Leanne R. Ketterlin & Paul Yovanoff
menguraikan tahapan dalam pelaksanaan (2009) dalam suatu pengambilan keputusan
pembelajaran dengan model problem based model pembelajaran, hasil tes diagnostik
learning yaitu pembelajaran dimulai dengan pembelajaran perbaikan, yang dalam hal ini
masalah yang harus dipecahkan, dan adalah berupa remedial teaching.
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 89
ISSN 2086 – 3918

Pemberian Perlakuan Remedial Kajian Penelitian yang Relevan


Teaching Hasil penelitian Maretasani &
Kegiatan guru menindaklanjuti hasil Dwijanto (2016) mengemukakan bahwa
tes diagnostik peserta didik berupa peserta didik yang memperoleh
perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah dapat
permasalahan atau kesulitan yang dihadapi memecahkan masalah dengan lebih baik
peserta didik. Kegiatan tidak lanjut dibandingkan peserta didik dengan
dilakukan berdasarkan hasil analisis tes pembelajaran konvensional. Peserta didik
diagnostik secara cermat. Kegiatan tindak dapat memahami soal dengan baik,
lanjut dapat dengan cara memberikan merencanakan pemecahan masalah,
perlakuan khusus yang berupa kegiatan melaksanakan pemecahan masalah dan
remidial teaching dikelas. Penentuan memeriksa kembali. Peserta didik memiliki
bentuk kegiatan remedial teaching juga pengetahuan metakognisi antara
bergantung pada karakteristik peserta yang pengetahuan deklaratif, pengetahuan
mengalami kesulitan belajar. kondisional maupun pengetahuan
Pemberian perlakuan remedial prosedural yang baik sehingga ia mampu
teaching merupakan suatu bentuk khusus mengatur proses kognitifnya untuk
pembelajaran yang diberikan kepada merencanakan, memeriksa dan
peserta didik yang mengalami kesulitan mengevaluasi proses pemecahan masalah
belajar melalui suatu pendekatan dan yang dilakukan oleh dirinya.
teknik tertentu (Irwantoro, 2016). Hal ini Hasil penelitian Vendiagrys, et al.
dimaksudkan untuk membetulkan dan (2015) menunjukkan bahwa peserta didik
memperbaiki atau menyembuhkan sebagian dengan gaya kognitif field independent
atau keseluruhan proses pembelajaran, dalam menyelesaikan masalah memiliki
sehingga peserta didik dapat mencapai hasil profil: dapat memahami pernyataan verbal
belajar sesuai dengan tujuan yang telah dari masalah dan mengubahnya ke dalam
ditetapkan. Jadi pemberian perlakun kalimat matematika, lebih analitis dalam
remedial teaching adalah suatu sistem menerima informasi, dapat memperluas
belajar yang dimaksudkan untuk hasil pemecahan masalah dan pemikiran
mengoptimalisasikan prestasi belajar matematis, memberikan suatu pembenaran
dengan cara mengidentifikasi kesulitan- berdasarkan pada hasil, memecahkan
kesulitan yang dialami oleh peserta didik, masalah dalam konteks kehidupan nyata,
menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan dan memperoleh jawaban yang benar;
kemudian mengupayakan alternatif- sedangkan untuk peserta didik dengan gaya
alternatif pemecahan masalah kesulitan kognitif field dependent dalam
belajar, baik dengan cara pencegahan menyelesaikan masalah memiliki profil:
maupun penyembuhan berdasarkan data dapat memahami pernyataan verbal dari
dan informasi yang lengkap dan objektif. masalah, tetapi tidak dapat mengubahnya
Menurut Irwantoro (2016) dalam ke dalam kalimat matematika, lebih global
kaitannya dengan proses pembelajaran, dalam menerima informasi, mudah
fungsi remedial teaching diantaranya: fungsi terpengaruh manipulasi unsur pengecoh
korektif, fungsi pemahaman, fungsi karena memandang secara global, tidak
pengayaan, fungsi penyesuaian, fungsi dapat memperluas hasil pemecahan
akselerasi, dan fungsi terapeutik. Beberapa masalah, memberikan suatu pembenaran
metode yang dapat digunakan dalam berdasarkan pada hasil, memecahkan
pelaksanan remedial teaching menurut masalah dalam konteks kehidupan nyata,
Kemendikbud (2013) antara lain sebagai dan sering tidak dapat memperoleh jawaban
berikut adalah metode pemberian tugas, yang benar.
metode tanya jawab, metode tutor sebaya, Hasil penelitian Geni & Hidayah
metode pengajaran individual, metode (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran
pemberian pengajaran ulang. Pemilihan model problem based learning bernuansa
metode remedial teaching berdasarkan hasil etnomatematika efektif meningkatkan
tes diagnostik dan tingkat kesulitan belajar kemampuan pemecahan masalah
peserta didik matematika peserta didik; kemampuan
pemecahan masalah peserta didik
90 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

berdasarkan gaya kognitif, peserta didik tahap memahami (comprehension) dan


dengan gaya kognitif field independent tranformasi.
mampu memecahkan masalah dengan baik Hasil penelitian Saputra dan Suhito
tetapi dalam menyusun dan menerapkan (2015) menunjukkan bahwa penerapan
berbagai strategi pemecahan masalah masih adaptive remedial teaching strategy berlatar
belum optimal. Peserta didik dengan gaya pembelajaran aktif berhasil menyembuhkan
kognitif field dependent mampu kesulitan belajar matematika 10 dari 12
memecahkan masalah dengan cukup baik peserta didik yang mengalami kesulitan
tetapi peserta didik belum lengkap belajar dan 75% peserta didik berkesulitan
menyusun strategi sehingga peserta didik belajar akibat pengaruh internal dan 25%
mengalamikesalahan dalam menyelesaikan peserta didik berkesulitan belajar internal
masalah dan peserta didik tidak dapat akibat pengaruh eksternal. Prasetyo, et al.,
menerapkan berbagai strategi pemecahan (2016) melakukan penelitian tentang
masalah. penerapan model remedial teaching berbasis
Hasil penelitian Festus (2013) web pada materi rumus dan fungsi kelas
menunjukkan bahwa pembelajaran VIII SMP Negeri 2 Wuryantoro Kabupaten
matematika dengan model problem based Wonogiri. Hasil penelitiannya menunjukkan
learning merupakan strategi yang efektif remedial teaching berbasis web dapat
untuk pembelajaran di kelas, secara umum meningkatkan hasil belajar peserta didik
penelitian ini menunjukkan bahwa peserta pada materi rumus dan fungsi.
didik menjadi lebih aktif dalam proses Pada penelitian ini, peneliti akan
pembelajaran. Hasil penelitian Noriza, et al., menganalisis secara lebih mendalam
(2015) menunjukkan model pembelajaran tentang kemampuan pemecahan masalah
berbasis masalah efektif terhadap matematika ditinjau dari gaya kognitif
kemampuan pemecahan masalah dan peserta didik pada pembelajaran model
disposisi matematika, hal ini sesuai hasil problem based learning yang disertai dengan
penelitian Sulistiyoningsih, et al., (2015) pemberian perlakuan remedial teaching
yang mengemukakan Problem Based sebagai tindak lanjut dari asesmen
Learning bernuansa Adiwiyata dengan diagnostik terhadap kesulitan belajar
blended learning efektif meningkatkan peserta didik
kemampuan pemecahan masalah dan
karakter peduli lingkungan.
METODOLOGI
Hasil penelitian Munir, et al., (2012)
a. Populasi dan Sampel
mengemukakan bahwa model pembelajaran
Penelitian dilaksanakan di SMA N 1
berdasarkan masalah efektif untuk
Bojong pada kelas XI MIPA tahun pelajaran
mengajarkan materi program linier dengan
2017/2018 dengan materi program linear.
dipenuhinya syarat-syarat, aktifitas peserta
Populasi dalam penelitian ini adalah
didik dalam mengikuti pembelajaran
seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA N
mempunyai kategori tinggi, kemampuan
1 Bojong. Sampel penelitian adalah kelas XI
guru mengelola pembelajaran kategori baik,
MIPA-4 sebagai kelas kontrol dan XI MIPA-
respon peserta didik terhadap perangkat
5 sebagai kelas eksperimen. Subjek
yang digunakan dalam pembelajaran
penelitian dipilih dari kelas eksperimen (XI
persentasenya tinggi (merespon positif).
MIPA-5) yang dikelompokkan berdasarkan
Hasil penelitian Setiawan, et al.,
gaya kognitif field independent dan field
(2014) menunjukkan bahwa model problem
dependent. Subjek penelitian yang dipilih
based learning berbasis nilai karakter
adalah tiga peserta didik dengan gaya
berbantuan CD pembelajaran efektif
kognitif field independent tiga peserta didik
terhadap kemampuan pemecahan masalah
dengan gaya kognitif field dependent dengan
materi segiempat kelas VII.Hasil penelitian
skor tes GEFT tertinggi, tengah dan
Hafid, et al., (2016) mengemukakan
terendah.
remedial teaching efektif dalam mengatasi
b. Desain Penelitian
kesulitan belajar, model pembelajaran yang
dgunakan adalah pembelajaran kooperatif Penelitian ini merupakan penelitian
tipe Think Pair. Hasilnya kebanyakan letak mixed method tipe concurrent embedded
kesulitan belajar peserta didik adalah pada dimana penelitian kualitatif sebagai metode
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 91
ISSN 2086 – 3918

primer dan penelitian kuantitatif sebagai lembar angket respon siswa dan hasil
metode sekunder. Penelitian kualitatif wawancara peserta didik. Berdasarkan data
untuk menganalisis kualitas pembelajaran, tersebut akan dideskripsikan kemampuan
menganalisis kemampuan pemecahan pemecahan masalah matematika ditinjau
masalah matematika peserta didik ditinjau dari gaya kognitif peserta didik.
dari gaya kognitif pada pembelajaran model Pada tahap analisis dan interpretasi
problem based learning yang disertai dengan data dilakukan berdasarkan data yang
pemberian perlakuan remedial teaching dan diperoleh pada tahap kedua, baik secara
mendeskripsikan proses pemberian kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
remedial teaching. Penelitian kuantitatif secara kualitatif dilakukan untuk
dalam penelitian ini sebagai data penunjang menganalisis kualitas pembelajaran model
untuk menganalisis kemampuan problem based learning yang disertai
pemecahan masalah matematika peserta pemberian perlakuan remedial teaching dan
didik ditinjau dari gaya kognitif. Penelitian mengetahui letak, faktor penyebab kesulitan
kuantitatif yang digunakan adalah belajar beserta proses remedial teaching
alternative treatment post-test-only with peserta didik yang menjadi subjek penelitian
nonequivalent group design. sedangkan analisis secara kuantitatif
c. Alur Pengolahan Data dilakukan untuk menguji keefektifan
Penelitian diawali dengan tahap studi pembelajaran model problem based learning
pendahuluan dalam rangka yang disertai pemberian perlakuan remedial
mengidentifikasi masalah yang terjadi teaching terhadap kemampuan pemecahan
dilapangan dengan cara melakukan masalah matematika.Analisis data
wawancara dan mengamati salah satu guru kuantitatif terdiri dari (1) analisis data awal,
matematika SMA Negeri 1 Bojong saat diperoleh dari hasil Penilaian Tengah
mengajar, menyusun teori yang berkaitan Semester yang bertujuan untuk mengetahui
dengan masalah yang akan diteliti dan kondisi awal kelas eksperimen dan kelas
menyusun perangkat pembelajaran dan kontrol yang menggunakan uji normalitas,
instrumen penelitian yakni Silabus, RPP, uji homogenitas, uji kesamaan rata-rata dan
Bahan Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik, (2) analisis data akhir, diperoleh dari TKPM
Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran, yang dilakukan setelah pelaksanaan
Lembar Validasi Instrumen Penelitian, Tes pembelajaran pada kelas eksperimen dan
Diagnostik, Tes Kemampuan Pemecahan kelas kontrol yang menggunakan uji
Masalah Matematika (TKPM), Pedoman proporsi ketuntasan kemampuan
Wawancara, Lembar Pengamatan pemecahan masalah matematika, uji beda
Keterlaksanaan Pembelajaran, Lembar rata-rata kemampuan pemecahan masalah
Observasi Aktivitas Peserta Didik dan matematika, dan uji beda proporsi
Angket Respon Peserta Didik Terhadap kemampuan pemecahan masalah
Pembelajaran. Kemudian melakukan uji matematika. Analisis data kualitatif
validitas ahli untuk perangkat mengikuti konsep Milles & Huberman
pembelajaran dan instrumen penelitian, dan (2007) yang menggunakan tiga langkah
uji coba soal TKPM. Kriteria yang utama yaitu reduksi data, penyajian data,
digunakan untuk menentukan apakah dan penarikan kesimpulan.
instrumen penelitian layak digunakan
adalah jika instrumen tersebut memenuhi HASIL DAN PEMBAHASAN
kriteria valid a. Deskripsi Hasil Tes dan Analisis
Pada tahap kedua yaitu pengumpulan Kualitas Pembelajaran
data kualitatif dan kuantitatif, peneliti Pengelompokan peserta didik
melakukan penelitian secara kualitatif dan berdasarkan gaya kognitif dilakukan
kuantitatif secara beriringan. Sumber data sebelum pelaksanaan pembelajaran. Gaya
dalam penelitian ini adalah data hasil tes kognitif peserta didik dikelompokkan
GEFT merupakan data mengenai jenis gaya menjadi dua kategori yaitu field independent
kognitif, hasil tes diagnostik, lembar dan field dependent berdasarkan hasil tes
jawaban tes kemampuan pemecahan GEFT. Berdasarkan hasil tes GEFT
masalah matematika (TKPM), lembar diperoleh 10 peserta didik dengan gaya
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, kognitif field independent dan 21 peserta
92 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

didik yang memiliki gaya kognitif field Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
dependent peserta didik menilai pembelajaran yang
Tujuan penelitian yang pertama yaitu telah dilaksanakan dengan baik.
menganalisis kualitas pembelajaran model Keefektifan pembelajaran dengan uji
problem based learning yang disertai dengan prasyarat kelas kontrol dan eksperimen
pemberian perlakuan remedial teaching berdistribusi normal dan homogen.
terhadap kemampuan pemecahan masalah Keefektifan pembelajaran dilihat dari hasil
matematika peserta didik. Kualitas tes kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran model problem based learning matematika yaitu uji rata-rata diperoleh t
yang disertai dengan pemberian perlakuan hitung = 6,722 dan t tabel = 1,70 sehingga t
remedial teaching diukur berdasarkan tiga hitung > t tabel maka ditunjukkan bahwa
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap rata-rata kemampuan kemampuan
pelaksanaan, dan tahap penilaian. Kualitas pemecahan masalah lebih dari KKM (68),
pembelajaran model problem based learning untuk uji ketuntasan diperoleh nilai
yang disertai dengan pemberian perlakuan zhitung = 2,39 sedangkan ztabel = 1,70
remedial teaching diperoleh hasil bahwa sehingga 𝑧 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑧 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
pada tahap perencanaan pembelajaran ditunjukkan bahwa 75% peserta didik kelas
diperoleh rata-rata total nilai hasil penilaian eksperimen tuntas secara klasikal, untuk uji
perangkat pembelajaran dan instrumen beda rata-rata diperoleh thitung = 4,11
penelitian adalah 4,25 termasuk dalam sedangkan ttabel = 1,67 sehingga t hitung >
kategori baik. t tabel maka dapat ditunjukkan bahwa rata-
Pada tahap pelaksanaan rata kemampuan pemecahan masalah
pembelajaran diperoleh rata-rata total nilai matematika pada kelas eksperimen lebih
hasil observasi keterlaksanaan baik dari pada peserta didik kelas kontrol,
pembelajaran adalah 85,5% termasuk dalam untuk uji beda proporsi diperoleh z hitung =
kategori baik. Pelaksanaan model problem 3,79 dan z tabel = 1,64 maka ditunjukkan
based learning yang disertai dengan bahwa proporsi ketuntasan kemampuan
pemberian perlakuan remedial teaching pemecahan masalah matematika peserta
dapat berjalan dengan sangat baik karena didik kelas eksperimen lebih dari proporsi
adanya dukungan positif dari peserta didik ketuntasan kemampuan pemecahan
untuk aktif selama proses pembelajaran. masalah matematika kelas kontrol, untuk
Karsim, et al., (2017) menyatakan bahwa uji beda rata-rata diperoleh thitung = 4,11
pembelajara menggunakan model problem sedangkan ttabel = 1,67 sehingga t hitung >
based learning melatih peserta didik untuk t tabel maka dapat ditunjukkan bahwa rata-
belajar mandiri, belajar berkelompok untuk rata kemampuan pemecahan masalah
mengembangkan kemampuan pemecahan matematika pada kelas eksperimen lebih
masalah, memahami materi dan baik dari pada peserta didik kelas kontrol.
membangun pengetahuannya. Hal ini sesuai Dari ketiga hasil perolehan tersebut,
hasil penelitian Saputri M., Dwijanto. & dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Mariani S (2016) yang menunjukkan bahwa model problem based learning yang disertai
aktivitas belajar berpengaruh terhadap dengan pemberian perlakuan remedial
kemampuan pemecahan masalah peserta teaching berkualitas. Hasil tersebut
didik. Hal ini juga sesuai dengan penelitian memberikan gambaran bahwa
Setiawan, T., Sugianto, & Junaedi (2012) pembelajaran model problem based learning
yang menunjukkan keaktifan peserta didik yang disertai dengan pemberian perlakuan
dalam pembelajaran dengan pendekatan remedial teaching dapat memberikan hasil
problem based learning dapat meningkatkan yang lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan higher order thinking peserta kemampuan pemecahan masalah
didik matematika peserta didik. Pembelajaran ini
Tahap penilaian pembelajaran dilihat juga menggunakan LKPD yang dapat
respon peserta didik terhadap pembelajaran membantu pemahaman peserta didik. Hal
dan keefektifan pembelajaran. Hasil angket ini sejalan dengan hasil penelitian Mariya,
respon peserta didik, peserta didik et al., 2013) yang menyatakan penggunaan
memberikan respon yang baik terhadap LKPD membuat peserta didik lebih antusias
pembelajaran dengan skor rata-rata 76,58%. mengikuti pembelajaran yang disampaikan
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 93
ISSN 2086 – 3918

guru. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian meningkatkan kemampuan pemecahan
Lestari, et al., (2016) bahwa penerapan masalah peserta didik. Hal ini sejalan
model problem-based learning efektif dalam dengan penelitian Izzati (2015) menyatakan
meningkatkan dengan kemampuan bahwa program remidial dan pengayaan
pemecahan masalah dan kemandirian dengan metode tutor sebaya berpengaruh
belajar peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan terhadap hasil belajar matematika.
dengan penelitian Zakaria & Hidayah Setelah pemberian perlakuan
(2015), yang menyatakan pembelajaran remedial teaching maka dilakukan tes
matematika dengan pendekatan ilmiah evaluasi pasca remedial teaching. Tes
berbantuan LKPD dapat meningkatkan evaluasi pasca remedial teaching dilakukan
karakter jujur dan pemecahan masalah untuk mengetahui peserta didik sudah
peserta didik. sembuh dari kesulitannya dan mengusai
b. Deskripsi Proses Remedial Teaching indikator materi yang belum tuntas pada tes
Selain menggunakan model PBL, diagnostik. Pemberian perlakuan remedial
keefektifan pembelajaran model problem teaching berpengaruh signifikan dalam
based learning yang disertai perlakuan meningkatkan kemampuan pemecahan
remedial teaching dipengaruhi oleh adanya masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian
adanya pemberian tes diagnostik yang yang dilakukan oleh Karibasappa (2008)
tujuannya untuk mengetahui letak menunjukkan bahwa siswa yang diberikan
kesalahan siswa pada materi yang telah pembelajaran remedial menunjukkan
dipelajari yang ditindak lanjuti dengan peningkatan yang signifikan secara
pemberian perlakuan remedial teaching. operasional dan keterampilan matematika.
Pada penelitian ini, proses pemberian Hal ini didukung penelitian yang dilakukan
remedial teaching dilakukan dengan cara oleh Saputra & Suhito (2015), yang
mengelompokkan peserta didik yang menyatakan bahwa Adaptive Remedial
mempunyai kesulitan belajar yang sama. Teaching Strategy berlatar pembelajaran
Peserta didik yang menghadapi kesulitan aktif efektif dalam mengatasi kesulitan
belajar dikelompokkan pada kelompok belajar matematika. Hal ini juga sesuai
tertentu dan jenis remediasi yang diberikan dengan pendapat Kartono, et al., (2016)
bergantung pada macam materi pelajaran menyatakan bahwa pemberian remedial
yang akan disembuhkannya. teaching efektif untuk meningkatkan
Pelaksanaan pemberian remedial pencapaian hasil belajar peserta didik. Hasil
teaching yang dilaksanakan setelah tes penelitian Hafid, et al., (2016) juga
diagnostik bagi peserta didik yang belum mengemukakan bahwa remedial teaching
tuntas. Pemberian perlakuan remedial efektif dalam mengatasi kesulitan belajar.
teaching dilakukan dengan metode belajar c. Analisis Kemampuan Pemecahan
kelompok yang dikombinasikan dengan Masalah Ditinjau Gaya Kognitif.
metode tutor sebaya, metode pemberian Data kemampuan pemecahan
tugas, metode tanya jawab. dan metode masalah peserta didik berdasarkan gaya
pengajaran individual bagi beberapa peserta kognitif data tentang kemampuan peserta
didik yang mempunyai banyak kesalahan didik dalam menyelesaikan TKPM yang
atau kesulitan belajar. Lestanti, et al., (2016) mencakup empat indikator pemecahan
menyatakan bahwa interaksi yang terjadi masalah menurut NCTM yaitu membangun
saat bekerja berkelompok antara lain pengetahuan matematika baru melalui
adanya tanya jawab, saling berpendapat, pemecahan masalah, memecahkan masalah
menghargai pendapat dari teman yang lain, yang ada pada matematika dan bidang lain,
dan bekerja sama untuk memecahkan menerapkan dan menyesuaikan diri dengan
masalah matematika dapat berbagai macam strategi pemecahan
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, memonitor dan merefleksikan
masalah matematika.Metode tutor sebaya proses pemecahan masalah matematika,
dalam remedial teaching juga berpengaruh berikut persentase skor peserta didik pada
positif, hal ini sesuai dengan hasil penelitian tiap indikator pemecahan masalah ditinjau
Nofitasari, et al., (2015) yang menyatakan dari gaya kognitif peserta didik yang
bahwa pada model pembelajaran dengan tercantum pada Gambar 1.
menggunakan tutor sebaya dapat
94 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

menyusun rencana penyelesaian masalah


dengan lengkap dan sistematis sedangkan
subjek field dependent menuliskan rencana
penyelesaian secara umum seperti pada soal
dan kurang lengkap. Pada tahap
melaksanakan rencana penyelesaian, subjek
field independent mampu menerapkan
langkah-langkah pemecahan masalah dan
rumus yang telah direncanakan dengan
benar dan dapat memperoleh hasil yang
Gambar 1 Diagram Kemampuan Pemecahan benar sedangkan subjek field dependent
Masalah Kelas Eksperimen ditinjau dari kurang mampu dalam menerapkan langkah-
Gaya Kognitif Peserta didik langkah pemecahan masalah yang telah
Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa direncanakan. Pada tahap memeriksa
peserta didik dengan gaya kognitif field kembali subjek field independent dapat
independent dapat mencapai indikator menuliskan kesimpulan yang diperoleh
pemecahan masalah lebih baik daripada dengan baik dan dapat menyusun rencana
peserta didik dengan gaya kognitif field pemecahan masalah dengan langkah yang
dependent. Pada indikator ketiga yang berbeda sedangkan subjek field dependent
merupakan indikator yang memiliki kurang mampu dalam memeriksa kembali
pencapaian terendah dari kedua gaya rencana dan proses pemecahan masalah,
kognitif tersebut. Indikator pemecahan karena banyak melakukan kesalahan dalam
masalah yang ketiga adalah menerapkan perhitungan. Hal ini sesuai dengan pedapat
dan menyesuaikan berbagai macam strategi Prabawa &Zaenuri (2017) yang menyatakan
pemecahan masalah, peserta didik dengan subjek field dependent cenderung kurang
gaya kognitif field independent dan peserta dapat memeriksa kembali dan menuliskan
didik dengan gaya kognitif field dependent kesimpulan dari pekerjaannya dan
kurang mampu dalam menentukan langkah cenderung belum mampu menuliskan
yang berbeda untuk menyelesaikan kesimpulan dengan jawaban yang tepat
masalah. Kemampuan pemecahan masalah
peserta didik berdasarkan gaya kognitif, KESIMPULAN DAN SARAN
peserta didik dengan gaya kognitif field a. Kesimpulan
independent mampu memecahkan masalah Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan baik tetapi dalam menyusun dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
menerapkan berbagai strategi pemecahan berikut :
masalah masih belum optimal. Peserta didik 1. Pembelajaran model problem based
dengan gaya kognitif field dependent mampu learning yang disertai perlakuan
memecahkan masalah dengan cukup baik. remedial teaching terhadap
Peserta didik belum lengkap menyusun kemampuan pemecahan masalah
strategi sehingga peserta didik mengalami matematika siswa adalah berkualitas.
kesalahan dalam menyelesaikan masalah Hal ini ditunjukkan dengan hal-hal
untuk beberapa permasalahan dan peserta berikut (a) Rata-rata total nilai hasil
didik tidak dapat menerapkan berbagai penilaian perangkat pembelajaran dan
strategi pemecahan masalah. instrumen penelitian termasuk dalam
Subjek field independent dan field kategori baik sehingga dapat
independent mampu memahami masalah disimpulkan bahwa tahap perencanaan
dengan menentukan informasi yang atau persiapan yang telah dilakukan
diketahui dan ditanyakan dalam masalah adalah berkualitas; (b) Rata-rata total
dengan baik, subjek field independent nilai hasil observasi keterlaksanaan
cenderung analitis sedangkan subjek field pembelajaran pada empat pertemuan
dependent cenderung menuliskan hal yang termasuk dalam kategori baik dan dari
sama terhadap apa yang ada dalam soal. angket respon peserta didik, peserta
Pada tahap menyusun rencana pemecahan didik memberikan respon yang baik
masalah subjek field independent dapat terhadap pembelajaran sehingga dapat
memanfaatkan informasi yang ada untuk disimpulkan bahwa tahap pelaksanaan
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 95
ISSN 2086 – 3918

yang dilakukan adalah berkualitas; (c)


Tahap penilaian pembelajaran model b. Saran
problem based learning yang disertai Berdasarkan simpulan yang
pemberian perlakuan remedial diperoleh, peneliti memberikan saran-saran
teaching terhadap kemampuan yaitu (1) Penggunaan model model problem
pemecahan masalah matematika based learning yang disertai pemberian
peserta didik yang telah dilakukan perlakuan remedial teaching dinilai
menunjukkan hasil bahwa persentase berkualitas dan dapat meningkatkan
peserta didik pada kelas pembelajaran kemampuan pemecahan masalah
model problem based learning yang matematika. Oleh karena itu, model
disertai pemberian perlakuan tersebut dapat dijadikan pilihan dalam
remedial teaching yang mencapai pembelajaran yang bertujuan meningkatkan
ketuntasan minimal 68 melampaui kemampuan pemecahan masalah peserta
75%, rata-rata kemampuan pemecahan didik; (2) Perbedaan gaya kognitif peserta
masalah matematika peserta didik didik mempengaruhi usaha peserta didik
pada kelas pembelajaran model problem untuk memecahkan masalah, sehingga guru
based learning yang disertai dapat mengarahkan peserta didik untuk
pemberian perlakuan remedial menyelesaikan masalah sesuai dengan
teaching lebih baik daripada rata-rata karakter gaya kognitif peserta didik dan
kemampuan pemecahan masalah memberikan bimbingan yang lebih pada
matematika peserta didik pada kelas peserta didik dengan gaya kognitif field
pembelajaran model problem based dependent.
learning yang tidak disertai pemberian
tes diagnostik dan perlakuan remedial UCAPAN TERIMA KASIH
teaching dan proporsi ketuntasan Terima kasih kepada reviewer jurnal
kemampuan pemecahan masalah EduMa: Mathematics Education Teaching
matematika peserta didik pada kelas and Learning atas kritik dan sarannya,
pembelajaran model problem based terima kasih kepada Prof. Dr. Kartono, M.Si
learning yang disertai pemberian selaku pembimbing I dan Dr. Isti Hidayah,
perlakuan remedial teaching lebih baik M.Pd selaku pembimbing II yang telah
daripada proporsi ketuntasan membimbing penelitian dan penulisan
kemampuan pemecahan masalah artikel ini.
matematika peserta didik pada kelas
pembelajaran model problem based DAFTAR PUSTAKA
learning yang tidak disertai pemberian Abdullah. D.I., Mastur .Z.& Sutarto. 2015.
tes diagnostik dan perlakuan remedial Keefektifan Model Pembelajaran
teaching. Problem Based Learning Bernuansa
2. Adanya pemberian tes diagnostik dan Etnomatika Terhadap kemampuan
perlakuan remedial teaching efektif Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII.
untuk meningkatkan kemampuan UJME, 4 (3): 285 -291.
pemecahan masalah matematika pada Amalludin. S., Pujiastuti., Veronica. R.B.
pembelajaran problem based learning, 2016. Keefektifan Problem Based
3. Kemampuan pemecahan masalah Learning Berbantu Fun Math Book
subjek field independent lebih baik Terhadap kemampuan pemecahan
daripada peserta didik subjek field Masalah Siswa kelas VIII. UJME, 5 (1):
dependent. Subjek field independent 69 -76.
mampu menguasai dengan baik empat Akinmola, E.A. 2014. Developing
indikator kemampuan pemecahan Mathematical Problem Solving Ability:
masalah menurut NCTM (2000), A Panacea for A Sustainable
sedangkan subjek field dependent Develoment in The 21th Century.
belum mampu menguasai dengan baik International Journal of Education and
keempat indikator kemampuan Research, 2(2): 1- 8.
pemecahan masalah tersebut. Crozier, W.R. 1997. Individual Learners:
Personality Differences In Education.
London: Routledge
96 EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019
ISSN 2086 – 3918

Festus, A.B. 2013. Activity-Based Learning Khaerunisak.,Kartono,Hidayah.I., & Fahmi.


Strategies in Mathematics Classroom. A.Y.2017. The Analysis of Diagnostic
Journal of Education and Practice, Assesment Result in PISA
14(13): 8 -14. Mathematical Literacy Based on
Geller, L.R & Paul Yovanoff. 2009. Student Self-Efficacy in RME
Diagnostic Assessment in Mathematics Learning.Journal of Mathematics
to Support Instructional Decision Education,6(1) : 77 -94.
Making. Practical Assesment, Research Kemendikbud. 2013. Panduan Remedial dan
& Evaluation,14(16):1-11. Pengayaan. Jakarta: Direktorat
Geni. P.R.L,& Hidayah.I. 2017. Kemampuan Pembinaan SMA
Pemecahan Masalah Siswa pada Lestanti., Isnarto., & Supriyono. 2016.
Pembelajaran Problem Based Learning Analisis Kemampuan Pemecahan
Bernuansa Etnomatematika Ditinjau Masalah Ditinjau Dari Karakteristik
dari Gaya Kognitif. UJMER, 6(1): 11-17. Cara Berpikir Siswa Dalam Model
Hafid, Kartono & Suhito. 2016. Remedial Problem Based Learning. UJME,
Teaching Untuk Mengatasi Kesulitan 5(1):16-23.
Belajar Siswa Pada Kemampuan Lestari, P.D., Dwijanto, & Hendikawati, P.
Pemecahan Masalah Matematika 2016. Keefektifan Model Problem-Based
Berdasarkan Prosedur Newman. Learning Dengan Pendekatan Saintifik
UJME, 5 (3):257-265. Terhadap Kemampuan Pemecahan
Hmelo-Silver. 2004. Problem Based Masalah Dan Kemandirian Belajar
Learning: What and How do Students Peserta Didik Kelas VII. UJME, 5 (2)
Learn?. Educational Psichology Review, :146 - 153
16(3): 235 – 266. Maretasani, L. D., & Dwijanto. 2016.
Irwantoro, N., Suryana, Y. 2016. Kompetensi Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Pedagogik Untuk Peningkatan dan Metakognisi Berdasarkan Orientasi
PenilaianKinerja Guru dalam Rangka Tujuan Pada Pembelajaran Berbasis
Implementasi Kurikulum Nasional. Masalah. UJMER 5 (2):139 -147.
Surabaya: Genta Group Production. Mariya, D., Mastur.Z.,&Pujiastuti. 2013.
Izzati. 2015. Pengaruh Penerapan Program Keefektifan Pembelajaran SAVI
Remidial dan Pengayaan Melalui Berbantuan Alat Peraga
Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap TerhadapKemampuan Pemecahan
Hasil Belajar Matematika Siswa. Masalah.Kemampuan Pemecahan
Jurnal EduMa, 4(1): 54-68. Masalah Materi Segiempat kelas
Joseph, Y.K. 2011. An Exploratory Study of VII.UJME, 2(2): 40-47.
Primary Two Pupils’ Approach to Solve Milles, M. B., & Huberman, A. M. 2007.
Word Problems. Journal of Mathematics Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
Education,12(1):19-30. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-
Karibasappa, C.N et.al. 2008. A Remedial Press.
Teaching Programme to Help Children Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar
with Mathematical Disability. Asia dan Bimbingan terhadap Kesulitan
Pacific Disability Rehabilitation Belajar Khusus.Yogyakarta: Nuhu
Journal, 19(.2). Litera.
Karsim, Suyitno. H.,& Isnarto. 2017. Munir M.,Widodo & Wardono. 2012.
Pengaruh IQ dan Disposisi Matematis Pengembangan Perangkat
Terhadap Kemampuan Pemecahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Masalah Peserta Didik Kelas VII Pada materi Program Linear kelas XII.
Melalui Model Pembelajaran PBL UJRME,1(1): 50-57.
Berbantuan LKPD.UJME,6(3):352-359. National Council of Teacher of Mathematics.
Kartono, Rizki, A.N., & Suhito. 2016. The 2000. Principles and Standards for
effectiveness of Remedial Teaching School Mathematics. Reston, VA:
Based Diagnostic Assessment on The Author.
Achievement Student Mathematics Nofitasari. L., Mastur. Z., & Mashuri. 2015.
Learning Outcomes in Inquiry Learning Keefektifan Model Pembelajaran Tutor
Model.IJARIIE, 2(4): 478- 484. Sebaya Bernuansa Etnomatematika
EduMa Vol. 8 No. 1 Juli 2019 97
ISSN 2086 – 3918

Terhadap Kemampuan Pemecahan Setiawan .D, Waluya .B, & Mashuri. 2014.
Masalah Peserta Didik Pada Materi Keefektifan PBL Berbasis Nilai
Segiempat. UJME, 5 (1):54-61. Karakter Berbantuan CD Pembelajaran
Noriza, M.N, Kartono & Sugianto.2015. Terhadap kemampuan pemecahan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Masalah Materi Segiempat kelas VII.
Disposisi Matematis Siswa Kelas X UJME 3 (1):15-20.
pada Pembelajaran Berbasis Masalah. Setiawan,.T., Sugianto, & Junaedi, I. 2012.
UJMER,4 (2):66-75. Pengembangan Perangkat Matematika
OECD. 2012. PISA 2012 Assessment and Dengan Pendekatan Problem Based
Analytical Framework: Mathematics, Learning untuk Meningkatkan
Reading, Science, Problem Solving and Keterampilan Higher Order Thinking.
Financial Literacy. Paris: OECD UJRME 1 (1) : 72 – 80.
OECD. 2015. PISA 2015 Assessment and Suherman, I.,Turmudi.,Suryadi,D.,Herman,
Analytical Framework: Mathematics, T., Suhendra., Prabawanto, S.,
Reading, Science, Problem Solving and Nurjanah., & Rohayati, A. 2003.
Financial Literacy. Paris: OECD Strategi Pembelajaran Matematika
Padmavanthy dan Mareesh.2013. Kontemporer. Bandung: UPI.
Effectivenes of Problem Based Learning Sulistiyoningsih. T, Kartono, & Mulyono.
in Mathematics. International 2015.PBL Bernuansa Adiwiyata dengan
Multidisciplinary e-Journal, 2(1):45-51. Blended Learning untuk Meningkatkan
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Kemampuan Masalah dan Karakter
tentang Standar Isi untuk Satuan Peduli Lingkungan. UJMER,4(2):84-92.
Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016. Suwarto.2013. Pengembangan Tes
Prabawa, E.A.& Zaenuri. 2017. Analisis Diagnostik. Jurnal Pendidikan 22(2):
Kemampuan Pemecahan Masalah 187-202.
Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa pada Vendiagrys, L., I. Junaedi, & Masrukan.
Model Project Based Learning 2015. Analisis Kemampuan Pemecahan
Bernuansa Etnomatematika. UJMER 6 Masalah Matematika Soal Setipe
(1): 120-129. TIMSS berdasarkan Gaya Kognitif
Prasetyo, R. I., Supraptono, E., & Utami, Siswa pada Pembelajaran Model
A,D. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning.UJMER 4(1):
Pembelajaran Remedial Berbasis Web 34-41.
Pada Materi Rumus dan Fungsi Wahyudi. 2010. Assesment Pembelajaran
.Dinamika, 6(2):51-57 berbasis Portofolio di Sekolah.Visi Ilmu
Saputra, A.D. & Suhito. 2015. Keefektifan Pendidikan. 2(1): 288 -296.
Adaptive Remedial Teaching Strategy Witkin, H.A.1977.Field-Dependence and
berlatar Pembelajaran Aktif dalam Field-Independence Cognitive Styles
Mengatasi Kesulitan Belajar and Their Educational Implications.
Matematika Jurusan IPS. UJME 4 (1): Review of Educational Research, 47(1):
1-10. 1- 64.
Saputri M., Dwijanto., & Mariani S. 2016. Zakaria F., & Hidayah. I. 2015.
Pengaruh PBL Pendekatan Pembelajaran Matematika dengan
Kontekstual Strategi Konflik Kognitif Pendekatan Ilmiah Berbantuan LKPD
dan Kemampuan Awal Terhadap untuk Meningkatkan Karakter Jujur
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemecahan Masalah Bagi Siswa
Siswa Materi Geometri. UJME 5 (1): 77- SMP. UJME 4 (1):32-40.
83. Zhao, Zhangbao. 2013. An Overview od
Satoto, S., Sutarto, H., & Pujiastuti. E. 2013. Studies on Diagnostic Testing and its
Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa Impplications for the Development of
dalam Menyelesaikan Soal dengan Diagnostic Speaking Test. International
Prosedur Newman.UJME, 1 (2):1-7. Journal of English Linguistics 3(1): 41-
Savery. 2006. Overview of Problem-based 45
Learning: Definitions and Distinctions.
Interdisciplinary Journal, 1(1): 9-20.

You might also like