You are on page 1of 12

p-ISSN: 2086-4280

Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

Think Pair Share sebagai Model Pembelajaran


Kooperatif untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis

Syintia Siti Latifah1*, Irena Puji Luritawaty2

Program Studi Pendidikan Matematika, Institut Pendidikan Indonesia


Jalan Terusan Pahlawan, Garut, Jawa Barat, Indonesia
1*sintiasitilatifah@gmail.com, 2irenapuji@yahoo.com

Artikel diterima: 30-11-2019, direvisi: 29-01-2020, diterbitkan: 31-01-2020

Abstrak
Diperlukan upaya untuk meningkatkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah
matematis yang masih rendah, misalnya menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair
Share. Tujuan penelitian yaitu mengetahui peningkatan dan seberapa jauh kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dapat meningkat dengan model pembelajaran Think
Pair Share. Metode penelitian yaitu kuasi eksperimen, dengan populasi siswa kelas VIII di satu
SMP di Kabupaten Garut. Sampel yaitu kelas VIII-A sejumlah 33 siswa, dipilih berdasarkan
teknik purposive sampling. Instrumen berupa soal tes uraian kemampuan pemecahan masalah
diujikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil analisis data pada kelas Think Pair Share
menunjukkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis berkategori sedang.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terbukti cukup efektif meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata Kunci: Kemampuan pemecahan masalah matematis, Think Pair Share, kuasi eksperimen.

Think Pair Share Type Cooperative Learning Model to improve


Mathematical Problem Solving Ability

Abstract
Efforts are needed to improve the achievement of mathematical problem-solving abilities that
are still low, for example using the Think Pair Share type of learning model. The purpose of this
research is to find out how much improvement and how much the students' mathematical
problem-solving ability increases through the Think Pair Share learning model. The research
method is quasi-experimental, with a population of eighth grade students in one junior high
school in Garut Regency. The sample is class VIII-A with 33 students, selected based on
purposive sampling technique. Instruments in the form of test questions describing problem-
solving abilities were tested before and after learning. The results of data analysis in the Think
Pair Share class showed an increase in the ability to solve mathematical problems in the
medium category. Cooperative learning Think Pair Share type proved effective enough to
improve students' mathematical problem-solving abilities.
Keywords: Mathematical problem solving ability, Think Pair Share, quasi-experimental.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 35


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN terkait yang saing berhubungan. Pentingnya


Dasar ilmu dibalik berbagai disiplin ilmu kemampuan siswa dalam memecahkan
dan perkembangan teknologi modern adalah masalah dipertegas oleh Sumarmo bahwa
matematika (Fatmawati & Ekawati, 2016). tujuan pengajaran matematika dan
Terdapat berbagai kemampuan yang menjadi jantungnya matematika adalah pemecahan
sasaran dalam pembelajaran matematika di masalah (Soekisno, 2002).
sekolah, salah satunya yaitu berdasarkan Permasalahan dalam kehidupan keseharian
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Disebutkan idealnya menjadi awal pembelajaran
bawa satu dari beberapa tujuan pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan masalah
matematika yaitu siswa dapat melakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan dasar
pemecahan masalah, termasuk didalamnya awal terbentuknya pengetahuan siswa. Surya
pemahaman masalah, perancangan model, menyatakan bahwa pembentukan
peyelesaian, danpenafsiran solusi. pemahaman matematis siswa akan
Pemecahan masalah merupakan proses memberikan keuntungan bagi siswa jika
pencapaian tujuan yang terdiri dari proses melibatkan pemecahan masalah yang tejadi
pengorganisasian konsep dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (Nasution &
menjadi suatu pola baru (Riffyanti & Setiawan, Manullang, 2017).
2017). Kemampuan pemecahan masalah Namun kenyataan di lapangan menunjukan
matematis memiliki beberapa indikator, bahwa tidak sedikit siswa yang merasakan
diantaranya menurut Sumarmo (Iswara, 2019) sulitnya belajar matematika. Hal ini terutama
yaitu identifikasi kecukupan data, pembuatan terjadi dalam penyelesaian soal berjenis
model matematika dari permasalahan, pemecahan masalah matematis. Keadaan
pemilihan dan penerapan strategi untuk tersebut relevan dengan pendapat Surya
penyelesaian berbagai masalah intern atau tahun 2013 (Nasution & Manullang, 2017)
atau ekstern matematika, interpretasi hasil bahwa kesulitan siswa diperoleh terletak pada
berdasar permasalahan asal, pemeriksaan saat proses pemahaman, melukis diagram,
kebenaran jawaban, dan penerapan interpretasi grafik, memahami konsep
matematika bermakna. matematika ranah formal, dan menyelesaikan
NCSM (National Council of Supervisors of masalah.
Mathematics) menyatakan bahwa belajar Rendahnya kemampuan pemecahan
penyelesaian masalah menjadi point utama masalah terbukti dari hasil PISA dimana
mengapa anak harus belajar matematika pemecahan masalah menjadi satu diantara
(Mulyati, 2016). Dalam pengertian ini, belajar beberapa komponen yang dinilai (Afriansyah,
memecahkan masalah dipandang sebagai 2016). Indonesia menempati posisi hampir
tujuan belajar matematika. Sejalan dengan itu, terbawah dalam daftar negara dari segi
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 juga kualitas pendidikan menurut OECD (2015),
menekankan agar kegiatan memecahkan tepatnya pada posisi 45 dari 50 negara. Selain
masalah menjadi fokus prioritas dalam belajar itu, masih rendahnya kemampuan pemecahan
matematika di sekolah. Hal tersebut dapat masalah yang masih rendah juga diketahui
dimengerti karena dalam memecahkan dari hasil penelitian Artilita (2015) pada siswa
masalah, diperlukan berbagai disiplin konsep kelas VIII salah satu SMP di Lembang tahun

36 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

pelajaran 2014-2015. Hasil menunjukan pengetahuannya sendiri. Slavin (2009)


bahwa dari 28 siswa, hanya 6 siswa yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran
menjawab pertanyaan dengan benar. Dengan kooperatif, akan terjadi diskusi antar siswa,
demikian, diperlukan pengembangan tukar argumen, dan kerja sama dalam
kemampuan pemecahan masalah dengan kelompok. Siswa akan saling membantu
tujuan siswa memiliki kemampuan sampai pada proses penyelesaian suatu
pemecahan masalah yang optimal (Rinaldi & permasalahan tertentu (Supriatna &
Afriansyah, 2019). Akibatnya, pengembangan Afriansyah, 2018). Kondisi ini tentu akan
kemampuan pemecahan masalah perlu membantu siswa dalam melakukan proses
mendapatkan perhatian. pemecahan masalah dengan baik.
Berbagai penelitian sebelumnya yang Beberapa model pembelajaran yang
memiliki perhatian terhadap kemampuan termasuk kedalam tipe kooperatif diantaranya
pemecahan masalah dikaitkan dengan: adalah Think Pair Share. Pengembang pertama
Pembelajaran Inkuiri (Wardani, 2012); model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Missouri Mathematics Project (Latifah & Pair Share adalah Frang Lyman dan teman-
Madio, 2014); Pembelajaran Pelangi temanya di Maryland University pada tahun
Matematika (Rahayu & Afriansyah, 2015); 1997. Beberapa penelitian relevan
Pembelajaran Berbasis Masalah (Sumartini, menerapkan model pembelajaran ini dikaitkan
2016); Creative Problem Solving dan Resource dengan: hasil belajar (Sari & Madio, 2013),
Based Learning (Sopian & Afriansyah, 2017); kemampuan penalaran (Octaviyanus &
Pembelajaran Matematika Berbasis Guided Ekayanti, 2019), dan lain-lain.
Inquiry (Kurniawati & Rizkianto, 2018); dan Pembelajaran Think Pair Share
Means End Analysis (Asih & Ramdhani, 2019). menekankan pada tiga tahapan yaitu Think
Kemampuan pemecahan masalah dapat atau berpikir, Pair atau berpasangan, dan
ditingkatkan melalui proses belajar di sekolah. Share atau berbagi. Pembelajaran kooperatif
Menurut Trianto (2007), prinsip dari tipe Think Pair Share memiliki prosedur tak
pembelajaran adalah guru memfasilitasi siswa tampak yang akan memfasilitasi siswa dengan
untuk membangun pengetahuannya sendiri. waktu lebih banyak untuk proses berfikir dan
Dalam memfasilitasi siswa, bagian yang menjawab serta saling membantu dalam
memberikan pengaruh besar yaitu model menghadapi suatu masalah (Syahrul, 2011).
pembelajaran. Hal tersebut karena model Menurut Huda (2012) terdapat tahap-tahap
pembelajaran dapat membantu guru pada pembelajaran Think Pair Share yang
melakukan pembelajaran dengan baik mengarahkan siswa untuk memecahkan
sehingga akan mempengaruhi hasil masalah, yaitu think, pair, dan share. Siswa
pembelajaran. diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk
Para ahli telah mengembangkan beragam menyelesaikan masalah secara individu.
model pembelajaran, diantaranya berjenis Setelah itu, siswa kemudian membawa hasil
model pembelajaran kooperatif dengan dasar pemikirannya untuk didiskusikan pada diskusi
konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan kelompok (pasangan). Akibatnya, akan
model yang mengharapkan siswa membangun memunculkan berbagai strategi penyelesaian,

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 37


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

sehingga siswa dapat memilih dan II. METODE


menerapkan strategi dalam pemecahan Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan
masalah. Kemampuan pemecahan masalah metode kuasi eksperimean, dengan populasi
siswa akan menjadi lebih berkembang baik yaitu siswa salah satu SMP swasta di
secara individu maupun berkelompok. Kabupaten Garut kelas VIII tahun pelajaran
Menurut Fogarty & Robin (Daryanto, 2014), 2019-2020 semester ganjil. Adapun
kemampuan siswa dalam mengemukakan sampelnya yaitu kelas VIII A. kelas tersebut
pendapat akan terlati dengan penerapan sekaligus menjadi kelas eksperimen pada
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair penelitian ini.
Share. Pembelajaran ini juga mudah One Group Pretest-Posttest Design (Tiro
dilaksanakan dalam kelas yang besar. dan Ahmar, 2014) digunakan sebagai desaian
Tahap-tahap pembelajaran Think Pair Share dalam penelitian ini. Desainnya yaitu:
menurut Majid (2013) yaitu tahap berpikir P1 X P2
atau think, tahap berpasangan atau pair, dan Keterangan:
tahap berbagi atau share. Pada tahap think, P1 = Instrumen tes awal (pretest)
guru akan menyajikan permasalahan pada X = Perlakuan dengan pembelajaran Think
siswa, selanjutnya siswa diberi kesempatan Pair Share
untuk mencoba memikirkan solusi P2 = Instrumen tes akhir (posttest).
permasalahan secara perorangan. Pada tahap Instrumen penelitian berupa tes tulis
pair, siswa dipasangkan heterogen untuk kemampuan pemecahan masalah berbentuk
saling berdiskusi, membantu dan bertukar ide uraian, yang diujikan tes awal (pretest) dan tes
dalam menyelesaikan permasalahan. akhir (posttest). Tes awal bertujuan untuk
Selanjutnya pada tahap share, setiap mengetahui kemampuan pemecahan masalah
kelompok ditugaskan untuk berbagi hasil awal siswa sebelum perlakuan. Sedangkan tes
diskusi yang sudah diperoleh kepada akhir dilakukan setelah diberi perlakuan, dan
kelompok yang lebih besar melalui presentasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan
di depan kelas. Presentasi dilakukan sampai kemampuan pemecahan masalah matematis
seperempat kelompok telah mendapat setelah dapat perlakuan Tes terdiri dari 5 butir
kesempatan untuk melakukan presentasi. soal. Soal tersebut sebelumnya diujicobakan
Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, dahulu pada kelas dengan jenjang yang lebih
maka peneliti tertarik melaksanakan tinggi yang mana kelas tersebut telah
penelitian mengenai pemecahan masalah mempelajari materi SPLDV sebelumnya. Data
dengan rumusan pertanyaan: Apakah hasil uji coba instrumen diolah validitas,
kemampuan pemecahan masalah matematis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
siswa meningkat melalui model pembelajaran kesukarannya. Hal tersebut dilakukan sebagai
kooperatif tipe Think Pair Share? Tujuannya menjadi tolak ukur kualitas butir soal yang
yaitu mengetahui peningkatan dan seberapa diberikan.
besar peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dengan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran Think Pair Share. Hasil penelitian ini meliputi hasil pretest
dan posttest. Hasil tersebut diolah secara

38 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

statistik deskriptif terlebih dahulu. Adapun peningkatan kemampuan pemecahan masalah


hasilnya secara umum adalah sebagai berikut: matematis dengan model Think Pair Share
Berdasarkan Data pada Tabel 1 diketahui (TPS) berkategori sedang.
bahwa hasil pretest siswa yang mendapatkan B. Deskripsi Hasil Tes
model pembelajaran TPS memperoleh nilai Pada pertemuan pertama, pembelajaran
rerata 4,39, sedangkan rerata hasil diawali dengan pemberian pretest di kedua
posttestnya yaitu 10,30. kelas. Pretest dikerjakan dalam hari yang sama
A. Analisis Data dengan durasi 2 x 40 menit. Selanjutnya,
1. Uji Normalitas pembelajaran dilakukan dengan menerapkan
Uji Liliefors digunakan untuk menguji model pembelajaran TPS di kelas VIII-A.
kenormalan data. Hasilnya yaitu: Tabel 1.
Berdasarkan pada Tabel 2 diperoleh siswa Data Kemampuan Pemecahan masalah
Matematis
mempunyai nilai Lmaks= 0,126 < Ltabel= 0,154
Kelas Model TPS
merupakan data hasil pretest dan mempunyai Keterangan Pretest Posttest
nilai Lmaks= 0,137 < Ltabel= 0,154 merupakan Skor Terkecil 1 3
data hasil posttest. Penelitian ini Skor Terbesar 9 17
Rata-rata 4,39 10,30
menggunakan 𝛼 = 5% denga kriteria normal Simpangan 2,25 4,10
yaitu jika Lmaks < Ltabel. Berdasarkan tabel 2 Baku
dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan Jumlah Siswa 33 33
Skor Ideal = 20
posttest data berdistribusi normal.
2. Analisis Gain Ternormalisasi Tabel 2.
Uji Gain Ternormalisasi (g) dilakukan untuk Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
mengetahui deskripsi secara umum terkait
Keterangan Lmaks Ltabel Kriteria
peningkatan hasil belajar (Sundayana, 2014).
Pretest 0,126 0,154 Berdistribusi
Peningkatan tersebut dilihat berdasarkan Normal
peningkatan hasil pretest dan postest. Adapun Posttest 0,137 0,154 Berdistribusi
Normal
data gain ternormalisasi yang dihasilkan yaitu
sebagai berikut. Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat Data Gain Ternormalisasi
Kelas Skor Skor Rata- Standar
diketahui bahwa rerata indeks gain untu kelas Terkecil Terbesar rata Deviasi
TPS sebesar 0,39, maka nilai tersebut TPS 0,00 0,75 0,39 0,22
tergolong sedang secara statistik, dengan
Tabel 4.
persentase yang menggunakan kategori Data Persentase Interpretasi
menurut Hake (1999) yang dimodifikasi oleh Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Sundayana (2014).
No. Interpretasi Gain fi Persentase (%)
Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan Ternormalisasi
bahwa dari 33 siswa, peningkatan kelas TPS 1 Tinggi 3 9
2 Sedang 18 55
dengan kategori sedang sebanyak 55%, 30%
3 Rendah 10 30
kategori rendah dan kategori tinggi sebanyak 4 Tetap 2 6
9%. Kesimpulan secara umum yaitu Jumlah 33 100

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 39


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Pertemuan tersebut dilakukan sebanyak terbiasa dan bisa mengikuti tahapan-tahapan


empat kali pertemuan kemudian di proses pembelajaran dengan baik.
pertemuan akhir diberikan posttest dan Pembelajaran TPS diketahui berpengaruh
pengisian angket. baik pada proses pembelajaran. Hal tersebut
Pada pertemuan awal dengan berdasar pada hasil uji gain ternormalisasi
menggunakan model pembelajaran TPS, siswa yang dilihat dari rerata peningkatan
terlebih dahulu dibagi LKS masing-masing kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa, kemudian dibagi menjadi beberapa siswa. Meskipun mendapatkan jadwal
kelompok yang berjumlah dua orang setiap pelajaran di siang hari, namun siswa belajar
kelompoknya. Selama awal kegiatan dengan antusias dan tidak membosankan.
pembelajaran berlangsung, siswa masih Setiap kelompok harus mengisi LKS yang
tampak kesulitan dalam mengikuti tahapan menuntun siswa untuk menemukan konsep
pembelajaran dan masih banyak kesulitan maupun alternatif penyelesaian dari suatu
dalam mengerjakan LKS bersama teman permasalahan mengenai materi SPLDV.
sekelompoknya. Karena model pembelajaran Berdasarkan pemaparan sebelumya,
yang diberikan masih terasa asing bagi siswa.
Pada umumnya siswa masih belum
sepenuhnya memahami dan keliru mengenai
tahapan-tahapan selama proses
pembelajaran. Guru perlu memberikan
petunjuk dan bimbingan yang lebih kepada
para siswa dalam mengerjakan LKS. Sama
halnya ketika perwakilan siswa dalam
kelompoknya diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya kemudian
ditanggapi oleh teman-teman kelompok yang
lainnya. Namun, pada pertemuan
pembelajaran selanjutnya, siswa mulai Gambar 2. Tahap Pair.

Gambar 1. Tahap Think. Gambar 3. Tahap Share.

40 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

model pembelajaran TPS meliputi tahapan menyelesaikan tugas kelompoknya, serta


think, pair dan share. Dalam tahap think, siswa masih terlihat belum tertib dan
setiap siswa diberi LKS, kemudian siswa beberapa masih ngobrol.
diminta untuk membaca, memahami masalah Pertemuan kedua membahas mengenai
terkait dengan materi SPLDV secara individu menyelesaikan SPLDV dengan metode
yang ditunjukkan oleh Gambar 1 sebagai substitusi. Sama halnya dengan pertemuan
berikut. sebelumnya siswa diberikan permasalahan
Selanjutnya tahap pair, berkumpul sesuai dalam kehidupan sehari-hari, mencatat
dengan kelompok yang telah dibuat kemudian informasi yang pada permasalahan tersebut,
siswa berdiskusi serta melakukan percobaan dan membuat model matematika, untuk
yang telah diperintahkan dalam LKS bersama- menentukan SPLDV dengan metode substitusi
sama dengan kelompoknya, lalu guru siswa mengikuti langkah yang tertera dalam
membantu dan membimbing dalam LKS. Hampir semua kelompok bisa memahami
menyamakan hasil pengerjaan LKS yang bagaimana menentukan SPLDV dengan
kemudian dilanjutkan dengan tahap Share metode substitusi, tetapi siswa terkadang
yaitu siswa mempresentasikan hasil diskusi keliru dalam tahap memisalkan salah satu
kelompoknya dan diamati oleh teman-teman model matematika yang akan disubstitusikan
dari kelompok lain. Perhatikan Gambar 2 dan ketika diberikan soal serupa. Namun,
Gambar 3 berikut. pertemuan kedua ini dapat dikatakan lebih
Tahap-tahap tersebut berlangsung selama baik dibanding pertemuan pertama karena
empat pertemuan, pada setiap pertemuan dilihat dari antusias siswa meningkat dalam
terlihat beberapa peningkatan baik dari kegiatan berdiskusi.
motivasi belajar siswa maupun peningkatan Pertemuan ketiga membahas mengenai
pembelajaran. penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi
Pertemuan pertama di kelas yang dan campuran (eliminasi dan substitusi). Sama
mendapatkan model pembelajaran TPS halnya dengan pertemuan sebelumnya siswa
membahas mengenai PLDV dan SPLDV dengan diberikan permasalahan dalam kehidupan
metode Grrafik. Dalam materi ini, siswa sehari-hari, siswa mencatat informasi yang
diberikan permasalahan dalam kehidupan tertera pada permasalahan, kemudian dibuat
sehari-hari, kemudian mencatat informasi model matematika, untuk menentukan SPLDV
yang tertera pada permasalahan, dan dengan metode eliminasi dan campuran
membuat model matematika, untuk (eliminasi dan substitusi) siswa mengikuti
mentukan SPLDV dengan metode grafik siswa langkah yang tertera dalam LKS. Karena materi
mengikuti langkah yang tertera dalam LKS. yang diberikan cukup rumit mengakibatkan
Pembelajaran berlangsung sesuai tahapan tidak semua kelompok paham mengenai
model pembelajaran TPS. Hanya pada materi yang diberikan. Siswa tampak
pertemuan pertama tahap diskusi kelompok kebingungan menentukan langkah untuk
tidak diikuti oleh semua siswa secara aktif memahami materi dan menyelesaikan
bersama kelompoknya. Siswa masih masalah. Mengamati keadaan tersebut,
mengandalkan teman yang pintar untuk peneliti akhirnya mengambil inisiatif untuk,

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 41


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

menjelaskan secara langsung dan berulang Berdasarkan Uji Gain Ternormalisasi


mengenai soal tersebut untuk menghindari dengan rumus yang dikembangkan oleh Hake
miskonsepsi pada siswa. Pada saat dilakukan (1999) dapat dilihat bahwa penerapan
penjelasan oleh peneliti, mayoritas siswa pembelajaran Think Pair Share (TPS), secara
memperhatikan penjelasan tersebut dan umum dapat meningkatkan kemampuan
tampak mulai memahami mengenai materi pemecahan masalah matematis siswa. Rerata
dan mampu menentukan langkah untuk yang didapat adalah 0,39, dengan kategori
menyelesaikan masalah. sedang. Namun terdapat pula siswa yang
Pertemuan keempat membahas dengan kategori peningkatan Tinggi.
mengenai menyelesaikan SPLDV khusus. Setelah pembelajaran dengan Think Pair
Dalam materi ini siswa melakukan Share (TPS), peneliti menemukan kelebihan
penyelesaian masalah Sistem Persamaan dan kekurangan model pembelajaran
Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan metode tersebut. Kelebihannya yaitu:
yang dikuasai siswa, dalam hal ini hasil 1. Kesempatan berpikir secara individu
penyelesaian tersebut memungkinkan terbuka lebar. Siswa juga berkesempatan
memiliki satu selesaian, atau tidak memiliki bertanya banyak hal yang belum dipahami
selesaian atau bahkan memiliki selesaian tak mengenai materi yang diajarkan.
terhingga. Hampir semua kelompok bisa 2. Siswa dapat terlatih memahami konsep
memahami SPLDV khusus, tetapi siswa dengan baik karena harus bekerja sama
terkadang keliru dalam menentukan hasil dengan temannya untuk mendapatkan
penyelesaian tersebut. Namun, pertemuan kesepakatan (penyelesaian), serta melatih
keempat ini dapat dikatakan lebih baik dari siswa untuk menghargai pendapat
pertemuan pertama, kedua dan ketiga karena temannya.
dilihat dari siswa yang mulai fokus dalam 3. Keaktifan dan keberanian siswa terlatih
membaca serta memahami permasalahan melalui kegiatan menyampaikan serta
secara individu, dan antusias siswa meningkat menanggapi pendapat.
dalam kegiatan berdiskusi. 4. Guru berkesempatan memantau dan
Setelah empat pertemuan selesai membimbing siswa secara leluasa dalam
dilakukan, siswa diberikan posttest berupa proses pembelajaran.
soal-soal yang telah diberikan sebelumnya Adapun beberapa kekurangan
pada pretest dengan waktu 2 x 40 menit atau penggunaan model pembelajaran TPS, yang
satu pertemuan untuk mengetahui peneliti temukan diantaranya:
kemampuan akhir pemecahan masalah 1. Sulitnya membuat semua siswa dapat
matematis siswa maupun respons siswa dari terlibat aktif
penerapan model pembelajaran yang telah 2. Kesulitan menengahi siswa yang
diberikan selama penelitian mengenai materi mengalami perselisihan dalam diskusi
SPLDV. Hasil analisis tes akhir (posttest) kelompok.
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa bahwa 3. Kondisi kurang kondusif dengan
terdapat perbedaan kemampuan pemecahan banyaknya kelompok yang melaporkan
masalah matematis siswa antara awal dan kesulitan.
akhir pembelajaran.

42 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

4. Fokus beberapa siswa tidak terarah selama International Conference on Elementary


presentasi berlangsung. and Teacher Education ICETE.
5. Beberapa siswa masih kesulitan dalam Artilita. (2015). Analisis Kemampuan
menyampaikan dan menanggapi Pemecahan Masalah Matematis siswa
pendapat. SMP Negeri di Lembang. Jurnal Riset
Kelebihan model pembelajaran TPS yang pendidikan Matematika, 4(2), 166-175.
dialami peneliti sesuai dengan hasil penelitian Asih, N., & Ramdhani, S. (2019). Peningkatan
Harahap (2018) bahwa penerapan model Kemampuan Pemecahan Masalah
pembelajaran TPS membuat siswa Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
berkesempatan untuk berpikir individu, Menggunakan Model Pembelajaran
sehingga membuat siswa lebih memahami Means End Analysis. Mosharafa: Jurnal
dan aktif berdiskusi bersama anggota Pendidikan Matematika, 8(3), 435-446.
kelompoknya untuk menemukan konsep dan DOI: https://doi.org/10.31980/mosharafa.
memecahkan masalah. Begitupula dengan v8i3.534
kelemahan model pembelajaran TPS menurut Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran
Lestari (2016) bahwa penerapan model Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
pembelajaran TPS tidak membuat keaktifan Gava Media.
pada semua siswa, sehingga tidak semua Fatmawati, D., & Ekawati, R. (2016).
siswa memahami pelajaran dengan Pengembangan Soal Matematika Pisa Like
menggunakan model ini. Pada Konten Change and Relationship
untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama.
IV. PENUTUP MATHEdunesa: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Model pembelajaran kooperatf tipe think Matematika, 2(5), 29-38.
pair share dapat meningkatkan kemampuan Hake, R, R. (1999). Analyzing Change/Gain
pemecahan masalah matematis dengan Scores. AREA-D American Education
kualitas peningkatan berada pada interpretasi Research Association’s Division. D,
sedang. Measurement and Research
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu Methodology.
hendaknya dilakukan beberapa revisi terhadap Harahap, U. S. (2018). Perbedaan Hasil Belajar
perlakuan model yang diberikan seperti Matematika yang diajar dengan
perincian kegiatan pembelajaran lebih lanjut, Menggunakan Model Pembelajaran
perbaikan lembar kerja siswa, dan pembuatan Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan
nstrumen yang lebih baik untuk keperluan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
pembelajaran. Student Team Achievement Division
(STAD) Pada Materi Garis dan Sudut di
DAFTAR PUSTAKA MTS Al-Jam”iyatul Washliyah. Universitas
Afriansyah, E. A. (2016). The Use of Realistic Islam Negri Sumatera Utara: Diterbitkan.
Approach to Enhance Students' Huda. (2012). Cooperative Learning, Metode,
Mathematical Problem Solving Skills. Teknik, Struktural dan Model Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 43


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Iswara, E. (2019). Perbedaan Kemampuan Negeri 3 Tebing Tinggi. Jurnal Paradikma


Pemecahan Masalah Matematis dan 1(10), 1-68.
Self-Confidence Antara Siswa yang Octaviyunas, A., & Ekayanti, A. (2019).
Belajar dengan Model Problem Posing Pengaruh Model Pembelajaran Giving
dan Direct Intruction. STKIP Garut: Tidak Question Getting Answer dan Think Pair
diterbitkan. Share terhadap Kemampuan Penalaran
Kurniawati, V., & Rizkianto, I. (2018). Matematika Siswa Kelas VII. Mosharafa:
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 341-
Matematika Berbasis Guided Inquiry dan 352.
Learning Trajectory Berorientasi pada OECD. (2015). Programme For International
Kemampuan Pemecahan Masalah. Student Assessment (PISA). Diakses dari
Mosharafa: Jurnal Pendidikan http://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-
Matematika, 7(3), 369-380. Indonesia.pdf pada tanggal 17 juni 2019.
DOI: https://doi.org/10.31980/mosharaf Rahayu, D. V., & Afriansyah, E. A. (2015).
a.v7i3.38 Meningkatkan kemampuan pemecahan
Latifah, D., & Madio, S. S. (2014). masalah matematik siswa melalui model
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan pembelajaran pelangi matematika.
Masalah Matematis Siswa melalui Model Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Pembelajaran Missouri Mathematics Matematika, 4(1), 29-37.
Project (MMP). Mosharafa: Jurnal Rifa’i & Lestari. (2016). Efektivitas Model
Pendidikan Matematika, 3(3), 159-168. Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Dan
Lestari, M. D. P. (2016). Perbedaan Hasil Spontaneous Group Discussion (Sgd)
Belajar Matematika Ditinjau dari Model Dengan Pendekatan Saintifik Ditinjau Dari
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Write (TTW) Dan Think Pair Share (TPS) Kepercayaan Diri Siswa Kelas X Mia Di
Pada Siswa Kelas VII SMP Negri 7 MAN 1 Yogyakarta. Universitas Negri
Yogyakarta. Skripsi pada jurusan Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Pendidikan Matematika Universitas PGRI Riffyanti, L., & Setiawan, R. (2017). Analisis
Yogyakarta. Diterbitkan. Strategi Langkah Mundur dan Bernalar
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Logis dalam Menentukan Bilangan dan
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nilainya. Aksioma: Jurnal Program Studi
Mulyati, T. (2016). Kemampuan Pemecahan Pendidikan Matematika, 6(1), 115-127.
Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar. Rinaldi, E., & Afriansyah, E. A. (2019).
Jurnal Pendidikan, 1(7), 1-5. Perbandingan Kemampuan Pemecahan
Nasution, Z. M., & Manullang, M. (2017). Masalah Matematis Siswa antara Problem
Perbedaan Kemampuan Pemecahan Centered Learning dan Problem Based
Masalah Matematik Dan Motivasi Belajar Learning. NUMERICAL: Jurnal Matematika
Siswa Yang Diberi Pendekatan dan Pendidikan Matematika, 9-18.
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Sari, S. P., & Madio, S. S. (2013). Pengaruh
Pendidikan Matematika Realistik Di Smp Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatipe Tipe Think Pair Share (TPS)

44 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Latifah & Luritawaty e-ISSN: 2527-8827

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa jurusan Pendidikan Matematika


SMP. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak
Matematika, 2(1), 37-54. diterbitkan.
Soekisno, B. A. (2002). Kemampuan Tiro, M. A. & Ahmar, A. S. (2014). Penelitian
pemecahan masalah matematika siswa Eksperimen: Merancang, Melaksanakan,
dengan strategi Heustrik. Bandung: Tesis dan Melaporkan. Makassar: Andira
pada jurusan Pendidikan Mtematika Publisher.
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran
diterbitkan. Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Sopian, Y. A., & Afriansyah, E. A. (2017). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kemampuan Proses Pemecahan Masalah Wardani, S. (2012). Pembelajaran Inkuiri
Matematis Siswa Melalui Model Model Silver untuk Mengembangkan
Pembelajaran Creative Problem Solving Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Dan Resource Based Learning (Studi Disposisi Matematik Siswa Sekolah
Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Krija Menengah Atas. Mosharafa: Jurnal
Bhakti Utama Limbangan). Jurnal Elemen, Pendidikan Matematika, 1(1), 9-16.
3(1), 97-107.
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning RIWAYAT HIDUP PENULIS
(Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Syintia Siti Latifah, S.Pd.
Media.
Lahir di Garut, 31 Desember 1996.
Supriatna, R., & Afriansyah, E. A. (2018). Studi S1 Pendidikan Matematika
Kemampuan Pemahaman Matematis Institus Pendidikan Indonesia,
Garut, lulus tahun 2019.
Peserta Didik melalui Cooperative
Learning Tipe Pair Checks VS Problem
Based Learning. JPMI (Jurnal Pendidikan
Matematika Indonesia), 3(1), 1-6.
Irena Puji Luritawaty, M. Pd.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Lahir di Tangerang, 30 April 1988.
Staf pengajar di prodi pendidikan
Matematis Siswa melalui Pembelajaran matematika di Institut Pendidikan
Berbasis Masalah. Mosharafa: Jurnal Indonesia Garut. Studi S1
Pendidikan Matematika, 5(2), 148-158. Pendidikan Matematika Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu
Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan Garut, lulus tahun
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010; S2 Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia, lulus tahun 2014.
Syahrul. (2011). Perbandingan Keefektifan
Pembelajaran Cooperative Learning Type
STAD (Student Team Achievement
Division) Dengan Type TPS (Think-Pair-
Share) Ditinjau Dari Ketercapaian
Kompetensi Dasar, Sikap, dan Metode
Matematika Siswa SMP. Tesis pada

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 45


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

This page is intentionally left blank

46 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 9, Nomor 1, Januari 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

You might also like