You are on page 1of 33

UNTUK PEKERJAAN :

Rehabilitasi Alun-Alun Kota Tangerang

LOKASI PEKERJAAN :
KOTA TANGERANG

POKJA 1.18 BAGIANPENGADAAN BARANG DAN JASA


SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG
Jl. Satria Sudirman No. 1 Telp. 55764955 (Hunting) Fax. 55764957
Tangerang

CV. EKA JAYA BADI


I. PENDAHULUAN

Metode pelaksanaan pekerjaan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan


evaluasi teknis sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan
(dokumen lelang).

Maksud dan tujuan dari uraian metode pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk
menjelaskan secara garis besar uraian tahapan pekerjaan dan tata cara
pelaksanaan yang dapat menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai
akhir yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Ruang Lingkup Pekerjaan REHABILITASI ALUN-ALUN KOTA TANGERANG.


Manajemen dan pengawasan kerja yang tepat dan kompeten adalah dasar yang
terpenting untuk menghasilkan kesuksesan sebuah pekerjaan, dan kami telah
menyusun sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang sangat berpengalaman.

Setelah kami rasa sudah menyusun tim dengan tepat, prioritas selanjutnya
adalah untuk mengidentifkasi peralatan yang paling dibutuhkan, untuk keperluan
pekerjaan ini, untuk menghindari tertundanya pekerjaan karena terhambatnya suplai
material, maka kami berencana melaksanakan pengadaan material sebelum
pekerjaan berjalan. Adapun pekerjaan mobilisasi bahan material akan dilakukan
menggunakan modal transportasi darat yaitu kendaraan roda empat pick up dan
atau dump truck apabila diperlukan.

Adapun ruang lingkup pekerjaannya adalah sebagai berikut :

Berikut kami uraikan metode pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ruang


lingkup pekerjaan tersebut diatas dan berdasarkan ketentuan dalam dokumen
lelang di mana metode pelaksanaan minimal memuat :

Metode pelaksanaan harus menguraikan seluruh pekerjaan utama maupun


pekerjaan penunjang/ sementara yang ditetapkan dalam LDP dan memenuhi persyaratan
substantif. Uraian metode pelaksanaan harus disusun secara Sistematis dan
menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan.

1. Tahapan urutan dalam penyelesaian pekerjaan untuk tiap jenis pekerjaan


sebagaimana tercantum dalam lingkup pekerjaan paket pengadaaan ini diuraikan
secara sistematis lengkap yang diyakini realistis dapat menyelesaikan pekerjaan.
2. metode kerja meliputi metode kerja alat, penggunaan bahan dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk tiap jenis pekerjaan sebagaimana yang tercantum dalam
lingkup paket pekerjaan paket penagadaan ini diuraikan secara sistematis
lengkap yang diyakini realistis dapat menyelesaikan pekerjaan yang secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Metode kerja setiap kegiatan pekerjaan penunjang /sementara (Apabila ada)
yang terkait dengan pekerjaan utama. Diuraikan secara sistematis lengkap dan
realistis.
Berikut kami sampaikan metode pelaksanaan sesuai dengan ketentuan
tersebut diatas :
 Standart Operasional Konstruksi
Standart ini dipakai dalam proses keseluruhan konstruksi untuk mewujudkan Target
dan Sasaran Pekerjaan. Berikut disampaikan dalam bentuk flow chart :

PERSIAPAN

PERTEMUAN AWAL RAPAT DIREKSI

PERSETUJUAN TEKNIS GAMBAR KERJA RENCANA


PELAKSANAAN
 Metode Pekerjaan
 Gambar Kerja
 Jadwal Pelaksanaan
 Material (Bahan) TEKNIS GAMBAR KERJA
 Rencana Kerja
 Peralatan Inti
 Rencana QA / QC
 Peralatan Penunjang
 Keselamatan Kerja / K3
MOBILISASI  Peralatan Penunjang

 PEKERJA
 MATERIAL
 PERALATAN

DITOLAK HASIL KERJA DITERIMA

MELAKUKAN  LAPORAN PROGRES


 LAPORAN QA / QC
PERBAIKAN  LAPORAN BULANAN
 DEMOBILISASI
ALAT

PEMBAYARAN

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan dibuat Rencana Fasilitas Lapangan


atau Site Facilities Plan untuk pengaturan lokasi pekerjaan, termasuk pengaturan
penempatan alat, stok material dan sarana penunjang lainnya lainnya yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, antara lain kantor direksi keet,
gudang, barak kerja, posisi peralatan, dan fungsi lainnya.

Dalam menempatkan barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di


gudang maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :
a) Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan;
b) Memudahkan pemeriksaan dan pengecekan;
c) Mudah dalam pengambilannya;
d) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan lanjutannya;
e) Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja;
f) Terjamin kebersihannya.

Site Facilities Plan dibuat berdasarkan kebutuhan per periode waktu


pekerjaan, dimana Site Facilities Plan seyogyanya dibuat ideal untuk jangka waktu
yang efektif sehingga tidak terlalu banyak merevisi Site Facilities Plan.

Lalu lintas kendaraan proyek atau jalan kerja akan diproteksi, dibatasi dengan
menggunakan barikade dan rambu-rambu sehingga memperkecil kemungkinan
terhadap kecelakaan, gangguan keamanan, ketertiban maupun gangguan yang lain.
Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan lagi untuk kebutuhan
langsung pada pekerjaan sesegera mungkin dipindahkan dari Site atau Area proyek.

Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, kami telah
mengeluarkan Kebijakan sesuai Sistem Manajemen K3, Lingkungan dan Mutu yang
dijalankan.

Sistem manajemen tersebut di atas, dalam pelaksanaannya ditunjang dengan


sarana-sarana lain, berupa perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali,
dan perangkat keras (hardware) berupa peralatan-peralatan sebagai sarana
penunjang pelaksanaan pekerjaan.

Sistem Pengendalian Proyek Sarana pengendalian merupakan sesuatu yang


sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pengendalian dipersiapkan dan dituangkan dalam bentuk daftar-daftar isian (formulir-
formulir) pengendalian, yang mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan yang
berupa barchart.

Program utama yang telah dituangkan di dalam barchart tersebut, di lapangan


dijabarkan lagi secara lebih terinci. Dibuat program mingguan, yang realisasinya
dipantau dengan daftar isian (formulir-formulir) laporan kegiatan pekerjaan. Untuk
memandu pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dibuat metoda kerja yang rinciannya
dilengkapi dengan gambar-gambar pelaksanaan (Soft drawing) yang mudah dibaca
dan dimengerti oleh setiap petugas yang terlibat di dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dengan sarana-sarana tersebut, maka sasaran kerja akan dicapai seperti yang
diharapkan.
Pengendalian Proyek diterapkan dengan :
A. Pengendalian Waktu - Perencanaan dan Monitoring Master Schedule, Schedule
Bahan, Schedule Alat. - Perencanaan dan Monitoring Schedule Detail dan
Schedule Mingguan.
Pengendalian Mutu
B. Pengendalian Biaya
 Perencanaan design yang mantap.
 Bekerja sekali jadi, tidak ada re-work.
 Pembuatan data administrasi yang tertib dan tepat.
C. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya
serta sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran
pelaksanaan pekerjaan yakni Biaya Hemat, Mutu Akurat dan Waktu Tepat.
Kebutuhan peralatan minimum yang ditentukan akan dicukupi dengan alat milik
sendiri, namun jika dalam pelaksanaannya terjadi kekurangan alat, maka akan
kami penuhi dari sumber alat yang banyak terdapat di wilayah terdekat.

D. Material
Beberapa material inti yang dipergunakan dalam proyek ini akan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian, dan pada produk tertentu pabrikan
diminta menunjukkan sertifikat uji test yang pernah dilakukan yang masih berlaku
untuk menjamin persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Material
utama yang dipakai pada proyek ini diantaranya adalah : Beton Sitemix, Besi
beton ( Baja Tulangan). Material harus sudah didatangkan sebelum jadwal
pemakaian, sehingga tidak terjadi keterlambatan pekerjaan hanya karena
material belum datang.

E. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas:
 Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek.
 Tenaga operasional lapangan, pelaksana, pengawas, mekanik & operator.
 Pekerja diusahakan mengambil tenaga lokal yang banyak terdapat di daerah
sekitar lokasi proyek, untuk pekerja yang terampil dan terlatih akan
didatangkan dari daerah lain.
 Tenaga inti yang digunakan merupakan tenaga pilihan yang sering menangani
proyek-proyek besar dan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.

F. Pengamanan (Security) Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, kami akan


menyediakan tenaga keamanan dan keselamatan sesuai dengan kebutuhan,
yang bertugas untuk:
 Pengawasan terhadap para pekerja.
 Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah
pencurian.
 Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek, dengan melarang
para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan menyediakan tabung
pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik di tempat pekerjaan maupun
di kantor proyek.
 Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja,
seperti helm kerja, sepatu, dan sarung tangan jika dipersyaratkan.
 Melakukan pengawasan dan menyiapkan pagar-pagar pengaman di tempat-
tempat yang berbahaya maupun yang sifatnya mengganggu kegiatan proyek.
 Mengawasi pemakaian peralatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan dan ancaman dari
pihak luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya keributan di lingkungan proyek.
Sebagai sarana komuniksi di proyek, digunakan handy talky (HT), bagi para petugas
keamanan, para pelaksana (supervisor) dan petugas-petugas lain yang memerlukan
hubungan secara menerus.

II. URAIAN KERJA

Dalam metode pelaksanaan ini kami akan menjabarkan teknis pelaksanaan


pekerjaan sesuai dengan urutan pekerjaan sebagaimana tercantum diatas, sebagai
berikut :
Tahapan persiapan adalah tahap krusial dimana pada tahap persiapan ini kami akan
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan persiapan pelaksanaan
pekerjaan secara simultan pada minggu awal setelah penandatanganan kontrak.
Pekerjaan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini antara lain :

1. BAGIAN PEKERJAAN BANGUNAN UTAMA


 Pemenuhan Sumber Air dan Listrik Kerja (Biaya Air dan Listrik Kerja)
Kebutuhan air kerja akan kami penuhi dari sumur terdekat lokasi proyek atau dari
aliran pipa PAM dan tentunya akan kami tentukan setelah berkoordinasi dengan pihak
direksi pekerjaan. Jika diperlukan kami akan menyediakan pompa air untuk
memastikan air kerja dapat terpenuhi dengan baik. Air yang akan digunakan dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ini tentunya air yang memenuhi spesifikasi teknis
pekerjaan yang dipersyaratkan dalam RKS pekerjaan ini. Airyang digunakandalam
campuran dalam perawatan,ataupemakaianlainnyaharusbersih,dan
bebasdaribendayangmengganggusepertiminyak,garam,asam,basa,gulaatauorganis.Air
akandiujisesuaidengandanharusmemenuhikriteriadariAASHTOT26.Airyangdiketahui
dapatdiminumdapatdigunakantanpapengujian. Untuk penampungan air kami akan
menggunakan bak penampung air agar pada saat pelaksanaan pekerjaan yang
membutuhkan air kerja dapat langsung digunakan atau tersedia dalam waktu yang
singkat. Listrik kerja akan kami supply dari aliran listrik PLN. Listrik akan dipasok
dengan bekerja sama dengan pihak direksi pekerjaan, yang di mana nantinya biaya
pemakaian listrik akan kami tanggung sesuai dengan penggunaan dan kebutuhan
pekerjaan. Apabila diperlukan kami akan mengunakan generator set bila terjadi
pemadaman listrik atau keadaan darurat lainnya yang mengharuskan pekerjaan tetap
berjalan ketika listrik yang dipasok PLN mengalami gangguan. Setelah pemenuhan
sumber air dan listrik kerja terpenuhi selanjutnya kami akan melanjutkan
pekerjaan/kegiatan pemasangan papan nama proyek/pekerjaan.

 Pembuatan Papan Nama Proyek


Kami akanmembuatdanmemasangpapannamakegiatandenganukuran1.20 x 0.75m
atau sesuai dengan spesifikasi teknisdengan konstruksitiangdarikayukelas III
danpapantebal2cmataumultiplek12mm. Kayu di ukur dengan meteran/meter roll dan
dipotong menggunakan gergaji kayu sesuai dengan kebutuhan spesifikasi/intruksi
direksi yang nantinya akan menjadi kerangka untuk menempatkan papan nama
pekerjaan. Kayu dirangkai sedemikian bentuknya dengan menggunakan paku yang
diketuk menggunakan palu/hammer. Penulisan papan nama akan menggunakan digital
printing diatas bahan flexi yang nantinya direkatkan/ditempelkan pada papan multiplek
dengan menggunakan paku dan palu. Papan nama pekejraan isinyasesuaidengan
spesifikasi atau petunjuk direksidi lapangan. Papan nama akan dipasang dengan
terlebih dahulu menggali tanah di mana papan nama akan ditancapkan. Penggalian
dapat menggunakan alat bantu cangkul/linggis untuk menggali tanah dengan kedalaman
sesuai dengan intruksi direksi atau kedalaman yang cukup untuk menahan papan nama
selama masa pelaksanaan pekerjaan. Penempatan papan nama di lokasi yang telah
ditentukan oleh direksi dan mudah dilihat oleh masyarakat, serta tidak mengganggu
lalu lintas. Selama pelaksanaan pekerjaan papan nama di periksa untuk memastikan
papan nama tidak rusak dan tetap kokoh ditempatnya. Pekerjaan pemasangan papan
nama dikerjakan oleh tukang kayu yang dibantu oleh pekerja yang bekerja sama untuk
membuat papan nama pekerjaan tersebut. Setelah pekerjaan pemasangan papan
nama proyek selesai dilaksanakan kami akan melanjutkan kegiatan ke pekerjaan
pengukuran dan pemasangan bouwplank.

 Dokumentasi dan Rekaman Proyek


Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dilaporkan dalam bentuk rekaman photo
yang dilaporkan secara berkala ke pemberi tugas. Pengambilan objek photo
dilakukan setiap awal pelaksanaan, masa pelaksanaan dan akhir pelaksanaan.

Dokumentasi awal pekerjaan.


Pengambilan dokumentasi/foto visual biasanya dikerjakan pada kondisi
tertentu, yaitu :
a) Pekerjaan 0% yaitu saat pekerjaan belum dimulai.
b) Saat pekerjaan mencapai progres lebih kurang 50%
c) Saat pekerjaan mencapai progres 100%

Dokumentasi diambil dengan arah dan tempat yang tetap serta kelihatan latar
belakang dengan sudut pengambilan yang sama dari titik awal menghadap ke
titik berikutnya.

 Pengukuran dan Pematokan

Pekerjaan Pengukuran merupakan pekerjaan awal yang akan dilaksanakan


sebelum dimulainya pekerjaan, pengukuran ini menggunakan alat ukur
Waterpass atau Theodolith. Lokasi yang telah diukur dipasang patok-patok
untuk menentukan elevasi. Hasil pengukuran tersebut dijadikan sebagai
pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan yang dibuatkan kedalam Mutual Chek
Nol (MC-0). Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja
(Shop Drawing) dan petunjuk dari Direksi pekerjaan. Pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakanakan diukur kembali untuk mencek hasil pekerjaan,
dimana hasil pengukuran ini nantinya dipakai sebagai Asbuilt Drawing (MC-
100).

Pekerjaan pengukuran dilaksanakan sebelum pelaksanaan di lapangan dan


gambar dibuat dari hasil pengukuran tersebut serta dimintakan persetujuan
oleh pihak Konsultan Pengawas.
Pengukuran lokasi proyek terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu :

a. Pengukuran awal
Untuk pengukuran awal segera dilakukan kontraktor setelah mendapatkan
Surat Perintah Kerja dari Pemberi Tugas. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pengukuran awal ini, yaitu :
 Penentuan pedoman elevasi yang diambil dari titik tertentu (bench mark)
sesuai dengan petunjuk dari pengawas/direksi.
 Penentuan posisi bangunan dari titik tertentu sesuai dengan petunjuk dari
pengawas/direksi.
 Pemasangan titik bantu sesuai dengan petunjuk dari pengawas/direksi.
Pengukuran untuk menentukan batas-batas proyek serta sebagai dasar
perhitungan kuantitas aktual dan ploting pekerjaan di lapangan, juga
sebagai acuan pembuatan Shop Drawing.

b. Pemasangan Patok-patok Bench - Mark sementara


Patok-patok terdekat dan batu alam yang besar dan tidak bergerak dapat untuk
menempatkan titik tinggi (bench march) sementara. Akan tetapi apabila hal
tersebut sukar didapat, maka dapat digunakan lokasi yang aman dengan tanah
yang stabil serta tidak terganggu aleh pelaksanaan pekerjaan. Guna mencegah
kerusakan patok-patok tersebut selama pelaksanaan pekerjaan, seyogyanya
kepala patok di cat merah agar mudah terlihat oleh para pekerja dan dipagar
dengan papan. Apabila trase pekerjaan tanah sangat panjang untuk lebih
memudahkan supaya patok-patok tetap dipasang pada beberapa bench mark
atau dengan elevasi bangunan yang berdekatan. Apabila beberapa patok
bench mark sementara dibangun pada beberapa tempat adalah sangat penting
untuk mengecek elevasi relatif dari masing-masing patok tersebut. Selain itu
selama pekerjaan berlangsung, patok-patok tersebut haruslah dicek secara
periodik.

c. Pengukuran sebelum pelaksanaan.


Pengukuran sebelum pelaksanaan perlu dilakukan karena untuk memastikan
kembali terhadap pengukuran awal yang telah dilakukan. Selain itu juga untuk
mengetahui detail pekerjaan pada proyek sehingga akan didapatkan metode
kerja pelaksanaan yang efisien, aman, dan nyaman. Kemudian membuat Shop
Drawing sebagai acuan kerja untuk pelaksanaan di lapangan, dengan
mengacu pada hasil Joint Survey.
d. Pelaksanaan Mutual Check (MC-0)
Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan Surat Penyerahan Lapangan
diserahkan oleh pengguna jasa ke penyedia jasa, langkah pertama yang
dilakukan adalah Pelaksanaan Mutual Check (MC-0) bersama antara penyedia
jasa, konsultan supervisi dan Direksi Lapangan. Pengukuran dan penghitungan
quantity dilaksanakan di awal dimana hasil pengukuran ini akan dijadikan
bahan untuk Shop drawing dan dasar estimasi perhitungan volume pekerjaan.
Pada saat MC-0 juga dilaksanakan pengambilan foto 0% untuk dokumentasi
kondisi awal lokasi pekerjaan di lapangan sesuai petunjuk dari
Direksi/Pengawas Pekerjaan.

 Melaksanakan Mobilisasi dan Demobilisasi Alat


 Pekerjaan persiapan untuk memulai dan mengakhiri pekerjaan konstruksi
sesuai lingkup pekerjaan yang tertuang dalam kontrak termasuk
pemasangan papan nama bangunan irigasi sesuai spesifikasi teknis.
 Mempersiapkan fasilitas kantor, gudang dan sebagainya.
 Mendatangkan personil seluruh staf inti proyek tersebut beserta staf
lainnya sesuai dengan usulan di dalam Struktur Organisasi Kerja, akan
dimobilisasikan ke lokasi proyek dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari sejak
diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

Sedangkan mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam


pelaksanaan pekerjaan dan mobilisasi tenaga kerja akan disesuaikan dengan
kebutuhan yang tercantum pada Rencana Kerja/Schedule secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan termasuk penyiapan jalan masuk sementara atau
fasilitas lain yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan yang
memerlukan mobilisasi dan demobilisasi.
Pekerjaan Mobilisasi meliputi :
1. Personil.
2. Peralatan.
3. Tenaga Kerja.

Demobilisasi lapangan pada akhir kontrak meliputi kegiatan pembongkaran


semua instalasi (direksi keet, dsb) dan demobilisasi peralatan yang sudah
tidak digunakan, serta pemulihan lokasi pekerjaan seperti kondisi semula.
Pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap, peralatan yang sudah tidak
dibutuhkan dalam pelaksanaan akan segera dikembalikan ke pool dengan
persetujuan PPK.
Mobilisasi dianggap selesai bila Kontraktor dapat melaksanakan dan diterima
oleh Konsultan mengenai pemenuhan masing-masing persyaratan yang terkait
yang disebutkan dalam kontrak.
Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil,
atau lainnya milik Kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi proyek, dan
persyaratan–persyaratan penyelesaian pekerjaan sebagaimana diatur dalam
kontrak telah terpenuhi. Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang
diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan.
 Pemeliharaan dan Perlindungan Lalu Lintas dan Pengamanan lingkungan
hidup
Untuk menjaga dan melindungi keselamatan pengguna jalan yang ada
selama prosespelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan, maka
akan dilakukan pengaturan lalu-lintas yang akan berpedoman kepada
Norma Standar Pedoman Manual (NSPM), antaralain yaitu Pedoman No.
015/T/BM/1999 SK No. 60/KPTS/Db.1999 perihal PengaturanLalu-Lintas
untuk keselamatan selama Pekerjaan Pemeliharaan Jalan dan
PeraturanPemerintah No. 32 Tahun 2011 tentang manajemen dan rekayasa,
analisa dampak sertamanajemen lalu lintas
Dalam rangka pengaturan arus lalu lintas untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, ditunjuk beberapa petugas untuk mengatur arus lalu lintas
sepanjang hari (siang dan malam) melalui pengaturan shif kerja, dan untuk
menunjang pengaturan arus lalu lintas diperlukan beberapa kegiatan dan
Upaya – upaya lain yang akan dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan sistem perambuan sementara dengan


mempertimbangkan: volumelalu-lintas dan kapasitas jalan yang ada,
keselamatan lalu-lintas pengguna jalan dankeselamatan pejalan kaki pada
daerah pemukiman.
2. Menetapkan lokasi-lokasi dimana perlu disediakan peralihan (taper)
saatpelaksanaan pekerjaan.
3. Memasang rambu-rambu perhatian dan peringatan disekitar lokasi
pekerjaan(termasuk didalamnya spanduk dan selebaran).
4. Menempatkan petugas pengatur lalu-lintas yang akan mengarahkan dan
mengontrolarus lalu lintas ke dan di sekitar lokasi pekerjaan.
5. Kecuali diijinkan lain, maka pelaksanaan pergerakan peralatan dan
pelaksanaan pekerjaan pengaspalan dan pekerjaan jalan lainnya,
akan dilakukan pada siang/malam hari dengan menggunakan sistem
penerangan yang cukup.

Tiga tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan antara lain sebagai berikut :

I. TAHAP PERENCANAAN
Penjadwalan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pembuatan Rencana Kerja ( Kurva ‘S’ )
Penjadwalan adalah penentuan waktu dengan urutan-urutan kegiatan
dalam suatu proyek dan penyusunan kegiatan tersebut hingga
menghasilkan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Penjadwalan ini disusun untuk :

1. Memprediksi waktu penyelesaian pekerjaan.


2. Memprediksi kapan tahapan pekerjaan akan dimulai dan harus dise-
lesaikan, sehingga dapat memperkirakan kapan pekerjaan sub
kontraktor (pekerjaan khusus) harus memenuhi pekerjaannya.
3. Mengendalikan sumber daya dan rencana cash flow.
4. Mengevaluasi pengaruh perubahan terhadap biaya dan waktu
penyelesaian pekerjaan.
5. Memberikan referensi untuk keputusan claim ataupun perpanjangan
waktu.

Dalam menyusun jadwal proyek dilakukan langkah-langkah berikut :

1. Menginventarisasi seluruh kegiatan yang diperlukan dalam penye-


lesaian pekerjaan pembangunan ini.
2. Menyusun urutan kegiatan.
3. Menyusun durasi dari setiap kegiatan.
4. Pembuatan jadwal kegiatan ( Barchat atau Network Planning ).
5. Analisa jadwal yang dibuat.

Pengajuan / Perijinan
a. Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja
Dalam pelaksanaan kami di sini juga menerapkan standarisasi prosedur
sesuai dengan sistem mutu yang dimiliki serta mem-beritahukan / ijin
setiap akan melaksanakan tahapan pekerjaan, agar kemudian hari tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta untuk menghindari terjadinya
pekerjaan bongkar pasang yang berakibat terjadinya keterlambatan dan
penambahan biaya.

b. Gambar Kerja ( Shop Drawing ), As Built Drawing dan Dokumentasi


 Pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan diawali dengan pembuatan
usulan shop drawing untuk mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
 Shop Drawing dibuat oleh Site Engineer (masing-masing bidang)
dan ditandatangani oleh Project Manager sebelum diserahkan ke
Konsultan Pengawas.
 Shop Drawing yang telah disetujui Konsultan Pengawas di-
distribusikan ke masing-masing Pelaksana Proyek untuk dijadikan
acuan pelaksanaan tiap jenis pekerjaan.
 Hasil pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan dituangkan dalam As
Built Drawing.
 Setiap tahapan suatu jenis pekerjaan dibuat dokumentasinya untuk
keperluan laporan pelaksanaan proyek.
 Kegiatan pembuatan shop drawing, as built drawing, dokumentasi
berlangsung sejak proyek dimulai hingga berakhirnya masa
pelaksanaan proyek.
c. Material / Bahan
Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan, material / bahan yang akan
dipergunakan diajukan contoh untuk mendapat persetujuan dari
MK/Pengawas.

Semua material yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini dilengkapi


dengan spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur serta mengacu
kepada persyaratan / RKS dan ketentuan teknik.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dibuat juga benda uji yang
dipersiapkan sesuai dengan standart yang dipersyaratkan.

Perencanaan untuk Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan


Pengendalian Resiko (K3 )

Untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, serta


peraturan perundangan yang berlaku, kami akan melakukan identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan penerapan langkah pengendalian yang
berjalan. Hal ini berlaku terhadap aktifitas rutin dan non rutin, aktifitas
semua orang yang memiliki akses ke tempat kerja ( termasuk
subkontraktor dan pengunjung ). Kami akan menyediakan fasilitas kotak
P3K di lapangan guna mengatisipasi terjadinya kecelakaan ringan
sehingga segera dapat dilakukan pencegahan agar tidak mengakibatkan
efek yang lebih besar.

Bongkaran Pagar Lama

Sebelum Melakukan Pekerjaan Utama Terlebih Dahulu Kami akan melakukan


Pekerjaan Bongkaran. Yang Akan kami Bongkar adalah :
 Pagar Lama

Kami akan Membongkar dengan hati hati dan melakukan dengan memperhatikan k3.
Bongkaran bekas matrial akan kami buang ke tempat yang telah disetujui direksi.

Perencanaan Site Plan


Meskipun pada item Persiapan tidak terdapat pekerjaan perencanaan Site Plan,
kami tetap memasukkan pekerjaan tersebut karena pekerjaan perencanaan Site
Plan merupakan awal dari seluruh pekerjaan persiapan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan Site Plan adalah sebagai
berikut :

 Menempatkan semua fasilitas, diluar denah yang akan dikerjakan sedemikian


rupa, agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek.
 Menempatkan material bangunan seperti besi beton, kayu dan lainnya harus
dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukuran se-hingga memudahkan dalam
penyimpanan dan pemakainnya.
 Menempatkan material yang harus terlindungi dari cuaca, seperti semen, atau
material finishing dalam gudang tertutup.
 Merencanakan jalan kerja dan arus lalu lintas secara benar agar tidak
menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun alat.
 Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
 Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika namun
tetap efesien.
 Menempatkan barak kerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi
proyek.

 WAKTU PELAKSANAAN
Rencana waktu penyelesaian pekerjaan adalah 60 ( Enam Puluh ) hari
kalender, dihitung sejak Tanggal Mulai Kerja sebagaimana ditetapkan dalam
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
PEKERJAAN TANAH
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan tanah disini termasuk didalamnya pengadaan material, tenaga ker-
ja, peralatan kerja, serta pemasangan sampai dengan selesai, sehingga peker-jaan
pasangan tersebut dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Lingkup Pekerjaan
tanah ini termasuk : Pekerjaan Pembersihan Lahan, Pekerjaan Timbunan dan
Pembuangan keluar site. Diantaranya yang termasuk lingkup pekerjaan pasangan
disini adalah :
a. Marking dan Bouwplank
b. Pekerjaan Urugan Tanah
c. Pekerjaan Galian Pondasi
d. Pekerjaan Urugan Pasir bawah pile cap, sloof dan Tie beam, tebal 5cm
e. Pekerjaan Lantai Kerja bawah pile cap, sloof dan Tie beam, tebal 5cm
f. Pekerjaan Pemadatan

1.2 Umum
Sebelum memulai pekerjaan galian, kontraktor harus :
a) Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah
dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenangi
air.
b) Memeriksa segala pembongkaran & pembersihan di tempat itu sudah
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini.
c) Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apa-pun,
agar elevasi penampang melintang & pengukuran dapat diketahui dan dilakukan
pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak
boleh diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
d) Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktrur, harus
mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan peletakkan atau alas
pondasi sesuai dengan ukurannya. Bagian-bagian dinding/sisi parit harus selalu
ditopang.
e) Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkira an,
sehingga secara tertulis Konsultan Pengawas. dapat memerintahkan perubahan
ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.
f) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tem-pat-
tempat dimana penggunaan mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang
berada didekatnya, bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini
metoda pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.
g) Bila diperlukan Kontraktor harus membuat turap sementara yang kuat untuk
menahan lereng tanah galian, sehingga lereng galian tersebut tidak ambruk dan
tidak mengganggu pekerjaan. Turap sementara tersebut ha-rus dapat menjaga
bangunan yang berada didekat lereng galian tetap stabil.
h) Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh peker-jaan
galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusak-an bangunan
tersebut dan harus menggantinya atas biaya Kontraktor.
i) Kontraktor harus melakukan perlindungan & perawatan yang cukup untuk
bagian pekerjaan diatas maupun di bawah tanah, drainase, saluran pembuang dan
rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang
ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
j) Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 (satu)
horizontal dengan 1 (satu) vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gam-bar.
k) Batu, kayu, puing, sampah dan bahan lain dalam lubang galian yang tak
berguna harus dibuang/tidak diperbolehkan digunakan untuk pengurug-an.
l) Setiap pekerjaan galian selesai dikerjakan, Kontraktor harus memberi-tahu
Konsultan Pengawas dan pembuatan Lapisan Pasir, Lantai Kerja atau penempatan
material apapun tidak boleh dilakukan sebelum Konsultan Pengawas menyetujui
kedalaman pondasi & karakter tanah dasar ponda-si.
m) Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat,
maka bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus menggantinya
dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disya-ratkan pada RKS ini.
Material pengganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan
tebal tiap lapis 15 cm, sampai menca-pai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
n) Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 6%. Bila menurut Konsultan
Pengawas, tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat karena kesalahan
Kontraktor dalam mengerjakan kewajibannya, maka kontraktor harus : Membuang
dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya kontraktor atau
menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut
memenuhi syarat.
o) Semua material hasil galian, bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan
sebagai material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan harus dibuang.
p) Kontraktor melakukan galian pondasi tidak boleh kurang dari gambar rencana
yang telah disetujui oleh pihak Direksi.

PONDASI BATU KALI


Bahan pondasi batu kali harus memenuhi syarat-syarat :
Bahan batu adalah sejenis batu yang keras, bersifat kekal,berat dan berwarna
kehitam-hitaman, tidak ringan dan atau berpori. Bahan asal batu besar yang
kemudian dibelah atau dipecah-pecah menjadi ukuran normal menurut tata cara
pekerjaan yang sedang dikerjakan. Pemasangan sesuai dengan usuran-ukuran
didalam gambar atau atas petunjuk consultan Pengawas, batu harus dipasang
saling mengisi masing-masing dengan adulan lapisan demi lapisan sehingga tidak
ada rongga diantara batu tersebut dan mencapai masa yang kuat dan integral,bahan
adulan-adukan untuk pemasangan lainnya harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Jenis bahan yang dipergunakan akan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas
terlebih dahulu. Acuan yang terbuat dari kayu akan menggunakan kayu jenis meranti
atau setara. Ukuran kayu yang digunakan tergantung dari perencanaan struktur
acuan dengan tebal multiplek minimum 6 mm.
Kami akan menyesuaikan semua ukuran-ukuran penampang struktur beton yang
tercantum dalam gambar struktur, tidak termasuk plesteran/finishing.
1. PEKERJAAN BETON

a. Beton Site Mix K-225


Pekerjaan Baja Tulangan

1. Syarat Umum

a. Gambar kerja harus menunjukkan semua ukuran, posisi penulangan beserta


perlengkapannya yang harus dipersetujui Direksi/Konsultan Pengawas
sebelum pelaksanaan.

b. Semua baja tulangan harus berasal dari produksi sumber atau supplier yang
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

c. Sertifikat asli dari pabrik dan sertifikat test untuk tiap pengiriman baja yang
akan digunakan dalam pekerjaan harus diserahkan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Sertifikat mana harus menunjukkan analisa
kimia serta hasil uji tarik dan lentur baja. Pada setiap pengiriman minimum 2
(dua) specimen atau 1 (satu) specimen tiap 7000 kg, dengan panjang
masing-masing 100cm dari tiap ukuran (harus diuji pada laboratorium uji
yang ditunjuk Direksi. Bilamana diperlukan, Direksi/Konsultan Pengawas
dapat mensyaratkan tambahan specimen uji selama pelaksanaan.

2. Baja Tulangan

a. Semua baja tulangan yang dipakai adalah baja ulir dengan kekuatan tarik
leleh minimum 3200 kg/cm2 (BJTD 40) mutu baja U 40 dan baja pols dengan
kekuatan tarik leleh minimum 2400 kg/cm2 mutu baja U 24.

b. Jika digunakan wiremesh, harus mempunyai kekuatan tarik leleh minimum


5000 kg/cm2

c. Jika dipersyaratkan pengelasan baja tulangan harus mengikat persyaratan


AWS D1.4. Tidak diperkenankan pengelasan pada tulangan yang
bersilangan (tack welding) kecuali dengan persetujuan atau petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.

3. Toleransi Fabrikasi dan Pemasangan

Tulangan yang digunakan untuk pembesian beton harus difabrikasi dengan


toleransi yang tercantum dalam ACI 315.

Pemasangan tulangan harus mengikuti toleransi sebagai berikut :


- Jarak bersih ke permukaan bekisting ± 5 mm
- Jarak minimum antara dua tulangan - 5 mm
- Tulangan atas pada plat dan balok tinggi 200 mm atau kurang ±5 mm
- Tinggi lebih dari 200 mm, tapi tidak lebih dari 600 mm ±10 mm
- Tinggi lebih dari 600 mm ± 25 mm
- Terhadap kedudukan tulangan yang bersilangan 50 mm
- Terhadap kedudukan tulangan arah memanjang ± 50 mm

Bilamana perlu tulangan dapat digeser untuk menghindari pertemuan dengan


baja tulangan yang lain, pipa dan sebagainya. Jika jarak pergeseran tulangan
lebih dari satu kali diameter tulangan atau melebihi persyaratan toleransi diatas,
penyusunan tulangan pada bagian tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas.

4. Syarat Pelaksanaan

a. Sebelum pemasangan, baja tulangan harus dibersihkan dari karat, sisik,


bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang melekat yang dapat merusak
atau mengurangi daya lekatnya terhadap beton.

b. Baja tulangan harus diletakkan pada posisi yang etpat dan dijaga terhadap
kemungkinan bergeser dengan diikatkan satu sama lainnya dengan kawat
beton yang cukup. Ujung-ujung kawat beton harus dibengkokkan kearah
sebelah dalam dan tidak boleh keluar dari selimut beton.

c. Pembengkokkan semua baja harus dalam keadaan dingin kecuali ditentukan


lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Pada tulangan baja dengan kekuatan
tarik leleh tinggi tidak diperkenankan dilakukan pembengkokkan kembali.
Harus digunakan pekerja yang ahli dan terampil untuk pemotongan,
pembengkokkan dan pemakaian alat-alat yang tepat untuk pekerjaan ini.

d. Kecuali ditentukan lain, tulangan yang disangga dari tanah harus


menggunakan penyangga dariblok beton pracetak dengan tebal minimum
100 mm dan mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan kekuatan tekan
beton yang akan dicor. Penyangga lain dapat digunakan dengan
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. Tulangan yang disangga dari
bekisting menggunakan penyangga dari beton, metal atau material lain yang
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Pada beton yang akan diekspose,
bagian dari semua accessories yang berada tidak lebih dari 15 mm ke dalam
permukaan beton harus non korosif atau dilindungi terhadap korosi.
e. Tulangan untuk sambungan yang keluar dari beton yang sudah dicor (starter
bars, dsb) harus dilindungi terhadap korosi.

f. Tulangan memanjang kolom harus bergeser minimum satu diameter pada


sambungan lewatan. Untuk menjamin ketepatan penempatan tulangan pada
posisinya, harus dipasang plat (template) pada tiap dowel.

g. Semua sambungan yang tidak ditunjukkan pada gambar harus mendapat


persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. Demikian pula sambungan
tulangan yang mungkin hendak menggunakan mekanik harus mendapat
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
h. Sebelum pengecoran beton, Direksi/Konsultan Pengawas akan memeriksa
dan menyetujui secara tertulis semua pekerjaan pemasangan tulangan.
Persetujuan mana tidak berarti Kontraktor utama bebas atau terlepas dari
tanggung jawabnya, Setelah dilakukan pemeriksaan, susunan tulang tidak
boleh diubah tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.

PEKERJAAN BEKISTING

1. B a h a n

Bekisting harus dipakai kayu sesuai dengan spesifikasi yang sudah


disetujui yang cukup kering dan sesuai dengan finishing yang diminta menurut
bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar arsitektur. Begisting harus cukup untuk menahan getaran
vibrator atau kejutan-kejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk.
Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood :

- Untuk beton tidak diexposed dipakai besi dia 9-12 mm terentang tebal sesuai
dengan gambar

- Untuk beton exposed dipakai plywood, fibre glass atau bahan lain yang
tidak reaktif terhadap beton. Tebalnya minimal 1.2 cm dan tergantung dari
kualitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.

Toleransi

Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas


toleransi, toleransi ini tidak boleh bertambah-tambah (kumulatip). Ukuran-ukuran
masing-masing bagian harus seksama .

Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran.

Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-


bagian utama dari pekerjaan, Pemborong harus memberitahu Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya,
atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas,
maka pekerja dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang dicor, atas
perongkosan sendiri.

Pengangkutan Adukan.

Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan


adanya pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari
ketinggian lebih dari yang sudah disyaratkan.

Pembersihan cetakan dan alat-alat.


Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus
dibuang dari cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton, harus dibasahi dengan air sebelum dicor.

Pengecoran. Ready Mix K-225 Site

Dalam pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan


- cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran - ukuran, ketinggian, pemeriksaan
penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atas persetujuan Direksi / Pengawas.

Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan


alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti kropos dan sarang-sarang koral / split yang
dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan
diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui
oleh Pengawas. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari kemungkinan
cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain. Pengecoran kedalam
cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan
normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa
persetujuan Pengawas.

Pemadatan Beton.

Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar


(vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran dalam 1
menit. Penggetar harus dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan
dengan adukan berikutnya. Dalam cetakan yang vertikal, vibrator harus dekat
dengan cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya sehingga dihasilkan suatu
permukaan beton yang baik.

tidak boleh menggetarkan suatu bagian adukan, lebih dari 24 detik.


Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan kebagian -
bagian adukan yang sudah mengeras.

Perawatan.

Untuk melindungi beton yang baru dicor daripada cahaya matahari, angin
dan hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan terlalu cepat, harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :

 Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus
menerus sampai cetakan itu dibongkar.
 Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari
berturut-
turut.

Pembongkaran cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan
khusus yang cukup untuk memikul 2x beban sendiri. Bilamana akibat
pembongkaran cetakan, cetakan pada bagian konstruksi akan bekerja beban-
beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu ditentukan bahwa
tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada
Pemborong, dan perhatian pemborong mengenai pembongkaran cetakan.
Pemborong harus memberi tahu Pemberi Tugas / Konsultan Perancana bilamana
ia bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang
utama dan minta persetujuan, tapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti
Pemborong lepas dari tanggung jawab.

Perubahan Konstruksi Beton.

Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi tugas /


Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat
seperti berikut :

 Konstruksi beton yang sangat keropos.


 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang
direncanakan posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang berisikan besi dia 16 mm atau benda lainnya.

II. Pekerjaan Dinding

Lingkup Pekerjaan.

Meliputi pengadaan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk


pemasangan semua dinding Bata Merah dan pasangan lainnya, sesuai dengan
gambar dan persyaratan. Mengadakan koordinasi yang baik dengan pekerjaan
laintembok site dan plesteran, pemipaan air dan lain-lain pekerjaan yang berkaitan
erat dengan pekerjaan pasangan Bata Merah.

Persyaratan dan Bahan.

Bata Merah harus masif, mempunyai rusuk - rusuk yang tajam dan siku satu
sama lain. Bidang - bidang sisinya harus datar dan tidak menunjukkan retak-retak.
Bata Merah harus terbuat dari tanah liat kualitas terpilih dan baik sesuai dengan
persyaratan yang sudah disetujui.

Bata Merah yang dipakai harus utuh menurut standard Bata Merah yang
ukurannya kurang dari standard tidak boleh dipakai, kecuali untuk pembukaan-
pembukaan atau sudut-sudut yang memang diperlukan ukuran lebih kecil. Sebelum
Bata Merah didatangkan ke lokasi pembangunan, harus mengajukan contoh -
contoh yang diisyaratkan kepada Ahli / Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya.
Sebelum dipasang, Bata Merah harus dicelup air hingga jenuh, terutama
pada pengerjaan dimusim kemarau, dengan maksud agar pengeringan
pasangan tidak terlalu cepat sehingga dapat terjalin ikatan yang sempurna
antara Bata Merah dengan adukan. Siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm,
sehingga terdapat alur-alur yang rapi sebelum pekerjaan plesteran dimulai. Pada
prinsipnya semua dinding Bata Merah merupakan dinding, kecuali beberapa
pasangan seperti ditunjukkan dalam gambar. Dalam satu hari pengerjaan
pasangan dinding tidak boleh melebihi ketinggian 1 m. Pekerjaan baru boleh
diteruskan setelah pasangan sebelumnya betul-betul mengeras.

Cara Pengerjaan.

Semua pekerjaan pasangan Bata Merah harus diatur sebelumnya agar


hubungan-hubungan vertikal dan horizontal dapat bertepatan dengan
pembukaan dan dimensi yang dikehendaki dan dipersyaratkan dalam gambar
perencanaan. Pasangan dinding Bata Merah yang lurus, tegak dan rata dalam
lapisan-lapisan sejajar dan water pas yang teratur rapi, dipasang dalam " running
bond ".

Tidak satupun Bata Merah yang berukuran kurang dari 10 cm boleh dipakai,
kecuali pada pembukaan - pembukaan atau sudut-sudut yang memang
dikehendaki ukuran yang lebih pendek.

Untuk setiap dinding Bata Merah yang luasnya melebihi batas yang sudah
disyaratkan harus diberi rangka penguat dari beton dengan tulangan praktis (kolom
praktis) dan ditempat dimana angkur-angkur kosen berada harus dicor beton
sesuai persyaratan sebagai ikatan. Pasangan Bata Merah yang menempel pada
beton harus di angkur pada beton tersebut, dan dalam proses pengeringannya,
pasangan harus selalu dibasahi selama minimal 7 hari.

Pasangan dinding Bata Merah tidak boleh diterobos, paralel / horizontal ,


kecuali pembukaan - pembukaan dan lubang-lubang yang sudah direncanakan
dan disediakan sesuai dengan gambar-gambar untuk keperluan pekerjaan
mekanikal, listrik, pemipaan dan lain-lain. Semua dinding Bata Merah harus
difinish dengan plesteran.

Pengecatan Exterior

Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan pastikan daerah yang akan di cat


dibersihkan permukaannya.

Dalam proses pekerjaan ini dilakukan dengan cara 1 lapisan plamir, 1 lapisan cat
dasar dan 2 lapisan cat penutup atau seperti yang ditunjukan oleh direksi pekerjaan.
Pekerjaan dilakukan oleh tukang cat yang dibantu oleh pekerja dan diarahkan oleh
mandor pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan kaidah-
kaidah teknis yang tertuang dalam RKS dokumen pelelangan ini.
Gambar Pekerjaan Pengecatan

Teknis pelaksanaan pekerjaan :


 Siapkan tenaga kerja, bahan dan alat.
 Buat requset pekerjaan dan ajukan kepada Konsultan Pengawas.
 Bersihkan permukaan dinding dari debu dan kotoran dengan kain lap.
 Lindungi bahan-bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang
akan dicat dengan kertas semen, koran dan lakban.
 Gunakan sekrap untuk memperbaiki bagian dinding yang retak dan kurang rata
dengan plamir, tunggu sampai kering. Untuk dinding bagian luar tidak digunakan
plamir tapi digunakan sealer.
 Haluskan plamur/sealer yang telah kering dengan amplas.
 Cek apakah permukaan dinding sudah rata.
 Aduk cat sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
 Lakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang yang luas dan dengan
kuas untuk bidang yang sempit.
 Jika cat dasar sudah kering lakukan pengecatan ulang tahap selanjutnya sampai
finish dan hasilnya benar-benar rata.

Peralatan yang digunakan :


 Kuas
 Kape
 Roll, dll

Tenaga Kerja :
 Pekerja
 Tukang cat
 Kepala tukang
 Mandor
PEKERJAAN PEMASANAGAN ALUMINIUM COMPOSIT
PANEL
Persiapan
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan alumunium
composite panel.
 Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
 Persiapan material kerja, antara lain : alumunium composite panel,
rangka alumunium, baut dynabolt, sekrup, sealant, dll.
 Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass, meteran,
benang, selang air, cutting well, gerinda, bor, gun sealant, steiger, dll.

Pekerjaan Alumunium Composite Panel

Pengukuran
 Lakukan pengecekan dan pengukuran dilapangan (marking area) untuk
area yang akan dipasang alumunium composite panel.

Pelaksanaan pekerjaan alumunium composite panel


 Fabrikasi rangka dan alumunium composite panel sesuai ukuran gambar
kerja.
 Pasang benang untuk acuan pemasangan rangka dan alumunium
composite panel.
 Pasang dudukan rangka pada area dengan perkuatan baut dynabolt..
 Pasang rangka alumunium pada dudukan rangka.
 Cerk kerataan dan kesikuan rangka alumunium terpasang.
 Pasang alumunium composite panel pada rangka alumunium dengan
perkuatan sekrup.
 Cek kerataan dan kesikuan pemasangan alumunium composite panel.
 Perapihan nat antara alumunium composite panel dengan sealant.
 Setelah pekerjaan selesai, bersihkan pelindung blue sheet pada
alumunium composite panel.

Pekerjaan Perapihan dan Pembersihan


Pekerjaan perapihan dan pembersihan sisa material dilakukan setelah pekerjaan
selesai 100 persen. Pekerjaan harus selesai sebelum tim pemeriksa hasil pekerjaan
dari dinas terkait akan melakukan pemeriksaan atas hasil pekerjaan. Pekerjaan ini
dilakukan oleh pekerja yang diarahkan oleh mandor. Hasil sisa pembersihan dibawa
keluar menuju disposal area yang di tentukan oleh direksi pekerjaan dengan
menggunakan pick up. Alat bantu yang digunakan adalah sapu untuk menyapu, kain
pel, untuk mengepel lantai. Pembuangan sisa material menggunakan alat bantu pick
up dan gerobak. Area yang dibersihkan meliputi ruang lingkup pekerjaan yang telah
ditentukan oleh direksi pekerjaan. Sisa bahan dan material lain juga dibawa keluar
dari area pekejraan
PEKERJAAN PENYIAPAN DOKUMEN LAPORAN, AS-BUILD DRAWING DAN
DOKUMENTASI
Dalam pelaksanaan pekerjaan kami akan membuat laporan dan dokumentasi mulai
pekerjaan dimulai sampai dengan selesai. Proses pelaporan mengacu pada standar
pelaporan yang dipersyaratkan, antara lain :

Laporan Harian
Adalah laporan yang diisi hari demi hari kerja yang memuat perincian tentang :
Kapasitas / banyaknya tenaga kerja
Pemasukan bahan bangunan
Kegiatan pelaksanaan pada hari ini
Catatan kejadian lainnya (curah hujan dan lain-lain)
Catatan maupun peringatan dari Pengawas

Laporan Mingguan
Adalah laporan berkala mingguan yang berisikan garis-garis besar dari apa saja
yang telah dicatat / dilaporkan dalam laporan harian, misal jumlah atau persentasi
pekerjaan yang telah dikerjakan maupun rencana kerja minggu berikutnya.
Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dengan persetujuan Pengawas. Laporan
berkala bulanan dibuat oleh Pengawas yang ditujukan untuk Pemberi Tugas.
Untuk melengkapi laporan maupun dokumentasi secara visual, maka Kontraktor
harus mengadakan pemotretan bagian-bagian pekerjaan / bangunan yang sedang
dalam pelaksanaan.

Dokumentasi dilakukan berkala sesuai dengan progres kemajuan pekerjaan dengan


menggunakan kamera digital dari sudut yang sama. Hasil dokumentasi akan dicetak
dan lampirkan sebagai data atau bahan kelengkapan administrasi pelaporan
pekerjaan.

Pekerjaan shop drawing dilaksanakan pada saat MC nol dimulai dengan pengukuran
dan pemasangan patok. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan theodolith,
waterpass dan meteran roll yang dilakukan oleh personil inti, pekerja, dan mandor.
Hasil pengukuran akan dijadikan acuan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Proses
penggambaran shop drawing dilakukan oleh drafter dengan menggunakan software
autocad. Shopdrawing di cetak pada lembar kertas a3 untuk dan dimintakan
persetujuan kepada direksi serta konsultan pengawas.

Pekerjaan as built drawing dilakukan selama pekerjaan berjalan. Pekerjaan ini


dilakukan oleh personil inti yang dibantu oleh drafter. Pekerjaan ini dilakukan
berkesinambungan selama proses pelaksanaan pekerjaan berjalan. Pekerjaan ini
dilakukan dengan cara mengukur hasil pekerjaan yang telah terpasang dan
dituangkan dalam gambar as built yang dimintakan persetujuan bersama antara
direksi dan konsultan pengawas. Pekerjaan dilakukan sampai dengan MC 100.
PELAKSANAAN PROGRAM K3

Dalam setiap pelaksanaan suatu proyek, manajemen menerapkan program


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai bagian dari kegiatan yang
terintegrasi dalam semua kegiatan proyek yang sedang dikerjakan.
SAFETY PLAN
Program Keselamatan Kerja adalah suatu rencana pengendalian terhadap resiko
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi didalam suatu aktivitas pekerjaan. Hirarki
pengendalian terhadap resiko kecelakaan kerja adalah :
1) Eliminasi ( menghilangkan ) bahaya
2) Substitusi ( mengganti ) misalnya peralatan atau bahan kimia
3) Rekayasa Engineering, misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup
4) Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
5) Alat Pelindung Diri (APD).
Ketentuan-ketentuan dalam manajemen Keselamatan Kerja ini meliputi:
A. Rambu Peringatan
Setiap Pekerja diberi pengarahan mengenai K3 & Rambu-rambu yang digunakan.
Rambu peringatan dipasang disetiap area proyek dengan pertimbangan
kemungkinan bahaya yang dapat terjadi. Untuk tempat tinggi dan berbahaya diberi
Pagar serta Jaring Pengaman.

Gambar rambu-rambu Peringatan K3

1. Penyiapan Alat Pelindung Diri


APD Disediakan oleh Penyedia jasa untuk semua pekerja. Selain itu semua
pekerja diwajibkan mengenakan APD Dilengkapi fasilitas K3L Lainnya.

Ilustrasi pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

2. Fasilitas Kesejahteraan, Keamanan & Pertolongan Pertama


Penyedia jasa mengadakan & memelihara fasilitas KM/WC pekerja, Tempat
sampah. Penyedia jasa mengadakan perlengkapan & tenaga terlatih untuk
Pertolongan Pertama (Kerja sama dengan Rumah Sakit terdekat dan armada
ambulance nya). Penyedia jasa mengadakan tindakan pengamanan lokasi
pekerjaan (Pagar pengaman, Pos Penjagaan, Tenaga Satpam).

B. PENERAPAN DI LAPANGAN
Untuk penerapan K3 di lapangan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi, Penilaian dan Pengendalian Potensi Bahaya dan Resiko K3
dan Aspek serta Evaluasi Dampak Lingkungan.
2) Kesesuaian dengan Regulasi dan Persyaratan lain.
3) Pembuatan Sasaran dan Program K3L .
4) Pembentukan Struktur Organisasi K3L dan Tanggap Darurat .
5) Desain fasilitas Pengendalian Resiko K3 & Operasi Dampak Lingkungan.
6) Komunikasi Eksternal ( Rumah Sakit terdekat, Kepolisian, Depnaker,
Jamsostek, Dinas Pemadam Kebakaran, dll).
7) Komunikasi Internal (Review Management, Tool Box Meeting,Weekly
Meeting dan Monthly Meeting).
8) Inspeksi ( Working Permit, PPE – Emergency - Safety Installation dan
House Keeping Inspection, Inspeksi Pra Operasi Peralatan, Check List K3
Pada Pekerjaan dll) .
9) Pemantauan dan Pengetesan serta Pelatihan dan Simulasi Tanggap
Darurat.
10) Mengadakan Safety Promotion yaitu sosialisasi mengenai masalah safety
ke setiap karyawan proyek, untuk sadar memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
Ilustrasi Penyuluhan dan simulasi penggunaan K3

MITIGASI DAN INDENTIFIKASI BAHAYA

1) Bekerja Dengan Alat Panas/Las


a) Adanya Alat Pelindung Diri (APD).
b) Adanya Sistem Pemadam Api Ringan (APART).
c) Adanya perlindungan Mata untuk para pekerjaan Las.
d) Penyimpanan peralatan Las dan Aksesoris terlindung dari bahan yang mudah
terbakar.
e) Peralatan yang digunakan harus memenuhi standard yang digunakan.

2) Bekerja Dengan Alat Angkat Hidrolik


a) Menggunakan peralatan dan tenaga kerja yang telah standard.
b) Alat pengangkat harus berada diatas pondasi yang kuat dan kokoh.
c) Adanya Alat Pelindung Diri (APD).
d) Alat yang rusak tidak boleh digunakan.
3) Penanganan Material dan House Keeping
a) Menjaga material yang dapat berpotensi terjadinya kecelakaan seperti
terpeleset, kebakaran, kejatuhan benda, kesandung dan lain - lain.
b) Tidak membiarkan puing - puing dan bekas material berserakan.
c) Mencabut atau membengkokan paku pada kayu bekas yang tidak digunakan.
d) Semua peralatan tangan harus disimpan dalam box.

4) Pengendalian Dampak Lingkungan


a. Identifikasi Dampak Lingkungan, Penentuan Sasaran & Program.
b. Program Pemenuhan Undang-Undang
c. Program Pemantauan Lingkungan.
d. Tindak Lanjut dan Perbaikan.
Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan misalnya :
1) Pembuatan gudang khusus bahan bakar, oli dengan pengendalian oil trap.
2) Pengendalian limbah air semen pada Batching Plant.
3) Bekerjasama dengan perusahaan pengolahan limbah.
4) Membuat saluran yang cukup terhadap saluran pembuangan terutama di
daerah pemukiman sehingga warga sekitar proyek terhindar banjir akibat
pembangunan jalan tol.
5) Pembersihan ban kendaraan sebelum masuk jalan raya.
6) Uji emisi kendaraan dan peralatan berat.
PROGRAM PENGENDALIAN MUTU PROYEK

Tujuan Manajemen Pengendalian Mutu:


1. Menciptakan suatu produk sesuai yang diharapkan/direncanakan (Fitness for
Use).
2. Mewujudkan kepuasan PELANGGAN.
3. Pemenuhan terhadap kriteria maupun standart yang telah ditetapkan.

Konsep Manajemen Pengendalian Mutu :


1. ZERO DEFECT, tidak ada toleransi untuk ketidak sesuaian produk yang
dihasilkan maupun sistem yang diterapkan.
2. DEFINISI PELANGGAN, adalah orang berikutnya yang berada dalam satu
rangkaian proses.
3. DO THE RIGHT THING, RIGHT THE FIRST TIME, Dengan melakukan sesuatu
dengan baik dan benar sejak awal akan dapat dihindari REPAIR dan REWORK
yang berujung pada pemborosan biaya produksi.
4. PENINGKATAN BERKESINAMBUNGAN, melalui PLAN – DO – CHECK – ACT.
5. KEMAMPUAN BERPRODUKSI, memiliki kompetensi untuk menjalankan sistem
dan menciptakan produk yang memenuhi standart keterimaan.
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN DAN TUGAS SECARA UMUM

1. Manager Proyek
Pada Manager Proyek adalah unit organisasi kontraktor pelaksana yang
berada dilapangan. Manager Proyek merupakan wakil mutlak dari perusahaan.
Tugas Manager Proyek yaitu :
a. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai
selesai.
c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
d. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan sesuai
dengan tugasnya masing- masing

2. Manager Teknik
Tugas Manager Teknik yaitu :
a. Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
b. Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan tersebut sesuai
dengan dokumen.
c. Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. Administrasi dan Keuangan
Tugas Site Adm. Manager yaitu :
a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi di lapangan.
b. Membuat laporan keuangan mengenai seluruh pengeluaran proyek.
c. Membuat secara rinci pembukuan keuangan proyek.
d. Memeriksa pembukuan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek

4. Pelaksana Teknis
a. Sebagai teknisi yang harus bertanggung jawab atas
pelaksanaan/terlaksananya pekerjaan-pekerjaan dilapangan.
b. Harus berada dilapangan pada setiap saat
c. Harus menguasai gambar bestek beserta detailnya.
d. Harus menguasai bestek (rencana kerja) yang telah ditetapkan oleh Direksi.
e. Mengawasi pekerjaan para mandor, apakah sudah sesuai bestek dan gambar
bestek.
f. Memberikan petunjuk/pengarahan kepada para mandor apabila ada masalah-
masalah teknik didalam pelaksanaan pekerjaan.
g. Mengadakan opname dengan para mandor sesuai dengan volume
pekerjaan yang sudah terlaksana.
h. Melayani permintaan material sesuai RAB dari para mandor dan
mengatur pemakaian / penggunaan material di lapangan.
i. Pengendalian pemakaian bahan/material agar dapat sehemat mungkin.
j. Memberikan laporan hasil pekerjaannya kepada kepala pelaksana.

5. Pelaksana Lapangan
a. Membaca Memahami Gambar kerja dan menerjemahkannya ke dalam
langkah-langkah operasional
b. Melakukan Peninjauan Dan pengukuran Lapangan (setting Out)
c. Menghitung Perkiraan Volume Pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, nahan dan
alat
d. Menghitung Harga Satuan Ongkos Kerja
e. Merundingkan Harga Borongan Pekerjaan
f. Membuat Jadwal Dan Recana Kerja
g. Menyiapkan Dan Mengatur pembagian Tugas para Tukang Dan Pekerja
h. Mengawasi kegiatan Para Tukang dan pekerja dalam melakukan pekerjaan
i. Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan
j. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
k. Mengukur dan Menghitung hasil kerja/opname
l. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih pembayaran
m. Membayar Upah Para Tukang Dan Pekerja.

6. Pekerja
Orang yang melaksanakan pekerjaan dilapangan sesuai perintah pelaksana
lapangan / mandor

METODE KERJA PEKERJAAN PENUNJANG ATAU PEKERJAAN


SEMENTARA

Dalam menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan pekerjaan


iniadabeberapahalpekerjaanpenunjangatau pekerjaan sementarayangharus
diperhatikan diantaranyasebagai berikut :
ManajemenLaluLintas
Pengelolaan danpengendalian arus lalulintas dalamdilokasidilokasi
pekerjaanharusdenganmelakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada
melalui peredaman atau pengecilan tingkatpertumbuhanlalulintas,
memberikankemudahankepada angkutanyang efisien
dalamdalampenggunaanruangjalansertamemperlancar sistem
pergerakan.Antisipasipengendalianlalulintasyang dapatdilakukandiantaranya
adalah membuatrambu-rambuatau tanda
bahwadalamlokasijalantersebutsedang adanyapelaksanaan Proyek jalan.
SistemPengeringanTempatKerja
Apabiladalamlokasipekerjaansedangmengalamihujan,atautanahdalamlokasi
pekerjaanberdekatan dengansawah/irigasisehingga mengakibatkanlokasiyang
sedang dikerjakanmengalamirembes/lembab,langkahyangharusditempuhuntuk
mengatasi permasalahantersebutyaitu :
 Penggunaanblowerfandanlampupijaruntukpengeringanbagianpekerjaan
yangharus keringnamunlembab
 Penambahan lapis kedapair padalokasi tertentu

Antisipasi Cuaca
Padaproyekberdurasipendekmendapatkantantanganlebihapalagidalamperiod
e
pelaksanaannyaberadapadamusimhujan.Kontraktorharusbekerja ekstra
dalam mengatasirendahnyaproduktifitasakibathujan. Beberapaantisipasiyang
menjadi pengalamanadalah sebagai berikut:
 Persiapan mantel hujan untuk pekerja
 Tendakhusus
 Penggunaan terpal untuk melindungi bagian pekerjaan yang
dikhawatirkan berbahayaataurusak akibat hujan.
 Perubahan/modifikasimetodestandart.Sepertipercepatanpemasanganatap
bangunan padaproyekgedungdan jalanakses masuk proyek.

PENYERAHANPEKERJAAN

Kontraktorharusmenyelesaikansemua bagian pekerjaanyang tertera


dalamkontrak.Gambar- gambar danSyarat-syaratpadaDokumen
Pengadaan(Pelelangan) ataupunperubahanyang terdapatdalamBeritaAcara
Penjelasan Pekerjaan(Aanwijzing), sehingga pekerjaandapat diterimadengan baik
oleh Konsultan Pengawas dan Pihak Pemimpin Kegiatan.
Pada saatpekerjaanakandiserahterimakanuntukpertama kalinya
(ProvisionalHandOver- PHO), Kontraktor harusmenyerahkan :

 Gambar-gambaryangsebenarnya(AsBuilt Drawings)yangtelah disetujui.


 Foto-foto pelaksanaan pekerjaan.
 LaporanBulanan, Mingguan dan laporan harian.

Bersama-sama denganKonsultan Pengawas, kontraktor harus meneliti, mencatat


dan menyetujui,bagian-bagianpekerjaanyang
belumsempurna,untukdibuatkandaftar(CheckList) pekerjaan-pekerjaanyangakan
diperbaikidalammasapemeliharaan.

PENUTUP

Untuk pekerjaan yang belum dijelaskan dalam metode pelaksanaan pekerjaan ini
akan dilaksanakan pada lokasi pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Detail dan tahapan pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada spesifikasi
teknis yang tecantum dalam kontrak dan mendapat persetujuan konsultan
pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Bentuk dan dimensi harus sesuai gambar yang tecantum dalam kontrak atau
hasil pengukuran yang tergambar dalam shop drawing dan mendapat
persetujuan konsultan pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen.

Tangerang, 14 September 2018


Dibuat Oleh:

CV. EKAJAYA ABADI

( DEWI ANGGRAENI )
Direktur

You might also like