Professional Documents
Culture Documents
TAHUN 2017
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Proposal Penelitian pada Program Ilmu
Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
disusun oleh :
22030115140105
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan Mahasiswa
Gizi dan Non Gizi yang kos di Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang
Kota Semarang tahun 2017?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan
Mahasiswa Gizi dan Non Gizi yang kos di Kelurahan Tembalang
Kecamatan Tembalang Kota Semarang tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswa Gizi dan non
Gizi
b. Mengetahui pola makan, menu makan dan frekuensi makan
mahasiswa Gizi dan non Gizi
c. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan pola makan
mahasiswa Gizi dan non Gizi
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bahan koreksi terhadap mahasiswa Gizi dan non Gizi agar mulai
menerapkan pola makan yang baik
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa yang lain tentang bagaimana pola
makan yang baik
3. Dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian sejenisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pola Makan
a. Pengertian Pola Makan
Pola Makan adalah susunan jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang setiap hari. Pola makan juga dikaitkan sebagai suatu
cara seseorang untuk memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial.6
Pola makan yang baik mengandung makanan berbagai sumber energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, yang semuanya itu
diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan yang membantu produktifitas kerja.
Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.7
2. Kebiasaan Makan
a. Pengertian Kebiasaan Makan
Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu
dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan.
Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan
berbeda satu dengan yang lain.9
Kebiasaan makan bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil
belajar.10 Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor
pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi
pangan. Dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti
lingkungan budaya (cultural environmental), lingkungan alam (natural
environmental) serta populasi.11
Kebiasaan makan yang baik akan mencerdaskan seseorang,
meningkatkan kondisi kesehatan tubuh dan menghasilkan semangat kerja
yang tinggi. Ada pun yang disebut kebiasaan makan yang baik adalah12
Menyukai makanan yang bergizi
Waktu makan yang teratur
Waktu makan yang teratur dapat membantu kelancaran
saluran pencernaan. Waktu makan yang teratur harus sesuai
dengan siklus system pencernaan :
- Siklus Pencernaan (12 siang - 8 malam). Merupakan
saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat
karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif. Sehingga
setelah pukul 8-9 malam tidak memakan makanan
padat lagi karena lambung tidak boleh sesak saat akan
menjelang tidur.
- Siklus penyerapan (8 malam – 4 pagi). Pada saat tubuh
beristirahat total, maka tubuh akan mulai melakukan
penyerapan dan mengedarkan zat makanan. Sehingga
kurang tidur atau makan larut malam akan
memboroskan energy dan menganggu siklus
penyerapan tubuh.
- Siklus pembuangan (4 pagi – 12 siang). Secara intensif
tubuh akan melakukan pembuangan sisa penyerapan
makanan, sehingga siklus ini memerlukan begitu
banyak energi.
Menghindari makanan yang dapat merugikan kesehatan
Yang dimaksudkan dalam hal ini yakni penggunaan bahan
penyedap makanan, seperti penggunaan MSG (monosodium
glutamate) dan pemanis buatan secara berlebihan.
b.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan13
Lingkungan Masyarakat
Kebiasaan makan setiap orang di masing-masing lingkungan
cenderung berbeda-beda. Seperti halnya kebiasaan makan di
suatu daerah yang terbiasa menjadikan beras sebagai pangan
pokoknya dan merasa belum puas atau cenderung mengatakan
belum makan apa bila belum mengkonsumsi nasi. Sama halnya
dengan daerah yang menjadikan jagung, singkong, sagu dan
sebagainya, sebagai makanan pokok. Sehingga dalam hal ini
kebiasaan makan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.
Lingkungan Ekonomi
Masyarakat dengan tingkat perekonomian yang tinggi
sebagian besar memiliki kebiasaan makan dengan tingkat angka
kecukupan gizi yang tinggi pula, berbeda hal masyarakat
dengan tingkat perekonomian yang rendah, memiliki kebiasaan
makan dengan tingkat kecukupan gizi yang rendah.
Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang akan mempengaruhi kebiasaan
makannya. Pada umumnya seseorang yang menderita suatu
penyakit akan cenderung mengalami penurunan nafsu makan.
Selain itu adanya pembatasan (pantangan) dari dokter kepada
seseorang terhadap jenis makanan tertentu akibat mengidap
suatu penyakit yang membuat seseorang itu tidak dapat
mengkonsumsi jenis makanan tertentu.
3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat
gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah
makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta
bagaimana hidup sehat. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.14
Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang
kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah
kecerdasan dan produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan
dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program
pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap,
dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya.7
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan
konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan,
sehingga menimbulkan efek yang membahayakan.14
B. KERANGKA KONSEP
- Frekuensi makan
- Jenis makanan
- Waktu makan
Pengetahuan Gizi mahasiswa
non gizi
C. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi makan
pada mahasiswa gizi dan non gizi P > 0,05
Ha : Ada hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi makan
pada mahasiswa gizi dan non gizi P < 0,05
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif
analitik dengan desain cross sectional study
perhitungan :
(1,96)2 .0,25
n=
(0,12)2
3,8416 . 0,25
n=
0,0114
n = 66,694
n = 70
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Informed consent
Formulir recall jam untuk mendapatkan data pola makan yakni segi
waktu makan, jenis makanan dan frekuensi makan.
F. Analisi Data
1. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan mahasiswa/I UNDIP tentang gizi dan
makan. Pengetahuan Gizi diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner
yang telah diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden,
maka dilakukan pengkategorian yaitu :
1. Baik : > 75%
2. Sedang : 40 – 75%
3. Kurang : <75%
2. Pola makan adalah frekuensi makan, menu makanan dan waktu makan
mahasiswa.
3. Menu makanan adalah keragaman makanan yang dimakan setiap waktu
makan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan. Menu
diberi skor minimal 3 dan maksimal 5 kemudian dibuat pengkategorian
seperti dijelaskan pada tabel berikut :
Waktu makan Skor Kategori Menu Makanan
Pagi 5 Baik ≥ 3 macam
4 Sedang 2 macam
3 Kurang 1 macam
Siang 5 Baik 4 macam
4 Sedang 3 macam
3 Kurang ≤ 2 macam
Malam 5 Baik 4 macam
4 Sedang 3 macam
3 Kurang ≤ 2 macam
Keterangan :
a. 4 macam = Makanan pokok atau bahan penukar + lauk + sayur + buah
b. 3 macam = Makanan pokok atau bahan penukar + lauk + sayur
c. 2 macam = Makanan pokok atau bahan penukar + lauk/sayur/susu
d. 1 macam = Makanan pokok atau bahan penukar saja
Dari skor yang diperoleh dari tiap waktu makan(pagi, siang, dan malam)
dilakukan pengkategorian dengan menggunakan skala Likert sebagai
berikut:
a. Baik jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 15 - 17
b. Sedang jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 12 - 14
c. Kurang jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 9 - 11
4. Frekuensi makan adalah angka yang menyatakan berapa kali setiap jenis
bahan makanan dikonsumsi yaitu : ≥ 1 x/hari, 1-5 x/minggu, ≤ 2 x/bulan,
dan tidak pernah sama sekali. Dari keempat jenis pengelompokkan tersebut
kemudian diberi skor maksimal 4 dan dibuat pengkategorian dengan
menggunakan skala Likert, yaitu :
1. Tinggi : Bila skor yang diperoleh 80 – 106
2. Sedang : Bila skor yang diperoleh 53 - 79
3. Kurang : Bila skor yang diperoleh 26 - 52
5. Waktu makan adalah waktu makan mahasiswa yaitu pagi, siang, dan malam
hari yang disesuaikan dengan siklus sistem pencernaan. Waktu makan
diukur dengan memberi skor pada tiap waktu makan, yaitu:
a. Makan Pagi
Skor 3 : Makan pada pukul 06.00-07.00 WIB
Skor 2 : Makan pada pukul >07.00-08.00 WIB
Skor 1 : Makan pada pukul >08.00-09.00 WIB
b. Makan Siang
Skor 3 : Makan pada pukul 12.00-13.00 WIB
Skor 2 : Makan pada pukul >13.00-14.00 WIB
Skor 1 : Makan pada pukul >14.00-15.00 WIB
c. Makan Malam
Skor 3 : Makan pada pukul 18.00-19.00 WIB
Skor 2 : Makan pada pukul >19.00-20.00 WIB
Skor 1 : Makan pada pukul >20.00-21.00 WIB
Setelah diberi skor dilakukan pengkategorian sebagai berikut, yaitu:
a. Baik jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 7,01 – 9,00
b. Sedang jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 5,01 – 7,00
c. Kurang jika nilai yang diperoleh mahasiswa mencapai 3,00 – 5,00